Anda di halaman 1dari 4

Materi antropologi :

Internalisasi Nilai-nilai Budaya dalam Pembentukkan Kepribadian


dan Karakter

A.Pengertian Internalisasi
Pada dasarnya internalisasi telah ada sejak lahir sampai sekarang ini. Internalisasi muncul
melalui komunikasi yang terjadi dalam bentuk sosialisasi dan pendidikan. Hal terpenting
dalam menjalankan proses internalisasi adalah nilai-nilai budaya yang harus ditanamkan
dalam yang tujuan. Kemudian, setelah manusia mengerti tentang nilai-nilai, maka akan
dibentuk menjadi sebuah kepribadian. Berikut ini merupakan beberapa pengertian tentang
internalisasi, antara lain:
1. Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap,
standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam kepribadian (Chaplin, 2005:
256)
2. Reber, sebagaimana dikutip Mulyana (2004:21) mengartikan internalisasi sebagai
menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan
penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan baku pada diri
seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh
harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat
permanen dalam diri seseorang.
3. Ihsan (1997:155) memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk
memasukkan nilai – nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya.
Dari definisi-definisi beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi sebagai
proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada
sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari – hari (menyatu dengan
pribadi). Nilai-nilai yang diinternalisasikan merupakan nilai yang  sesuai dengan norma dan
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

B. Nilai-Nilai Budaya
Menurut Koentjaraningrat (1987:85), nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup
dalam alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka
anggap sangat mulia. Nilai budaya sendiri merupakan sebuah konsep-konsep yang ada
dalam pikiran manusia. nilai budaya ini dianggapbernilai, berharga, dan penting oleh
sebagian besar manusia.

C. Peran Media dalam Internalisasi Budaya


Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, kita telah mengalami proses internalisasi.
Internalisasi yang kita peroleh baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat
luas. Dalam penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui
berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan
indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya. Nilai-nilai yang diinternalisasikan tersebut
dapat memberikan pengaruh kepada sikap, kepribadian, dan budaya kita baik kearah
negative maupun kearah positif. Pengaruh yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki
kedudukan tertentu atau karisma tertentu seperti kyai, guru, dan ustad akan memberikan
nilai-nilai baik (nilai religious, sopan santun, dsb) yang mengarah ke positif sehingga orang
yang menerimanya bisa mempunyai kepribadian yang baik. Namun, persoalan sekarang ini
nilai-nilai yang buruk(seperti kekerasan, kejahatan seksual,konsumtif, dll) menjadi konsumsi
dalam kehiduapan sehari-hari yang dapat diperoleh melalui media massa dan juga internet.
Hal ini menimbulkan dampak negative bagi sikap dan tingkah laku seseorang akibat sebuah
proses internalisasi yang salah,   tidak sesuai dengan adat dan kebiasaan-kebiasaan yang
berlaku di masyarakat.

Sebagai langkah atau antisipasi, pendidikan dijadikan sebagai alternative yang sifatnya
preventif (pencegahan), karena membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam
berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah
budaya dan karakter bangsa. Misalnya melalui sebuah materi pembentukan karakter sebuah
bangsa yang dimana di dalamnya membahas tentang sebuah nilai-nilai budaya yang dapat
diintegrasikan sebagai pembelajaran. Nilai-nilai biasanya terdapat dalam pendidikan
karakter di sekolah-sekolah antara lain:

1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komuniktif
14. Cinta damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung-jawab

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan


karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini,
peserta didik dapat belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat yang dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan
mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

D. Manfaat internalisasi
Internalisasi memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu pengembangan, perbaikan dan
penyaringan dalam hal budaya.  Manfaat pengembangan yaitu sebagai pengembangan
potensi seseorang untuk menjadi pribadi dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang 
yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
Kemudian dalam manfaat perbaikan adalah untuk memperkuat kepribadian yang
bertanggung jawab dalam pengembangan seorang individu yang lebih bermartabat; dan
dalam manfaat penyaring bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan budaya.

