Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UU NO 20 TAHUN 2003 Tentang Pendidikan Nasional

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan

Disusun oleh:
1. Duty Volya
2. Kasyful Iman
3. M. ArifLiputo
4. Edi Yuversa

FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurah
kepada keluarga dan para sahabatnya. Aamiin.

Makalah yang berjudul “Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang No 20 tahun


2003“ ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pendidikan 1.
Makalah yang bersumber dari media cetak dan media lainnya bertujuan untuk menjabarkan
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ungkapan terima kasih penulis hanturkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Kebijakan Pendidikan, atas bimbingan dan arahannya, hingga tersusunnya makalah ini.

Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Karena
keterbatasan waktu, sumber maupun kemampuan penulis, tentunya ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga ke depannya penulis dapat menjelaskan lebih detail tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Tak lupa saran serta kritik yang membangun senantiasa penulis
harapkan dalam perbaikan makalah ini.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa serta agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan Undang-undang. Untuk mewujudkan amanat tersebut maka
diperlukan pembangunan nasional di bidang pendidikan sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya
mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab. Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Dalam mencapai tujuan Pendidikan nasional ini maka diperlukan
kerja nyata dari semua satuan Pendidikan, oleh sebab itu pada makalah ini kita akan
membahas tentang implementasi Pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada saatini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Sistem Pendidikan Nasional ?


2. Apakah Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional?
3. Apakah Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional?
4. Bagaimana Standar Pendidikan Nasional ?
5. Bagaimana Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003?
1
6. Apa saja Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional?
7. Bagaiamana Jalur Pendidikan Nasional ?
8. Apa saja Jenjang Pendidikan Nasional ?
9. Apa saja Pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional (pendidik da
peserta didik)?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Pengertian Sistem Pendidikan Nasional ?


2. Mengetahui Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional?
3. Mengetahui Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional?
4. Mengetahui Standar Pendidikan Nasional ?
5. Mengetahui Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003?
6. Mengetahui Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional?
7. Mengetahui Jalur Pendidikan Nasional ?
8. Mengetahui Jenjang Pendidikan Nasional ?
9. Mengetahui Pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional (pendidik da
peserta didik)?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut. Dalam Undang-undang RI No. 2
Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945
alinea 4 batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 316.

Dalam  perspektif  teoritik,  pendidikan  seringkali  diartikan  dan dimaknai orang secara
beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing  dan  teori  yang  dipegangnya.
Terjadinya perbedaan  penafsiran  pendidikan  dalam  konteks  akademik merupakan  sesuatu
yang  lumrah,  bahkan  dapat  semakin memperkaya  khazanah  berfikir  manusia  dan
bermanfaat  untuk pengembangan teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan
nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara  jelas  dan  mudah dipahami  oleh
semua  pihak  yang  terkait  dengan  pendidikan, sehingga setiap orang dapat
mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Untuk mengetahui  definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun
2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar  dan proses  pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif
mengembangkan  potensi  dirinya  untuk memiliki  kekuatan  spiritual keagamaan,
pengendalian  diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia, serta  keterampilan  yang
diperlukan  dirinya,  masyarakat,  bangsa  dan negara.”
Berdasarkan  definisi  di  atas, ditemukan 3 (tiga) pokok  pikiran  utama yang
terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan
(3)  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri,  kepribadian, kecerdasan,

3
akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya,  masyarakat, bangsa  dan
negara.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, agar berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional adalah
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

C. Visi dan Misi dari Sistem Pendidikan Nasional


Visi Sistem Pendikan Nasional:
Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu  terwujudnya sistem pendidikan
nasional sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu
dan prokatif memjawab tantangan  zaman yang selalu berubah. 
Misi Sistem Pendidikan Nasional:
Dengan visi pendidikan nasional tersebut tentu aka nada misi dari pendidikan nasional
tersebut yaitu :
1. Mengupayakan peluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk megoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pegalaman, siakap dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global.

4
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

D. Standar Pendidikan Nasional

Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional


Pendidikan Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar
Nasional Pendidikan Indonesia:

a. Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
b. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.Standar
c. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

5
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di
atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional,
dan Kompetensi Sosial. Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B
dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan
meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar,
pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
e. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
f. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan
oleh Pemerintah
g. Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan
pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya

6
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya

E. Karakter Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003

Pendidikan karakter belakangan ini sering disebut-sebut lagi. Banyak kalangan yang
mensosialisasikannya, seperti sesuatu yang baru. Namun setelah dipahami defenisi
pendidikan dalam UU nomor 20 tahun 2003, pendidikan itu sudah mencakup pendidikan
karakter yang kini kembali disebut-sebut.

Menurut UU nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jika dipahami lebih jauh, dalam UU ini sudah
mencakup pendidikan karekter. Misalnya pada bagian kalimat terakhir dari defenisi
pendidikan dalam UU tentang SISDIKNAS ini, yaitu memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selain bagian dari defenisi pendidikan di Indonesia, bagian kalimat tersebut juga
menggambarkan tujuan pendidikan yang mencakup tiga dimensi. Yaitu dimensi ketuhanan,
pribadi dan sosial. Artinya, pendidikan bukan diarahkan pada pendidikan yang sekuler, bukan
pada pendidikan individualistik, dan bukan pula pada pendidikan sosialistik. Tapi dari
defenisi pendidikan ini, pendidikan yang diarahkan di Indonesia itu adalah pendidikan
mencari keseimbangan antara ketuhanan, individu dan sosial. Dimesi ketuhanan yang
menjadi tujuan pendidikan ini tak menjadikan pendidikan menjadi pendidikan yang sekuler.
Karena dalam pendidikan sekuler, agama hanya akan dijadikan sebagai salah satu mata
pelajaran tanpa menjadikannya dasar dari ilmu yang dipelajari.

Namun terkadang kita bangga melihat corak dan karakteristik pendidikan Barat yang
unik dan maju. Tetapi tidak bisa mengesampingkan kebobrokan moral dan etika yang
menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial manusia yang agung. Dan juga menghilangkan
fitrah asal manusia itu sendiri. Seperti teori Darwin. Jadi pendidikan di Indonesia tidak

7
memisahkan antara agama dan pendidikan, namun keduanya disandingkan untuk mencapai
generasi yang berotak Jerman dan berhati Mekkah. Sehingga generasi yang terbentuk itu
tidak menjunjung tinggi nilai-nilai materialistik saja. Dengan menjadikan agama sebagai
landasasan, generasi Indonesia menjadi generasi mempunyai karakterisitik sendiri
sebagaimana yang sering disebut dalam pendidikan karakter.

Jadi dalam pendidikan di Indonesia, beranjak dari UU no 20 tahun 2003, pendidikan


yang mencakup dimensi ketuhanan akan menjadikan agama sebagai landasan. Bukan
memisahkan antara keduanya. Karena ketika keduanya dipisahkan, bagaimana tidak generasi
yang dihasilkan itu adalah generasi muda yang berkepribadian ganda dan berprilaku buruk.
Dan ini menjadi salah satu jalan pembentukan karakter bagi generasi muda Indonesia.

Kemudian pendidikan juga tidak mengajarkan pada pendidikan individualistik, yaitu


pendidikan yang mengunggulkan diri sendiri namun hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Seperti yang disebutkan dalam UU no 20 tahun 2003, pendidikan sebagai usaha sadar agar
peserta didik mengembangkan potensinya dalam pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
dan akhlak mulia. Empat itu menjadi landasan kedua setelah potensi spiritual  keagamaan.
Ketika peserta didik melakukan usaha belajarnya dalam situasi tanpa landasan, menjadi jalan
bagi peserta didik berfokus pada pengumpulan harta benda demi memuaskan diri sendiri.
Tanpa pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulian, peserta didik yang
dihasilkan adalah manusia yang unggul secara individualistik. Unggul secara individualistik
menjadikan mereka rakus, dan menjadi manusia yang mempunyai keberanian membunuh
sesama demi mendapatkan apa yang diinginkannya.

Pendidikan Indonesia juga tidak berupa pendidikan sosialistik yang menempatkan


pendidikan sebagai layanan publik dan membebankan tanggung jawab penyedian-
pembiayaan pendidikan kepada negara. Menurut UU no 20 tahun 2003, pendidikan itu usaha
sadar untuk mengembangkan potensi keterampilan peserta didik dalam hal keterampilan yang
diperlukan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan keterampilan yang
diberikan kepada peserta didik, peserta didik dapat mengembangkan diri dengan petensi
tersebut. Ketika keterampilan ini benar-benar tercapai, tak ada lagi manusia yang
membebankan manusia lain. Masing-masingnya punya keterampilan, maka dengan
keterampilan masing-masing, setiap individu berpeluang mengembangkan dirinya. Jadi tidak
membebankan semuanya pada negara. Bukan sekuler, bukan individualistik dan bukan
sosialistik, namun penyeimbangan dari ketiganya. Pendidikan dalam UU no 20 tahun 2003
8
itu adalah mengembangkan potensi peserta didik yang menjadikan agama sebagai landasan
utama hidupnya, tidak mementingkan kepentingan sendiri dan memiliki keterampilan yang
berguna untuk dirinya dan orang-orang sekitarnya.

F. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional

Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip. Ketentuan ini,
diatur pada bab II pasal 4yang diuraikan dalam 6 ayat. Berikut isi undang-Undang 20/2003,
pasal 4

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadiln serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system
terbukadan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat

G. Jalur Pendidikan Nasional


a. Jalur Pendidikan Sekolah Merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambungan. Sifatnya
formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan mempunyai
keseragaman pola yang bersifat nasional.
b. Jalur Pendidikan Luar Sekolah Merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
berjenjang dan tidak bersinambungan. Yang bersifat tidak formal dalam arti tidak ada
keseragaman pola yang bersifat nasional.

H. Jenjang Pendidikan Nasional

9
Merupakan suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran ( UU RI
No. 2 Tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 Ayat 5 ).

a. Jenjang Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan


bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan
sikap,pengetahuan,dan keterampilan dasar dan juga berfungsi mempersiapkan
peserta yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.UU
RI No 2 Tahun 1989 pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa “warga negara yang
berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar”. Ayat 2 “warga negara yang
berumur 7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar/yang setara sampai
tamat
b. Jenjang Pendidikan MenengahPendidikan menengah yang lamanya 3 tahun
sesudah pendidikan dasar diselenggarakan di SLTA yang berfungsi sebagai
lanjutan dan perluasan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum,kedinasan,dan keagamaan.
c. Jenjang pendidikan tinggiMerupakan lanjutan dari pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik/professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan,teknologi dan kesenian.
Pendidikan ini juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional.

I. Pasal-pasal yang menyangkut Sistem Pendidikan Nasional (pendidik da peserta


didik)
a. Peserta Didik
Pasal 23
1. Pendidikan nasional bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada
peserta didik.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 24

Setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut:

10
1. mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
2. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan;
3. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan
persyaratan yang berlaku;
4. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai
dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang
hendak dimasuki;
5. memperoleh penilaian hasil belajarnya;
6. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan;
7. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

Pasal 25

1. Setiap peserta didik berkewajiban untuk ikut menanggung biaya penyelenggaraan


pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2. mematuhi semua peraturan yang berlaku;
3. menghormati tenaga kependidikan;
4. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan
keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.
5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur   oleh Menteri.

Pasal 26

Peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan


belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan masing- masing.

b. Pendidik
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 Tahun
2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai
dan pengevaluasi dari peserta didik.
1. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi

11
tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan
dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan
kondisi peserta didik dan lingkungan.
2. Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami
materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti
perkembangan teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan
hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi mengubah
peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena
perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan
peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar
melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita. Derasnya
arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah
memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah guru
diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri ?, menginformasikan, menerangkan dan
menjelaskan. Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara
profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan
sepanjang hayat.
3. Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai
pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan
kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan
tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
4. Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai
pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu

12
keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta
didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun
karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
5. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas
melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi
masing-masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan
kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan
individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun
tidak mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah
mungkin.
6. Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan
dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian
merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non
tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas,
yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat
kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes
yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta
cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya
beda dan tingkat kesukaran soal.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Penyelenggaran pendidIkan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
beberapa eleman untuk mengatur dan pengelolaan pendidikan yang mencakup seluruh
kegiatan pendidikan formal, nonformal, dan informal sesuai dengan kewenangan Pemerintah.
Integrasi adalah suatu proses menyatukan berbagai kelompok agar tidak saling bercerai berai
atau menjadi suatu yang utuh.
Proses integrasi nasional biasanya akan dipengaruhi oleh aspek-aspek sosiolagis dan
antropologis. Dalam prosesnya, integrasi dituntut adanya kesepakatan terhadap nilai-nilai
umum yang ada dalam masyarakat melalui proses sosilasi, alkurtrasi asmilasi, ekultrasi

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depanya penulis akan
lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam mengembangkan pengetahuan tentang Sistem Pendidikan Nasional menurut
Undang-Undang No 20 tahun 2003. Kami harapkan saran dan kritik yang membangun dalam
perbaikan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agency, L. (2006). © 2006 Legal Agency. 1.

Darmawan, D. (2019). No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,


53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Indonesia, P. R., Rahmat, D., Yang, T., & Esa, M. (1989). Presiden republik indonesia,
dengan rahmat tuhan yang maha esa. 1, 1–17.

Pendidikan, K. D., Pendidikan, M., Dalam, N., & Cipta, P. R. (2016). No Title. 2(1), 53–64.

Penyelenggaran, S., & Berbasis, P. (2003). Fatkhul Mubin. 3(2019), 268–279.

15

Anda mungkin juga menyukai