Anda di halaman 1dari 7

SULAWESI BARAT

Sulawesi Barat (disingkat Sulbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian barat Pulau Sulawesi, Indonesia. Daerah ini pernah menjadi bagian dari provinsi
Sulawesi Selatan hingga pemekaran provinsi pada 2004. Ibukota provinsi Sulawesi Barat
adalah Kabupaten Mamuju.
Pembentukan provinsi Sulawesi Barat merupakan hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi
Selatan yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 yang disahkan dalam
rapat Paripurna antara Pemerintah dan DPR RI, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2004. Sulawesi Barat
memiliki daratan dengan luas 16.937, 16 km2 dan lautan dengan luas 20.342 km2 serta pesisir
pantai sepanjang 677 km. Jumlah kecamatan di Sulawesi barat sebanyak 69 dengan jumlah
desa/kelurahan sebanyak 649.
Letak Sulawesi Barat di Pulau Sulawesi dengan garis lintang 00045'59''–03034'00'' Lintang
Selatan dan 118048'59''–119055'06'' Bujur Timur.
Provinsi ini perbatasan wilayah Sulawesi Barat yaitu Sulawesi Tengah di bagian utara, Sulawesi
Selatan di bagian Timur dan Selatan dan Selat Makassar di bagian Barat.
1. Bahasa
Melansir dari laman resmi Kemendikbud, Provinsi Sulawesi Barat memiliki sembilan
bahasa daerah yang muncul dan berkembang sesuai dengan lokasi dan budaya yang
dimiliki oleh setiap suku bangsa. Beberapa diantaranya adalah:
a. Mandar
Isolek Mandar merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara
81 hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di
Sulawesi Barat.
Bahasa daerah yang satu ini umumnya digunakan oleh masyarakat di Desa Napo,
Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di
samping itu, bahasa Mandar juga banyak ditemukan di beberapa desa di
Kabupaten Majene, seperti di Kelurahan Labuang, Desa Adolang, Kelurahan
Mosso, Desa Ulidang, Desa Mekkatta, dan Desa Ulumanda.
b. Mamuju
Mamuju merupakan salah satu bahaya yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Sulawesi Barat, mulai dari Kabupaten Polewali Mandar sampai dengan
Mamasa. Adapun Bahasa Mamuju memiliki sembilan dialek, yaitu Buku, Pulliwa,
Taekdituturkan, Pannei, Aralle Tabulahan, Campalagian, Tapalang, Binanga dan
Sinyonyoi. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 58 sampai
79 persen. Secara umum, Mamuju memiliki persentase perbedaan berkisar antara
82 hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di
Sulawesi Barat.
c. Mamasa
Ini merupakan bahasa yang bertanah asal di Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa ini
dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Tawalian, Bambang (Bambam), Kelurahan
Messawa, Dakka, Tonyaman, Karataun, dan Bonehau, Provinsi Sulawesi Barat.
Bahasa Mamasa terdiri atas lima dialek, yaitu Bambang (Desa Bambang), Messawa
(Kelurahan Messawa), Dakka(Desa Dakka), Pattae (Desa Tonyaman), Kalumpang
(Desa Karataun, Bonehau). Persentase perbedaan isolek Mamasa berkisar antara
81 sampai 100 persen.
2. Agama/Religi
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam
Negeri mencatat penduduk Sulawesi Barat berjumlah 1,44 juta jiwa pada 2021.
Dari jumlah tersebut, mayoritas penduduk di provinsi Ibu Kota Mamuju tersebut
adalah Muslim. Ada sebanyak 1,21 juta jiwa (83,81%) penduduk Sulawesi Barat
beragama Islam pada akhir tahun lalu.
Agama mayoritas selanjutnya adalah Kristen. Tercatat, sebanyak 192,48 ribu jiwa
(13,35%) penduduk Sulawesi Barat yang memeluk agama Kristen. Kemudian, ada
19,51 ribu jiwa (1,35%) di provinsi tersebut beragama Hindu, dan sebanyak 15,65 ribu
jiwa (1,09%) beragama Katolik.
Selanjutnya, pemeluk agama Buddha di Sulawesi Barat sebanyak 419 jiwa (0,03%).
Diikuti sebanyak 6 jiwa (0,0%) beragama Konghucu dan terdapat 5.420 jiwa (0,38%)
yang menganut aliran kepercayaan.
3. Kesenian
• Tari Pallake
Masyarakat Suku Mandar yang mayoritas mendiami Provinsi Sulawesi Barat
(Sulbar) memiliki seni atraksi tarian perang yang disebut Tari Pallake. Kesenian ini
sarat nilai budaya yang melambangkan keperkasaan, keberanian dan
kepahlawanan.