E. Keterkaitan antara Internalisasi dengan Pembentukan Kepribadian Individu


Kepribadian merupakan susunan akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah-laku
atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu ( Koenjaraningrat, 1990:102). Internalisasi
memiliki hubungan  dengan pembentukan kepribadian, karena gejala kepribadian seseorang
akan tumbuh berangsur-angsur dalam masyarakat diakibatkan oleh proses sosialisasi dan
internalisasi nilai-nilai yang dianggap baik termasuk nilai kebudayaan. Internalisasi erat
kaitannya dengan sosialisai, sehingga dari sosialisasi dan internalisasi tersebut manusia
akan menjadikan nilai yang diperolehnya dalam sikap dan kepribadian seseorang.
Pembentukan kepribadian juga  dapat dilakukan melalui sosialisasi norma-norma, pola-pola
tingkah laku, dan nilai-nilai cultural secara langsung atau tidak langsung. Kemudian melalui
bentuk-bentuk interaksi kelompok kesemuanya diterima dan diperhatikan oleh individu yang
tengah terbentuk kepribadiannya, dan kemudian diinternalisasikan kedalam mentalnya. Di
dalam mental, segala norma dan pola yang diinternalisasikan tidak dalam keadaan pecah
melainkan menyatu menghasilkan organisasi kehidupan. Organisasi kepribadian telah
terbentuk maka dapat dikatakan telah terbentuk kepribadian. Adapun faktor yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:

1. Warisan Biologis dan kepribadian


Setiap warisan biologi seseorang besifat unik, artinya tidak seorang pun (kecuali anak
kembar) yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Banyak orang percaya bahwa
kepribadian seseorang tidak lebih dari sekedar penampilan warisan biologisnya. Namun
dewasa ini tidak banyak lagi yang masih mempercayai anggapan ini. Karena sekarang ini
diketahui karakteristik kepribadian dibentuk oleh pengalaman hidup seseorang.

2. Lingkungan Fisik dan Kepribadian


Ellsworth Huntington, menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok terutama
disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Pernyataan itu memang
mempengaruhi kepribadian seseorang.

3. Kebudayaan dan Kepribadian.


Dari pengalaman sosial yang sebenarnya umum bagi seluruh anggota masyarakat tertentu,
timbullah konfigurasi kepribadian yang khas dari anggota masyarakat tertentu. Sehingga
masyarakat mempunyai kepribadian yang berbeda tergantung pada budaya yang
mempengaruhinya.

4. Pengalaman Kelompok dan Kepribadian


a.Kelompok refrens/acuan (refrence group)
Yaitu sepanjang hidup seseorang kelompok-kelompok tertentu menjadi model
penting sebagai gagasan atau norma-norma yang memengaruhi perilaku seseorang.
Seperti, Kelompok Keluarga.
b.Kelompok majemuk dan sosialisasi.
Masyarakat yang kompleks/majemuk memiliki banyak kelompok dan kebudayaan
khusus dengan standar yang berbeda dan kadang kala bertentangan. Contohnya,
remaja yang nyaman bergaul dengan kelompok sebayanya, karena mereka merasa
dihargai dan terima sebagai seorang individu meski terkadanng ada hal-hal yang
bertentangan.

5. Pengalaman yang Unik dan Kepribadian


Setiap individu tidak mendapatkan pengalaman yang sama, mungkin pernah mendapatkan
pengalaman serupa dalam beberapa hal dan berbeda dalam hal lainnya. Hal ini karean
setiap anak memilki suatu unit/kesatuan keluarga yang berbeda. Seperti halnya setiap anak
(kecuali anak kembar identik) yang mempunyai warisan biologis yang unik, yang benar-
benar tidak seorangpun yang menyamainya, demikian pula dengan suatu rangkaian
pengalaman hidup yang unik tidak dapat benar-benar disamai oleh pengalaman siapa pun.

Tontonlah video dengan link berikut.: https://www.youtube.com/watch?v=giCRR8ZprbU

Anda mungkin juga menyukai