Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan dan Pembangunan merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat.
Bagaimana Indonesia kedepannya, bagaimana kemajuan yang terjadi di Indonesia
ditentukan oleh kualitas Pendidikan yang ada di Indonesia.
Saat ini banyak orang yang memberikan kritik terhadap pendidikan di Indonesia.
Banyak yang mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar justru cenderung semakin
meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia, bahwa makin banyak pengangguran
tenaga terdidik daripada peningkatan tenaga produktif yang sangat dibutuhkan di
Indonesia. Kritik ini tentunya beralsan karena dari sensus penduduk diketahui suatu hal
yang sangat menarik, yaitu jumlah pengangguran dari pendidikan yang lebih tinggi justru
lebih banyak daripada jumlah pengangguran dari pendidikan yang lebih rendah.
Orientasi pendidikan sendiri harus pada dua aspek, yaitu harus mencerdaskan
masyarakat Indonesia, dan juga meningkatkan pembangunan di Indonesia sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena pendidikan yang berkualitas, akan dapat
membawa Indonesia menuju pembangunan yang lebih baik lagi.
Pada intinya, pembangunan pendidikan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesempatan belajar dari seluruh lapisan masyarakat hingga minimal jenjang SMP
(Sekolah Menengah Pertama). Serta untuk memenuhi relevansi pendidikan dan juga
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Indonesia. Namun pada
nyatanya, usaha pembangunan pendidikan di Indonesia telah berlangsung cukup lama,
namun masih belum dapat mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa pertanyaan yang muncul yaitu:
1. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembangunan?
2. Apa peran pendidikan formal dan kontribusinya?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pembangunan?
4. Bagaimana asumsi masyarakat tentang pendidikan?

1
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari permasalahan ini adalah :
1. Mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembangunan
2. Mengetahui peran pendidikan formal dan kontribusinya
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan pembangunan
4. Mengetahui asumsi masyarakat tentang pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Pendidikan


Menurut faham umum kata pembangunan lazim diartikan dengan pembangunan
ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan pembangunan fisik. Persepsi
yang keliru dengan menganggap bahawa pembangunan itu semata-mata hanya mencakup
pembangunan material berdampak padaterhambatnya pembangunan sistem pendidikan,
sebab pembangunan itu semestinya mencakup manusia dan lingkungannya.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan dari
pembangunan nasional ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu dalam suasana peri kehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan ini dapat dikatakan untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia.
Berhasil atau tidaknya program pembangunan ini, faktor manusia memegang peranan
yang sangat penting, sehinggga diperlukan manusia-manusia Indonesia yang baru dan
peka terhadap perubahan dan pembaharuan. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang
pendidikan penting sekali. Pertama, karena pendidikan merupakan salah satu aspek dalam
kehidupan bangsa, dan pembangunan nasional meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa.
Kedua, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan syarat mutlak bagi berhasilnya
seluruh progaram pembangunan itu sendiri.
Menurut Farrel, hakekat pembangunan nasional meliputi tiga unsur pokok, yaitu:
1. Generasi yang lebih baik dalam suatu bangsa ( pembangunan ekonomi )
2. Distribusi yang semakin merata untuk mendapatkan akses kesehatan
(pembangunan sosial )
3. Organisasi struktur pembuat keputusan ( pembangunan politik )
Pendidikan tidak memberikan arti apa-apa dalam suatu masyarakat jika masih terdapat
jurang perbedaan struktur ketidakadilan sosial. Anak-anak yang memiliki prestasi rendah
walaupun berpendidikan tinggi tidak semujur anak-anak kaya karena: 1) bursa tenaga
kerja (mungkin karena sistem politik) dapat dimanipulasi  oleh pembuat keputusan untuk
memepertahankan sanak saudara (KKN); 2) karena sistem pendidikan telah berkembang
lebih cepat daripada sektor-sektor ekonomi modern, maka terdapat “pengangguran

3
terdidik” yang memiliki dampak negatif pada anak-anak golongan ekonomi lemah
daripada anak-anak yang hidup berkecukupan; dan atau 3) karena sistem pendidikan
berkembang dengan cepat, kualifikasi pendidikan jadi menurun. Pekerjaan-pekerjaan yang
beberapa tahun lalu hanya menuntut ijasah pendidikan dasar mungkin sekarang menuntut
ijasah pendidikan menengah atau di atasnya.
Pembangunan dalam bidang pendidikan ini adalah sangat penting karena membangun
pendidikan berarti membangun manusia-manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan
nasional. Sedangkan keberhasilan pembangunan nasional terutama ditentukan oleh faktor
manusianya.
Oleh karena itu perlu pembangunan dan pembaharuan yang menyeluruh dalam dunia
pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan pembangunan sekarang. Hal ini terbukti dari gejala-gejala yang terdapat dalam
masyarakat bahwa:
a. Para pelajar dan lulusan sekolah kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
memecahkan maslah yang dihadapinya dalam masyarakat.
b. Mereka kurang bisa menerapkan pengetahuan yang didapatnya dari sekolah.
c. Para pemakai lulusan dari berbagai jenis dan tingkatan sekolah tidak puas dengan
keahlian yang dimiliki lulusan tersebut.
d. Banyaknya putus sekolah dan jumlah pengangguran intelektuil di masyarakat.
Menurut Langeveld, setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya
manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Manusia dipandang sebagai subyek
pembangunan karena manusia menggarap lingkungannya secara dinamis. Perekayasaan
terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi, pendidikan mengarah ke dalam
diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar, yaitu ke lingkungan manusia.
Pendidikan komparatif, menurut pandangan Albatch, Arnone, dan Kelly, membahas
bagaimana negara-negara membuat perencanaan untuk melakukan ekspansi,
meningkatkan dan mendemokratisasikan sistem pendidikan. Pendidikan komparatif ini
mencakup tema-tema perluasan dan reformasi pendidikan, pemerataan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan, dan hasil-hasilnya. Secara khusus, perhatian pendidikan
komparatif ini adalah pemerataan  kesempatan untuk mencapai hasil pendidikan bagi
kelompok-kelompok yang secara tradisional tidak menguntungkan. Pendidikan 
komparatif ini memberikan sumbangan bagi pendidikan para pembelajar yang profesional,
untuk pembuatan kebijakan dan praktek yang jelas, dan penciptaan pengetahuan dengan
cara memberikan sejumlah kategori dan cara-cara pembahasan yang lebih analisis tentang
realitas pendidikan dan masyarakat.
4
2.2 Pendidikan Formal sebagai Agen Perubahan
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan rumah. Sekolah
merupakan tempat latihan persahabatan dan persaudaraan. Suasana sekolah ditentukan
oleh petugas-petugas yang berbeda-beda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan.
Banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan bagi anak-
anaknya itu kepada sekolah. Dengan demikian, guru di sekolah berperan sebagai pendidik
pengganti orang tua yang harus bertanggung jawab atas pendidikan.
Program pendidikan dasar dan prasekolah bertujuan untuk:
1. Memeperluas jangkauan dan daya tampung SD dan MI, SMP dan MTs dan lembaga
pendidikan prasekolah sehingga menjangkau anak-anak dari seluruh lapisan
masyarakat
2. Meningkatkan kesamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi kelompok
yang kurang beruntung, termasuk mereka yag tinggal di daerah terpencil dan kumuh
perkotaan, daerah bermasalah, masyarakat miskin, dan anak yang berkelainan
3. Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan prasekolah dengan kualitas yang
memadai
4. Meningkatkan peranan komite sekolah meliputi perencanaan, implementasi dan
evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah
5. Meningkatkan pelaksanaan manajemen pendidikan dasar dan prasekolah berbasis pada
sekolah dan masyarakat.
Sasaran yang akan dicapai oleh program pengembangan pendidikan sekolah tingkat
dasar sampai dengan akhir tahun 2007 adalah :
1. Meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Kasar/Murni
(APK/M) sekolah tingkat dasar
2. Meningkatnya daya tampung SLTP/MTs
3. Terlaksananya layanan pendidikan dasar bagi masyarakat miskin dan anak terlantar
4. Meningkatnya proporsi guru yang berpendidikan minimal D-2 untuk guru SD/MI dan
minimal D-3 untuk guru SLTP/MTs
5. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dasar yang memadai, serta (6)
terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/masyarakat
(school/community based management).
Pada hakekatnya sekolah sebagai lembaga pendidikan, salah satu fungsinya ialah
menyiapkan anak didiknya agar mampu menyesuaikan diri dan mampu berpartisipasi
secara aktif di dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.

5
Oleh karena itu sekolah-sekolah dan dunia pedidikan harus  harus menyesuaikan diri
dengan perkembangan. Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik
dibimbing untuk memeperoleh bekal yang telah didapat dari lingkungan keluarganya
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bekal yang dimaksud berupa bekal dasar
lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja langsung yang dapt digunakan
aplikatif (Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal
tersebut dipersiapkan secara formal yang berguna sebagai sarana penunjang di berbagai
bidang.
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembangannya
lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang
berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan
bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala
barat dan gereja, dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model
dan corak kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan
dan tujuan-tujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, yaitu untuk mengejar
ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan
Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2
Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab
dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi
yang marak sejak tahun 1998. Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-
undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi
pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan,
jalur pendidikan, dan peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam
perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga
pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi
dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua mengenali individu yang
berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.
Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat :
1. Pengembangan pribadi
2. Pengembangan warga 
6
3. Pengembangan budaya
4. Pengembangan bangsa
Peran sesungguhnya dari lembaga pendidikan adalah sebagai jembatan pengantar kita
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan bahwa “pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari
pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material
dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi
individu yang menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan
lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan
Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang
berkembang di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu
pendidikan tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam
membangun lembaga pendidikan.
Pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan : 
1. Umum
2. Kejuruan
3. Akademik
4. Profesi
5. Advokasi
6. Keagamaan.
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat
Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajad.
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun
diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
7
jalur formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk
( TPQ, kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri
atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan
1. Diploma
2. Sarjana
3. Magister
4. Doktor,
Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Akademi
2. Politeknik
3. Sekolahtinggi
4. Institut atau universitas
Secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta
menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi. Semua lembaga formal di
atas diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan gelar akademik kepada
setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga tersebut. Khusus bagi
perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris
causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa
yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.
Untuk menanggulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat
saat ini, seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah
palsu dan lain-lain, pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana
dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX
Ketentuan Pidana, pasal 67-71).

8
2.3 Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Pendidikan sebagi upaya bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat segera dilihat.
Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan
tercapainya hasil.
Namun demikian jika ditinjau secara seksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil
yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh sangat besar. Jika
pembangunan merupakan system makro, maka pendidikan merupakan sebuah komponen
atau bagian dari pembangunan.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat ditinjau dari beberapa segi,
antara lain :
A. Segi Sasaran
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi
manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi .Jadi dapat disimpulkan
bahwa tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat
menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Prof. Dr. SlametIman Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan
manusia yang baik. Manusia yang baik di mana pun ia berada akan memperbaiki
lingkungan.
B. Segi Lingkungan
1. Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan baik tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu juga
ditanamkan keyakinan-keyakinan terutama yang bersifat religious. Hal-hal tersebut
sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembanganrasio
mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan peting yang mendarah
daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
2. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah ( Pendidikan Formal ),peserta didik dibimbing untuk
memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan keluarga berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Bekal tersebut dipersiakan secara formal dan berguna sebagai
sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang.
3. Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat ( Pendidikan Non Formal ), peserta didik memperoleh
bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat
melanjutkan proses belajarnya melalui jalur pendidikan formal. Pada masyarakat yang
9
sedang berkembang, sistem pendidikan mengalami perkembangan pesat. Hal ini
berkaitan erat dengan semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang
pembangunan.
C. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi memberikan bekal kepada para
peserta didik secara berkesinambungan. Dengan bekal dasar yang diberikan pada jenjang
pendidikan dasar dapat diartikan bahwa pendidikan memberikan bekal dasar kepada
warga negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat terlibat dalam
gerakan pembangunan.
Pada jenjang pendidikan menengah diberikan dua macam bekal, yaitu bekal bagi yang
ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan bekal kerja bagi yang tidak ingin
melanjutkan. Sedangkan pada pendidikan tinggi diberikan bekal keahlian menurut bidang
tertentu.
D. Segi Pembidangan Kerja
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial
politik, keungan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan
lain-lain.pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikann sebagai aktivitas,
pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat
memenuhi hajat hidup warga Negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya di kancah
internasional.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika
diisi oleh orang-orang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang yang
dimaksud hanya tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumbangan pendidikan terhadap
pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya
pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunanmembangun
lingkungannya.
2. Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci pembanguna. Kesuksesan
pembangunan sangat bergantung pada manusianya.
3. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia
pencipta pembangunan.

10
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perubahan dalam Pembangunan
Menurut Thomas dan Postlethawaite latar belakang perkembangan perkembangan
pendidikan di tujuan negara diawali semenjak perang dunia II. Lebih jauh kedua pakar
tersebut mengupas model untuk menganalisis kekuatan kausal yang menghasilkan
perubahan-perubahan. Sebuah penyebab atau kausal merupakan suatu faktor yang perlu
ada agar suatu peristiwa terjadi. Menurut prinsip multiple causation, sebuah peristiwa
tidaklah secara sederhana menghasilkan sebuah kekuatan tunggal tetapi selalu hasil dari
banyak kekuatan. Lebih dari pada itu, kedua pakar di atas mengetengahkan 7 type
kekuatan yang dapat mempengaruhi tingkat dan kelengkapan perubahan. Ketujuh faktor
tersebut dalah sebagai berikut:
1. Magnitudute of intended faktor
2. Ketersediaan alternatif
3. Motivasi dan filsafat
4. Stabilitas sosial dan organisasional
5. Kemudahan mengakses sumber-sumber
6. Efisiensi organisasi dan teknis,
7. Kesesuaian dana.
Dougherty dan Hammack mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana peran
ilmu-ilmu sosial membantu pemahaman dan tindakan untuk menangani krisis dalam
pendidikan dengan melalui pembahasan tiga isu penting, yaitu:
1. Sumber-sumber krisis yang terjadi
2. Penyebab-penyabab mengapa begitu banyak pembelajar tidak belajar dengan baik
3. Landasan hubungan yang sangat kuat antara latar belakang keluarga dan prestasi
akademik.

2.5 Asumsi-Asumsi tentang Pendidikan dan Pekerjaan


Masyarakat kita memandang dunia pendidikan ini sebagai alat untuk mendapatkan
pekerjaan, ataupun yang berhubungan dengan uang. Adanya asumsi yang menempatkan
pendidikan sebagai suatu hal yang dapat meningkatkan volume pekerjaan memang tidak
bisa dipungkiri. Di satu sisi pendidikan mampu menyediakan dan menangani pekerjaan
yang memang menuntut kualifikasi pendidikan tertentu. Pendidikan di lain pihak kadang
menimbulkan pasokan tenaga kerja yang berlebihan manakala pendidikan itu tidak sesuai
dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja,sehingga menciptakan pengangguran.
Pandangan sumbang terhadap pendidikan memang tidak bisa dihindari. Dalam sektor-
sektor tertentu penyedia tenaga kerja terbatas,sedangkan suplai tenaga kerja terus
11
berproduksi. Ini tidak mengherankan akan melahirkan persoalan baru, yaitu over product
of the manpower. Akibatnya, melimpahnya jumlah pengangguran akan terus bertambah.
Bahkan pada sekitar tahun 1980-an, sektor tenaga kerja terpengaruh oleh perkembangan
teknologi baik mesin maupun komputer.
Pendidikan di satu sisi menciptakan efisiensi kerja,dan di  lain pihak menciptakan
besarnya pengangguran. Perkembangan teknologi ini akan membawa konsekuensi
ekonomi, yaitu banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dapat menimbulkan
peningkatan  jumlah penggangguran yang selanjutnya menambah angka kemiskinan baru.
Dalam kondisi tertentu, pendidikan mampu menyediakan tenaga kerja yang handal
dan mampu melakukan pekerjaan berteknologi tinggi. Kualifikasi pendidikan tertentu
diperlukan untuk menangani pekerjaan tertentu pula. Apabila ada perbandingan yang
memadai antara jumlah tenaga kerja yang terampil yang dibutuhkan seimbang dengan
kebutuhan masyarakat, maka tidak akan terjadi masalah apa-apa.
Pendidikan mungkin menjadi semacam investasi untuk meningkatkan produktivitas
pada masa mendatang. Kebijakan pendidikan sebagai suatu sarana untuk mengurangi
kemiskinan nampaknya mengarah pada suatu ungkapan: mendidik orang sebanyak
mungkin. Tetapi, pengangguran itu akan terjadi pada dua sampai tiga puluh tahun yang
akan datang. Sementara itu dana yang disediakan untuk mengembangkan pendidikan
perlu ditentukan lebih dahulu untuk menentukan sumber-sumber yang mungkin dipilih.
Hal tersebut dilakukan guna menciptakan kemampuan produktivitas dan di pihak lain
kemungkinan untuk menciptakan pekerjaan baik pada saat ini maupun masa yang akan
datang. Nampaknya, suatu kebijakan bukan saja meningkatkan pendidikan boleh jadi pada
suatu saat menjadia alat yang sangat efektif untuk memberantas kemiskinan. Dengan
demikian, perencanaan pendidikan diarahkan untuk mengurangi masalah  pekerjaan
dalam  arti luas bahwa perencanaan itu tidak bisa menghindar dari masalah yang berkaitan
dengan sistem pendidikan yang memadai.
3

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan mmempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusianya,
kemudian manusia yang sudah terdidik menjadi sumber daya pembangunan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi menyiapkan anak didiknya agar
mampu menyesuaikan diri dan mampu berpartisipasi secara aktif di dalam masyarakat
yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Ada berbagai asumsi tentang pendidikan dan pekerjaan, tapi semuanya itu merupakan
pencerminan pendidikan itu sendiri, sehingga dalam sosial kemasyarakatan sampai
kapanpun asumsi akan tetap ada.

13
DAFTAR PUSTAKA

Toisuta, Willy, L., Soewadji & Karo-Karo, I.U.1979. Pendidikan Nasional. Jakarta: Kurnia
Esa.
Tirtarahardja, U. & Sulo, L. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Mbulu, J. & Setyosari, P.2005. Pengantar Pendidikan.

14

Anda mungkin juga menyukai