• Tari Bamba Manurung

Pada penampilan kesenian tradisional Sulawesi Barat ini, penari wanita


menggunakan Baju Badu berwarna hijau dan merah, kemudian membawa properti
kipas berbulu. Mereka kemudian membentuk gerakan tari dengan formasi yang
cantik.

• Musik Mandar

Musik ini merupakan kesenian tradisional Sulawesi Barat yang mengandung lirik
berbahasa daerah Mandar. Di zaman sekarang, lagu daerah ini ditampilkan dalam
sebuah band modern atau orkes.
Namun, ada juga pertunjukan musik mandar yang masih terbilang sangat
tradisional dengan iringan alat musik kecapi mandar, serta pakkeke atau alat musik
tiup yang mirip seperti suling.
4. Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat Mandar mengenal pelapisan sosial. Sebagai masyarakat yang pernah
berbentuk kerajaan, mereka mengenal tiga lapisan sosial, yakni lapisan atas yang
terdiri atas golongan bangsawan (Todiang Laiyana), golongan orang kebanyakan (Tau
Maradika), dan lapisan budak (Batua). Golongan bangsawan memiliki gelar
kebangsawanan yaitu Daeng bagi "bangsawan raja" dan Puang bagi "bangsawan adat".
Sistem kekerabatan orang Mandar ditandai oleh beberapa periode, antara lain :
periode Tomakala, ketika pemerintahan belum teratur dan hukum belum ada; periode
transisi (Pappuangang), ketika hubungan sosial dalam masyrakat mulai menampakkan
polanya: periode penuh tata cara, aturan, nilai yaitu periode Arajang.
Pada zaman ini raja tidak lagi berkuasa secara turun temurun tetapi dipilih oleh
lembaga adat (hadat). Dalam tradisi Mandar, destar yang miring ke kiri bermakna isyrat
bahwa raja harus menilai diri dan keahliannya. Menurut pandangan orang Mandar,
raja dianggap buruk (sikap/perilaku maupun kepemimpinannya) bila raja
meninggalkan rakyat.
5. Pengetahuan
Pagissangsang dikenal sebagai ilmu pengetahuan dalam bahasa Mandar, namun lebih
dimaknai sebagai hal-hal mistik. Ilmu tradisonal suku Mandar adalah melaut yang
mencakup, yaitu ilmu kelautan (Pagissangsang Aposasiang), pengetahuan keperahuan
(Pagissangsang Paqlopiang), dan pengetahuan tentang berlayar (Pagissangsang
Sumobal).
Asal-usul kesatuan Lita atau Tana Mandar,di jelaskan bahwa Pitu Ulunna Salu (Tujuh
Hulu Sungai) dan Pitu Ba, Bana Binanga (Tujuh Muara Sungai), adalah Negara Wilayah
(Kesatuan) Mandar. Orang-orang dari wilayah menyebarkannya, merasa bersaudara
semuanya. Orang Mandar percaya bahwa mereka berasal dari satu nenek moyang
leluhur (Leluhur), yaitu Ulu Sa' dan yang bernama Tokombong di Wura, (Laki-laki) dan
Towisse di Tallang (Perempuan). Mereka itu di sebut juga To-Manurung di Langi.
Suku Mandar selama ini di kenal sangat kuat dengan budayanya.Mereka menjunjung
tinggi tradisi, bahasa dan adat istiadatnya. Filosofi hidup mereka berbeda dengan suku
Bugis, Makassar, Toraja dan suku lainnya yang berdekatan dengan lingkungan
kehidupan mereka di Sulawesi. Suku Mandar di kenal teguh dengan prinsip hidupnya.
Pada abad ke-20 karena banyaknya gerakan-gerakan penyuluhan ajaran islam seperti
Muhammadiyah, maka ada kecondongan untuk menganggap banyak bagian dari
panngaderreng itu sebagai syirik, tindakan yang Taik sesuai dengan ajaran Islam, dan
karena sebaiknya ditinggalkan. Demikian Islam di Sulawesi Selatan juga telah
mengalami proses pemurnian.
6. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
❖ Sandeq
Perahu Sandeq merupakan perahu layar tradisional khas suku Mandar yang sejak
dulu digunakan untuk melaut. Perahu ini merupakan salah satu jenis perahu tanpa
mesin yang bisa berlayar dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sandeq memiliki
bentuk khas yang runcing dan ramping.
❖ Rumah Boyang

