Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEGIATAN RITUAL BERULANG TETAP PERPADUAN HINDU KE ISLAM


MASYARAKAT BANJAR

Mata Kuliah:

Masyarakat dan Kebudayaan Banjar

Dosen Pengampu:

Dr. Bambang Subiyakto., M.Hum

Muhammad Rezky Noor Handy., M.Pd.

Oleh Kelompok 9:

Muhammad Rifani (1810128110019)

Sri Nuryatin (1810128220021)

Wanda Aprilla (1810128220022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan nikmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kegiatan Ritual
Berulang Tetap Perpaduan Hindu Ke Islam Masyarakat Banjar”. Makalah ini bertujuan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Masyarakat dan Kebudayaan Banjar. Terima
kasih kepada Bapak Dr. Bambang Subiyakto., M. Hum., dan Bapak Muhammad Rezky
Noor Handy., M.Pd. yang telah memberikan tugas tentang Kegiatan Ritual Berulang
Tetap Perpaduan Hindu Ke Islam Masyarakat Banjar.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan melalui
media internet dan beberapa buku yang kami dapatkan baik melalui perpustakaan
maupun perpustakan online. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterimakasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Penyusun menyadari dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan,
oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Kami mengharapkan ada
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah kami dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.

Banjarmasin, Februari 2020

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urang Banjar (sebutan untuk orang banjar) mengembangkan sistem
budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui
berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya
pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau
pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik
dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke
Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur
budaya asal, Hindu dan Budha.
Tradisi merupakan warisan budaya dan peristiwa sosial kemasyarakatan.
Sebagai sebuah warisan maka tidak mungkin hal-hal buruk yang diwarisi oleh
para orang tua. Dan, sebagai peristiwa sosial kemasyarakatan, tradisi mengikat
dan mempererat ikatan sosial di mana tradisi itu tumbuh, hidup, dan
berkembang.
Masyarakat Banjar memiliki budaya dan tradisi-tradisi lokal yang secara
fungsional mampu menjaga situasi lingkungannya agar tetap harmonis, baik
tradisi yang berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun
dengan lingkungannya. Tradisi-tradisi lokal tersebut memiliki makna dan nilai
penting, diantaranya sebagai acuan tingkah laku bagi masyarakatnya dalam
menjalani kehidupan.
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar
wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Mereka diduga memiliki kesamaan
dengan penduduk pulau Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun
tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu.
Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa
yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang. Adat, bahasa dan
kepercayaan mereka adalah akibat pengaruh berabad-abad dari orang Dayak,
Melayu dan Jawa. Ada juga orang Dayak yang menjadi orang Banjar karena
memeluk agama Islam. Orang Banjar dapat dibagi dua dari segi dialek bahasa,
yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala.

2
Jauh sebelum agama Islam masuk dan berkembang di Kalimantan
Selatan, kebanyakan penduduknya menganut kepercayaan lama yang bersumber
dari lingkungan kehidupannya sendiri. Kemudian datang agama Hindu dan
dengan cepatnya berkembang. Agama hindu menjadi anutan dan tuntutan
kehidupan dengan mendirikan candi-candi.
Kegiatan ritual berulang tetap masyarakat banjar yang akan dibahas yaitu
tradisi bahaul dan ziarah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tradisi ritual bahaul dalam masyarakat banjar?
2. Bagaimana tradisi ritual ziarah dalam masyarakat banjar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi ritual bahaul dalam masyarakat banjar.
2. Untuk mengetahui bagaimana tradisi ritual ziarah dalam masyarakat banjar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tradisi
Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses
dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang. Tradisi
dipengaruhi oleh kecendrungan untuk berbuat sesuatu mengulang sesuatu menjadi
kebiasaan. Jadi tradisi adalah suatu hal yang telah menjadi kebiasaan seseorang atau
sekelompok masyarakat yang telah melewati proses yang cukup lama yaitu dari nenek
moyang sampai sekarang hingga tradisi pun dapat mengalami beberapa perubahan.
Koentjaraningrat secara teoritis lebih melihat budaya sebagai tradition; seluruh
kepercayaan, anggapan, dan tingkah laku melembaga yang diwariskan dan diteruskan
dari generasi ke generasi yang memberikan kepada masyarakatnya sistem norma untuk
dipergunakan menjawab tantangan pada setiap perkembangan sosial. la bersifat dinamis
bila tidak dapat menjawab tantangan zaman, akan berubah secara wajar atau lenyap
dengan sendirinya.

B. Tradisi Bahaul
Menurut Daud (1997: 9), orang Banjar identik dengan Islam. Islam menjadi
ciri orang Banjar. Dalam tradisi bahaul terdapat unsur-unsur budaya lokal yang
identik dengan yang masih dipertahankan dan dianggap bagian yang tidak
terpisahkan dari kesatuan ritus tersebut. Misalnya hitungan hari pertama sampai
seratus (manurun tanah sampai manyaratus). Hitungan yang sama untuk upacara
kematian orang Bukit (istilah untuk orang Dayak di wilayah Pegunungan Meratus
Kalimantan Selatan). Dalam konteks ini maka telahterjadi proses akulturasi dan
asimilasi (Koentjaraningrat, 2001:155).
Bahaul adalah peringatan setahun kematian seseorang yang dalam
pelaksanaannya mendapat bantuan keluarga dan tetangga. Bahaul adalah ekspresi
penghormatan pada arwah orang yang telah meninggal dunia. Bahaul bertujuan agar
keluarga, kerabat, sahabat dan orang-orang yang dicintainya dapat menerima
kematiannya sebagai sesuatu yang normal.

4
Bahaul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahaul dari seorang
kakek, nenek, ayah, ibu, dan saudara kandung, yang telah meninggal dunia setahun
atau beberapa tahun silam. Bahaul disebut juga acara baarwah yang dilakukan secara
rutin setahun sekali bertepatan dengan hari atau malam meninggal dunianya
seseorang (Usman, 2008:65). Pada kegiatan tersebut, kerabat dan keluarga besar
serta tetangga terdekat akan memberikan bantuan sejak awal hingga akhir. Bahaul
dilaksanakan tepat tanggal kematian seseorang menurut kalender Hijriyah, misalnya
keluarga besar Mendiang Musa bin Sabran memperingati bahaul 25 Safar, mendiang
Hambali bin Musa 30 Rajab dan mendiang Salimin 10 Syaban.
Agama Islam adalah ciri Masyarakat Banjar (Daud,1997:9). Menurut Daeng
(2000:181), masyarakat yang kuat mempertahankan tradisinya menjadikan agama
sentral dalam kehidupannya. Upacara-upacara yang dilakukan sesuai dengan tata
kelakuan yang baku atau menifestasi perilaku dari agama. Dalam acara bahaul bisa
diamati: (1) Upacara baarwah (memperingati kematian seseorang) sampai dengan
bahaul adalah perwujudan rasa cinta kepada orang yang meninggal dunia; (2) Doa-doa
yang dipanjatkan adalah “hadiah” bagi kedamaian almarhum hidup di dunia barunya;
(3) Hidangan yang dinikmati undangan berbuah pahala bagi almarhum. Surah yasin
dan tahlil dibaca badaraw (suara nyaring secara bersamaan) (Asmani, 2007:351).

C. Tradisi Ziarah
Secara etimologi, kata ziarah kerasal dari bahasa Arab yaitu ziyarah yang berarti
kunjungan, mengujungi atau mendatangi (Mohd. Idris, 1350 H: 272). Sementara kata
kubur, yaitu lobang yang digali di tanah berukuran 1x2 meter berbentuk persegi panjang
disertai liang lahat yang merupakan tempat penyimpanan mayat/jenazah manusia.
(W.J.S. Poerwadarminta, 1987: 179). Jadi, ziyarah atau ziarah merupakan asal kata dari
bahasa Arab, yang secara terminologi berarti mengunjungi sewaktu-waktu kuburan
orang yang sudah meninggal dunia untuk memohonkan rahmat Tuhan bagi orang-orang
yang dikubur di dalamnya serta untuk mengambil ibarat dan peringatan supaya hidup
ingat akan mati dan nasib di kemudian hari di akhirat (Hariz al-Farisi, 2003: 10).
Dengan demikian, ziarah kubur adalah kunjungan ke tempat pemakaman umum/pribadi
yang dilakukan secara individu atau kelompok masyarakat pada waktu tertentu, dengan
tujuan mendoakan saudara atau keluarga yang telah meninggal dunia supaya diberikan

