Anda di halaman 1dari 8

Etika Deskriptif dan Normatif

Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dianggap sebagai makhluk teristimewa dan
diberikan kelengkapan anggota tubuh yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Dengan kesempurnaannya manusia dikaruniai, panca indra yang sangat lengkap.
Manusia dibekali Tuhan dengan akal untuk dapat berpikir dan melakukan komunikasi dengan
sesamanya untuk saling bertukar pikiran, informasi ataupun berbagi perasaan serta
pengalaman yang dimiliki setiap individu.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan antar manusia sebagaimana
yang diutarakan menurut pendapat Ashley Montagu dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam
bukunya yang berjudul “Psikologi Komunikasi”, bahwa kita belajar menjadi manusia melalui
komunikasi. Seorang bayi hanyalah seonggok daging sampai ia belajar mengungkapkan
perasaan dan kebutuhannya melalui senyuman, tangisan, atau tendangan (Rakhmat, 1992:12).

Komunikasi merupakan alat yang dapat menghubungkan manusia dengan dunia luar, juga
merupakan cara seseorang untuk mengekspresikan dirinya, mempengaruhi orang lain, serta
merupakan cara untuk mempelajari dunia, dirinya dengan orang lain.

Dengan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi manusia sadar akan dirinya, siapa
dirinya dan apa yang harus diperbuat dengan orang lain sehingga sebelum melakukan
perbuatan dan tindakan manusia akan berpikir terlebih dahulu serta mempertimbangkan
apakah perbuatan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan norma kemanusiaan atau malah
justru sebaliknya.

Manusia dapat disebut etis ialah secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang
lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan
penciptannya; termasuk didalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika.
Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan menyelidiki gejala-gejala
yang timbul dalam diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun sebagai anggota
masyarakat. Etika mencoba untuk meneliti tingkah laku manusia yang dianggap merupakan
cermin dari apa yang terkandung dalam jiwa sanubarinya atau dalam hati nurani. Pada
prinsipnya permasalahan tentang etika yaitu membicarakan baik dan buruk susila atau tidak
susila, bermoral atau tidak bermoral dari perbuatan dan tingkah laku manusia.

Menurut Louis O. Katt Soff dalam bukunya berjudul Elements of Philosophy diterbitkan tahun
1953, bahwa etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan tentang
predikat baik dan buruk. Definisi etika ditinjau berdasarkan pengertian terbagi menjadi tiga
bagian yaitu:

Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas  yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

Etika deskriptif menurut pendapat Katt Soff bahwa etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu
pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Etika bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak
predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat.
Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemaparan atau penggambaran saja.

Etika deskriptif dapat disimpulkan sebagai bentuk implementasi perbuatan serta perilaku yang
diterapkan setiap manusia merupakan landasan pergaulan kehidupan antar manusia dalam
ruang lingkup lingkungan masyarakat.

Etika normatif
Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma
yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang
dalam bermasyarakat. Etika normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan
buruknya tingkah laku.

Etika kefilsafatan
Analisis tentang apa yang orang maksudkan bilamana mempergunakan predikat-predikat
kesusilaan. Apa yang disebut perbuatan etis, tidak etis dan sebagainya. Analisis ini diperoleh
dengan mengadakan penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari predikat-
predikat yang terdapat dalam pernyataan. Secara lebih jelas kefilsafatan mempersoalkan
tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang
dalam membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Etika normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah
atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat (Ruslan, 2002 : 38).

Menurut Katt Soff yang dimaksud dengan etika normatif adalah sering dipandang sebagai
suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat dipakai untuk
menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika
normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik buruknya tingkah laku.
Etika normatif dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang
berkaitan dengan baik buruknya perbuatan atau tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat.

Untuk dapat memahami pengertian etika dan mengerti mana perbuatan yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan menurut etika, sebagaimana diutarakan Franz
Magnis Suseno (1997:19) dalam buku etika dasar  yang menyebutkan terdapat beberapa jenis
norma.
Norma adalah peraturan atau pedoman hidup tentang bagaiaman seyogyanya manusia
harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat. Norma dalam masyarakat dapat
dibedakan sebagai berikut :
v  Norma teknis dan norma permainan hanya berlaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu atau
untuk kegiatan-kegiatan sementara dan terbatas. Contoh :
-       Peraturan dalam olahraga
-       Peraturan dalam perusahaan yang hanya berlaku terbatas bagi mereka yang bekerja di
perusahaan tersebut.
v  Norma berlaku umum dalam masyarakat dapat dibedakan
1.     Norma kepercayaan / keagamaan
Dasar norma ini adalah kitab suci. Tujuannya yaitu agar manusia mempunyai keimanan,
yang akan mendapatkan sanksi baik di dunia maupun diakhirat :
·       Jangan berbuat kejahatan
·       Berbuatlah kebaikan

2.     Norma moral


Norma moral berhubungan dengan manusia sebagai pribadi. Pendukung dari norma yang
dimaksud adalah hati nurani manusia. Hati nurani sangat berperan dalam perilaku lahiriah
manusia. Pelanggaran terhadap norma ini adalah penyesalan, karena tidak ada kekuasaan dari
luar diri manusia yang mengancam. Tujuannya adalah penyempurnaan manusia sebagai
manusia. Contoh : setiap manusia harus menegakan kejujuran.

3.     Norma sopan santun


Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kesopanan, kepantasan atau kepatutan
yang berlaku dalam masyarakat. Tujuannya untuk kesempurnaan manusia sebagai masyarakat
yaitu :
·       Kedamaian
·       Ketertiban
·       Keamanan
Dalam kehidupan bersama antar manusia, ancaman dari pelanggaran kaidah yang dimaksud
tersebut berupa penghinaan, pencemoohan dari masyarakat. Seringkali sangsi tidak dalam
bentuk lisan atau diucapkan, melainkan hanya dengan perbuatan. Contoh :
·       Menghormati orang yang lebih tua
·       Menghormati pimpinan

4.     Norma hukum


Norma hukum pelaksanaannya dapat dituntut dan dipaksakan. Sedangkan pelanggarannya
ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah dalam masyarakat, landasan dasarnya adalah
peraturan perundang-undangan, yang dapat dipastikan mulai kapan berlakunya. Contoh :
penyebaran paham tertentu yang dilarang berdasarkan peraturan pemerintah.
Etika normatif ditinjau berdasarkan dari teori terdiri dari dua yaitu :
a.     Teori deontologis
Deontologis berasal dari bahasa Yunani Deon artinya kewajiban. Artinya etika deontologi
menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik, suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dari tindakan tersebut, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada
dirinya, motivasi, kemauan dengan niat baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban dan
bernilai moral.

b.     Teori teleologis


Teleologis bahasa Yunani dengan kata Telos berarti tujuan yaitu menjelaskan bahwa benar
salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau
berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula (Sony, 1993 : 29-30).

Etika teleologis terdapat dua aliran teleologisme yaitu sebagai berikut :


1.     Egoisme
Artinya pandangan bahwa tindakan setiap orang bertujuan untuk mengejar kepentingan
atau memajukan dirinya sendiri atau menekankan kepentingan dan kebahagiaan untuk pribadi
berdasarkan hal yang menyenangkan dan atau hal yang mendatangkan kebahagiaan bagi
dirinya sendiri.
2.     Utilitarianisme
Menilai perbuatan baik buruknya suatu tindakan atau kegiatan berdasarkan tujuan atau
akibat dari tindak tersebut bagi kepentingan orang banyak atau dinilai baik karena dapat
memberikan kegunaan atau manfaat perorangan bagi banyak orang.

Norma dan kaidah


Dalam kehidupan manusia setiap hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau
kaidah yang biasanya suatu nilai mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu
bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak dan berperilaku sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai
norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi
(Soekanto; 1989:7).
Kehidupan masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam
masing-masing mempunyai kepentingan, akan tetapi kepentingan bersama itu mengharuskan
adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk peraturan yang
disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat, yang disebut peraturan
hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupan dengan aman, tertib dan
damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata yang diwujudkan dalam aturan
main, merupakan pedoman bagi segala pergaulan kehidupan manusia sehingga berbagai
kepentingan dalam anggota masyarakat dapat terpenuhi dan terpelihara serta terjamin.
Setiap anggota masyarakat akan dapat mengetahui hak dan kewajiban sesuai dengan
aturan yang berlaku. Ukuran yang menjadi pedoman dalam norma-norma terdapat dua macam
berdasarkan isinya adalah berupa :
a.     Perintah yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibatnya dipandang baik.
b.     Larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibatnya dipandang tidak baik.
Norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus
bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil, 1989 : 81). Norma-norma itu dapat
dipertahankan melalui sanksi-sanksi yaitu dapat berupa ancaman hukuman bagi siapa saja
yang melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup
yang disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar
suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu
pelanggaran yang terjadi. Norma dalam pergaulan hidup terdapat empat kaidah yaitu :
1.     Norma agama
2.     Norma kesusilaan
3.     Norma kesopanan
4.     Norma hukum
Dalam pelaksanaannya terbagi menjadi norma umum (non hukum) dan norma hukum
pemberlakuan norma yang dimaksud dalam aspek kehidupan dapat digolongkan kedalam dua
macam kaidah sebagai berikut :
1.     Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi :
a.     Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang beriman
b.     Kehidupan kesusilaan, nilai moral dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi
tercapainya kesucian hati nurani yang berakhlak berbudi luhur.
2.     Aspek kehidupan antar pribadi meliputi :
a.     Kaidah atau norma-norma sopan santun, tata krama dan etika dalam pergaulan sehari-hari
dalam masyarakat
b.     Kaidah-kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan keadilan
dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan kepastian atau
ketentraman.
Sedangkan masalah norma bukan hukum adalah masalah yang cukup penting mengenai
kode perilaku dan kode profesi, yaitu seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama
dalam pergaulan sosial atau bermasyarakat, sebagai nilai aturan yang telah disepakati
bersama, dihormati, wajib dipatuhi dan ditaati.
Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika
mengobati pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap
mahasiswanya, melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut menjalankan
tugas dan kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, jujur, bermoral,
penuh integritas dan bertanggung jawab.
Terlepas dari mereka sebagai profesi tersebut baik atau tidak dalam memberikan obat
sebagai penyembuhannya, atau metodologi dan keterampilan dalam memberikan bahan kuliah
dengan tepat.
Dalam hal ini yang ditekankan adalah “sikap atau perilaku” mereka dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai
sesama dalam kehidupan manusia. Dengan demikian nilai moral, etika, kode perilaku dan
kode etik standard profesi memberikan jalan, pedoman, tolak ukur dan acuan untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan
kondisi tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Katt Soff Louis. O, 1953, Elements of Philosophy The Ronald Press Company, New York.

Katt Soff Louis. O, 1992, Pengantar Filsafat Alih Bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Yogyakarta.

Keraf A. Sonny, 1991, Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur, Jakarta, Kanisius.

Ruslan Rosady, 2002, Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suseno Frans Magnis, 1987, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius,
Yogyakarta.

Sumarno, Kismiyati El Kariman, Ninis Agustini Damayani, 2004, Filsafat dan Etika Komunikasi, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai