MAKALAH
Oleh:
NUR AISYAH
NIM. 1810300048
DOSEN PEMBIMBING
PUJI PRATIWI, M. A.
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji
dan syukur senantiasa penulis kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
Makalah ini yang berjudul “Ideologi Partai Politik”. Penulis susun untuk memenuhi
persyaratan dan melengkapi tugas mata kuliah Hukum Kerpaian dan Pemilu. Dalam penyusunan
makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan kata, kalimat
maupun sistematika pembahasan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan dari para pembaca, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
untuk penulis dan untuk para pembaca.
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ideologi partai politik adalah makna sebagai ide dan system keyakinan dasar atau cara
memandang dunia yang membimbing partai politik tidak hanya dalam memilih metode, tetapi
juga cara- cara fundamental yang bersifat ontologis dan epistemologi. oleh karena itu ideologi
merupakan pedoman atau aturan yang mengatur manusia dalam bertindak untuk mencapai
orientasi politik maupun ekonomi.
Dengan demikian ideologi baik secara teoritik maupun secara empiric merupakan bagian
penting untuk melihat perbedaan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang lain.
ideologi merupakan magnet electoral partai, branding partai, sumbu utama untuk mempersatukan
cita- cita ideologi merupakan faktor yang menggerakkan sumbu utama partai. namun demikian
ideologi tidaklah hadir dalam ruang yang vakum, ideologi senantiasa berdialekta dengan ideologi
yang berbeda, ideologi bahkan berkontraksi dalam dirinnya sendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah system kepercayaan atau tata nilai yang diperjuangkan dan dijabarkan secara
sadar oleh para pemuluknya dalam totalis kehidupan, terutama dalam sosial politik. dengan
demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide- ide, pengertian- pengertian, dasar, gagasan-
gagasan dan cita- cita. Ideologi dapat menjadi tools atau instrumens untuk mencapai kekuasaan.
perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan harus didahului dengan perdebatan ideologis antara
yang berkuasa dengan yang akan mengambil kekuasaan. begitu proses pengambilan kekuasaan
yang dilegitimasi dengan massa yang besar berhasil, pekerjaan pemenang tidak hanya sampai
disitu, karena mereka harus mewaspadai sepenuhnya kemungkinan penggoyahan kekuasaan
yang dilakukan oleh lawan perdebatan sebelumnya, maka suka tidak suka penguasa harus
menginstitusionalisasikan ideologi yang mereka punya dalam semua struktur kekuasaan yang
dikuasainnya. inilah sebuah gambaran yang jelas melihat hubungan antara kekuasaan dengan
ideologi.1
ideologi berperan penting dalam positioning politik bagi partai politik dalam menghadapi
persaingan politik yang semakin dinamis. persaingan politik adalah persaingan untuk
memperebutkan pengaruh dan kekuasaan namun tentunnya adalah persaingan yang memiliki
aturan dan mekanisme yang jelas.
jadi persaingan politik disini dipandang sebagai suatu hal yang positif sebab dapat
menstimulasi partai politik untuk terus kreatif dan inovatif dalam setiap langkah strategisnya.
konsep ini diadopsi dalam dunia politik maka pemahamannya adalah partai politik harus mampu
menempatkan produk politik dan image politik dalam benak masyarakat.
persoalan ideologi bagi partai politik adalah hal yang sangat krusial, mengingat dengan
adannya ideologilah maka parpol akan dapat memegang teguh janji yang ia berikan pada
masyarakat. partai politik tanpa ideologi layaknya manusia yang tidak memiliki prinsip dalam
hidupnya, mudah terombang ambing, dan ia hanya cenderung melihat keuntungan atas apa yang
ia berikan, bukan kepada kebahagiaan ketika ia mampu memberikan sesuatu pada orang lain.
liberalisme berasal dari kata liberalis yang mempunyai arti bebas. dalam liberalisme
kebebasan individu, persaingan pemilik modal ( capital ) serta pembatasan kekuasaan raja
1
Budiarjo Miriam dasar dasar ilmu politik ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003) hlm 12.
5
( pemerintah ). sebab itu liberalism serta kapitalisme terkadang dilihat sebagai ideologi yang
sama.
kebebasan sudah muncul sejak adannya manusia didunia, sebab pada hakekatnya
manusia sering mencari kebebasan bagi dirinnya sendiri. 2
liberalism ada pada abad ke akhir abad 17 berhubungan dengan runtuhnya feodalisme
pada eropa serta diawalinnya zaman renaissance, lalu diikuti dengan gerakan politik masa
revolusi prancis. liberalism pada zaman ini terkait dengan Adam Smith, dikenal sebagai
liberalism klasik. dimasa ini, kerajaan ( pemerintahan ) bersifat lepas tangan, yang sesuai dengan
konsep Laissez faire. konsep ini menekankan bahwa kerajaan harus member kebebasan berfikir
pada rakyat, tidak menghalang pemilikan harta individu atau kumpulan kekuasaan kerajaan yang
terbatas serta kebebasan rakyat.
Menurut Adam Smith Liberal merupakan kebebasan dari batasan sebab liberalism
menawarkan konsep hidup bebas dari pengawasan gereja serta raja.
2. Kapitalisme
Kapitalisme berasal dari kata capital yang berarti modal. Modal disini adalah alat
produksi, seperti tanah serta uang. jadi arti kapitalisme merupakan ideologi dimana kekuasaan
ada ditangan capital atau pemilik modal. system ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan
terhadap keuntungan, dimana masyarakat bersaing dalam batasan- batasan ini.
Menurut pandangan kapitalisme setiap individu bukanlah bagian dari masyarakat, namun
pihak yang harus berjuang untuk kepentingan sendiri. dalam perjuangan tersebut faktor
penentunnya ialah produksi. produsen yang lemah akan tersingkirkan serta produsen yang
unggul akan tetap bertahan. Thomas Hobbes menyatakan bahwa setiap orang secara alamiah
akan mencari pemenuhan kebutuhan bagi dirinnya sendiri. Jhon Locke memiliki hak personal.
adam smith menganjurkan pasar bebas dengan aturannya sendiri, dengan arti tidak ada campur
tangan pemerintah didalam pasar.
3. Sosialisme
2
Rode Clymer pengantar ilmu politik, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), hlm. 17.
6
kebahagiaan bersama, sebab pada hakekatnya, manusia hidup bukan hanya untuk bebas, namun
jugan saling tolong menolong.
4. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai ideology memiliki karakter utama sebagai ideology nasional. ia adalah
cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita- citannya, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur.3
pancasila adalah ideology kebangsaan karena digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun Negara bangsa Indonesia. pancasila yang member pedoman dan pegangan bagi
tercapainnya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin
antara warga Negara dengan tanah airnya.
1. Sebagai system keyakinan politik, ideology yang memberikan suatu struktur kognitif
2. Memberikan suatu formula yang bersifat menentukan suatu arahan bagi individu dan
tindakan serta pertimbangan kolektif.
3. Sebagai alat untuk mengatasi dan mengintegrasikan konflik.
4. Mengetahui identifikasi diri seseorang.
5. untuk mengetahui kekuatan dinamis dalam kehidupan individu dalam kolektif,
memberikan suatu pengertian mengenai misi dan tujuan serta suatu komitmen hingga
tindakan yang dihasilkan.
Sebagaimana pendapat Erich from, bahwa ideology lahir karena manusia didorong untuk
mencari superioritas, kekuasaan, status, dan kemenangan dalam arena politik, terutama melalui
ideology dan gerakan otoritarian. Dorongan tersebut muncul sebagai akibat dari perasaan rendah
diri, tidak aman, tidak mumpuni, kesendirian, penghinaan dan pengkerdilan.
3
Firmansyah Mengelola Partai Politik ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia 2008 ), hlm 21.
7
E. Pengaruh Ideologi Politik terhadap Eksistensi partai politik
Selain menjelaskan betapa pentingnya positioning politik maka selain itu ideology juga
berpengaruh dalam hal keberhasilan komunikasi politik, suatu pesan politik akan dipahami
secara parsial oleh sipenerima pesan jika ia tidak mengetahui ideology politik dari siaktor politik
yang menyampaikan pesan, komunikasi politik yang dibangun oleh partai politik akan dapat
dipahami dengan baik oleh konsituantennya jika parpol itu sendiri dengan terbukannya
menyampaikan ideology politiknya dan konsisten dengan ideology tersebut.
Selanjutnya melihat pada perkembangan politik Indonesia saat ini dan juga dilatarbelakangi
oleh kehidupan politik dizaman Orde Baru pembicaraan mengenai ideology ini menjadi
semacam topic yang sangat tabu . Hal ini justru memberikan akibat yang tidak baik dari aktivitas
politik yang ada, seperti terciptannya pragmatism politik, konsumerisme politik, dan the will to
power. Segala bentuk negativisasi ini tentu bukanlah datang dari ideology, melainkan tergantung
pada manusia yang menjadikan ideology itu sebagai tools untuk mencapai tujuannya.
Lalu bagaimana seharusnya ideology ditempatkan dalam dunia politik, agar negativisasi itu
dapat dihilangkan secara bertahap dihilangkan. Untuk dapat mencapai positioning politik ideal
yang berbasiskan pada ideology yang jelas maka sebuah partai politik dianjurkan untuk dapat
melakukan beberapa strategi marketing politik, hal – hal yang harus dilakukan bagimana
melakukan analisis terhadap pemilih, baik itu segmentasi pemilih maupun analisis terhadap
perilaku pemilih.
Selanjutnya adalah dengan menganalisis pesaing politik yang ada dilanjutkan dengan analisis
isu dan permasalahan apa yang saat ini menjadi tren dimasyarakat serta yang tidak boleh
diabaikan elite politik yang selalu saja menjadikan partai sebagai kendaraan politik semata.
partai politik bukan hanya sebagai tempat dan ruang untuk menimba ilmu tentang politik dan
bagaimana menjadi politisi yang baik, bukan hanya ketika masa kampanye politik sebelum
pemilihan suara, tetapi justru juga selama ia menjadi bagian dari DPR. Firmansah dalam
bukunnya memandang bahwa ideology politik adalah hal yang amat penting untuk positioning
politik dari partai politik tersebut, sebab dengan adannya ideology politik maka arah perjuangan
partai tidak lagi bersifat pragmatism dan konsemerisme semata. 4
4
Haris Syamsuddin Pemilu langsung ditengah oligarki Partai, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka 2004) hlm. 10.
8
Permasalahn system kepartaian yang Multipartai dan juga system pemilu yang masih bersifat
trial and error, membuat permasalahan pengelolaan partai politik tidak sederhana ketika
dibandingkan dengan pengelolaan produksi dan distribusi serta jasa dalam prinsip- prinsip
ekonomi. ketidak jelasan pemilihan kita seperti dengan menggabungkan proporsional DPR dan
distrik ( DPD ). Apakah mungkin penetapan segmen pemilih dapat dilakukan, jika system
penetapan calon legislative masih tetap dengan proporsional, walaupun yang dilakukan adalah
dalam bentuk proporsional terbuka, namun tetap dibayang- bayangi dengan konsekuensi
ditetapkan oleh elite partai.
Akhirnya segmen pemilihan pun akan beralih pada nilai jual caleg , bukan lagi pada nilai jual
Parpol itu sendiri. sesungguhnya system proporsional inilah yang melanggengkan adannya
oligarki partai sehingga kejelasan dan konsistensi ideology partai politik menjadi terabaikan.
Faktor penciptaan parpol yang serba instan pun juga memiliki sumbangan terhadap
ketidakjelasan ideology yang diusung oleh parpol tersebut.
9
KESIMPULAN
Ideologi adalah system kepercayaan atau tata nilai yang diperjuangkan dan dijabarkan secara
sadar oleh para pemuluknya dalam totalis kehidupan, terutama dalam sosial politik. dengan
demikian ideologi mencakup pengertian tentang ide- ide, pengertian- pengertian, dasar, gagasan-
gagasan dan cita- cita.
ideology juga berpengaruh dalam hal keberhasilan komunikasi politik, suatu pesan politik
akan dipahami secara parsial oleh sipenerima pesan jika ia tidak mengetahui ideology politik dari
siaktor politik yang menyampaikan pesan, komunikasi politik yang dibangun oleh partai politik
akan dapat dipahami dengan baik oleh konsituantennya jika parpol itu sendiri dengan
terbukannya menyampaikan ideology politiknya dan konsisten dengan ideology tersebut.
Permasalahn system kepartaian yang Multipartai dan juga system pemilu yang masih bersifat
trial and error, membuat permasalahan pengelolaan partai politik tidak sederhana ketika
dibandingkan dengan pengelolaan produksi dan distribusi serta jasa dalam prinsip- prinsip
ekonomi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Haris Syamsuddin Pemilu langsung ditengah oligarki Partai, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka 2004
11