Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH FILSAFAT DAKWAH

AKSIOLOGI DAKWAH

DISUSUN OLEH:
VERI KASENDA (1830504093)
UTAMI ULAN DARI (1830504092)
TIARA MANDINI (1830504091)

DOSEN PENGAMPUH:
NURSERI HASANAH NASUTION, M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Para pakar filsafat pendidikan Islam seperti Syed Naquib al-Attas


menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai, ia netral sebab
dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan dan filsafat.
Oleh karena itu, umat Islam perlu mengislamisasikan ilmu. Pernyataan al-Attas
tersebut bahwa ilmu bebas nilai mengindikasikan adanya aksiologi, yakni
pertimbangan nilai dalam ilmu pengetahuan. Ilmu apapun namanya, jika ia
diletakkan dalam wadah yang Islami, maka ilmu tersebut adalah “ilmu Islam” dan
di luar itu tidak Islami. Ilmu pengetahuan yang merupakan produk kegiatan
berpikir manusia yang merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dengan jalan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.

Proses penerapan itulah yang menghasilkan peralatan-peralatan dan


berbagai sarana hidup seperti kapak dan batu di zaman dahulu hingga peralatan
komputer di zaman sekarang ini, serta alat-alat yang lebih canggih (mutakhir) lagi
untuk masa-masa mendatang.Meskipun demikian, pada hakikatnya upaya manusia
dalam memperoleh pengetahuan tetap didasarkan pada tiga masalah pokok, yakni
apa yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan, dan
bagaimana nilai pengetahuan itu..
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian aksiologi ?

2. Apa pengertian dakwah ?

3. Apa nilai yang terkandung dalam dakwah berkenaan dengan aksiologi ?

4. Bagaimana etika seorang da’i dalam melaksanakan peranannya ?

C. Tujuan
1. Sebagai tugas kelompokmata kuliah Filsafat Dakwah jurusan Manajemen
Dakwahjenjang semester II.
2. Menelusuri nilai yang terkandung dalam dakwah untuk kemudian mampu
di implementasikan pada koridor dakwah sebenarnya.
3. Menambah wawasan cakrawala mengenai etika seorang da’i yang
harusnya menjadipanduan dan diaplikasikan dalam melaksanakan tugas
dakwahnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu “axios” yang
berartisesuai atau wajar. Sedangkan “logos” yang berarti ilmu. Aksiologi
dipahami sebagai teori nilai. Burhanuddin Salam juga sepakat menyatakan bahwa
aksiologi adalah teori tentang nilai. 1 Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan
agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan
sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud. Menurut
Richard Bender : Suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan suatu
pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian dengan pemuasan kebutuhan yang
diakui bertalian, atau yang menyumbangkan pada pemuasan yang demikian.
Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat ialah pencapaian dan sejumlah
pengalaman nilai yang senantiasa bertambah.

Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno,


terdiri dari kata“aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.2 Aksiologi adalah
abang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana sesuatu hal dapat
1
Burhanuddin Salam, Logika Materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: RenekaCipta, Cet, 1,
1997), hlm. 168.
2
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 36.
baik atau buruk (mempunyai akibat positif atau negatif) dan hubungan nilai
dengan menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi obyektif di pihak
lain. Aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai makna yang
dikandungnya.

Aksiologi memuat pemikiran tentang maslaah nilai-nilai termasuk nilai-


nilai tinggidari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama dan nilai keindahan.
Aksiologi ini jugamengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher
values of life (nilai-nilaikehidupan yang bertaraf tinggi). Dilihat dari jenisnya,
paling tidak terdapat dua bagianumum dari aksiolgi, yaitu:

1. Etika

Etika adalah kajian tentang mana perbuatan baik dan mana perbuatan
buruk, sertaapa ukuran yang digunakan di dalam menentukan baik dan buruk.
Semiawan menerangkan bahwa etika sebagai prinsip atau standar berprilaku
manusia, yang kadang-kadang disebut dengan “moral”. Kegiatan menilai (act of
judgement) telah dibangun berdasarkan toleransi atau ketidakpastian, bahwa
tidak ada kejadian yang dapat dijelaskan secara pasti dengan zero tolerance.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti,pertama, etika merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-
hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lain. Objek formal etika meliputi
norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baikdan
buruknya. Sementara dari kalangan nonfilsafat, etika sering digunakan sebagai
pola bertindak praktis (etika profesi), misalnya bagaimana menjalankan bisnis
yang bermoral dalam etika bisnis

2. Estetika

Mengenai estetika, Semiawan menjelskan bahwa estetika adalah


mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan
cabang filsafat yang mengkaji hakikat indah dan buruk. Estetika membantu
mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu
pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak luas.
Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan pembentukan mode-mode yang estetis
dari suatu pengetahuan ilmiah itu.

B. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab da’a-
yad’u-da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil. Di antara
makna dakwah secara bahasa adalah An-Nida artinya memanggil da’a filanun Ika
fulanah, artinya si fulan mengundang fulanah. Selanjtnya menyeru, ad-du’a ila
syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu. Dalam dunia dakwah,
orang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang menerima dakwah atau
orang yang di dakwahi disebut dengan Mad’u. Dalam pengertian istilah dakwah
diartikan sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajakumat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhanuntuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan
definisidakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu mendorong manusia agar
berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat
kebaikan danmencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia danakhirat.
3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia
denganhikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-
Nya.
4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut
suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi
terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar.
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru
kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang
diwajibkan kepadasetiap muslim. Dari beberapa definisi di atas secara singkat
dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh informan (da’i) untuk menyampaikaninformasi kepada pendengar
(mad’u) mengenai kebaikan dan mencegah keburukan. Aktivitas tersebut
dapat dilakukan dengan menyeru, mengajak atau kegiatan persuasif lainnya.
Esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk menguba manusia, baik
individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik.

C. Hakikat Nila dan Penelusuran Nilai Dakwah

Menurut Kattsoff menjelaskan bahwa hakikat nilai itu ada beberapa


kemungkinan, diantaranya :

1. Nilai adalah kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan.


2. Nilai sebagai objek suatu kepentingan.
3. Nilai pragmatis.
4. Nilai sebagai esensi.

Pada bagian lain, Kattsoff menjelaskan bagaimana mendekati nilai


(pendekatan aksiologis) yang dibedakan menjadi :

1. Nilai seluruhnya berhakikat subjektif, artinya nilai merupakan reaksi-reaksi


yangdiberikan manusia sebagai pemberi nilai. Kaitannya dengan hal ini,
maka sangat tergantung pada pengalaman, penetahuan dan kemampuan
pemberi nilai tersebut.
2. Nilai-nilai merupakan kenyataan ontologis, artinya nilai merupakan esensi
logis yang dapat diketahui melalui akal, yang dikenal dengan objektivitasme
logis.
3. Nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan, artinya
nilai merupakan hasil dari pengenalan, penambahan dan pembuktian dari
suatu yang dinilai (objektivitas).

Berangkat dari penyataan nilai di atas, dapat kita jadikan batu loncatan
untuk melakukan penelusuran terhadap nilai dakwah. Upaya dalam menelusuri
nilai dakwah diantaranya:
1. Jika dilihat dari sudut ilmunya, maka yang muncul adalah nilai kebenaran
dari pengetahuan dakwah tentunya harus ada tolok ukur yang baku, yaitu :
a. Koherensi antarkonsep dalam pengetahuan.
b. Korespondensi, sesuatu itu bernilai jika sesuai dengan kenyataan.
c. Empiris, sesuatu dikatakan bernilai jika dapat dibuktikan dengan
caraempirik/didapat dari penelitiand.Unsur pragmatis, bernilai jika ada
manfaatnya.
2. Sudut empirik keberadaan dakwah (dakwah sbagai proses). Nilai dakwah
dilihat dalam kenyataan hidup masyarakat, yakni adanya interaksi antara da’I,
ajaran, umat manusia dan segala hal yang mendukung proses dakwah. Ada
dua hal penting yang sebaiknya diyakini dalam nilai dakwah, yaitu: Pertama,
Nilai kerisalahan, dakwah dilihat sebagai penerus,penyambung dan
menjalankan fungsi dan tugas Rasul. Kedua, Nilai rahmat dalam dakwah,
ajaran Islam harus memberikan manfaat bagi kehidupan umat.

Anda mungkin juga menyukai