Disusun Oleh:
2021
ABSTRAK: Tulisan ini membahas tentang tahlilan yang dipahami oleh masyarakat muslim
sebagai aktivitas berzikir berjamaah yang dilakukan oleh sekelompok atau orang-orang yang
mengikutinya. Tahlilan adalah wadah atau tempat berkumpulnya sebagian kelompok untuk
membaca sejumlah kalimat zikir yang mengingatkan manusia kepada kematian dan juga
sebuah aktivitas yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Masalah yang diambil dari
penelitian ini adalah “Motivaai dan nilai-nilai yang terkandung pada tradisi tahlilan?”. Tujuan
artikel ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai dan perkembangan yang terdapat dalam
pelaksanaan tahlilan tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan metode observasi, dan
wawancara. Guna mendeskripsikan fenomena sosial pada aktivitas tahlilan dalam
masyarakat kp.cangkrang desa cikarawang kecamatan dramaga kabupaten bogor. Hasil
penelitian ini menunjukkan, bahwa nilai-nilai dan perkembangan dalam pelaksanaan tahlilan
ini adalah masih melekatnya nilai tahlilan pada masyarakat muslim tersebut, seperti
sedekah, tolong-menolong dan silaturahmi.
ABSTRAC: This paper discusses tahlilan which is understood by the Muslim community as
a congregational remembrance activity carried out by a group or people who follow it.
Tahlilan is a place or place for some groups to gather to read a number of sentences of
remembrance that remind humans of death and also an activity that brings them closer to
Allah SWT. The problem taken from this research is "Motivaai and values contained in the
tahlilan tradition?". The purpose of this article is to find out the values and developments
contained in the implementation of the tahlilan. The research method used is a qualitative
approach with data collection using observation and interviews. In order to describe social
phenomena in tahlilan activities in the community of Kp. Cangkrang Village, Cikarawang
District, Dramaga District, Bogor Regency. The results of this study indicate that the values
and developments in the implementation of tahlilan are still attached to the value of tahlilan
in the Muslim community, such as alms, mutual assistance and friendship.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki cara hidup
dan kebudayaan yang berbeda antara suku satu dengan yang lain. (Sari, 2017) Setiap daerah
pasti menyimpan potensi kearifan lokal sebagai wujud dari khazanah intelektual yang
diekspresikan melalui ritual budaya masing-masing. Salah satu dari potensi kearifan lokal itu
adalah ritual budaya agama dan kegiatan tahlilan yang sudah melekat pada sebagian
masyarakat muslim Jawa. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan
menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya.
Tahlilan ini merupakan salah satu contoh integrasi budaya dan agama. (Parida, 2020)
Tradisi tahlilan atau selametan bisa dimaknai sebagai forum silaturahmi warga, yang
tadinya tidak kenal menjadi kenal, yang tadinya tidak akrab menjadi lebih akrab.
Kegotongroyongan, solidaritas sosial, tolong-menolong, rasa simpati dan empati juga
merupakan sisi lain dari adanya tradisi tahlilan atau selametan. (Al-Ghazali, et
al,.2021)Kerukunan antar warga juga bisa terjalin berdasarkan dengan partisipasi merekaa
terhadap acara tahlilan yang mayoritas hadir.(muniri,2020) Tradisi selamatan kematian atau
tahlilan ini didasarkan pada konsep ajaran-ajaran yang dikembangkan. Awal mula dari acara
Selamatan atau tahlilan tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek moyang
bangsa Nusantara yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha. Acara tahlilan merupakan
upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk
memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan,
beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai
do’a-do’a tertentu untuk dikirimkan kepada orang yang telah meninggal. Dikarenakan dari
sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang, maka acara tersebut
dikenal dengan istilah “Tahlilan”. (Faizah, 2018)
Tahlilan merupakan salah satu contoh konkrit sebuah tradisi keagamaan yang tetap
ada dan berkembang di kalangan masyarakat Indonesia, terutama pulau Jawa. Pulau Jawa
merupakan tempat lahirnya sebuah ormas Islam besar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama’
(NU). NU yaitu sebuah ormas yang secara kultural menjalankan dan mengamalkan tradisi
tahlilan serta menjadikannya sabagai salah satu bagian dari tradisi keagamaannya. Tradisi
keagamaan yang kemudian menjadi ciri khas dari ormas tersebut. (Riskasari, 2018)
Tradisi tahlilan yang memuat nilai-nilai keagamaan, menjadi salah satu praktek
keagamaan yang begitu khas di Indonesia. Tahlilan merupakan ibadah ghairu mahdhah
sekaligus praktek keagamaan yang sampai saat ini masih terus dipraktekan oleh masyarakat
Islam khususnya warga nahdliyin. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat di
