Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


“Teori Kognitivisme”

DISUSUN OLEH :

RAHMAWATI RAHIM
105441104618

PENDIDIKAN BIOLOGI 2018 C

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat waktu dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran. Taklupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suritauladan kita semua. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai materi “Teori Belajar Kognitivisme”.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu, tidak menutup kesempatan bagi pembaca yang hendak member kritik dan
saran berkenaan dengan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kognitivisme...............................................................


B. Tujuan Penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran..................
C. Perkembangan, karakteristik dan implikasi teori belajar dan pembelajaran
kogitivisme..............................................................................................
D. Kelebihan dan kekurangan teori Kognitivisme.......................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan, karena
dengan Pendidikan kehidupan manusia berubah menjadi lebih baik.
Dengan adanya pedidikan, diharapkan dapat mebawa perubahan besar
terhadap diri manusia, lingkungan bahkan negara. Dalam Pendidikan
tentunya tak lepas dari teori atau sebuah prinsip yang menjelaskan
mengenai proses belajar. Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus
makhluk ciptaan tuhan yang maha esa yang paling sempurnah diantara
makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan akal sehat dan juga otak,
sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untukberfikir sebelum
melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia
miliki.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat ataupun merevisi hasilbelajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu
individu belajardan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-
kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuattentang ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan
satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan
kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur danprinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya.
Teori belajar adalahsuatu teori yang di dalamnya terdapat tata
carapengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas.
Teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak
ditemukan teori belajar yang menitik beratkan pada perubahan tingkah
laku setelah proses pembelajaran.

B. RumusanMasalah
Berasarkan latar belakang diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian teori belajar Kognitivisme ?
2. Apa tujuan penerapan teori kognitivisme dalam pembelajaran ?
3. Bagaimana perkembangan, karakteristik dan implikasi teori belajar dan
pembelajaran kognitivisme ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitivisme ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar Kognitivisme
2. Untuk mengetahui tujuan penerapan teori kognitivisme dalam
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui perkembangan, karakteristik dan implikasi teori
belajar dan pembelajaran kognitivisme
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar
kognitivisme.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kognitivisme


Psikologi kognitif dianggap sebagai perpaduan antara Psikologi
Gestalt dan psikologi behaviorisme. Menurut teori kognitif belajar adalah
suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah lakuyang dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini
lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasionalyang dimiliki oleh orang lain.
Teori ini tentunya sangat berbeda dengan teori behavioristik, yang
lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan
dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya. Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan
dapat berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru dapat
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang.
Dengan kata lain teori belajar kognitif mengemukakan bahwa
belajar merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak
dengan dilengkapi akal pikirannya dapat memproses suatu pemahaman
dan persepsi tentang suatu informasi. Secara umun teori belajar kognitif
adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual
lainnya.
Oleh sebab itu belajar dapat dikatakan suatu proses berpikir yang
kompleks dan komprehensisif. Sehingga sebagai seorang pendidik dalam
menciptakan suatu pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek
kognitif yang dimiliki oleh siswanya. Sehingga pembelajaran yang telah
diterima oleh siswa dapat dicerna oleh alat-alat kognisi mereka.
Informasipun diharapkan dapat tersimpan dengan baik di dalam memori
anak dan dapat digunakan sebagai modal untuk menerima informasi
selanjutnya.
B. Tujuan Penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran
Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan dari
teori ini adalah :
1. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku
orang-orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik
sesuai dengan situasi psikologisnya.
2. Membantu guru untuk memehami orang lain, terutama muridnya dan
membantu dirinya sendiri.
3. Menkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam
kelas untuk menghasilkanprosedur yang memungkinkan kondisi
belajar menjadi produktif.
4. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri
dan lingkungannya adalah faktor yang sangat berkaitan.

C. Perkembangan, Karakteristik dan implikasi teori belajar dan


pembelajaran kognitivisme
1. Perkembangan dan karakteristik teori kognitifisme
a.   Gestalt Theory
Menurut teori gestalt belajar adala proses pengembangan yang
didasarkan pada pemahaman atau Insight. Insight adalah pemahaman
terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Teori ini
menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
Keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar sangat
penting. Keterlibatan dalam belajar akan menghasilkan pemahaman
(insight) yang dapat membantu individu dalam proses belajar. Dengan kata
lain, yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah dimengertinya
apa yang dipelajari oleh individu tersebut.
Beberapa hal penting yang dapat diambil dari teori gestalt : tujuan
utama belajar adalah untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu dan
pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami objek
pembelajaran secara totalitas, memahami unsur-unsur objek yang
dipelajari, mampu mencari hubungan antara satu unsur dengan unsur
lainnya, dan mampu menghubungkan pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan sebelumnya. 
b.       Piaget Theory
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang.
bagi piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu :
1.       Asimilasi
Proses pengintregasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada. Contoh seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan.
Jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengintregasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada & dipahami
oleh anak) dengan prinsip perkalian (Informasi baru yang akan dipahami
anak)
2.       Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya
siswa telah mengetahui prinsip perkalian, dan gurunya memberikan soal
perkalian.
3.       Equilibrasi
Proses penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga ilmunya. maka diperlukan proses
penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan
tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur. Sedangkan dengan kemampuan
equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang
diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis. Prosesbelajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa.
Terdapat empat tahap yaitu :
a.       Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun0
b.       Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
c.       Periode operasional konkret (usia 7-11 tahun)
d.       Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin
teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Karena itu guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya,
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan
tahap-tahap tersebut.  
c.       Vigotsky Theory
Menurut  Ruseffendi dalam diana ratna sari dkk. “Vygotsky
berpendapat pula bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan
efektif apabila si anak belajar secara kooperatif dengan  anak anak lain
dalam suasana lingkungan yang mendukung (supportive) dalam bimbingan
atau pendampingan seseorang yang lebih mampu atau lebih dewasa, misal
seorang guru”.
Teori vygotsky dalam Oakley menjelaskan bahwa teori ini berfokus
pada 3 faktor,yaitu :
1.       Budaya (culture)
2.       Bahasa (language)
3.       Zona perkembangan proksimal (ZPD)
Teori vygotsky  mengemukakan ada 4 prinsip  kunci dalam
pembelajaran, yaitu
1.       Penekanan terhadap hakikat sosio-kultural pada pembelajaran
(the socioculturalof learning). Menurut vygotsky, keterampilan
keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi
sosial langsung.
2.       Perkembangan Bahasa (Development of Language). Vygotsky
percaya bahwa bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain.
Bahasa tidak hanya sarana untuk komunikasi, tetapi juga untuk
menerencanakan dan memonitor perilaku yang merupakan alat penting
untuk perkembangan daya pikir anak.
3.       Perkembangan bahasa aproksimasi (ZPD). Zone of proximal
Development merupakan celah antara actual Development dan potensial
Development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya.
4.       Perancahan (scaffoliding). Prinsip ini sangat berkaitan erat
dengan ZPD. Hal tersebut karena scaffilding merupakan sebuah teknik
untuk mengubah level dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan vygotsky untuk mendeskripsikan
perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, di mana orang yang lebih
terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.
 
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar
mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.       walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru
harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak anak. Dalam istilat
teoritis, ini berarti anak bekerja dalam ZPD dan guru menyediakan
scaffolding bagi anak selama memalui ZPD.
2.       Secara khusus vygotsky mengemukakan bahwa di samping guru,
teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak,
kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan
anak.
3.       Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi
pengajar pribadi oleh teman sebaya (Peer tutoring)
d.       Kohlberg Theory
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg merupakan
pengembangan teori struktural-kognitif yang telah dilakukan Piaget
sebelumnya. Dia atas bangunan teori Piaget itu, Kohlberg mengusulkan
suat teori perkembangan pemikiran moral (teori Development-kognitif).
Teori ini menyatakan bahwa setiap individu melalui sebuah urutan berbagai
tahapan moral. Tiap-tiap tahap ditandai oleh struktur mental khusus
(distinctive) yang diekspresikan dalam bentuk khusus penalaran moral
(Kneller, 1984:110).
Kohlberg menyebutkan terdapat enam tahap yang terbagi dalam tiga
level perkembangan. Kemudian, Kohlberg menyempurnakan menjadi enam
tahap. Keseluruhan tahap itu secara ringkas dibagankan sebagai berikut
(soenarjati dan Cholisin, 1989: 37; Kneller, 1984; 110)
1.       Tahap-tahap Pra-konvensional
Anak tidak memiliki ide tentang aturan-aturan atau standar moral. Pada
tahap 1 anak melakukan perbuatan baik semat-mata untuk menghindari
hukuman, dan di dalam tahap 2 anak akan mematuhi apapun sepanjang
memenuhi kepuasan/kebutuhan sendiri dan orang lain.
2.       Tahap-tahap Konvensional
Anak menghormati moralitas sebagai seperangkat aturan sosial dan
harapan-harapan sosial. Pada tahap 3 perbuatan baik adalah perbuatan yang
membuat orang senang dan orang lain setuju atas apa yang diperbuatnya,
sedangkan pada tahap 4 perbuatan baik dilakukan dengan menjalankan
kewajiban dan menghormati otoritas.
3.       Tahap –tahap Post Konvensional
Moralitas konvensional dirumuskan ke dalam nilai-nilai moral yang
lebih dalam. Pada tahap 5 seseorang pecaya bahwa dengan melakukan
sesuatu yang benar secara lluas untuk mendukung kesejahteraan umum.
Dalam tahap 6 tindakan yang benar adalah berbuat mengikuti prinsip-
prinsip universal keadilan dan menghormati orang lain sebagaimana orang
lain menghormati di dalam diri mereka sendiri (Kneller, 1984: 110)
e.       Multiple Intelgence Gardner
Menurut Howard Gardner setiap individu memiliki delapan jenis
kecerdasan di dalam dirinya yang disebut kecerdasan majemuk (multiple
Intelligence). Kecerdasan-kecerdasan tersebut adalah
linguistik  (kecerdasan dalam mengolah kata), matematis-logis
(kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung), spasial
(kemampuan berfikir dalam citra dan gambar), kinestetik-jasmani
(kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaan), musikal (kemampuan menangani berbagai bentuk musik),
interpersonal (kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang
lain), intrapersonal (kemampuan memahami diri sendiri), naturalis
(kemampuan untuk memahami gejala alam). Konsekuensi dari penerapan
teori ini adalah perubahan dalam strategi pembelajaran yang digunakan
untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditentukan.
Poin-poin kunci dalam teori Multiple Intelligences :
1.       Setiap individu memiliki kedelapan kecerdasan.
2.       Setiap individu pada umumnya memiliki satu atau lebih
kecerdasan yang menonjol dalam dirinya.
3.        Semua kecerdasan bekerja sama secara unik dalam mengolah
dan mereproduksi kembali informasi yang dibutuhkan.
4.       Banyak cara menjadi cerdas di setiap kategori.
f.        Information Processing Theory
           Information pocessing atau proses penerimaan informasi merupakan
salah satu bentuk pendekatan berdasarkan kognitivisme. Pendeatan ini
memandang proses belajar yang menjadi dalam diri individu sebagai suatu
proses penerimaan informasi. Hal ini dapat dianalogikan dengan poses yang
terjadi dalam komputer.belajar dimulai dari input yang datang dari
lingkungan diterima oleh pancaindera, kemudian diproses dan disimpan
dalam memori dan output dari pembelajaran adalah berbagai kemampuan
atau kompetencies.
Pada dasarnya,proses penerimaan informasi adalah usaha pencarian
makna yang dapat menjelaskan hubungan antara observeble stimuli atau
stimulus yang ditangkap oleh pancaindera atau input, yang dillihat,
didengar, dirasa, dicium, dan disentuh dengan respon ata output yang
sesuai:
Komponen penerimaan infomasi terdiri atas berikut ini :
1.       Penerimaan input sensori dipengaruhi oleh orietasi individu, yaitu
hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dan pemilihan input sensori
yang akan diperhatikannya.
2.       Mengorganisasi pola ingatan dan scemata yang berkaitan dengan
pemilihan input sensori yang menjadi perhatian.
3.       Dalam mengorganisasi pola ingatan, ingatan jangka panjang
merupakan sumber informasi yang dibutuhkan, yang diwujudkan dalam
bentuk mengingat kembali informasi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perasaan dan ketrampilan yang dicari untuk disusun kembali sesuai dengan
yang dibutuhkan.
4.       Hasil penyusunan tersebut menjadi ingatan aktif yang digunakan
untuk memberikan respon yang sesuai.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemrosesan informasi berkaitan dengan
cara yang diterimanyandari lingkungannya, proses mengirimkan informasi
tersebtu kedalam pikiranya mengolah dan menyimpan informasi sebagai
ingatan, mentransformasikan serta memanggil kembali informasi yang telah
disimpan dalam ingatanya dan menjadi kan ingatan aktif yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu tersebut.
 
2.) Implikasi teori kognitivisme dalam pembelajaran
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengemukakan ide.
2. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk berfikir tentang
pengalamannya.
3. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mencoba perkara baru.
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan tujuan pelajar.
5. Mendorong pelajar umtuk memikirkan perubahan agar mencapai matlamat
mereka.
6. Menciptakan lingkungan yang kodusif.
7. Perilaku bertujuan,belajar harus terarah pada tujuan,karena belajar akan
efektif apabila
8. Siswa mengenal tujuan yang ingin dicapainnya.
9. Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara
totalitas terhadap Objek yang dipelajari, memiliki kemampuan mengenal
dan memahami unsur-unsur, Mampu keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
objek atau peristiwa dan keterkaitan antara Pegetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang lama.
10. Individu dapat mengembangkan pengetahuanya sendiri.
11. Individualisasi dalam pembelajaran, yakni pendekatan yang dilakukan
pada setiap individu berdasarkan perkembang kognitif masing-masing
untuk mendapatkan keberhasilan maksimal.

D. Kelebihan dan Kekurangan dari teori belajar kognitivisme


1. Kelebihan Teori Behavioristik
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, karena teori ini membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b. Sebagian besar dalam kurikulum Pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan yang dimiliki setiap individu.
c. Pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar materi yang diajarkan
untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan kepada peserta
didik. Pendidik hanya perlu memantau,dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
d. Pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta
didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan, karena
teori ini menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu
mengingat materi-materi yang telah diberikan.
e. Peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum
ada atau menginovasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
f. Metode ini mudah untuk diterapkan dan juga  banyak diterapkan pada
Pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.
2. Kelemahan Teori Behavioristik
a. Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat Pendidikan, sehingga
sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
b. Selalu menganggap semua peserta didik mempunyai kempuan daya
ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c. Adakalanya teori ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara
peserta didik dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-
masing peserta didik mempunyai cara yang berbeda-beda.
d. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan teori kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan.
e. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif
tanpa adanya metode lain, maka peserta didik akan kesulitan dalam
prakek kegiatan atau materi.
f. Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang
telah diterimanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Teori pembelajaran adalah teori yang harus mampu
menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana
menghasilkan hal tersebut. Teori belajar adalah teori yang
menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori
pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan hal tersebut. Teori belajar kognitif
menekankan bahwa persepsi serta pemahaman individu tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar menentukan
prilakunya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar. Secara umun teori belajar kognitif adalah suatu proses
yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual lainnya.
2. Teori kognitif dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu
guru memahami muridnya. Ternyata, hal ini juga dapat membantu
guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
3. Teori kognitif dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu
guru memahami muridnya. Ternyata, hal ini juga dapat membantu
guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitivisme. Kelebihannya yaitu
: menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah. Kekurangannya
yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan;
sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip
seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
B. Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji
secara mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan 
proses belajar dikelas.Tanpa pengetahuan tentang kognitivisme siswa,
guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya dikelas,
yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses
pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.
DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. 2014. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa.


Darsono.2002:24-25.Theori Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Joyce, Bruce dkk. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke
delapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995.
Sax, Gilbert.(1980). Principles of Education Measurement and Evalution (second ed).
California: Wadsworth Publishing

Anda mungkin juga menyukai