Anda di halaman 1dari 3

Kebijakan dan Tata Laksana Pendidikan Inklusi

Dalam pelaksanakan pendidikan inklusif terdapat langkah-langkah pengembangan yang


dilakukan yaitu :

1. Meningkatkan pemahaman Bapeda dan badan legislatif (DPR, DPRD) agar pendidikan
inklusi dapat terlaksana secara efektif.

2. Menciptakan akses pendidikan melalui transformasi sistem – pengembangan kebijakan,


pelatihan guru, kerja sama.

3. Mencari anak berkebutuhan khusus yang tidak/belum bersekolah dengan memberdayakan


masyarakat.

4. Memperluas akses pendidikan dengan memberdayakan sekolah-sekolah lokal.

Kemudian tindakan selanjutnya adalah tahap penyelenggaraan yang berurutan yaitu

1. Tahap Persiapan/Pra Kondisi

2. Sosialisasi

3. Kunjungan kerja

4. Pengembangan kelompok kerja

5. Pengembangan sekolah model inklusif

6. Mengembangkan database ABK

7. Penentuan skema pelatihan sekolah inklusif, SLB/pusat sumber dan guru

8. Penyusunan peraturan/kebijakan provinsi dan kabupaten/kota

9. Pengembangan rencana strategis untuk 2-3 tahun ke depan

Tahapan ini dilakukan oleh pihak sekolah dan pemerintah daerah dalam mempersiapkan
masuknya pendidikan inklusif.

Selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan yaitu

1. Pelatihan pendidikan inklusif bagi sekolah umum dan sekolah luar biasa/pusat sumber.

2. Peningkatan aksesibilitas di sekolah inklusif

3. Penyediaan alat bantu bagi ABK


4. Pelatihan kekhususan bagi GPK

5. Penyediaan dana pendamping BOS bagi sekolah inklusif

6. Pengembangan pusat sumber

7. Pengembangan pusat informasi dan konsultasi

8. Kampanye Publik

Tahapan ini dilakukan oleh pihak sekolah dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi
sekolah inklusif untuk menunjang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sekolah inklusif ini pun tetap berada dalam pantauan dan penilaian untuk melihat bagaimana
perkembangan dari adanya pendidikan inklusif disekolah.

Dalam melaksanakan pendidikan inklusif adapun beberapa hal yang harus disiapkan oleh
guru dan warga sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus
(ABK) yaitu :

• Menciptakan sekolah yang ramah dan menjadi guru yang ramah

• Memahami paradigma pendidikan inklusif secara utuh

• Mengkaji beberapa aturan perundang-undangan yang terkait dengan pendidikan inklusif

• Memberikan sosialisasi dalam meimplementasikan pendidikan inklusif kepada seluruh


pihak yang bertanggungjawab seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah, lingkungan
sekolah (Camat, Lurah, RW, RT, untuk proses dukungan data dan dukungan lainnya),
orangtua semua anak, semua siswa, tenaga lainnya (Paman sekolah, bapak atau ibu kantin,
dan lain-lain).

• Identifikasi semua hal yang ada di sekolah, apakah sudah sesuai dengan semangat
pendidikan inklusif atau belum.

• Tetap melayani anak-anak yang mempunyai masalah belajar di sekolah.

• Menerima ABK dan anak lainnya yg belum bersekolah diwilayahnya/disekitarnya.

• Penjaringan anak-anak yang belum bersekolah di wilayahnya/ disekitarnya = bekerjasama


dengan masyarakat sekitar

• Bekerjasama dengan pusat sumber/SLB/ sumber pendukung /lembaga lainnya


• Mulai mempersipkan SDM (guru khusus/guru pembimbing khusus (GPK)

• Mengurus administrasi di Dinas Pendidikan untuk mendapatkan SK sekolah inklusi.

• Melengkapi perangkat-perangkat pendidikan inklusif.

• Mulai menerapkan identifikasi bagi semua anak dan melaksanakan asesmen bagi yang
terdeteksi mempunyai hambatan belajar.

• Mulai menerapkan kurikulum yang fleksibel

• Mulai menerapkan pembelajaran dengan siswa yang heterogen.

• Mulai menerapkan layanan individual bagi anak-anak yang mempunyai hambatan belajar
(bukan berarti harus memisahkan anak dari kelasnya).

• Mulai menerapkan sistem penilaian portofolio. Dan bagi ABK yang tidak mampu mengikuti
KKM, maka dibuatkan KKM tersendiri.

Dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah merupakan tanggung


jawab seluruh komponen masyarat termasuk dinas pendidikan kabupaten atau kota, maka dari
itu dinas pendidikan kabupaten atau kota memiliki peran dalam mensosialisasikan pendidikan
inklusi yang berkelanjutan, pembuatan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pendidikan
inklusi, penunjukan sekolah reguler untuk menjadi sekolah yang inklusif di setiap
kecamatan/gugus/rayon, pendanaan (Finansial), penyediaan sarana dan prasarana yang akses
terhadap ABK, pengangkatan guru dalam bidang PLB di sekolah inklusi, mengkoordinasikan
berbagai unsur sesuai dengan kewenangannya, memfasilitasi SLB untuk berperan menjadi
Pusat Sumber, dan terakhir Pendataan ABK secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai