Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Arsitektur tradisional merupakan salah satu bentuk kekayaan kebudayaan
bangsa Indonesia. Keragaman Arsitektur tradisional yang tersebar di bentang
kawasan Nusantara menjadi sumber ilmu pengetahuan yang tiada habis-habisnya.
Arsitektur tradisional di setiap daerah menjadi lambang kekhasan budaya
masyarakat setempat. Sebagai suatu bentuk kebudayaan arsitektur tradisional
dihasilkan dari satu aturan atau kesepakatan yang tetap dipegang dan dipelihara
dari generasi ke generasi. Aturan tersebut akan tetap ditaati selama masih
dianggap dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat setempat.
Pada masa sekarang dimana modernisasi serta globalisasi demikian kuat
mempengaruhi peri kehidupan dan merubah kebudayaan masyarakat, masihkan
aturan-aturan yang bersumber dari kebudayaan setempat tersebut diikuti?. Adalah
suatu kondisi alamiah bahwa suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Namun perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang
tetap memelihara karakter inti dan menyesuaikannya dengan kondisi saat ini.
Sehingga tetap terjaga benang merah masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang.
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan
namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau
terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang
terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau
Lombok.
Provinsi Nusa Tenggara barat 5 10 9  5 Bujur Timur dan 8 46 119
secara geografis terletak pada 115 Lintang Selatan, dengan batas wilayahnya di
sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok, Provinsi Bali, sebelah Timur
dengan Selat Sape, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebelah Utara dengan Laut
Jawa dan laut Flores dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Mataram
terbagi dalam 8 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu,

1
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa
Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah
dengan luas terbesar yaitu 6.643,98 Km2 (32,97%), sementara Kota Mataram
merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 61,30 Km2 (0,30%).
Pengertian suku bangsa dengan simpel adalah kelompok spesifik yang
mempunyai kesamaan latar belakang. Selanjutnya diterangkan bahwa pengertian
suku bangsa, atau kelompok etnik adalah perkumpulan orang yang mempunyai
latar belakang budaya, bahasa, rutinitas, style hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama.
Masing-masing mereka mengidentifikasikan diri pada satu dengan yang lain
Sebagian besar dari penduduk pulau Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di pulau
Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).
Suku-suku di Provinsi Nusa Tenggara Barat, adalah:
1)Pulau Lombok:
•Donggo
•Sasak
2)Pulau Sumbawa:
•Bima
•Dompu
•Sambori
•Cek Bocek (Berco)
•Sumbawa

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa


tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari
mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu
suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas
selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

2
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Menjelaskan agama dan kepercayaan yang di anut dalam suku Nusa
Tenggara Barat.
2. Menjelaskan sistem upacar dan sistem kekerabatan pada masyarakat Nusa
Tenggara Barat.
3. Menjelaskan kosmologi dalam kebudayaan masyarakat Nusa Tenggara
Barat.
4. Menjlaskan klarifikasi simbolik dalam kebudayaan Nusa Tenggara Barat.

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan


namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau
terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang
terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau
Lombok.Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau
Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).

Arti lambing berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan,


lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: Bintang, Kapas dan
Padi, Menjangan Gunung dan Kubah.

 Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain


melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya
provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958.
 Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum
dan untaian padi 58.
 Rantai terdiri dari 4 berbentuk bulat dan 5 berbentuk segi empat,
melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
 Menjangan merupakan salah satu satwa yang banyak berada di Pulau
Sumbawa.
 Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai
gunung tertinggi di Lombok.
 Kubah melambangkan ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa
Tenggara Barat.

Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa,
memiliki luas wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur
Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong merupakan kota yang

4
mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, sementara
Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di
Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian
3.775 m, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa
dengan ketinggian 2.851 m.

2.2. Arsitektur Tradisional NTB.


Arsitektur Tradisional NTB kita ambil contoh pada Dusun Sade. Dusun
Sade tepatnya berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sade
merupakan salah satu dusun tradisional yang masih asli. Rumah-rumah penduduk
dibangun dari konstruksi bambu dengan atap dari daun alang-alang. Penghuninya
berpencaharian sebagai petani. Jumlah mereka relatif tidak bertambah karena
keluarga yang baru menikah kalau tidak mewarisi rumah orang tuanya akan
membangun rumah di tempat lain. Disamping arsitektur rumah, sistim sosial dan
kehidupan keseharian mereka masih sangat kental dengan tradisi masyarakat
Sasak tempo dulu.

Jika di daerah lain mengenal Desa Wisata, maka di Pulau Lombok juga
dapat ditemui hal serupa yakni di Dusun Sade, Desa Rambitan, Kecamatan Pujut,
Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).Dusun Sade dapat
mewakili untuk disebut sebagai Desa Wisata di NTB ,layaknya Desa Wisata di
daerah lain. Sebab, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut semuanya adalah
Suku Sasak. Mereka hingga kini masih memegang teguh adat tradisi. Bahkan,
rumah adat khas Sasak juga masih terlihat berdiri kokoh dan terawat di kawasan
ini.

Suku Sasak adalah penduduk asli dan mayoritas di Pulau Lombok, NTB.
Konon, kebudayaan masyarakat terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama
karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab itu, Suku Sasak disebut
“Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi”. Sedangkan kebudayaan Suku Sasak itu
diantaranya terekam dalam rumah adat Suku Sasak.

Alasannya, rumah memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia, tidak


hanya sebagai tempat secara individu dan keluarga secara jasmani, tetapi juga

5
dalam pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual. Rumah adat Suku Sasak, jika
diperhatikan dibangun berdasarkan nilai estetika dan kearifan lokal. Orang sasak
mengenal beberapa jenis bangunan adat yang menjadi tempat tinggal dan juga
tempat ritual adat dan ritual keagamaan.

Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman
bambu (bedek). Lantai dari tanah liat yang dicampur kotoran kerbau dan abu
jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras,
sekeras semen. Cara membuat lantai seperti itu sudah diwarisi sejak nenek
moyang mereka.

Bahan bangunan seperti kayu dan bambu didapatkan dari lingkungan


sekitar. Untuk menyambung bagian-bagian kayu, mereka menggunakan paku dari
bambu. Rumah suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan
rendah, tidak memiliki jendela.

Dalam masyarakat Sasak, rumah memiliki dimensi kesakralan dan


keduniawian. Rumah adat Sasak selain sebagai tempat berlindung dan
berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat ritual sakral sebagai
manifestasi keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang, penunggu rumah dan
sebagainya.Perubahan pengetahuan, bertambahnya jumlah penghuni dan
berubahnya faktor eksternal seperti faktor keamanan, geografis dan topografis,
menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat. Hanya,
konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang dan polanya tetap
menampilkan karakteristik tradisional. Karena itu, untuk menjaga kelestarian
rumah adat, orang tua Suku Sasak biasanya berpesan kepada anak-anaknya jika
ingin membangun rumah. Jika tetap mau tinggal didaerah setempat, maka harus
membuat rumah seperti model dan bahan bangunan yang sudah ada. Tapi, jika
ingin membangun rumah permanen seperti di kampung-kampung lain pada
umumnya, mereka dipersilahkan keluar dari kampung tersebut.

6
BAB III
ASPEK PEMBENTUKAN ARSITEKTUR

3.1. Sistem kepercayaan, sistem upacara dan system kekerabatan masyarakat


NTB.

Agama dan Kepercayaan


Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam
(96%).Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku,
adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini
sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak
wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu
sama lainnya.
Dalam pelaksanaan Upacara Pujawali dan Perang Topat ini terdapat
berbagai persiapan yang dilakukan, yang juga masuk sebagian dari upacara ini
secara ritual, persiapan upcara ini sudah dimulai beberapa hari sebelumnya.
Sedangkan untuk memeriahkan dan menyemarakan upacara ini beberapa hari
sebelum dan sesudahnya diadakan berbagai macam hiburan dan kesenian untuk
rakyat.
Sebelum Perang Topat dimulai Kebon Odek dikeluarkan dari Kemaliq
yang terdapat di Pura Lingsar Kecamatan Narmada yang bertujuan untuk
menjemput Pesajik (sesajen) kemudian dikelilingi sebanyak 3 kali di Kemaliq lalu
di upacarakan. Sesudah upacara Pujawali, dilakukan acara Perang Topat.

Upacara Adat
Menjelang tujuh belasan biasanya banyak acara2 agustusan digelar buat
meriahkan Ulang Tahun kemerdekaan. Acara yang paling aku tunggu2 adalah
Tarung Peresean, biasanya tarung ini pastilah helatan pemerintah karena acara ini
melibatkan petarung2 dari berbagai desa. Peresean adalah pertarungan antara dua
orang yang bersenjatakan alat pemukul (sebilah tongkat) dari rotan (penjalin)
dengan tameng dari bahan kulit sapi/kerbau.

7
Peresean juga bagian dari upacara adat di pulau Lombok dan termasuk
dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean ini menunjukkan keberanian dan
ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian ini dilatar belakangi oleh
pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau ketika mendapat
kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping
itu para pepadu pada peresean ini mereka menguji keberanian, ketangkasan dan
ketangguhan dalam bertanding. Yang unik dalam pertarungan ini adalah
pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya alias para petarung diambil dari
penonton sendiri, artinya penonton saling tantang antar penonton sendiri dan salah
satu pemain akan kalah jika kepala atau anggota badan sudah berdarah-darah.

Sistem Kekerabatan
Suku sasak yang mendiami gumi Selaparang ini menggunakan bahasa
daerah Sasak. Pada umumnya bahasa daerah Sasak tersebut dibagi dua yaitu
bahasa alus dan bahasa jamaq. Bahasa alus digunakan untuk berbicara dengan
orang yang lebih tua dan dengan golongan bangsawan sasak sedangkan bahasa
jamaq digunakan dalam pergaulan sehari hari.
Sistem kekerabatan suku sasak terdiri dari :

 Keluarga inti (Terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dan seorang anak).
 Keluarga luas(Keluarga ini terdiri ayah, ibu, anak, kakak, adik, paman,
bibi, menantu, mertua, kakek, nenek, sepupu)
 Keluarga besar
Terdiri dari :
1. Ego
2. Inaq dan Amaq (Orang tua dari Ego)
3. Papuq Nina dan Papuq Mama (Orang tua inaq dan amaq atau papuq dari
ego)
4. Baloq ( Orang tua dari Papuq Nina dan Papuq Mama, papuq dari inaq dan
amaq, dan merupakan Baloq dari ego )
5. Tata ( Orang tua dari Baloq, Papuq dari Papuq Nina dan Papuq Mama,
Baloq dari inaq dan amaq, dan merupakan Tata dari ego )

8
6. Toker (Orang tua dari Tata, papuq dari Baloq, Baloq dari Papuq Nina dan
Papuq Mama, Tata dari inaq dan amaq, dan merupakan Toker dari ego )
7. Goneng (Orang tua dari Toker, papuq dari Tata, Baloq dari Baloq, Tata dari
Papuq Nina dan Papuq Mama, Toker dari inaq dan amaq, dan merupakan
Goneng dari ego )
8. Kleoq (Orang tua dari Goneng, papuq dari Toker, baloq dari Tata, tata dari
Baloq, Toker dari Papuq Nina dan Papuq Mama, Goneng dari inaq dan
amaq, dan merupakan Kleoq dari ego ).
Atau keluarga besar ini disebut keluarga di luar keluarga inti.

3.2. Kosmologi dalam kebudayaan masyarakat NTB.


Kosmoogi tanah NTB tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-
data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah
tanah NTB.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal
di Lombok(Nusa Tenggara Barat) selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan
telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan
demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan
bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
LOMBOK MIRAH SASAK ADI merupakan salah satu kutipan dari kitab
Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata Lombok dalam bahasa kawi berarti lurus
atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak berarti kenyataan, dan kata adi
artinya yang baik atau yang utama maka arti keseluruhan yaitu kejujuran adalah
permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang
selalu di idamkan leluhur penghuni tanah lombok yang tercipta sebagai bentuk
kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya.
Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan
Lombok adi beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi
selaparang atau selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu
Kata sasak secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang
sasak ( Lombok ). Dari etimologis ini diduga leluhur orang sasak adalah orang

9
Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk Lombok disebut
Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan sasak.
Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku
sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti
lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di
Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai
XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa
atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau
Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat
bermukimnya orang sasak.

3.3. Klarifikasi simbolik dalam kebudayaan NTB.

Suku Sasak dikenal sebagai etnis terbesar yang mendiami Pulau Lombok.
Suku ini adalah etnis asli yang telah mendiami Pulau Lombok selama berabad-
abad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat Suku Sasak berasal dari
campuran penduduk asli Lombok dengan pendatang dari Jawa tengah yang
dikenal dengan julukan Mataram. Konon, pada masa pemerintahan Raja Rakai
Pikatan, banyak pendatang dari Jawa Tengah ke Pulau Lombok kemudian banyak
juga diantaranya yang melakukan pernikahan dengan warga setempat sehingga
menjadi masyarakat suku sasak. Akan tetapi, menurut sejarah pada abad ke-16
Pulau Lombok berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Hal ini terbukti
dengan diutusnya Maha Patih Gajah Mada untuk datang ke Pulau Lombok.

Di akhir abad ke 16 hingga abad ke 17 awal, banyak para pendatang dari


Jawa yang masuk ke Pulau Lombok sambil menyebarkan pengaruh Islam. Salah
satunya adalah dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri pada masa itu. Setelah
masuknya dakwah Islam pada masa ini, agama Suku Sasak berubah dari agama
Hindu menjadi agama Islam. Dan pada abad ke 18 Lombok diserang dan
ditaklukan oleh pasuakan gabungan kerajaan karang asem dari bali. Akibat dari
pendudukan kerajaan karangasem dari Bali yang menguasai lombok bagian barat
memunculkan kultur atau corak budaya khas Bali di Lombok. Berdasarkan
runutan sejarah tersebut Suku Sasak bisa saja diidentifikasi merupakan akulturasi
dari beberapa kebudayaan yaitu pengaruh Islam, Hindu, Budaya Jawa dan Bali.

10
Walaupun begitu kebudayaan Suku Sasak memiliki corak kebudayaan asli yang
mapan dan berbeda dari budaya suku-suku lain.

Nama suku sasak berasal dari kata sak-sak (dalam bahasa sasak) yang
berarti sampan. Hal ini karena nenek moyang orang Lombok dahulu
menggunakan sampan untuk mengitari Pulau Lombok dari arah barat menuju ke
arah timur atau sekarang dikenal dengan Pelabuhan Lombok menggunakan
sampan. Sumber lain yang menyebutkan makna kata sasak dari aspek filosofisnya
adalah kitab Negara kertagama yang merupakan kitab yang memuat catatan
kekuasaan Kerajaan Majapahit yang digubah oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab ini
disebutkan bahwa kata sasak berasal dari tradisi lisan masyarakat setempat yaitu
lombok sasak mirah adi. Dalam tradisi lisan masyarakat setempat kata sasak
berasal dari kata sa-saq yang berarti satu atau kenyataan dan lombok berasal dari
kata lomboq (bahasa kawi) yang berarti lurus atau jujur sedangkan mirah berarti
permata dan adi artinya baik atau yang baik. Maka lombok mirah sasak adi
berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.

Masyarakat Suku Sasak merupakan masyarakat yang masih memegang


teguh tradisi dan mempertahankan kebudayaan sampai saat ini. Kini, Suku Sasak
bukan hanya sebuah kelompok masyarakat tapi juga merupakan salah satu etnis
yang melambangkan kekayaan tradisi yang dimiliki oleh Indonesia.

11
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Nusa


Tenggara Barat memiliki beraneka ragam kebudayaan. Mulai dari suku-suku yg
mendiami daerahnya, upacara adatnya, serta tradisi yg melekat pada
masyarakatnya.
Oleh karena itu sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus
bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan daerah ini. Semoga suku budaya di
daerah Nusa Tengggara Barat ini tidak pudar.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat, http://kebudayaan-
ntb.blogspot.com/

http://anita-assalamualaikum.blogspot.com/2013/02/makalah-nusa-tenggara-
barat.html, http://www.slideshare.net/nuaingdak/kebudayaan-nusa-
tenggara-barat-dede-ahlam-tohir

http://www.worldfriend.web.id/indonesia/provinsi-nusa-tenggara-barat,

http://himmatuzzaheera.blogspot.com/2011/08/indahnya-keragaman-masyarakat-
nusa_15.html,www.ntbprov.go.id, http://bimakota.go.id/post/read/8/Seni-
Budaya

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sasak

13
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1. Pengertian ................................................................................................. 4
2.2. Arsitektur Tradisional NTB ..................................................................... 5
BAB III. ASPEK PEMBENTUK ARSITEKTUR ......................................... 7
3.1. Sistem kepercayaan, sistem upacara dan
system kekerabatan masyarakat NTB..................................................... 7
3.2. Kosmologi dalam kebudayaan masyarakat NTB ..................................... 9
3.3. Klarifikasi simbolik dalam kebudayaan NTB ......................................... 10
BAB IV. KESIMPULAN............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

Anda mungkin juga menyukai