Anda di halaman 1dari 15

TEORI KOGNITIF

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................
Dafatar Isi.............................................................................................................................
Pendahuluan
Latar Belakang...................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
Pembahasan
Pengertian Teori Belajar Kognitif............................................................................
Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar....................................................................
Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif.....................................................................
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif..................................................
Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)............................................................
Gaya Kognitif Dalam Pembelajaran........................................................................
Ruang Lingkup Psikologi Kognitif………………………………………………...
Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi
Anak Didik..................................................................................................
Penutup
Kesimpulan.............................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia.
Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan
formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan
akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum,
sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan
tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system
pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya
sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya
perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di
Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan
pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan
karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui
dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses
belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini
diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi
unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri
merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan
pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang
program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap
hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif
penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran
yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi
teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori
pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan
dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran
tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana
dan prasarana yang tersedia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Jelaskan pengertian teori kognitif?


2. Sebutkan tokoh – tokoh yang berperan dalam teori Belajar kognitif?
3. Apa saja prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
4. Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelaajaran

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat memberikan wahana
pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan teori kognitif.
2. Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam
mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Secara etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam
tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam
mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif digolongkan ke dalam
konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah,
tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang
yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai
informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh
masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia
melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu
mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain
perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh
Jeron Bruner, dan reception learning oleh Ausubel.
B. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan


tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
1. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
2. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
3. Menekankan pada pola pikir peserta didik
4. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya
5. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai
proses aktif di dalam diri peserta didik
6. Menerapkan reward and punishment
7. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

C. Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar

1. Piaget
Menurut Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat,
proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi
(penyimpangan).
a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
c. Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.

Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan,
antara lain:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
b) Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental
menjadi rangkaian pembuatan yang bermakna.
a. Tahap pra-operassional (2-7 tahun )
c) Pada tahap ini seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang
didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat
hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
a. Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
d) Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi
nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua
aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
a. Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
e) Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata.
Selain itu pula kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang
mampu untuk berfikir secara deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui
sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah terdapat
struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu
berusaha untuk mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau ekuilibrium antara apa yang baru
dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada pada struktur kognitifnya.jika pengalaman
barungan cocok dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat
terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang
tersimpan di krangka kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak
seimbangan akan terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi
adalah suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri kedalam
kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau
pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang
dialaminya.
Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan
akomodasi di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan
dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya (pengalaman
fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya kerangka kognitifnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya denngan
kerangka kognitifnya (peengalaman logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-
orang di sekitarnya.
Para pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung
meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung
mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Aktif dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda
konkret.
2. Bruner
Bruner mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning ( Uno, 2008:12).
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi,
dan sebagainya) sebagai contoh-contoh yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Iswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu sebenaran umum.
Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal definisi kata kejujuran,
tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh itulah, siswa
dibimbindg untuk mendefinisikan kata kejujuran.
Lawan pendekatan ini disebut “belajar ekspositori”( belajar dengan cara menjelaskan.
Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut
melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif,
sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa
usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran
mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut Bnuner,
perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat li
ngkungan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan
sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran
tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap ikonik
Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan
menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-
benda konkret. Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati
siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-
konkret.
c. Tahap simbolik
Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuanya dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (discovery learning).
3. David P. Ausubel
Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang
dikutip (Bell, 1978:132) berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim as a
series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must
necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan
untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain sudah
diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.”
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat
menjawab soal baru lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-
pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara yang satu dan
lyang lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih
dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan antara pengetahuan yang baru dan
pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu proses pembelajarn yang berrmakna
(meaningful learning).
Karenanya Ausubel menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). “if I
had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: the most
important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat
menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran. Belajar hafalan akan terjadi jika
siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama.
4. Teori Belajar Vygotsky
A. Konsep Perkembangan Vygotski
Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultrasl –revolution dalam teori
belajar dan pembelajaran oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan fikiran seseorang
harus dimengerti dari latar social-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran
seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman
jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya, dari interaksi social yang dilatri oleh
sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fngsi mental seseorang berasal dari kehidupan social
atau kelompoknya, dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi social demikian antara lain
berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci utama untuk
memahami proses-proses social psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambing yang
berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambing tersebut merupakan produk dari
lingkungan sosio cultural dimana seseorang berada.
Mekanisme teori yang digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara
pendekatan sosio cultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi semiotic,
yang artinya adalah tanda-tanda atau lambing-lambang beserta makna yang terkandung di
dalamnya brfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam pendekatan sosiokultral dan
manusia sebagai tempat berlangsungnya proses mental.
Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Greenberg melakukan studi etnografi dan
menemukan adanya jaringan-jaringan erat, luas dan kompleks di dalam dan diantara
keluarga-keluarga. Jaringan-jaringan tersebut berkembang atas dasar confianza yang
membentuk kondisi social sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai social budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan
dan keterampilan melalui interaksi social sehari-hari. Mereka terlibat secara aktif dalam
interaksi social dalam keluarga untuk memperoleh dan juga menyebarkan pengetahuan-
pengetahuan yang telah dimiliki. Ada suatu kerja sama diantara anggota keluarga dalam
interaksi tersebut.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang
seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan
dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat sekunder.
Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber social
di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Konsep-konsep penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif
yang sesuai dengan revousi-sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hokum
genetic tentang perkembangan (genetc law of development) zona perkembangan proksimal
(Zone of Proximal development) dan mediasi.
a. Hukum Genetik Tentang Perkembangan (Genetic Law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang
melewati dua tataran, yaitu tataran social tempat orang-orang membentuk lingkungan
sosialnya (dapat dikategorikan sebagai interpsikologis atau intermental), dan tataran
psikologis di dalam dir I orang yang bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai
intrapsikologs atau intramental). Pandangan teori ini menempatkan intermental atau
lingkungan social sebagai factor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan
serta perkembangan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih
tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu
fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk
melalui penugasan dan internalisasi terhadap proses-proses social tersebut.

b. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development/ZPD)


Konsep Zona Perkembangan Proksimal (zone of proximal development)
dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat
dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini
disebut sebagai kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak
dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah
ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya
yang lebih kompeten. Ini disebut kemampuan intermental. Jarak antara keduanya, yaitu
tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona
perkembangan proksimal.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-
kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Perkembangan
ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan
teman sebaya yang lebih kompeten. Zona perkembangan proksimal dipandang sebagai
perancah atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.
Gagasan Vygotsky tentang zona perkembangan proksimal ini mendasari
perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan
mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yangperlu dicatat
adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait,
perkembangan kemampuan seseorang bersifat tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan
sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.
Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelum kemampuan
intramental terbentuk anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan/atau
teman sebaya yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti
memberikan contoh, feedback, menarik kesimpulan dan sebagainya dalam rangka
perkembangan kemampuannya.
c. Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses-proses social dan psikologis
adalah tanda-tanda atau lambing-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau
lambing-lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural dimana
seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychological tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan
lambing, atau semiotika.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak dibimbing oleh orang dewasa atau oleh teman
sebaya yang lebih kompetensi untuk memahami alat-alat semiotic ini. Anak memahami
proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini berfungsi sebagai mediator bagi proses-
proses psikologis lebih lanjut dalam diri anak. Mekanisme hubungan antara pendekatan
sosiokultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotic, artinya tanda-
tanda atau lambing-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai
penghubung antara rasionalitas sosio-kultural (intermental) dengan individu sebagai tempat
berlangsungnya proses mental (intramental). Ada beberapa elemen yang dikemukakan oleh
Bakhtin untuk memperluas pendapat Vygotsky. Elemn-elemen tersebut berada dalam batasan
sejarah, kelembagaan, budaya dan factor-faktor individu.
Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi kognitif. Mediasi
kognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self-
regulation atau regulasi diri, meliputi self-planning, self-monitoring, self-checking, dan self-
evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Selama
menjalani kegiatan bersama, orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten biasa
menggunakan alat-alat semiotic tertentu untuk membantu mengatur tigkah laku anak.
Selanjutnya anak akan menginternalisasikan alat-alat semiotic ini untuk dijadikan sarana
regulasi diri.
Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain proble. Mediasi kognitif
bisa berkaitan dengan pengetahuan dengan konsep spopntan (yang bisa salah) dan konsep
ilmiah (yang lebih terjaminp deklaratif (declarative knowledgme) yang kurang memadai
untuk memecahkan berbagai persoalan, dan pengetahuan procedural berupa metode atau
strategi untuk memmecahkan masalah. Menurut Vygotsky, untuk membantu anak
mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna, dengan cara memadukan
antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek.
Berdasarkan pada teori Vygotsky di atas, maka akan diperoleh keuntungan
jika:
a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk menegmbangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
b. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari paad
tingkat perkembangan aktualnya.
c. Pembelajaran lebih diarahakn pada penggunaan strategi untuk mengembngkan
kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarnya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk
melakuakan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama semua pihak yang terlibat di dalamnya.
f. Implikasi Teori Belajar Kognitif terhadap Pembelajaran
g.
h. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara
aktif mengkontruksi pengentahuannya. Pengetahuan datang dari tindakan Sementara itu
bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi
lebih logis.
i.
j. Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses
mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan
pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak. Teori dasar
perkembangan kognitif mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan
interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di
lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir,
antara lain kemampuan berpikir konservasi.
k.
l. Menurut Hunt, seperti yang dikutip oleh Woolfolk (2009) siswa tidak boleh
dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau dibiarkan tertinggal oleh pengajaran
yang tidak mereka pahami. Disekuilibrium harus dijaga benar-benar pas untuk
mendorong pertumbuhan.
m.
n. Inti dari implementasi teori Kognitif dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut :
o.
p. 1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya.Disamping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif
diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian
materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan
untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

3. Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak


seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget


mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

Berikut ini adalah implikasi teori Belajar Kognitif dalam pembelajaran:

1. Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Ditambah cara
berfikir anak kurang logis dibanding dengan orang dewasa, maka guru harus mengerti cara
berfikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.

2. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-
anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada
jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk
jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban
yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk untuk menanggulanginya.

3. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar
pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-
anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing
para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang
memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi
yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke
dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara
keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan
proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1.Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
2.Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
 Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
 Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
 Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah,Enung.2006.Psilogi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV


Pustaka Setia.
Hamzah.2010.Perencanaan Pebelajaran.Jakarta:PT Bumi Aksara
Makmun, Abin Syamsuddin.2007.Psikologi Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Alif.2011.Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta.
R. Ibrahim.2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Renela Cipta.
http://www.ayobukasaja.com/2012/05/teori-belajar-kognitif.html (diakses pada
hari sabtu, 8 Desember 2012)
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/makalah-teori-belajar-kognitif-
dan.html(diakses pada hari sabtu, 8 Desember 2012)
http://www.sariyanta.com/kuliah/teori-teori-belajar/(diakses pada hari sabtu, 8
Desember 2012)

Anda mungkin juga menyukai