Anda di halaman 1dari 22

BANGSA, NEGARA DAN PEMERINTAHAN

A. BANGSA 1. Pengertian Bangsa Terdapat beberapa pengertian dari bangsa menurut para ahli. Seperti misalnya F. Ratzel, sebuah bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat atau keinginan tersebut muncul karena adanya perasaan kesatuan antara manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan menurut Otto Bauer, bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter atau sifat, karena adanya persamaan nasib. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa, bangsa adalah sekelompok manusia yag memiliki hasrat bersatu antara manusia dengan tempat tinggalnya, dan memiliki kesamaan karakter karena merasakan adanya kesamaan nasib. Dengan kata lain, Bangsa juga dapat disebut sebagai suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya adalah: memiliki nama, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, budaya yang sama, dan solidaritas tertentu. Dalam pengertian Sosiologis, bangsa termasuk kelompok paguyuban yang secara kodrati ditakdirkan untuk hidup bersama dan senasib sepenanggungan di dalam suatu negara. Dari sudut pandang Antropologis, bangsa merujuk pada suatu bangsa (etnic group). Yaitu sekelompok manusia yang terikat oleh kesadaran serta jati diri sebagai satu kesatuan budaya dan memiliki kesamaan ciri-ciri fisik biologis, seperti warna kulit, bentuk wajah, bentuk rambut, dan perawakan. Dalam pengertian politis, bangsa merujuk pada keseluruhan masyarakat warga sebuah negara nasional. Yaitu sekelompok manusia yang merasa memiliki identitas bersama serta tinggal dalam wilayah yang jelas batas batasnya dan berdaulat. Berdasarkan terbentuknya, bangsa dapat dibagi menjadi 2, yaitu : a) Bangsa alami : Orang-orang yang memiliki kesatuan asal keturunan, kesatuan bahasa, kesatuan atas dasar persamaan darah dan wilayah tertentu di

muka bumi. Contoh : bangsa Cina, bangsa Arab, bangsa Melayu, dan lain lain b) Bangsa buatan : Bangsa yang terbentuk oleh karena rasa kesatuan atas dasar cita-cita yang sama, yang mendorong mereka ke arah hidup bersama demi kelangsungan hidup suatu negara. Contoh : bangsa Indonesia.

2. Unsur- Unsur Pembentuk Bangsa Indonesia Sebuah bangsa akan terbentuk apabila memenuhi unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur yang merupakan faktor-faktor penting bagi pembentukan dan pembinaan bangs Indonesia, yaitu : a) Persamaan asal keturunan bangsa (etnik): bangsa Indonesia berasal dari rumpun bangsa Melayu, bagian dari ras Mongoloid yg diperkaya variasi percampuran darah antar ras. b) Persamaan pola kebudayaan: cara hidup sebagai suku-suku bangsa petani dan pelaut dengan segala adat-istiadat dan pranata sosialnya. Manifestasi persamaan kebudayaan itu adalah bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. c) Persamaan tempat tinggal: yang disebut dengan nama khas tanah air, nusantara, yakni tanah tumpah darah seluruh bangsa yg merupakan satu kesatuan wilayah laut yang didalamnya terhimpun puluhan ribu pulau. d) Persamaan nasib kesejarahannya: baik kejayaan di masa kerajaan-kerajaan besar zaman Sri Wijaya dan Majapahit, maupun penderitaan bersama di kala meringkuk di bawah dominasi penjajahan asing. e) Persamaan cita-cita bersama: sebagai inspirasi, motivasi, visi sebuah bangsa yang besar, yang merdeka, berdaulat serta membangun negaranya dalam ikatan kesatuan dan persatuan Indonesia.

