KELOMPOK 1
Disusun oleh:
Dosen Pemangampu :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini,ialah
bapak Ahmad Nilnal Munachifdlil Ula,S.Pd.I, M.Pd. yang sudah membimbing
kami dalam penugasan makalah ini.
PENDAHULUAN
1.Ijtihad
1) Ijma’
Yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau
sependapat.Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli
ijtihad umat Nabi Muhammad SAW. sesudah beliau wafat pada suatu
masa,tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah.Hasil
dari Ijma’ adalah fatwa,yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2) Qiyas
Yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan
menyamakannya.Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai
suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain
yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang
sama.Contohnya adalah pada surat Al-isra ayat 23 dikatakan bahwa
perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan
karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai
memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3) Istihsan
Yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas
lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang
dapat diterima untuk mencegah kemudharatan,atau dapat diartikan
pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat
dibenarkan.Contohnya,menurut aturan syarak,kita dilarang
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi
akad.Akan tetapi menurut Istihsan,syarak memberikan rukhsah
(kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4) Mushalat Murshalah
Yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum.Adapun
menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al-Quran maupun Hadist
tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat
Al Quran.Akan tetapi,hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan umat.
5) Sududz Dzariah
Yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan,sedangkan menurut
istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat.Contohnya adalah adanya
larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,padahal
minum seteguk tidak memabukan.Larangan seperti ini untuk menjaga
agar janngan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk
bahkan menjadi kebiasaan.
6) Istishab
Yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan
hukum tersebut. Contohnya,seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah
berwudhu atau belum. Di saat seperti ini,ia harus berpegang atau
yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu
kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7) Urf
Yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat),baik
berupa perkataan maupun perbuatan.Contohnya adalah dalam hal jual
beli.Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang
yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga
telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
Sedangkan Fungsi Ijtihad, antara lain sebagai berikut:
1. Sunnah
Sunnah Nabi SAW yang selama ini dipahami oleh mayoritas umat Islam
sebagai contoh teladan; berupa perkataan, perbuatan/tindakan dan persetujuan atas
perbuatan orang lain (taqrir) oleh Nabi SAW harus selalu dipahami secara dinamis
dan hidup.Ketika sunnah dipahami sebagai sebuah ijtihad Nabi SAW dalam
menafsirkan dan menerapkan wahyu/firman Allah SWT dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat, maka mengikuti sunnah Nabi SAW menjadi sebuah
kekuatan,besar dalam mendorong terciptanya dinamika kemajuan,inspirasi dan
inovasi.
Namun jika sunnah Nabi dipahami dan diterjemahkan secara harfiyah, maka
sunnah Nabi akan terpasung dalam teks-teks klasik yang membelenggu kemajuan
pola pikir umat Islam.Oleh karena itu, pada kondisi dan situasi kekinian (modern)
saat ini,sunnah Nabi tidak bisa lagi dipahami dan diterapkan secara tekstual
(klasik) dan terpaku pada bentuk produknya,tetapi harus dipahami dan diterapkan
secara modern (kontekstual) mengikuti metodologi dan substansinya. Hal ini
merupakan sebuah keniscayaan,karena kondisi sunnah yang memang berbeda
dengan al-Qur’an.Dengan demikian,maka sunnah Nabi selalu terbuka untuk
dikembangkan, dilengkapi bahkan dimodifikasi, sehingga penerapannya mudah
dan ringan.
2, Bid’ah
Jadi dapat diketahui bahwa perbedaan Sunnah dan Bid’ah adalah jika
Sunnah adalah apa yang bersumber dari Rasulullah SAW,baik
perkataan,perbuatan,atau pengakuan beliau.Sementara sunnah menurut ahli
hadits,yakni apa yang disandarkan kepada Nabi SAW, berupa perkataan,
perbuatan, pengakuan, sifat, atau sirah beliau
Sedangkan bid'ah adalah menciptakan sesuatu yang baru dan tidak ada
contoh dari nabi sebelumnya baik sebelum nabi diangkat menjadi Rasul maupun
setelah menjadi Rasul, hanya saja diantaranya ada yang baik dan ada yang buruk.
1.Kaidah-Kaidah Ibadah
Ibadah yang benar kepada Allah dibangun di atas dasar-dasar atau kaidah-
kaidah yang kokoh. Ini semua dijelaskan oleh Allah di dalam kitabNya, dan oleh
Nabi n di dalam Sunnahnya, serta oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
َفاْسَتِقْم َك َم ا ُأِم ْر َت َو َم ْن َتاَب َم َع َك َو اَل َتْطَغ ْو ۚا ِإَّنُه ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َبِص يٌر
ِإَّن َهَّللا َال َيْقَبُل ِم َن اْلَع َم َل ِإَّال َم ا َك اَن َلُه َخ اِلًصا َو اْبُتِغ َي ِبِه َو ْج ُهُه
َم ْن َأْح َد َث ِفي َأْم ِر َنا َهَذ ا َم ا َلْيَس ِفيِه َفُهَو َر ٌّد
Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami ini (agama), apa-
apa yang bukan padanya, maka urusan itu tertolak. [HR Bukhari no. 2697,
Muslim no. 1718]
4. Ibadah yang telah ditetapkan,
meliputi sebabnya, jenisnya, kadarnya, caranya, waktunya, dan
tempatnya, maka wajib dilakukan sebagaimana yang dituntunkan.Tidak
boleh melanggar ketentuan-ketentuan tersebut. Sehingga, barangsiapa
beribadah kepada Allah, namun ibadahnya itu tidak sesuai dengan yang
telah ditetapkan oleh syari’at, maka ibadahnya tersebut tertolak.Contoh:
A,Sebab
Orang yang bertahajjud pada malam 27 Rajab dengan sebab anggapan
bahwa malam itu adalah malam Isra’ Mi’raj. Sebagaimana sudah
diketahui, tahajjud termasuk ibadah sunnah, namun ketika dia
menghubungkan dengan sebab yang tidak benar menurut syari’at,
maka ibadahnya tersebut menjadi bid’ah.
B.Jenis
Ibadah qurban telah ditetapkan jenisnya dengan binatang ternak, yaitu
onta, sapi, atau kambing. Jika ada orang berqurban dengan kuda,
kelinci atau ayam, maka qurban itu tertolak.
C.Kadar/ukuran
Shalat subuh telah ditetapkan dua raka’at. Sehingga barangsiapa
sengaja menambahnya, maka shalatnya tidak sah, karena menyelisihi
kadar yang telah ditetapkan syari’at.
D.Cara.
Barangsiapa mengubah tertib atau cara-cara wudhu’ atau shalat, maka
ibadahnya tersebut tidak sah, karena telah menyelisihi cara yang
ditetapkan syari’at.
E.Waktu
Jika seseorang menyembelih qurban pada bulan Rajab, atau puasa
Ramadhan pada bulan Syawwal, atau wukuf di ‘Arafah pada tanggal 9
Dzul qa’dah, maka itu semua tidak sah, karena menyelisihi waktu
ibadah yang benar.
F.Tempatnya
Orang yang i’tikaf di rumahnya, atau wukuf di Mudzalifah, maka itu
tidak sah, karena menyelisihi tempat ibadah yang telah ditetapkan.[8]
5. Ibadah harus dilakukan dengan dasar kecintaan
mengharapkan rahmat Allah, takut siksaNya dan disertai ketundukan
dan pengangungan kepada Allah.Ketika Allah memuji Nabi Zakaria
sekeluarga, Dia berfirman:
ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْد ُعوَنَنا َر َغًبا َو َر َهًبۖا َو َك اُنوا َلَنا
َخ اِشِع يَن
Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang
yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan takut. Dan
mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. [al Anbiya’/21:
90].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Ibadah,
menggabungkan kesempurnaan (puncak) kecintaan dan kesempurnaan
ketundukan. Orang yang beribadah adalah orang yang mencintai dan
tunduk. (Ini) berbeda dengan orang yang mencintai seseorang, yang ia
tidak tunduk kepadanya, tetapi ia mencintainya karena menjadikannya
sebagai perantara kepada perkara lain yang ia cintai. Dan (juga) berbeda
dengan orang yang tunduk kepada seseorang, yang ia tidak mencintainya,
seperti orang yang tunduk kepada seorang zhalim. Maka keduanya ini
bukanlah ibadah yang murni.”
6. Kewajiban ibadah tidak gugur dari hamba,semenjak baligh sampai
meninggal dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imran/3:102].
Manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah ialah Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau berkewajiban
beribadah sampai wafatnya. Maka orang-orang yang derajatnya di bawah
beliau, tentu lebih wajib untuk beribadah kepada Allah sampai matinya.
Allah Ta’ala berfirman:
َو اْع ُبْد َر َّبَك َح َّتٰى َيْأِتَيَك اْلَيِقيُن
Dan beribadahlah kepada Rabb–mu (Penguasamu) sampai al yaqin
(kematian) datang kepadamu. [al Hijr/15:99]
Para ulama ahli tafsir bersepakat, makna al yaqin dalam ayat ini adalah
kematian. Hal ini, sebagaimana tersebut dalam firman Allah pada ayat
lain, yang memberitakan pertanyaan penduduk surga kepada penduduk
neraka:
َم ا َس َلَك ُك ْم ِفي َس َقَر َقاُلوا َلْم َنُك ِم َن اْلُمَص ِّليَنَو َلْم َنُك ُنْطِع ُم اْلِم ْس ِكيَن َو ُكَّنا َنُخ وُض َم َع اْلَخ اِئِض يَنَو ُكَّنا
ُنَك ِّذ ُب ِبَيْو ِم الِّديِنَح َّتٰى َأَتاَنا اْلَيِقيُن
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka
(penduduk neraka) menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang
miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami al yaqin (kematian)”. [al
Muddatstsir/74: 42-47].
2.Muamallah
Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai
materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental didalamya, sehingga
akan bernilai ibadah.selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan
muamalah juga sangat konsen terhadap nilai humanisme, diantara prinsip
dasar fiqih muamalah adalah:
A.Hukum asal dalam muamalah adalah mubah (diperbolehkan)
Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah
adalah diperbolehkan (mubah) kecuali terdapat nash yang
melarangnya.
“ االصل في المعا ملة االباحة اال ان يدل دلي««ل علي تحريمهاhukum asal semua
bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada hal yang
mengharamkannya”
B. Konsep fiqih muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
Fiqih muamalah akan senantiasa berusaha mewujudkan
kemaslahatan, mereduksi permusuhan dan perselisihan diantara
manusia. Allah swt tidak menurunkan syariah, kecuali dengan tujuan
untuk merealisasikan kemaslahatan hidup hambaNya, tidak
bermaksud memberi beban dan menyempitkan ruang gerak
kehidupan manusia.
C. Menetapkan harga yang kompetitif
Masyarakat sangat membutuhkan barang produksi, tidak peduli dia
seorang kaya atau miskin, mereka menginginkan konsumsi barang
kebutuhan dengan harga yang lebih rendah. Harga yang lebih rendah
(kompetitif) tidak mungkin dapat diperoleh kecuali dengan
menurunkan harga biaya produksi, untuk itu harus dilakukan
pemangkasan biaya produksi yang tidak begitu krusial, serta biaya-
biaya overhead lainnya.
Islam melaknat praktik penimbunan (ikhtikar) karena akan
berpotensi menimbulkan kenaikan harga barang yang ditanggung
oleh konsumen. Disamping itu, Islam juga tidak suka dengan praktik
makelar dan mengutamakan transaksi jual beli (pertukaran) secara
langsung antara produsen dan konsumen tanpa menggunakan jasa
perantara, karena upah makelar pada akhirnya akan dibebankan
kepada konsumen.
D. Meninggalkan intervensi yang dilarang
Islam memberikan tuntutan kepada kaum muslimin untuk
mengimami konsepsi qadla dan qodar Allah swt, apa yang telah
Allah swt tetapkan untuk seorang hamba tidak akan pernah tertukar
dengan hamba lain, dan rizki seorang hamba tidak akan pernah
berpindah tangan kepada orang lain. Perlu disadari bahwa nilai-nilai
solidaritas sosial ataupun ikatan persaudaraan dengan orang lain
lebih penting daripada sekedar nilai materi, untuk itu Rasulullah saw,
melarang untuk menumpangi transaksi yang sedang dilakukan orang
lain, kita tidak diperbolehkan untuk intervensi terhadap akad ataupun
jual beli yang sedang dilakukan orang lain.
Rasulullah bersabda “seseorang tidak boleh melakukan jual beli atas
jual beli yang sedang dilakukan oleh saudaranya”.
E. Menghindari eksploitasi
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk membantu orang-
orang yang membutuhkan,dimana Rasulullah bersabda “sesama
muslim adalah saudara,
tidak mendzalimi satu sama lainnya,barangsiapa mmenuhi
kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi
kebutuhannya,dan barang siapa membantu mengurangi beban
sesame saudaranya, maka Allah swt akan menghilangkan bebannya
di hari kiamat nanti”.Hadis tersebut memebrikan tuntunan untuk
tidak mengeksploitasi sesama saudara muslim yang sedang
membutuhkan sesuatu, dengan cara menaikkan harga atau syarat
tambahan yang memberatkan. f. Memberikan kelenturan dan
toleransi
Toleransi merupakam karakteristik dari ajaran islam yang ingin
direalisasikan dalam setiap dimensi kehidupan. Nilai toleransi ini
biar dipraktekkan dalam kehdiupan politik, ekonomi atau hubungan
kemasyarakatan lain. Khusus dalam transaksi finansial, nilai bias
diwujudkan dengan mempermudah transaksi bisnis tanpa harus
memberatkan pihak yang terkait. Selain itu, kelenturan dan toleransi
itu bias diberikan kepada debitur yang sedang mengalami kesulitan
finansial, karena bisnis yang dijalnkan sedang megalami resesi.
Melakukan re-scheduling piutang yang telah jatuh tempo, disesuaikn
dengan kemapanan finansial yang diproyeksikan dismping itu, tetap
membuka peluang bagi para pembeli yag ingin membatalkan
transaksi jual beli, karena terdapat indikasi ketidak butuhannya
terhadap obyek transaksi.
G. Jujur dan amanah
Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan.
Namun, kata jujur tidak semudah mengucapkannya, sangat berat
memegang prinsip ini dalam kehidupan.seseorang bisa meraup
keuntungan berlimpah dengan lisptik kebohongan dalam
bertransaksi.sementara orang jujur harus menahan dorongan
materialisme dari cara-cara yang tidak semestinya.perlu perjuangan
keras untuk membumikan kejujuran dalam setiap langkah
kehidupan.
Maka ada pula yang harus dihindari dalam muamalah yang lebih
dikenal dengan singkatan maghrib, yaitu Maisir, Gharar, Haram,
Riba dan Bathil.
a. Maisir, aaisir sering dikenal dengan perjudian, dalam praktik
perjudian seseorang bisa untung dan bisa rugi.
b. Gharar, Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya
atau tidak berada dalam kuasanya alias diluar jangkauan
termasuk jual beli Gharar, boleh dikatakan bahwa konsep Gharar
berkisar kepada makna ketidakjelasan suatu transaksi
dilaksanakan.
c. Haram, Ketika obyek yang diperjualbelikan ini haram, maka
transaksinya menjadi tidak sah.
d. Riba, Yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah, antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan.
e. Bathil, dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus
dijunjung adalah tidak ada kedzaliman yang dirasa pihakpihak
yang terlibat, semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai
takarannya. maka, dari sisi ini transaksi yang terjadi akan
merekatkan ukhuwah pihak-pihak yang terlibat. Kecurangan
ketidakjujuran,menutupi cacat barang,mengurang timbangan
tidak dibenarkan, atau hal-hal kecil seperti penggunaan barang
tanpa izin
BAB 3
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk dapat memahami suatu agama secara benar dan tidak keliru kita dapat
mengkaji sumber aslinya,begitupula dengan ajaran agama islam apabila kita ingin
mengetahui atau memahaminya dengan benar dan tidak keliru kita harus mengkaji
al-qur'an dalam perkembangan sejarah islam. Untuk memahami kedua sumber ters
harus dikaji secara komprehensin
4.2 Saran
Menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna,kami akan lebih
focus dan mendalami dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang dapat diambil. Selebihnya mohon dimaafkan dan
penulis mengharapkan saran dari dosen pembimbing,teman-teman agar
kedepannya dapat menghasilkan makalah dan tugas-tugas yang lebih baik lag
DAFTAR PUSTAKA