Indonesia, tentunya praktek ibadah tahlilan mejadikan karakteristik bagi warga nahdliyin
yang begitu adaptif terhadap budaya lokal. (Librianti, Mukarom & Rosyidi ,2019)
Tahlilan berasal dari akar kata “tahlil” yang kemudian dalam Bahasa Indonesia
ditambah dengan akhiran “an”. Tahlil merupakan isim mashdar dari kata “hallala, yuhallilu,
tahlil” yang berarti mengucapkan kalimat la ilaha illallah. 1 Kata “tahlil” yang ditambah
akhiran “an” maknanya jadi sedikit bergeser. Kata tahlilan tidak lagi hanya bermakna
mengucapkan kalimat la ilaha illallah, melainkan nama sebuah event di mana di dalamnya
dibacakan ayat-ayat al-Qur’an dan dilafalkan kalimat-kalimat thayyibah lainnya serta do’a
untuk si mayit. Atau dengan bahasa lain, tahlilan, merupakan sebuah bacaan yang
komposisinya terdiri dari beberapa ayat al-Qur’an, shalawat, tahlil, tasbih dan tahmid, yang
pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal, dengan prosesi bacaan yang
lebih sering dilakukan secara kolektif (berjamaah), terutama dalam hari-hari tertentu setelah
kematian seorang Muslim. Dikatakan tahlilan, karena porsi kalimat la ilaha illallah dibaca
lebih banyak dari pada bacaan-bacaan yang lain. ( Mas’ari & Syamsuatir,2017)
Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan, kemudian terus
berlangsung setiap hari sampai hari ke 7. Acara ini diselenggarakan kembali pada hari ke 40
dan ke 100. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian,
walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Tidak lepas pula
dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Bentuk
jamuannya bisa beraneka rupa. Biasanya meliputi nasi kenduri beserta hidangan kuliner lain
seperti ayam, telur, sambal tempe, dan lain-lain. Bentuk dan hidangan itu juga tidak harus
sama tiap daerah karena masing-masing wilayah memiliki keunikan dan tradisi tertentu.
(Faizah, 2018)
Dalam mengikuti acara tahlilan setiap individu mempunya motivasi tersendiri.
Motivasi dapat diartikan sebagai aktualisasi dari daya kekuatan dalam diri individu yang
dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku yang merupakan perwujudan dari interaksi
terpadu antara motif dm need dengan situasi yang diamati dan dapat berfungsi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan individu, yang berlangsung dalam suatu proses yang
dinamis. ( Prihartanta, 2015)
Tahlilan sudah menjadi tradisi yang mengakar bagi masyarakat Cikarawang, selain
memang mayoritas masyarakatnya merupakan nahdliyin (sebutan untuk jamaah Nahdlatul
‘Ulama), nilai-nilai positif yang terkandung dalam tahlilan menjadi alasan masyarakat
tersebut untuk melaksanakan dan melestarikan tradisi yang oleh sebagian kelompok dianggap
bid’ah tersebut. Tetapi, adanya nilai-nilai positif tersebut tidak memmbuat tradisi ini luput
dari nilai negartif.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan
di jadikan bahan penelitian selanjutnya:
1. Pembatasan Masalah
2. Perumusan Masalah
D. Tujuan
METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
B. Metodelogi Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat alamiah dan data yang
dihasilkan berupa deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari
semua pihak yang bersangkutan. (Adhimah, 2020)
Metode deskriptif dapat di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti
dengan dengan menggambarkan dan melukiuskan keadaan objek atau subjek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak dan sebagaimana adaanya. Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan dan lisan dari seseorang
atau pelaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis
berjalan seiring untuk mengembangkan suatu teori yang subtantif berdasarkan data empirik.
(Hasim, 2018)
C. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan pengambilan variabel yang akan diteliti dengan metode
interview, tes, dokumentasi, angket dan lain-lain. Adapun dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (Saleem, 2021)
1. Observasi Observasi adalah salah satu cara yang digunakan peneliti untuk turun langsung
ke objek penelitian, agar data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Peneliti sebagai perencana memiliki fungsi untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, tidak
atau cara, kapan dan bagaimana cara itu dilakukan agar tujuan peneliti dapat dicapai.
Selanjutnya, peneliti mempunyai tugas mengumpulkan data yang dibutuhkan dan sesuai
dengan masalah yang ingin diteliti. Kemudian melakukan analisis terhadap data yang akan
diteliti dengan mendeskripsikan menggunakan kata-kata, serta menyimpulkan sebagai hasil
akhir yang didapatkan sesuai tujuan penelitian, setelah melakukan beberapa hal peneliti telah
berhasil menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Kata tahlil atau tahlilan berasal dari Bahasa Arab dengan bentuk mashdar dari fiil
ٛ
madli dari ٓهمٚ،هم،ْ ال ٓهاyang mengandung arti “ekspresi kesenangan” atau “ekspresi keriangan”.