3. Identitas Bangsa Indonesia Identitas bangsa Indonesia merupakan Pancasila. Pancasila merupakan

pemersatu bangsa. Pancasila merupakan sebuah pedoman untuk mencapai tujuan Indonesia, yaitu menciptakan rakyat yang adil dan makmur. Perbedaan suku, bahasa,

dan agama, merupakan perbedaan yang tidak begitu berarti. Dengan perbedaan ini, diharapkan bangsa Indonesia akan bersatu, adi, dan makmur. Perbedaan ini biasanya diungkapkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang terdapat di pita yang dicengkram oleh burung garuda yang merupakan lambang dari Pancasila. Semboyan ini bermakna; walaupun berbeda, tetap satu jua. Dalam Pancasila, yang terpenting yang menggambarkan karakteristik bangsa Indonesia, yaitu bangsa yang berkeTuhanan; Ber-Kemanusiaan, Ber-Persatuan, Kerakyatan, dan, Ber-Keadilan.

B. NEGARA 1. Pengertian Negara Secara etimologi kata Negara berasal dari kata state (Inggris), Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status, Statum (Latin) yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri, menempatkan, atau membuat berdiri. Pengertian lain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara merupakan organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya, serta merupakan kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi dibawah lembaga politik atau pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik yang berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Di sisi lain beberapa ahli juga mengemukakan arti dari sebuah Negara diantaranya adalah sebagai berikut. a) Aristoteles Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. b) George Jellinek Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu. c) R. Djokosoentono Negara adalah organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

d) Roger H. Soltau Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat. e) Max Weber Negara adalah masyarakat yang monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Berdasarkan pengertian Negara yang dikemukakan oleh beberapa ahli ini, maka dapat disimpulkan bahwa suatu negara dapat terbentuk apabila telah memiliki unsurunsur pembentuk negara. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara meliputi; wilayah atau daerah teritorial yang sah, masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dan pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat.

2. Unsur-Unsur Terbentuknya Negara Sebagai sebuah organisasi, negara memiliki unsur-unsur yang tidak dimiliki oleh organisasi apapun yang ada di dalam masyarakat. Secara umum, unsur negara ada yang bersifat konstitutif dan ada pula yang bersifat deklaratif. Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada di saat Negara tersebut didirikan seperti rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus ada di saat Negara tersebut berdiri tetapi boleh dipenuhi setelah Negara tersebut berdiri, misalnya pengakuan dari Negara lain. 1. Unsur Rakyat Rakyat adalah semua orang yang secara nyata berada dalam wilayah suatu Negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan Negara tersebut. Rakyat dibedakan menjadi dua macam yaitu penduduk dan bukan penduduk. a) Penduduk adalah orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah suatu Negara dalam jangka waktu yang lama. Penduduk terdiri dari WNI dan WNA (pekerja asing yang tinggal menetap di Indonesia). Penduduk juga dibedakan menjadi warga Negara dan bukan warga Negara. Warga Negara adalah orang yang secara sah menurut hukum menjadi warga Negara, yaitu penduduk asli dan WNI keturunan asing. Sedangkan untuk

bukan warga Negara adalah orang yang menurut hukum tidak menjadi warga suatu Negara atau WNA. b) Bukan penduduk adalah mereka yang berada di wilayah suatu Negara tidak secara menetap atau tinggal untuk sementara waktu. Contoh: turis asing yang sedang berlibur. 2. Unsur Wilayah Wilayah adalah unsur mutlak suatu Negara yang terdiri dari daratan, lautan, dan udara dan terkadang suatu Negara hanya memiliki daratan dan udara saja karena Negara tersebut terletak di tengah benua jadi tidak memiliki lautan atau pantai. Batas wilayah suatu Negara dengan Negara lain dapat berupa: a) Wilayah alamiah (gunung, sungai, hutan) b) Wilayah buatan (pagar tembok, kawat berduri, patok, pos penjagaan. c) Wilayah secara geografis yaitu batas berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Misalnya Indonesia terletak antara 6o LU 11o LS, 95o BT 141o BT. d) Wilayah lautan diantaranya Res nullius dan Res communis . Res nullius yaitu laut yang dapat diambil dan dimiliki oleh setiap Negara. Sedangkan, Res communis yaitu laut yang dimiliki oleh masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau dimilliki oleh suatu Negara. e) Wilayah udara Menurut UU No. 20 tahun 1982, dinyatakan bahwa batas wilayah kedaulatan dirgantara suatu Negara yang termasuk orbit

geostasioner adalah 35.761 km. Menurut konvensi paris tahun 1919 Negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan eksplorasi di wilayah udaranya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan. f) Wilayah Ekstrateritorial Wilayah ekstrateritorial adalah wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu atau wilayah Negara tersebut berada di wilayah

Negara lain, seperti daerah perwakilan diplomatik di suatu Negara dan kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan berbendera suatu Negara. 3. Pemerintahan yang berdaulat Menurut Jean Bodin sifat kedaulatan ada empat yaitu; asli artinya kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi, permanen artinya kekuasaan itu tetap ada selama Negara tetap berdiri, tunggal atau bulat artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam Negara yang tidak dibagi-bagi kelembaga Negara lainnya dan tidak terbatas artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila ada yang membatasi maka kekuasaan itu akan lenyap. Pemerintah suatu Negara berdaulat keluar dan kedalam. Pemerintah yang berdaulat keluar artinya memiliki kedudukan sederajat dengan Negara-negara lain, sehingga bebas dari campur tangan Negara lain. Sedangkan, Pemerintah berdaulat ke dalam artinya berwibawa, berwenang menentukan dan menegakkan hukum atas warga dan wilayah negaranya. 4. Pengakuan dari Negara lain Pengakuan dari negara lain merupakan modal dasar bagi suatu negara yang bersangkutan untuk diakui sebagai negara yang merdeka dan mandiri. Pengakuan suatu negara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengakuan secara de facto dan pengakuan secara de jure. 4.1 Pengakuan Secara de Facto Pengakuan secara de facto adalah pengakuan tentang kenyataan adanya suatu negara yang dapat mengadakan hubungan dengan negara lain yang mengakuinya. Pengakuan de facto diberikan kalau suatu negara baru sudah memenuhi unsur konstitutif. Pengakuan de facto menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pengakuan de facto yang bersifat tetap. Artinya, pengakuan dari negara lain terhadap suatu negara hanya menimbulkan hubungan di lapangan perdagangan dan ekonomi (konsul). Sedangkan untuk tingkat duta belum dapat dilaksanakan.

b. Pengakuan de facto bersifat sementara. Artinya, pengakuan yang diberikan oleh negara lain dengan tidak melihat jauh pada hari ke depan, apakah negara itu akan mati atau akan jalan terus. Apabila negara baru tersebut jatuh atau hancur, maka negara lain akan menarik kembali pengakuannya. 4.2 Pengakuan Secara de Jure Pengakuan secara de jure adalah pengakuan lain secara resmi segala

berdasarkan hukum oleh

negara

dengan

konsekuensinya. Menurut sifatnya, pengakuan secara de jure dapat dibedakan sebagai berikut : a. Pengakuan de jure bersifat tetap. Artinya, pengakuan dari negara lain berlaku untuk selama-lamanya setelah melihat kenyataan bahwa negara baru dalam beberapa waktu lamanya menunjukkan

pemerintahan yang stabil. b. Pengakuan de jure bersifat penuh. Artinya terjadi hubungan antara negara yang mengakui dan diakui, yang meliputi hubungan dagang, ekonomi dan diplomatik.

3. Fungsi dan Tujuan Negara Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada negara. Berikut adalah fungsi negara menurut para ahli, antara lain sebagai berikut. 1. John Locke, fungsi negara dibagi menjadi tiga yaitu: a. Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan; b. Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan; c. Fungsi federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai. 2. Montesquieu, fungsi negara dibagi menjadi tiga yaitu: a. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang; b. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang;

c. Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati, yang populer dengan nama trias Politika. 3. Mirriam Budiardjo a. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemajuan rakyatnya. c. Pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. d. Menegakkan keadilan melalui badan-badan pengadilan.

4. Cita-cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat dalam alinea II Pembukaan UUD 1945, yaitu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuan negara Indonesia terjabar dalan Alinea IV Pembukaan UUD 1945, secara rinci sebagai berikut: a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; b. Memajukan kesejahteraaan umum; c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin ( Tap MPR no. VII/MPR/2001).

C. SISTEM PEMERINTAHAN 1. Pengertian Pemerintahan a. Dalam arti luas : Pemerintahan adalah aktifitas memerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam mencapai tujuan negara. b. Dalam arti sempit : Pemerintahan adalah aktifitas memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam mencapai tujuan negara. c. Menurut Utrecht ada 3 pengertian: 1. Pemerintahan adalah gabungan dari semua badan kenegaraan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah (legislatif, Eksekutif, Yudikatif). 2. Pemerintahan adalah gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang memiliki kekuasaan memerintah (Presiden, Raja). 3. Pemerintahan dalam arti kepala negara (Presiden) bersama kabinetnya. d. Menurut Offe: Pemerintahan adalah hasil dari tindakan administratif dalam berbagai bidang, bukan hanya hasil dari pelaksanaan tugas dalam melaksanakan undang-undang melainkan hasil dari kegiatan bersama antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing. e. Menurut Kooiman: Pemerintahan adalah proses interaksi antara berbagai aktor dalam pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat. f. Menurut Austin Ranney: pemerintahan adalah proses kegiatan pemerintah dalam membuat dan menegakkan hukum dalam suatu negara. g. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pemerintahan berarti: 1. Proses, cara, perbuatan memerintah. 2. Segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara.

2. Bentuk Pemerintahan 1. Teori Klasik Tentang Bentuk Pemerintahan Menurut ajaran klasik, bentuk Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur alat-alat perlengkapan Negara dan hubungan antar alat-alat perlengkapan itu. Dalam teori Klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan atas jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya. a. Plato (429-347 SM ) Bentuk pemerintahan pada zaman Yunani Kuno mengutamakan peninjauan ideal (filsafat). Plato mengemukakan bahwa bentuk pemerintahan dapat dibagi menjadi lima, sesuai dengan sifat tertentu manusia, yaitu: 1) Aristokrasi: bentuk pemerintahan yang dipegang oleh aristokrat (cendekiawan), sesuai dengan pikiran keadilan. 2) Timokrasi: bentuk pemerintahan yang dilaksanakan oleh orangorang yang ingin mencapai kemasyuran dan kehormatan. 3) Oligarkhi: bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang atau golongan hartawan. 4) Demokrasi: bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat miskin (jelata). 5) Tirani: bentuk pemerintahan ang dipegang oleh seorang penguasa yang sewenang-wenang sehingga jauh dari cita-cita keadilan. b. Aristoteles ( 384-322 SM ) Menurut Aristoteles, pembedaan bentuk pemerintahan dapat

dilakukan dengan melihat dari jumlah orang yang memerintah: 1) Monarki: bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang (raja/ kaisar). 2) Aristokrasi: bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendikiawan demi kepentingan umum 3) Politea: bentuk pemerintahannya yang di pegeng oleh seluruh rakyat demi kepentingan umum.

4) Tirani: bentuk pemerintahan yang di pegeng oleh seseorang demi kepentingan pribadi. 5) Oligarki: bentuk pemerintahan yang di pegang oleh sekelompok cendikiawan demi kepentingan kelompoknya. 6) Demokrasi: bentuk pemerintahan yang di pegang oleh orangorang tertentu demi kepentingan sebagian orang. c. Polybios ( 204-122 SM ) Polybios adalah murid Aristoteles. Ajaran polybios yang di kenal dengan cyclus theory sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari ajaran Aristoteles dengan sedikit perubahan, yaitu dengan mengganti bentuk pemerintahan ideal polytea dengan demokrasi. Teori siklus menurut polibios dapat di ganbarkan pada bagan berikut.

Polybios menjelaskan bahwa pada mulanya pemerintahan monarki dijalankan dengan baik dan dapat dipercaya. Namun, dalam perkembangannya raja tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum, tetapi cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat. Bentuk pemerintahan monarki bergeser menjadi tirani. Dalam pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, muncullah kaum Bangsawan yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan pemberontakan sehingga kekuasaan beralih pada

mereka. Pemerintahan selanjutnya di pegang oleh beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum. Pemerintahan pun berubah dari tirani menjadi aristrokrasi. Aristrokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum, pada perkembangannya tidak lagi menjalankan keadilan, dan hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan itu mengakibatkan

