Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang
terangkum dalam 3 hal pokok; Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh
ajaran Islam bermuara pada tiga hal ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya
merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat
dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan
pondasi atau kerangka dasar dari Agama Islam.
Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an dan as
Sunnah telah banyak yang melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya
bermunculan aliran-aliran sesat atau yang sifatnya bid’ah. Selain itu, kasus-kasus
kriminalitas yang semakin merajalela pada saat sekarang ini merupakan suatu
cerminan keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini. Untuk itulah, kita selaku
umat Rasulullah SAW perlu mengetahui serta mempelajari tentang Ilmu yang
membahas ketiga unsur yang menjadi kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut
agar kita tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang benar.
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik
dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya (Basyri, 1988: 43). Akhlak mulia
berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan sendirinya akhlak
mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya
dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada
Allah juga harus beriman kepada malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar
Allah.
Ruang lingkup dari aqidah yaitu Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan
sam’iyyat (Ilyas, 2000: 6). Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan
terbentuknya manusia berakhlakul karimah, berarti manusia dapat menghindari
akhlak tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran aqidah Islam.
Aqidah akhlak yang bersumber dari Qur’an dan hadits dijadikan
pengembangan nilai spiritual yang dapat menghasilkan generasi berkualitas.
Aqidah tidak terlepas dari akhlak, akhlak mulia menjadi cermin bagi kepribadian
seseorang, disamping mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang
tinggi. Pendidikan akhlak dapat dikatakan sebagai pendidikan moral dalam
diskursus pendidikan Islam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Aqidah dan Syariah?
2. Apa hubungan Aqidah dan Syariah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Aqidah dan Syariah
2. Untuk mengetahui hubungan Aqidah dan Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Aqidah
A. Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (bahasa Arab) aqidah berasal dari
ْ
kata al-'aqdu (ُ‫)العَ ْقد‬ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫)الت َّ ْوثِيْق‬ yang berarti
kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (ُ‫ )اْ ِإل ْحكَام‬yang artinya
mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (ُ‫)الربْط ِبق َّوة‬
َّ yang berarti
mengikat dengan kuat, at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), "
‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah.Allah ta’ala berfirman :

َ ‫اكين َِم ْنأ َ ْو‬


ُ‫س ِط َمات‬ ِ ‫س‬َ ‫َرةِ َم‬ ْ ِ ‫ارتهإ‬
َُ ‫طعَامعَش‬ َ َّ‫عقَّدتُّماأل َ ْي َما َن َف َكف‬ ِ ‫اخذكماللّهبِاللَّ ْغ ِوفِيأ َ ْي َمانِك ْم َولَـ ِكني َؤ‬
َ ‫اخذكمبِ َما‬ ِ ‫الَي َؤ‬
َ‫ارةأَي َْمانِك ْمإِذَا َحلَ ْفت ْم َواحْ فَظواُْأ‬
َ َّ‫صيَامثَلَُث َ ِةأَيَّامذَ ِل َك َكف‬ ْ
ِ َ‫ط ِعمونَأ َ ْه ِليك ْمأ َ ْو ِكس َْوته ْمأ َ ْوتَحْ ِرير َرقَبَةفَ َمنلَّ ْميَ ِجدْف‬
َُ‫ْي َمانَك ْم َكذَ ِل َكيبَ ِيّناللّهلَك ْمآيَاتِ ِهلَ َعلَّك ْمت َ ْشكرون‬
Artinya : “ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,
ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan
jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-
Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)” (Al-Maa-idah : 89)
Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah
adalah kepercayaan yang menghujan atau tersimpul di dalam hati. Sedangkan
menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak
tercampur oleh keraguan.
Adapun aqidah menurut para ahli seperti berikut :
1. M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa
(bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di
dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.
2. Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-
tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu
keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak
dipengaruhi oleh keragu-raguan. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai
yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai
dirinya sendiri, bahkan melebihinya.
3. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang
seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang
menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Aqidah dalam agama
islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan
buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip
Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma'(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i
(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.
B. Upaya Memperkokoh Aqidah
Salah satu cara untuk memperkokoh aqidah adalah dengan memurnikan
keimanan kepada Allah. Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama.
Rukun ini sangat penting kedudukannya dalam Islam. Sehingga wajib bagi kita
untuk mengilmuinya dengan benar supaya membuahkan aqidah yang benar pula
tentang Allah SWT.
C. Fungsi Aqidah
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya
disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu
maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan
semangat peningkatan kualitas hidup seseorang. Fungsi tersebut antara lain:
1. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.
2. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
3. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.

2.2. Syariah
A. Pengertian Syariah
Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau dimestikan oleh agama atau lainya
itu bagi seseorang untuk dilaksanakan ,berupa peraturan-peraturan dan hukum-
hukum sebagai manifestasi atau konsekuensi dari akidah yang dianut. Demikian
arti syariah secara umum. Apa pula yang dikatakan syariah islam? Syariat islam
adalah apa-apa yang disyariatkan Allah terhadap semua hamba-Nya, berupa
sunnah atau peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk dilaksanakan dan
diamalkan debagai perwujudan, manifestasi dan konsekuensi dari akidah yang
dianut,yaitu akidah islam yang sebenarnya menurut peraturan, tidak sah
pemakaian syariah itu kepada yang bukan peraturan Islam, karena kata syariah itu
hanya terdapat dalam islam yang tertera dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran
Islam itu sendiri. Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum
dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum
demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa
dilepaskan dari aqidah sebagai fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari
syariah itu sendiri.
Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi pengembangan diri
manusia dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban
(masyarakat madani).
Syariah meliputi 2 bagian utama :
1. Ibadah (dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia
dengan Allah (vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran
dan Sunah. Misalnya : salat, zakat, puasa
2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan
lingkungannya) . Dalam hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis
besar. Misalnya munakahat, dagang, bernegara, dll.
Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh. Dalam
menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan :
1. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan as Sunnah (24:51, 4:59) menjauhi
bid'ah (perkara yang diada-adakan)
2. Syariah Islam telah memberi aturan yang jelas apa yang halal dan haram
(7:33, 156-157), maka : Tinggalkan yang subhat (meragukan). Ikuti
yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-
tele.
3. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286),
dan menghendaki kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga terhadap
kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal
dilakukan sesuai kemampuan.
4. Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam
syari’ah (3:103, 8:46). Syari’ah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-
sungguh (jihad) dan amar ma'ruf nahi munkar.
B. Perbedaan Syariah dan Fiqh
Sepintas kita melihat bahwa syari’ah dan Fiqh tidak jauh berbeda, Ilmu Fiqh
memang membahas tentang tata cara beribadah yang termasuk dalam syari’ah.
Keduanya ada untuk saling melengkapi. Namun, tetap ada perbedaan diantara
keduanya. Berikut ulasannya, Syari’ah terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
2. Muamalah yang mengatur hubungan dengan sesama dan makhluk lainnya
(binatang dan tumbuhan). Sedangkan Fiqh menurut bahasa berarti ‘paham’ dan
secara istilah adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari’ah yang berkaitan
dengan perbuatan dan perkataan mukallaf dan mengkaji secara mendalam ilmu
Syari’ah yang terdiri dari ibadah, baik yang bersifat mahdhah maupun
ghairmahdhah. Syari'ah memiliki pengertian yang amat luas. Tetapi dalam
konteks hukum Islam, makna Syari'ah adalah Aturan yang bersumber dari nash
yang qat'i. Sedangkan Fiqh adalah aturan hukum Islam yang bersumber dari nash
yang zanni.
C. Fungsi Syariah
Syari’ah Islam berfungsi membimbing manusia dalam rangka mendapatkan ridha
Allah dalam bentuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Diturunkannya Syariat
Islam kepada manusia juga memiliki “tujuan” yang sangat mulia.
1. Memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak
kepada setiap orang untuk memilih antara beriman atau tidak, karena,
“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam” (QS. Al Baqaarah,
2:256). Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, “...Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” (QS. Al Kahfi, 18:29). Pada hakikatnya,
Islam sangat menghormati dan menghargai hak setiap manusia, bahkan
kepada kita sebagai mu’min tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir untuk
masuk Islam. Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah
kewajiban. Namun demikian jika memaksa maka akan terkesan seolah-
olah kita butuh dengan keislaman mereka, padahal bagaimana mungkin
kita butuh keislaman orang lain, sedangkan Allah SWT saja tidak butuh
dengan keislaman seseorang.
2. “melindungi jiwa”. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa
seseorang dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya
hukum “qishash”. Di dalam Islam dikenal ada “tiga” macam pembunuhan,
yakni pembunuhan yang “disengaja”, pembunuhan yang “tidak disengaja”,
dan pembunuhan “seperti disengaja”. Hal ini tentunya dilihat dari sisi
kasusnya, masing-masing tuntutan hukumnya berbeda. Jika terbukti
suatu pembunuhan tergolong yang “disengaja”, maka pihak keluarga yang
terbunuh berhak menuntut kepada hakim untuk ditetapkan hukum
qishash/mati atau membayar “Diyat”(denda). Dan, hakim tidak punya
pilihan lain kecuali menetapkan apa yang dituntut oleh pihak keluarga
yang terbunuh. Berbeda dengan kasus pembunuhan yang “tidak disengaja”
atau yang “seperti disengaja”, di mana Hakim harus mendahulukan
tuntutan hukum membayar “Diyat” (denda) sebelum qishash. Bahwasanya
dalam hukum qishash tersebut terkandung jaminan perlindungan jiwa,
kiranya dapat kita simak dari firman Allah SWT: “Dan dalam qishash itu ada
(jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa” (QS. Al Baqarah, 2:179).
3. “perlindungan terhadap keturunan”. Islam sangat melindungi keturunan
diantaranya dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina
ghoiru muhshon (perjaka atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina
muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al Hadits). Firman Allah SWT :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman” (An Nuur, 24:2). Ditetapkannya hukuman yang berat bagi pezina
tidak lain untuk melindungi keturunan. Bayangkan bila dalam 1 tahun saja
semua manusia dibebaskan berzina dengan siapa saja termasuk dengan
orangtua, saudara kandung dan seterusnya, betapa akan semrawutnya
kehidupan ini.
4. “melindungi akal”. Permasalahan perlindungan akal ini sangat
menjadi perhatian Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw
menyatakan, “Agama adalah akal, siapa yang tiada berakal (menggunakan
akal), maka tiadalah agama baginya”. Oleh karenanya, seseorang harus
bisa dengan benar mempergunakan akalnya. Seseorang yang tidak bisa
atau belum bisa menggunakan akalnya atau bahkan tidak berakal, maka
yang bersangkutan bebas dari segala macam kewajiban-kewajiban dalam
Islam. Misalnya dalam kondisi lupa, sedang tidur atau dalam kondisi
terpaksa. Kesimpulannya, bahwa hukum Allah hanya berlaku bagi orang
yang berakal atau yang bisa menggunakan akalnya. Betapa sangat luar
biasa fungsi akal bagi manusia, oleh karena itu kehadiran risalah Islam
diantaranya untuk menjaga dan memelihara agar akal tersebut tetap
berfungsi, sehingga manusia bisa menjalankan syariat Allah dengan baik
dan benar dalam kehidupan ini. Demikian pula, agar manusia dapat
mempertahankan eksistensi kemanusiaannya, karena memang akallah
yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk Allah yang lain.
Untuk memelihara dan menjaga agar akal tetap berfungsi, maka Islam
mengharamkan segala macam bentuk konsumsi baik makanan, minuman atau apa
pun yang dihisap misalnya, yang dapat merusak atau mengganggu fungsi akal.
Yang diharamkan oleh Islam adalah khamar. Yang disebut khamar
bukanlah hanya sebatas minuman air anggur yang dibasikan seperti
dizaman dahulu, tapi yang dimaksud khamar adalah, “setiap segala sesuatu
yang membawa akibat memabukkan” (Al Hadits). Keharaman Khamar
sudah sangat jelas, di dalam QS. Al Maidah ayat 90 Allah SWT
menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al
Maa-idah,5:90) Ayat ini mengisyaratkan, bahwa seseorang yang dalam
kondisi mabuk, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib
maka tergolong syaitan, karena sifat syaitani sedang mengusai diri yang
bersangkutan.
5. “melindungi harta”. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa
menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan
menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. “Laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Maa-idah, 5:38).
Juga peringatan keras sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka
yang memakan harta milik orang lain dengan zalim, “Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
kedalam api yang menyala-nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa, 4:10).
6. “melindungi kehormatan seseorang”. Termasuk melindungi nama
baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak
dilindungi kehormatannya dimata orang lain dari upaya pihak-pihak lain
melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan
kejahatan. Karena itu betapa luar biasa Islam menetapkan hukuman yang
keras dalam bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh kali bagi seorang
yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada orang
lain. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-
wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik” (QS. An Nuur, 24:4). Juga dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik,
yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan
akhirat. Dan bagi mereka azab yang besar” (QS. An Nuur,24:23). Dan
larangan keras pula untuk kita berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan
dan menggunjing terhadap sesama mu’min (QS. Al Hujurat,49:12).
7. “melindungi rasa aman seseorang”. Dalam kehidupan
bermasyarakat,seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga
seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan lingkungan yang
kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu “tidak
mengalami kelaparan dan ketakutan”. Allah SWT berfirman: “Yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Al Quraisy, 106:4).
8. “melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara”. Islam menetapkan
hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta”
terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh umat Islam “dengan
cara yang Islami”. Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati,
disalib atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin
(QS. Al Maa-idah, 5:33). Juga peringatan keras dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Saw menyatakan, “Apabila datang
seorang yang mengkudeta khalifah yang sah maka penggallah lehernya”.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aqidah dalam agama islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya,
beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari
Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman
kepada apa yang menjadi ijma'(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh
berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-
Shalih. Pengertian akhlaq secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya
adalah akhlaq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata akhlaq
berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan
kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Syariat islam adalah apa-apa yang disyariatkan Allah terhadap semua
hamba-Nya ,berupa sunnah atau peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk
dilaksanakan dan diamalkan debagai perwujudan ,manifestasi dan konsekuensi
dari akidah yang dianut,yaitu akidah islam.yang sebenarnya menurut
peraturan,tidak sah pemakaian syariah itu kepada yang bukan peraturan Islam
,karena kata syariah itu hanya terdapat dalam islam yang tertera dalam Al-Quran
dan Sunnah Rasul.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/canepen/pengertian-aqidah-syariah-dan-akhlak-
dalam-islam_54f93c40a333110a068b4903
https://atashiwabenkyoushimasu.wordpress.com/2015/01/04/aqidah-syariah-dan-
akhlak/
https://farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/hubungan-aqidah-syariah-dan-
akhlak/
https://idaeyuliana.wordpress.com/2016/09/28/hubungan-aqidah-syariah-dan-
akhlak/
http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-hubungan-aqidah-
syariah-dan.html
http://harryfaisalri.blogspot.co.id/2016/03/pengantar-ekonomi-islam.html
TUGAS AL ISLAM
KONSEP AQIDAH DAN SYARIAH ISLAM

Dosen Pengampu
Irman Madjid, MA

Oleh
MELYA FAJRIAH SARDITA
180103103

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019

Anda mungkin juga menyukai