Kata ini bisa juga memiliki arti mengucapkan kalimah thayyibahالهلٓالاالنYY )"بLaa ilaaha
illallah") atau dalam Bahasa Indonesia artinya “tiada tuhan yang patut disembah kecuali
Allah” atau dengan kata lain yaitu “pengakuan seorang hamba yang mengi‟tikadkan bahwa
tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah semata. 93” Tahlil merupakan zikir yang
dilakukan oleh umat Islam. Zikir ini dianggap memiliki nilai yang terbesar dan mempunyai
banyak keutamaan. Kata tahlil sebangsa dengan kata takbir (mengucapkan allahu akbar),
tahmid (mengucapkan alhamdulillah), tasbih (mengucapkan subhanallah), Hamdalah
(mengucapkan alhamdulillahi rabbil „alamin), dan sebagainya.
Tahlilan merupakan tradisi yang sudah dijalani oleh sebagian masyarakat secara turun-
temurun semenjak masuknya islam di jawa hingga sekarang ini untuk memperingati waktu
kematian seseorang. Di desa cikarawang memiliki dua momen tahlilan, yaitu pada saat
seorang warga yang telah melahirkan seorang bayi maka warga tersebut mengadakan tahlilan
(Aqiqah) dan ada juga yang melaksanakan tahlilan pada saat salah satu aggota keluarganya
meninggal dunia. Seperti yang di utarakan oleh Ustdz. Saiful Bahri bahwa “tahlilan adalah
tradisi masyarakat muslim dalam rangka mendo’akan mereka yang telah meninggal secara
bersama- sama.
illallah (mengharap berkah dari Allah) dengan mendo’akan sesama muslim, mendekatkan diri
kepada Allah dengan berdzikir (membaca tahlil, tasbih, sholawat yang biasanya terdapat
dalam prosesi tahlilan), dan memberi dukungan terhadap keluarga yang ditinggalkan. Selain
itu, ada juga masyarakat yang mengikuti tahlilan untuk bersilaturrahmi dengan tetangga.
Selain untuk mendo’akan orang yang telah meninggal dunia, tahlilan memiliki fungsi
lain bagi masyarakat Cikarawang, misalnya berfungsi sebagai penyambung tali silaturahim
diantara kerabat, tetangga, saudara dan masyarakat sekitar. Secara langsung maupun tidak
langsung tahlilan Juga berfungsi sebagai nasehat atau pelajaran untuk mengingatkan bahwa
kita pun akan mengalami yang namanya kematian dan untuk membiasakan masyarakat
berdzikir.
Untuk memperkuat dan memperkaya makna dari nilai Islam, maka penulis
memaparkan beberapa nilai-nilai Islam didalam acara tahlilan sebagai berikut: Terdapat 3
1. Nilai sedekah Bersedekah di jalan Allah tentu mudah sekali untuk dilaksanakan, sedekah
tidak hanya berupa uang ataupun benda-benda yang berharga. Sedekah bisa dilakukan juga
dengan menyiapkan hidangan untuk memberi makan kepadapara tetangga dan keluarga. Dan
ini dilakukan oleh mereka yang melaksanakan tahlilan yaitu dengan mengumpulkan orang-
orang untuk bersama-sama mendoakan. Orang yang berhajat niatnya adalah bersedekah
kepada orang-orang yang datang. Dari ungkapan tersebut, bahwa mereka yang memiliki hajat
dan memberi makan kepada tamu undangannya adalah salah satu bentuk sedekah dari tuan
rumah. Adapun hidangan atau makanan yang disiapkan oleh tuan rumah ialah seperti berupa
air, kue hingga bermacam-macam makanan lainnya. Itu merupakan sedekah dari tuan rumah
untuk para tamu undangan yang ikut serta dalam membacakan tahlil dan juga ikut dalam
mendoakan.
2. Nilai tolong-menolong merupakan suatu pondasi dalam Islam karena martabat manusia
akan terjaga, juga mendatangkan kebaikan bagi dirinya pribadi dan juga masyarakat tanpa
harus membedakan suku, bahasa dan agama. Tolong menolong sudah menjadi suatu bagian
yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran agama Islam itu sendiri. Sehingga tolong-menolong
antar saudara sudah menjadi sebuah kewajiban satu sama lain untuk membantu jika saudara
yang lain ada yang mendapatkan musibah. Oleh karena itu, Islam selalu mengajarkan
kebaikan bukan mengajarkan keburukan. Karena Islam adalah ajaran yang rahmatan
lil’alamin. Sehingga dalam hal tolong-menolong para tetangga tentu akan menolong tetangga
lainnya yang melaksanakan hajat besar baik menolong dalam bentuk mempersiapkan
hidangan maupun membantu dalam bentuk pemikiran. Siapapun yang mengadakan acara baik
itu tahlilan, orang meninggal atau acara apapun misalkan acara hari-hari besar Islam maka
seluruh masyarakat asal di panggil dan di umumkan memakai mikrofon mesjid, maka mereka
akan datang untuk membantu dan kegotong royongannya masih kuat disini baik di segi ibu-
ibu, laki-laki, semua orang tua muda sama bahkan anak-anak mereka luar biasa pasti akan
dihilangkan karena sudah menjadi sebuah kebiasaan yang harus dilakukan jika tetangga
ataupun orang lain membutuhkan bantuan. Sama halnya dalam acara pelaksanaan tahlilan,
maka tahlilan akan membutuhkan bantuan untuk menyiapkan hidangan seperti makanan, kue-
3. Nilai silaturrahmi sebagai ukhuwah Islamiyah Di era yang berkembang pesat saat ini,
sering kali membuat manusia melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Namun dengan adanya tradisi tahlilan ini membuat silaturahmi
dapat kembali rekat dan masyarakat baik tetangga ataupun bukan keluarga sekalipun akan
berkumpul, bahkan keluarga yang jauh maupun yang dekat pasti akan berkumpul dan kembali
rekat. Sehingga dapat dilihat dari nilai-nilai Islam ini pada pelaksanaannya yang paling sering
ditemui ialah silaturahmi. Karena merupakan sebuah sarana untuk berkumpulnya umat Islam
dan juga wadah untuk melakukan hal-hal yang positif. (Hatimah, Emawati & Husni, 2021)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, bisa di ambil
kesimpulan bahwa dalam tradisi tahlilan mengandung banyak nilai positif yang dapat diambil
diantaranya: Nilai sedekah, Nilai gotong royong/tolong menolong, dan nilai silaturahmi.
Adapun motivasi masyarakat dalam mengikuti tahlilan sangat beragam salah satu contohnya
ialah mereka hadir tahlil karena dorongan sosial kemasyarakatan, bukan karena dorongan
makanan atau berkat. Karena Yang terdapat dalam benak masyarakat, kalau mereka tidak
peduli dan tidak aktif dalam bermasyarakat/bersosial maka ketika suatu saat mereka
mengalami musibah (meninggal dunia) masyarakat yang lain takut tidak akan ada yang
memperdulikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, M.D.H., Mathoriyah, L., Yusuf, D.N., & Susanto, E. (2021) PKM Pembinaan
Jama’ah At-Tawwabin (Jama’ah Yasin Dan Tahlil) Di Desa Brodot Kecamatan
Bandar Kedungmulyo Jombang. Jumat Keagamaan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
2(1) 3
Daud, H.(2018) Studi komparatif tereduksi kampung nelayan kota Tidore kepulauan dan
kota Ternate provinsi Maluku Utara (Studi kasus Kelurahan Tomalou dan Kelurahan
Sangaji). Jurnal Ekonomi Pembangunan 6(1) 26.
Librianti, E.O.I.,Mukarom, Z., & Rosyidi I.(2019) Budaya Tahlilan sebagai Media Dakwah.
Prophetica : Scientific and Research Journal of Islamic Communication and
Broadcasting 5(1) 2.
Mas’ari, A., & Syamsuatir. (2017) Tradisi Tahlilan: Potret Akulturasi Agama dan Budaya
Khas Islam Nusantara. Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan 33(1) 79
Parida (2020) Islam Indonesia/Nusantara tahlilan : Salah satu integrasi budaya dan agama .
JURNAL LITERASIOLOGI 3 (4) 18
Prihartanta, W. (2015) Teori-teori motivasi.Jurnal Adabiya 1(83) 2
Risma, D.K., & Nellyaningsih (2017) Tinjaun implementasi personal selling pada PT.
ASTRA INTERNASIONAL DAIHATSU ASTRA BIZ CENTER BANDUNG Pada
tahun 2017. Jurnal Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom 3(2) 334.
Sari, D.A.A. (2017) Selametan kematian di desa jaweng kabupaten Boyolali. Haluan Sastra
Budaya. 2(1) 148
Syaiful, A. (2020) Peran orang tua dalam menghilangkan rasa canggung anak usia dini(studi
kasus di desa karangbong rt. 06 rw. 02 Gedangan-Sidoarjo). Jurnal Pendidikan Anak,
Volume 9 (1) 59.
Wulandari, S.(2020) Makna simbolik dalam tahlilan masyarakat Gorontalo di desa Panggulo.
Jurnal Bahasa dan Sastra 5 (1) 83
Saleem, A.W.(2021) Tradisi perjamuan tahlilan (studi living hadits tradisi perjamuan tahlil
“kematian” di jinggotan, jepara). JASNA : Journal for Aswaja Studies 1 (1) 66