Anda di halaman 1dari 4

PRO DAN KONTRA TERHADAP FILSAFAT

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


PENGANTAR FILSAFAT
Dosen Pengampu: Muhammad Kholil, S.Ag, M.Fil.I

OLEH:
1) IMAM WAHYUDI
2) LINDA WATI
3) SITI RUQOYAH

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN …………….
UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
PAMEKASAN
2019
A. Pendapat Pertama Agama dan Filsafat
Pendapat ini datangnya dari para filosof Islam ( Hukama) pendapat ini
mencoba mensingkronisasikan antara Agama dan Filsafat, dalam artian bahwa
Agama dan Filsafat selalu berjalan secara bergandengan. Dikalangan ini yang
paling tegas adalah Ibnu rusyd yang lebih terkenal sebagai komentator Aristoteles,
bahkan dia membuat buku yang dimana khusus membahas apakah mempelajari
Filsafat dan logika di perbolehkan atau dilarang oleh syariat, disana Ibnu Rusyd
dengan tegas berkata : jika kegiatan Filsafat tidak lain hanya menyelidiki sesuatu
yang maujud dan merenungkannya sebagai bukti adanya pencipta maka semakin
sempurnah pengetahuan tentang maujud dan semakin sempurnahlah pulalah
pengetahuan tentang sang pencipta. Karena syariat telah memerintahkan dan
mendorong kita untuk mempelajari segala yang maujud maka jelslah mempelajari
Filsafat hukumnya wajib atau sunnah.
Dalil-dalil Ibnu rusyd bahwa tuhan menuntun kita untuk menggunakan logika
terdapat dalam surah al-hasyr ayat 2 “ maka berfikirlah wahai orang-orang yang
berakal budi “ dan juga dalam surah al a’raaf ayat 185. Allah memerintahkan kita
untuk mempelajari setiap yang maujud “ apakah mereka tidak memperhatikan
segala kerajaan di langit dn di bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah ?
Dari ayat ini Ibnu Rusyd mangasumsikan bahwa syariat telah jelas-jelas
mewajibkan penelitian tentang segala yang maujud dan perenungan dangan
menggunakan akal. Ia menegaskan bahwa Perenungan adalah pengambilan dan
penarikan Sesuatu pengertian yang tidak diketahui dari sesuatu yang diketahui dan
inilah yang diaksud dengan Qias ( analogi ) atau sesuatu yang dilakukan yang
menyerupai qias sedimikian rupa. Maka kewajiban melakukan penilitian tentang
segala maujud dengan menggunakan qias rasional. Demikian juga metode yang di
anjurkan dan di perintahkan oleh syariat adalah metode berfikir dengan
menggunakan analogi, dan analogi yang paling sempurnah adalah yang disebut
dengan metode berfikir demonstratif ( manhaj burhani).
Ibnu Rusyd juga mengatakan bahwa kewajiban mempelajari ilmu logika ini
sama halnya mempelajari ilmu Fikih, karena ilmu Fikih terbentuk karena hasil
penyimpulan dari adanya perintah untukmendalami hukum-hukum. Dari sinilah
menurut Ibnu Rusyd tak seorangpun yang berhak untuk menyatakan bahwa
mempelajari qias rasional adalah Bida’h ( haram), meski hal itu tidak dilakukan

Page 1 of 4
oleh generasi awal, sebab mempelajari kias Fikih beserta berbagai jenisnya juga
dirumuskan setelah generasi awal.

B. Mauqif Muslimin terhadap Filsafat Yunani ( pro-kontra ) “Studi


Muqaranah dalam Kajian Filsafat”
Pendapat ini datangnya dari para filosof Islam ( Hukama) pendapat ini
mencoba mensingkronisasikan antara Agama dan Filsafat, dalam artian bahwa
Agama dan Filsafat selalu berjalan secara bergandengan. Dikalangan ini yang
paling tegas adalah Ibnu rusyd yang lebih terkenal sebagai komentator Aristoteles,
bahkan dia membuat buku yang dimana khusus membahas apakah mempelajari
Filsafat dan logika di perbolehkan atau dilarang oleh syariat, disana Ibnu Rusyd
dengan tegas berkata : jika kegiatan Filsafat tidak lain hanya menyelidiki sesuatu
yang maujud dan merenungkannya sebagai bukti adanya pencipta maka semakin
sempurnah pengetahuan tentang maujud dan semakin sempurnahlah pulalah
pengetahuan tentang sang pencipta. Karena syariat telah memerintahkan dan
mendorong kita untuk mempelajari segala yang maujud maka jelslah mempelajari
Filsafat hukumnya wajib atau sunnah.
Dalil-dalil Ibnu rusyd bahwa tuhan menuntun kita untuk menggunakan logika
terdapat dalam surah al-hasyr ayat 2 “ maka berfikirlah wahai orang-orang yang
berakal budi “ dan juga dalam surah al a’raaf ayat 185. Allah memerintahkan kita
untuk mempelajari setiap yang maujud “ apakah mereka tidak memperhatikan
segala kerajaan di langit dn di bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah ?
Dari ayat ini Ibnu Rusyd mangasumsikan bahwa syariat telah jelas-jelas
mewajibkan penelitian tentang segala yang maujud dan perenungan dangan
menggunakan akal. Ia menegaskan bahwa Perenungan adalah pengambilan dan
penarikan Sesuatu pengertian yang tidak diketahui dari sesuatu yang diketahui dan
inilah yang diaksud dengan Qias ( analogi ) atau sesuatu yang dilakukan yang
menyerupai qias sedimikian rupa. Maka kewajiban melakukan penilitian tentang
segala maujud dengan menggunakan qias rasional. Demikian juga metode yang di
anjurkan dan di perintahkan oleh syariat adalah metode berfikir dengan
menggunakan analogi, dan analogi yang paling sempurnah adalah yang disebut
dengan metode berfikir demonstratif ( manhaj burhani).

Page 2 of 4
Ibnu Rusyd juga mengatakan bahwa kewajiban mempelajari ilmu logika
ini sama halnya mempelajari ilmu Fikih, karena ilmu Fikih terbentuk karena hasil
penyimpulan dari adanya perintah untukmendalami hukum-hukum. Dari sinilah
menurut Ibnu Rusyd tak seorangpun yang berhak untuk menyatakan bahwa
mempelajari qias rasional adalah Bida’h ( haram), meski hal itu tidak dilakukan
oleh generasi awal, sebab mempelajari kias Fikih beserta berbagai jenisnya juga
dirumuskan setelah generasi awal.

Menurut Analisis saya:


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
A. Kesimpulan
Pendapat ini datangnya dari para filosof Islam ( Hukama) pendapat ini
mencoba mensingkronisasikan antara Agama dan Filsafat, dalam artian bahwa
Agama dan Filsafat selalu berjalan secara bergandengan.

Page 3 of 4

Anda mungkin juga menyukai