5
kedudukan atau posisi yang layak di sisi Allah SWT., sehingga arwahnya diharapkan
bisa tenang dengan adanya permohonan doa dari keluarganya yang masih hidup.
Menghormati leluhur atau nenek moyang dapat diungkapkan melalui tradisi
ziarah kubur. Ziarah kubur dilakukan untuk menghormati arwah nenek moyang, kedua
orang tua dan keluarga yang dikuburkan, disamping itu untuk mengingatkan berziarah
tentang akhirat. Kata ziarah kubur diartikan dengan berkunjung dengan ke tempat yang
dianggap keramat atau yang mulia, kubur dan sebagainya sedangkan kata kubur adalah
tempat dimana orang di kuburkan.
Tradisi ziarah kubur merupakan kegiatan keagamaan yang mudah dilaksanakan
masyarakat. Selain mudah diakses masyarakat segala golongan, obyek ziarah kubur atas
tokoh keagamaan di Indonesia sangatlah banyak. Ziarah kubur yang dilakukan oleh
masyarakat ke kubur dianggap keramat karena sebenarnya ziarah kubur adalah tradisi
agama Hindu yang pada masa lampau memuja terhadap roh leluhur.
Kunjungan ke kubur pada dasarnya merupakan tradisi yang menyerupai ajaran
Hindu yang pada masa lampau berupa pemujaan terhadap roh leluhur. Ziarah kubur
merupakan satu dari sekian tradisi yang hidup dan masih berlanjut sampai sekarang.
Perubahan-perubahannya terlihat pada ritual-ritual ziarah kubur. Kubur yang dianggap
keramat juga termasuk pengaruh masa Jawa Hindu. Pada masa itu, kedudukan raja
masih dianggap sebagai titisan dewa atau wakil Tuhan dibumi, sehingga segala sesuatu
yang berhubungan dengan seorang raja masih dianggap keramat termasuk kubur, benda-
benda pusaka peninggalan (arajag) dan lainnya. Keberadaan kubur tokoh tertentu,
seperti para tokoh, ahli agama atau sufi menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas ziarah dengan berbagai macam motivasi. Banyaknya anggapan
bahwa dengan berziarah ke kubur leluhur atau tokoh-tokoh magis tertentu dapat
menimbulkan pengaruh tertentu. Kisah keunggulan atau keistimewaan tokoh yang
dikuburkan merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk mewujudkan keinginan
maupun hajatnya. Suatu hal yang menarik dari tradisi ziarah kubur (pada kubur yang
dikeramatkan) adalah nilai irasional atau abstrak dari tradisi tersebut yang diyakini oleh
para peziarahnya.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi adalah suatu hal yang telah menjadi kebiasaan seseorang atau
sekelompok masyarakat yang telah melewati proses yang cukup lama yaitu dari
nenek moyang sampai sekarang hingga tradisi pun dapat mengalami beberapa
perubahan. Agama hindu menjadi anutan dan tuntutan kehidupan dengan
mendirikan candi-candi. Kegiatan ritual berulang tetap masyarakat banjar yang
dibahas yaitu tradisi bahaul dan ziarah.
Bahaul adalah peringatan setahun kematian seseorang yang dalam
pelaksanaannya mendapat bantuan keluarga dan tetangga. Bahaul adalah
ekspresi penghormatan pada arwah orang yang telah meninggal dunia. Bahaul
bertujuan agar keluarga, kerabat, sahabat dan orang-orang yang dicintainya
dapat menerima kematiannya sebagai sesuatu yang normal.
Tradisi ziarah kubur merupakan kegiatan keagamaan yang mudah
dilaksanakan masyarakat. Selain mudah diakses masyarakat segala golongan,
obyek ziarah kubur atas tokoh keagamaan di Indonesia sangatlah banyak. Ziarah
kubur yang dilakukan oleh masyarakat ke kubur dianggap keramat karena
sebenarnya ziarah kubur adalah tradisi agama Hindu yang pada masa lampau
memuja terhadap roh leluhur.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Aziz. (2018). Ziarah Kubur Nilai Didaktis Dan Rekonstruksi Teori Pendidikan
Humanistik. Vol 13. No 1. http://ejournal.iain-
tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/download/1234/675

Bambang Subiyanto dkk. (2016). Nilai-Nilai Gotong Royong Pada Tradisi Bahaul
Dalam Masyarakat Banjar Di Desa Andhika Sebagai Sumber Pembelajaran Ips. Vol
31. No.2. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JVK/article/download/3993/3586

Muhammad Nasih dkk. 2019. Nilai - Nilai Haul Guru Sekumpul Sebagai Pembelajaran
IPS. Jurnal pendidikan dan pembelajaran IPS. Vol. 08. No 2.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JS/article/download/7226/5658

Anda mungkin juga menyukai