Rumah Boyang memiliki gaya arsitektur yang unik, berbentuk rumah panggung
yang tersusun dari material kayu dan ditopang tiang-tiang penyangga. Rumah ini
menjadi tempat tinggal Suku Mandar yang merupakan suku asli dari Sulawesi
Barat. Keunikan lainnya adalah rumah Boyang Adaq mempunyai dua tangga
bersusun yang memiliki jumlah tiga anak tangga dan sebelas anak tangga. Bentuk
dari rumah adat Boyang Adaq juga terlihat lebih megah dan luas sehingga siapa
saja bisa dengan mudah untuk membedakannya.
❖ Badik

Senjata adat Sulawesi Barat Badik adalah senjata sejenis pisau dengan bentuk khas
yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik tersebut bersisi
tajam tunggal atau ganda. Panjang Badik mencapai sekitar setengah meter. Badik
tidak pernah mempunyai ganja (penyangga bilah), berbeda dari keris, . Senjata
Tradisonal tersebut adalah senjata identitas provinsi Sulawesi Barat. Menurut
kepercayaan orang Bugis Makassar, setiap jenis Badik mempunyai kekuatan gaib.
7. Kearifan Lokal
➢ Cakkuriri

Cakkuriri merupakan salah satu upacara adat masyarakat Sulawesi Barat yang
dapat dikatakan sangat langka. Hal ini disebabkan upacara adat ini dilaksanakan 5
tahun sekali. Upacara adat Cakkuriri merupakan sebuah bentuk penghormatan
yang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat adat di kerajaan Sendana
yang dilaksanakan oleh para Pappuangang yang merupakan kelompok yang
bertugas untuk melantik raja di kerajaan tersebut.
➢ Tari Sayyang Pattuqduq

Sayyang berarti kuda sedangkan Pattuqduq berarti penari. Jadi, jika diartikan
secara keseluruhan, Tari Sayyang Pattuqduq berarti kuda yang menari. Kuda
ditunggangi oleh seorang anak yang dispesialkan dalam sebuah momen. Misalnya
pada saat momen sunatan.
➢ Toyang Roeng
Toyang Roeng merupakan sebuah permainan yang menggunakan batang bambu
dan kayu. Wahana permainan ini mirp sebuah ayunan yang ditopang dua kayu
berukuran besar setinggi tiga meter. Permainan ini memiliki empat tempat duduk
dengan posisi terpisah dan menggantung, lalu digerakkan manual dengan bantuan
beberapa orang. Saat mulai berputar, masyarakat yang menaikinya akan tampak
seperti berayun.

Anda mungkin juga menyukai