pemerintahan aristrokrasi bergeser ke oligarki. Dalam pemerintahan oligarki yang tidak ada keadilan, rakyat berontak mengambil alih kekuasaan untuk memperbaiki nasib. Rakyat menjalankan pemerintahan negara demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser menjadi Demokrasi. Namun, Pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama kelemaan banyak di warnai kekacauan, kebrobokan, dan korupsi sehingga hukum sulit di tegakkan, oleh karena itu pemerintahan bergeser menjadi okhlorasi. Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang yang kuat dan berani yang dapat memegang pemerintahan dengan demikian,

pemerintahan kembali di pegang oleh satu tangan dalam bentuk monarki. Perjalanan siklus pemerintahan menurut polybios diatas

memperlihatkan adanya hubungan Kausal (sebab akibat ) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang lain.

2. Bentuk Pemerintahan Monarki Dan Republik Leon Duguit dalam bukunya treatie de Droit Constitutional membedakan bentuk Pemerintahan dalam Monarki dan Republik. Perbedaan antara bentuk pemerintahan Monarki dan republik menurut Leon Duguit ada pada kepela Negaranya. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya diangkat berdasarkan waris atau keturunan (herediter) dan menjabat seumur hidup. Dalam pemerintahan monarki tidak terjadi pemilihan kepala negara oleh

rakyat atau parlemen. Maka, monarki melahirkan wangsa atau dinasti, keluarga pewaris tahta kerajaan. Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih oleh rakyat (secara langsung maupun melalui perwakilan). Masa jabatan kepala negaranya dibatasi. Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit, tetapi kriteria pembeda yang menurutnya lebih tepat adalah kesamaan dan ketidaksamaan. Monarki merupakan bentuk pemerintahan yang didasarkan atas ukuran ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara (raja). Sedangkan republik merupakan bentuk pemerintahan yang didasarkan atas ukuran kesamaan karena kepala negaranya dipilih dan diangkat berdasarkan kemauan dewan atau orang banyak, dan setiap orang dianggap memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara. Selain bentuk pemerintahan monarki dan republik, Koellreutter menambahkan bentuk pemerintahan otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat), yaitu pemerintahan oleh satu orang yang bersifat mutlak. a. Bentuk Pemerintahan Monarki: 1) Monarki absolut, yaitu monarki yang seluruh kekuasaan negaranya berada di tangan raja sehingga raja berkuasa secara mutlak, tak terbatas. Raja memegang kekuasaan secara luar biasa sehingga mudah bertindak sewenang-wenang. Perintahnya adalah hukum yang harus dilaksanakan tanpa reserve. Dalam negara monarki absolut berlaku semboyan Princep legibus solutus est, salus publica suprema lex yang maksudnya adalah: yang berhak membentuk undang-undang adalah raja, kesejahteraan umum adalah hukum yang tertinggi. 2) Monarki konstitusional, yaitu monarki terbatas (kekuasaan rajanya dibatasi oleh konstitusi (undang-undang dasar).

Perkembangan politik yang terjadi, terutama setelah lahirnya Revolusi Industri, menyadarkan rakyat bahwa mereka memiliki hak asasi yang tidak dapat di ambil alih secara paksa. oleh karena

itu, berkembanglah keinginan untuk membatasi kekuasaan Raja agar tidak bersifat mutlak (Absolut). Disisi lain partisipasi politik Rakyat juga harus di beri ruang. penguasa pun mesti memperhatikan kepentingan rakyat dan bekarja keras untuk mewujudkan tujuan bersama. semua itu termasuk dalam suatu undang-undang dasar (Konstitusi) yang diumpamakan sebagai suatu kontrak Sosial antara penguasa dan rakyat. 3) Monarki parlementer, yaitu monarki yang kekuasaan

pemerintahannya ada di tangan para menteri (baik sendiri maupun bersama-sama) yang bertanggung jawab kepada parlemen. sementara, anggota parlemen di pilih oleh Rakyat. Dengan demikian, rakyat memiliki kekuasaan cukup besar untuk terlibat dalam proses politik. Raja berkedudukan sebagai kepala negara, lambang keutuhan dan kesatuan negara. Karena itu raja tidak dapat diminta bertanggung jawab. b. Bentuk Pemerintahan Republik: 1) Republik absolut (kadang-kadang disebut otoriter), yaitu suatu negara yang seluruh kekuasaannya berada di tangan presiden. Dalam Republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan tatanan Republik dalam idealisasi, yang sesungguhnya yang menempatkan

kepentingan umum diatas kepentingan pribadi pemimpin. Hukum yang dibuat dimanipulasi sedemikian rupa sehingga mendukung kekuasaan pemimpin yang semena-mena. 2) Republik terbatas (konstitusional), yaitu pemerintahan republik yang kekuasaan presidennya dibatasi konstitusi (undang-undang dasar). Dalam Republik Konstitusional, kepala negara dan kepala pemerintahan merupakan kedudukan politik yang dapat

diperebutkan melalui cara-cara yang ditetapkan di dalam undangundang dasar. Undang-undang Dasar menjadi landasan utama

segenap praktik kenegaraan. Didalamnya secara umum di atur bagaimana kekuasaan dipisah/dibagi, bagaimana kekuasaan tersebut dijalankan, apasaja dan kewajiban warga negara, dan aturan-aturan dasar lain dalam kehidupan kenegaraan. Kedaulatan tertinggi berada di tangan Rakyat. Karena itu, pemimpin dipilih dan bertanggung jawab kepada rakyat ( secara langsung atau tidak langsung ). Kekuasaan pemimpin tidak bersifat mutlak. Republik konstitusional menjujung tinggi hukum dan kedaulatan rakyat. itu artinya, setiap warga negara berkedudukan setara dihadapan Hukum.demikian pula, partisipasi politik bagi warga negara terbuka asal sesuai dengan pereturan perundan-undangan. Republik konstitusional dapat menggunakan sistem pemerintahan Presidensial maupun parlementter. Republik konstitusional yang menjalankan sistem presidensial, kekuasaan pemerintahan dan kepela negara berada di tangan presiden. Sedangkan dalam Republik parlementer, posisi kepala negara pemerintahan dijabat oleh orang yang berbeda. 3) Republik Parlementer, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, tapi presiden tidak dapat diganggu gugat. Kepala

pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Kekuasan legislatif lebih tinggi dari kekuasaan eksekutif.

3. Jenis-Jenis Sistem Pemerintahan 1. Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sistem pemerintahan dimana parlemen atau badan legislatif memiliki peran penting dalam pemerintahan. Ciri-ciri atau karakteristik pemerintahan parlementer sebagai berikut: a. Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki kekuasan pemerintahan.

b. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri c. Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih langsung rakyat melalui pemilihan Umum. d. Eksekutif adalah kabinet yang bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen. e. Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri maka kabinet harus menyerahkan mandatnya kepada kepala negara. f. Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet sekaligus sebagai perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu. g. Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet secara koalisi dan mendapat kepercayaan parlemen. h. Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka kepala negara menganggap kabinet yang benar maka parlemen dibubarkan oleh kepala negara. Bila parlemen dibubarkan maka tanggung jawab pelaksanaan pemilu terletak pada kabinet dalam tempo 30 hari. Bila partai politik yang menguasai parlemen menang dalam pemilu maka kabinet akan terus memerintah. Tetapi apabila yang menang dalam pemilu tersebut adalah partai oposisi maka kabinet

mengembalikan madatnya kepada kepala negara dan partai pemenang pemilu akan membentuk kabinet baru. Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer: Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat anatar legislatif dengan eksekutif. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. Kekurangan sistem pemerintahan parlementer :

Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas parlemen, sehingga sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas parlemen. Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai parlemen. Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota parlemen merangkap menteri atau kabinet.

Prinsip-prinsip sistem pemerintahan Parlementer ada 2 yaitu : a. Rangkap jabatan karena anggota parlemen adalah para menteri. b. Dominasi resmi parlemen sebab merupakan lembaga legislatif tertinggi, memiliki kekuasaan membuat UU, merivisi, mencabut suatu UU. Parlemen dapat menentukan suatu UU itu konstitusional atau tidak.

2. Sistem pemerintahan Presidensial Sistem pemerintahan Presidensial adalah keseluruhan hubungan kerja antar lembaga negara melalui pemisahan kekuasan negara, disini presiden adalah kunci dalam pengelolaan kekuasaan menjalankan pemerintahan negara. Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial sebagai berikut : a. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. b. Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden. c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen e. Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen f. Menteri bertanggung jawab kepada presiden g. Masa jabatan mebteri tergantung pada kepercayaan presiden h. Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and balances.

Kelebihan sistem Presidensial: Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau parlemen. Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun. Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan. Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak boleh dirangkap pejabat eksekutif. Kekurangan Sistem Presidensial: Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas. Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan legislatif, tidak tegas dan waktu lama. Prinsip-prinsip sistem pemerintahan presidensial adalah : a. Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen dengan menteri atau kabinet. b. Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain.

3. Sistem pemerintahan di negara komunis Lembaga legislatif di negara Uni Soviet dijalankan oleh lembaga yang bernama Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 majelis yaitu majelis Uni dan majelis bangsa-bangsa. Majelis uni mencerminkan kepentingan

bersama seluruh penduduk URSS ( mirip DPR) sedangkan majelis bangsabangsa mencerminkan bangsa-bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( semacam Senat). Soviet tertinggi (STU) memilih presidium soviet tertinggi (semacam badan pekerja MPR) yang merupakan lembaga yang amat berkuasa di Uni Soviet.

Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh dewan menteri yang bertanggung jawab dan tunduk kepada Soviet Tertinggi URSS. Kekuasan nyata pemerintahan di Uni Soviet berada di tangan pemimpin partai komunis.

4. Sistem Pemerintahan Referendum Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah pengawasan rakyat yang memiliki hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum. Referendum itu ada 3 jenis : Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD tertentu diberlakukan. Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah orang tertentu Apabila hasil referendum

menginginka dilaksanakannya referendum.

menghendaki dilaksanakannya UU maka akan terus berlaku, tapi sebaliknya. Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU yang diminta persetujuannya.

5. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia 1. Tahun 1945 1949 Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 45 antara lain: a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR. b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul BP KNIP. 2. Tahun 1949 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah system parlementer cabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan cabinet

parlementer murni karena dalam system parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah. 3. Tahun 1950 1959 Landasannya adalah UUD 50 pengganti konstitusi RIS 49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Ciri-ciri: a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. c. Presiden berhak membubarkan DPR. d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden. 4. Tahun 1959 1966 (Demokrasi Terpimpin) Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat. 5. Tahun 1966 1998 Orde baru pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi terpimpin pada era orde lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. 6. Tahun 1998 Sekarang (Reformasi) Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa. a. Sistem Pemerintahan Menurut UUD 1945 Sebelum diamandemen: 1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR. 2. DPR sebagai pembuat UU. 3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan. 4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan. 5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.

6. BPK pengaudit keuangan. b. Sistem Pemerintahan setelah amandemen (1999 2002) 1. MPR bukan lembaga tertinggi lagi. 2. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat. 3. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat. 4. Presiden tidak dapat membubarkan DPR. 5. Kekuasaan Legislatif lebih dominan. c. Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia 1. Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR. 2. Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi krisis kabinet. 3. Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR. d. Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia 1. Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan Presiden. 2. Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden. 3. Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh. 4. Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianto,

M.

2011.

Bangsa

dan

Negara

Indonesia.

Diakses

dari

munifaprianto.blogspot.com pada tanggal 15 Maret 2014 Anonim. 2013. Pengertian Bangsa dan Negara serta Unsur-Unsurnya. Diakses dari forallofya.blogspot.com pada tanggal 15 Maret 2014 Irtasari, dkk. 2013. Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan. Diakses dari imuandbiologi.blogspot.com pada tanggal 15 Maret 2014 Kaelan & Zubaidi A. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta. Pardigma Kholil, M. 2009. Sistem Pemerintahan. Diakses dari halil-materipkn.blogspot.com pada tanggal 15 Maret 2014 Ruhcitra. 2008. Bentuk Pemerintahan. Diakses dari ruhcitra.wordpress.com pada tanggal 15 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai