Anda di halaman 1dari 17

i

MAKALAH TEORI BELAJAR


(Teori Belajar Sibernetik)
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Belajar

Oleh:

Kelompok 5

Nama Anggota Kelompok:

Erika Arifiana (190220104004)


Riski Nur Agustin (190220104016)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang
Teori Belajar Sibernetik”. Dan saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Supeno dan
Ibu Dr. Jekti Prihatin M.Si selaku dosen mata kuliah Teori Belajar yang telah
memberikan bimbingan yang berharga dalam penyususnan makalah teori belajar
sisbernetik ini, sehingan dapat terselesaikan dengan baik.
Kami sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan
pengetahuan bagi khalayak khsusunya dan bagi pembaca umumnya. Kami
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami,
sehingga makalah teori belajar ini dapat terselesaikan.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata ataupun
pengucapan yang kurang berkenan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. “Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun”.

Jember, September 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Teori Belajar Sibernetik .......................................... 3
2.2 Belajar Menurut Teori Sibernetik ............................................. 3
2.3 Tokoh Teori Belajar Aliran Sibernetik ....................................... 6
2.4 Aplikasi atau Pemrosesan Teori Sibernetik ............................... 8
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Sibernetik ............................. 10
BAB 3. PENUTUP ....................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru
atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Belajar terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam
bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia
(cultural) (Tim UPI, 2013).
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik
manusiadan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia
masa depanyang dikehendaki tersebut adalah menusia-manusia yang memiliki
kepekaan,kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil
keputusan,mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang
terus menerusuntuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu
proses … (to)learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan
masalah yang luasdan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya (Raka
Joni, 1990).
Ada beberapa pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar
pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satunya yakni teori sibernetik. Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa
mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-
unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami suatu pengetahuan
dari luar melalui proses pengolahan informasi.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian belajar menurut teori sibernetik secara umum?
2. Bagaimana teori belajar menurut beberapa tokoh aliran sibernetik?
3. Bagaimana aplikasi atau pemrosesan informasi menurut teori sibernetik?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori sibernetik secara
umum.
2. Untuk mengetahui teori belajar menurut beberapa tokoh aliran
sibernetik.
3. Untuk mengetahui aplikasi atau pemrosesan informasi menurut teori
belajar sibernetik.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik.
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Sibernetik


Istilah sibernetika/sibernetik atau dalam Bahasa inggris disebut cybernetics
berasal dari Bahasa Yunani Kuno, kybernetes yang berarti pilot, jurumudi, kemudi,
atau gubernur, akar kata yang sama dengan pemerintah. Bidang ini menjadi
disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin computer.
Istilah tersebut dipakai pertama kali ole Louis Couffgnal pada tahun 1958. Dalam
perkembangannya, sibernetik menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan
internet, kecerdasan buatan, dan jaringan komputer. Sibernetik pertama kali
dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachusetts Institut of
Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial
intelligence). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara umpan balik
(feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi.
Sibernetik (cyebernetic) menurut Abror yaitu suatu ilmu pengetahuan yang
mempersoalkan prinsip pengendalian komunikasi yang diterapkan dalam fungsi
organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disamakan artinya
dengan umpan balik. Menurut Budiningsih, teori belajar sibernetik adalah teori
belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang
sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan
ilmu informasi.

2.2 Belajar Menurut Teori Sibernetik


Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi
(pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditenukan oleh system informasi.
Teori ini hamper sama dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses
pembelajaran dibandingkan hasil belajar, namun perbedaannya adalah teori
belajar sibernetik lebih mementingkan system informasi yang diproses yang akan
dipelajari oleh siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Dengan kata
4

lain, sistem informasi dipandang sangat memegang oeranan penting dalam


memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada
siswa.
Teori belajar sibernetik membantu siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi peserta
didik, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses
pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi merupakan suatu
pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memori. Model
proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer
yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola, dan mengubahnya
dalam bentuk serta isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan informasi
ketika dibutuhkan.
Asumsi dasar model pemrosesan informasi dalam teori sibernetik antara
lain ;
 Antara stimulus dan respons terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi yang pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
 Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami
peubahan bentuk ataupun isinya.
 Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen
struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
1. Sensory Memory/ Sensory Register (SM/SR)
Sensory memory (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Dalam SR, informasi ditangkap dalam bentuk asli, hanya
dapat bertahan dalam waktu yang snagat singkat, dan mudah terganggu
atau berganti. Gambarannya sebagai berikut; suatu informasi yang
terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia
melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di ingatan
selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi
5

tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas
yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut sensory memory
atau ingatan indrawi.
2. Short Term Memory (STM)
Short term memory (STM) merupakan bagian dari memori manusia
komponen kedua yang menyimpan informasi menjadi pikiran-pikiran.
Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapatkan perhatian
kemudian dikirim ke sistem memori STM.
Salah satu cara untuk menjaga ingatan terhadap informasi dalam STM
yaitu mengulang dengan latihan (rehearsal). Oleh karena itu, latihan
sangat penting dalam proses belajar. Tanpa diulang dan dilatih, informasi
akan hilang begitu saja. Apalagi jika mendapatkan informasi lain yang baru
dan lebih kuat, maka informasi yang pertama akan mudah hilang. Kapasitas
STM ini sangat terbatas, kira-kira 5-9 bits informasi yang dapat disimpan
pada saat yang sama. Akibatnya, manusia hanya dapat membedakan 5-9
informasi pada waktu bersamaan. Misalnya, kita kesulitan mengingat
nomor telepon lebih dari 9 digit tanpa meulang-ulang dalam menggunakan
nomor tersebut.
3. Long Term Memory (LTM)
Long term memory (LTM) merupakan bagian dari sistem memori manusia
yang menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama. LTM
diperkirakan memiliki kapasitas yang sangat besar dan lama untuk
menyimpan informasi, namun hanya sedikit yang diaktifkan. Sebab, hanya
informasi yang ada dan sedang dipikirkan yang dikerjakan oleh ingatan
atau memori. Informasi yang diperoleh dalam jaringan kerja ini melalui
spread of activation, yaitu pencarian kembali informasi berdasarkan
keterangannya dengan informasi-informasi yang lain. Informasi yang
tersimpan dalam LTM tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan
6

lupa pada tahap ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan


memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
2.3 Tokoh Teori Belajar Sibernetik
Teori sibernetik digagas oleh beberapa tokoh, diantaranya yakni Lev N.
Landa, Pask dan Scott. Berikut uraiain dari ketiga tokoh tersebut :
1. Lev N. Landa
Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Lev N. Landa. Ia membedakan
ada macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir
heuristic. Uraian dari masing-masing proses berfikir tersebut :
a. Proses Berfikir Algoritmik
Merupakan proses berfikir sistematis, tahap demi tahap, linier,
konveregen, lurus menuju satu target tujuan tertentu. Landa menyebutkan bahwa
proses algoritmik adalah proses yang terdiri dari serangkaian operasi yang
elementer yang terbentuk secaea seragam dan regular dibawah kondisi yang
didefinisikan untuk memecahkan berbagai masalah. Contohnya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu seperti kegiatan menjalanjakn mesin mobil, dalam menjalankan
mesin mobil, kegiatan yang dilakukan dijalankan secara berurutan.
b. Proses Berfikir Heuristic
Merupakan cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target tujuan
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristic.
Contohnya yaitu dalam penemuan cara memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran biasa dikenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah
social dari sebuah materi pembelajaran.
Landa berpendapat bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang akan dipecahkan
(dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari)
diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam
urutan yang teratur dan linier. Sementara itu, materi pelajaran lainnya akan lebih
7

cepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada
peserta didik untuk berimajinasi dan berpikir.
2. Pask dan Scott
Sebagai penganut sibernetik, Pask dan Scott memiliki pandangan tersendiri
mengenai belajar. Menurut keduanya, proses belajar bergantung pada strategi
yang digunakan oleh peserta didik. Tujuan belajar yang dipecah menjadi sub yang
lebih kecil agar peserta didik bias focus. Dalam konteks ini pendidik lebih banyak
mengajarkan konsep daripada strategi belajar agar peserta didikdapat memahami
dan menggunakannya pada situasi lain. Pendidik bertugas sebagai fasilitator yang
membimbing peserta didik,bukan menghakimi strategi peserta didik sebagai cara
yang tidak dapat diterima. Oleh karenanya, metode yang digunakan yaitu tutorial
conversation (pengajaran percakapan). Sebuah metode belajar berbentuk diskusi,
dan strategi belajarnya berdasarkan kesepakatan antara pendidik dan peserta
didik. Teori belajar menurut teori Pask dan Scott yaitu agar siswa mampu mengkaji
materi yang telah dipelajari dan yang telah didapati dai gurunya, serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Pask dan Scott, ada 2
macam cara berpikir yaitu :
1. Serialis
Pendekatan serialis yang dikemukakan Pask dan Scott memiliki kesamaan
dengan pendekatan algoritmik. Siswa tipe serialis cenderung berpikir secara
algoritmik terutama dalam mempelajari bidang eksakta seperti matematika.
Seorang yang memiliki gaya serialis memilih belajar dengan berproses dalam
langkah langkah kecil yang logis, berusaha untuk mendapatkan kejelasan pada
setiap bagian sebelum melangkah lanjut, mengejar jalur linear dalam tugas
pembelajaran serta menghindari penyimpangan. Siswa yang menggunakan
strategi penggunaan langkah langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis
merupakan pembelajaran yang memiliki gaya pengajaran serialis.
8

2. Wholist
Cara berfikir menyeluruh wholist adalah berpikir yang cenderung
melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau lebih detail.
Seorang wholist memilih untuk belajar dalam cara-cara yang berbeda, dan
mendekati ide-ide dari sudut pandang yang berbeda pula. Pembelajaran yang
menggunakan strategi pengajran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh
langkah langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembealajar yang
memiliki gaya pengajaran holostik.
Proses pembelajaran Pask dan Scott ini bias diaplikasikan dalam beberapa
siklus yaitu :
a. Explanation (penjelasan). Pendidik dapat menjelaskan materi belajar
kepada peserta didik secara jelas.
b. Justifivation (pembenaran). Pendidik dapat memberikan pembenaran
terhadap materi belajar yang telah diterima dan disampaikan oleh peserta
didik.
c. Evaluation (Evaluasi). Pendidik bias mengevaluasi terhadap materi belajar
yang disampaikan kepada peserta didik.
d. Agreement (kesepakatan). Pendidik dapat memberikan kesepakatan
kepada peserta didik tentang materi belajar yang telah disampaikan.

2.4 Aplikasi atau Pemrosesan Teori Sibernetik


Pembelajaran sibernetik didasarkan pada tiga konsep, yaitu : pemrosesan
informasi, teori percakapan dan umpan balik.
a. Pemrosesan informasi
Teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi, yaitu
bagaimana keterampilan peserta didik dalam mengolah informasi. Di dalam
pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dengan
9

kondisi eksternal peserta didik. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri peserta
didik yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta

Sensory Shorterms Longterm


Informasi Reseptor
Receptors Memory Memory

proses kognitif yang terjadi dalam diri peserta didik. Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan luar yang mempengaruhi peserta didik dalam
proses pembelajaran. Proses pengolahan informasi berlangsung dalam tiga tahap
yaitu pengolahan informasi dalam sensor pencatat, kemudian diproses dalam
memori jangka pendek STM kemudian ditransfer menuju memori jangka panjang
untuk disimpan dan sewaktu-waktu diperlukan dipanggil kembali.
Dalam sensor pencatat masukan informasi berlangsung selama kurang dari 1
detik sampai selama-lamanya 4 detik, kemudian menghilang karena diganti atau
meluruh. Kebanyakan informasi jarang yang mampu mencapai STM, hanya
informasi yang dinilai menarik dan penting yang dilanjutkan ke STM. Sementara
itu, memori yang masuk dapat ditahan sampai 20 detik atau lebih jika dilatih terus
menerus. STM dapat menyimpan 7 ± 2 jenis informasi. Kapasitas STM dapat
ditingkatkan jika sistem informasi dibentuk sebagai keping-keping informasi yang
bermakna. Beberapa informasi masuk ke dalam LTM dengan cara memorisasi
hafalan dan pembelajaran bermakna.
b. Teori percakapan
Agar proses pengolahan informasi dapat terjadi maka harus ada interaksi
antara guru dan peserta didik. Teori percakapan menunjukkan bahwa interaksi itu
diperlukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal. Terdapat tiga
komponen utama dalam teori percakapan yaitu:
1). Percakapan tentang “bagaimana” dan “mengapa” dari suatu topik
pembelajaran.
2). Percakapan tentang cara belajar ( misalnya, mendiskusikan keterampilan
belajar dan merefleksikan pengalaman sebagai pelajar)
10

3). Percakapan tentang tujuan, mengapa harus belajar, dimana penekanannya


ialah mendorong peserta didik untuk menerima tanggung jawab pada
pembelajarannya.
c. Umpan Balik
Guru dapat mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang sudah
berlangsung maka diperlukan umpan balik dari peserta didik. Umpan balik menjadi
bagian yang sangat penting dalam teori sibernetika. Umpan balik membantu guru
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik. Apabila umpan balik yang
diterima guru sudah tepat maka proses pembelajaran dapat dilanjutkan. Akan
tetapi berbeda jika umpan balik yang diterima tidak tepat maka guru harus
kembali pada bagian pembelajaran sebelumnya.
Ketiga konsep di atas saling berkaitan satu sama lain. Ketiga konsep tersebut
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan maksimal. Aplikasi teori
belajar sibernetik dalam proses pembelajaran dapat menerapkan langkah-langkah
berikut:
a) Memberikan motivasi untuk menarik perhatian peserta didik
b) Menentukan tujuan pembelajaran
c) Mengkaitkan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari
d) Menyajikan materi yang akan dipelajari
e) Meminta peserta didik untuk menjelaskan kembali konsep yang telah di
mengerti
f) Meminta peserta didik untuk melakukan eksperimen atau prosedur praktis lain
yang berkaitan dengan peristiwa atau proses tertentu.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Sibernetik


Pada umumnya, setiap teori belajar memiliki teori dan pandangannya sendiri-
sendiri tentang belajar, khususnya mengenai aplikasi pembelajarannya. Hal ini
karena setiap teori belajar memiliki latar belakang kelahiran yang berbeda-beda.
11

Kondisi tersebut membuktikan bahwa setiap teori belajar memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan teori belajar sibernetik, meski
terlahir lebih muda dibanding dengan teori-teori lainnya, teori ini juga tidak bisa
dipandang sempurna. Ini sudah menjadi hukum alam bahwa sesuatu di dunia tidak
ada yang sempurna; selalu ada kekurangan dan kelebihannya. Suatu kelebihan
akan membedakan dan memberikan keunggulan di antara teori lainnya.
Sedangkan, suatu kekurangan akan menjadi kritik dan masukan untuk perbaikan
teori-teori belajar berikutnya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat dilihat kelebihan dari teori
sibernetik diantaranya :
a) Setiap peserta didik bisa memilih model belajar yang paling sesuai dengan
dirinya.
b) Kontrol belajar memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan iramanya.
c) Cara berfikir berorientasi pada proses lebih menonjol.
d) Umpan balik memberikan gambaran yang jelas mengenai kemampuan yang
telah dicapai oleh peserta didik.
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, teori sibernetik juga memiliki
kekurangan yang menjadi kritik banyak ahli. Misalnya, teori ini dikritik karena tidak
secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam
proses aplikasinya. Selain itu, ulasan teori ini cenderung mengarah ke dunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak tanpa
mekanisme konsep dan praktik yang jelas. Pengetahuan dan pemahaman
terhadap mekanisme konsep-konsep teorinya sangat terbatas sehingga
kemampuan untuk menerapkan teori ini juga terbatas.
12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Asumsi lain
dari teori sibermetik yakni tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk
segala situasi, dan relevan bagi semua peserta didik. Sebab, cara belajar
sangat ditentukan oleh system informasi (penyampaian materi).
2. Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi
(pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditenukan oleh system
informasi. Teori ini hampir sama dengan teori kognitif yaitu mementingkan
proses pembelajaran dibandingkan hasil belajar, namun perbedaannya
adalah teori belajar sibernetik lebih mementingkan system informasi yang
diproses yang akan dipelajari oleh siswa. Informasi inilah yang akan
menentukan proses.
3. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir yaitu proses berpikir
algoritmik dan proses berpikir heuristic. Sedangkan menurut Pask dan
Scott, ada dua macam proses berpikir yaitu proses berpikir serialist dan
proses berpikir wholist.
4. Aplikasi atau pemrosesan teori sibernetik didasarkan pada tiga konsep
yaitu, pemrosesan informasi, teori percakapan, dan umpan balik.
5. Teori sibernetik memiliki banyak kelebihannya dibanding dengan
kekurangan.
3.2 Saran
Dalam memahami suatu pembelajaran agar kiranya tidak berpacu pada
suatu teori saja, karena masih banyak teori lain yang juga saling berkaitan dan
saling melengkapi.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Chairul. 2017. Teori-Teori Pendidikan; Klasik hingga Kontemporer Formula


dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Yogyakarta.
Bernard Scott, Simon Shurville, Piers Maclean and Chunyu Cong. Cybernetic
principles for learning design. Emerald Group Publishing Limited.
Vol. 36 No. 9/10, 2007 . www.emeraldinsight.com/0368-492X.htm
Dr. Vijay Kumar Grover. Classroom Cybernetics: an Approach for Effective and
Efficient Classroom Teaching. International Journal of Research in Advent
Technology, Vol.4, No.1, January 2016
Joni, Raka. 1990. Mereka Masa Depan, Sekarang: Tantangan bagi Pendidikan
dalam Menyongsong Abad Informasi. Malang: Universitas Negeri Malang
Suyono; Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
14

Anda mungkin juga menyukai