Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dimakalah ini. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan Tuhan
yang palimg sempurna diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali
dengan akal sehat dan otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal
tersebut untuk berfikir sebelum melakukan sesuatau, sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Belajar dan pembelajaran
dikatakan suatu bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi
antara guru dengan siswa. Dengan belajar, individu dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Sementara itu, pembelajaran pada dasarnya
merupakan suatu upaya untuk mengarahkan individu dalam proses belajar
sehingga dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan.
Keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat melalui
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya
tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam
mengajar. Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara
sistematis. Prinsip tersebut berusaha untuk menjelaskan hubungan-hubungan
antara fenomena-fenomena yang ada.
Teori belajar merupakan suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Teori belajar dikembangkan
oleh para ahli berdasarkan pe,ikiran mereka. Terdapat empat perspektif utama
dalam teori belajar salah satunya ialah Kognitivistik. Masing-masing teori
belajar tentu nemiliki kakteristik, konsep teori, serta kelebihan dan
kekurangan yang berbeda-beda.
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental
seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan,
harapan dan mekanisme lain "dalam kepala pembelajar". Fokus teori kognitif
iv
adalah potensi untuk berperilaku dan bukan pada perilakunya sendiri. Teori
belajar kognitif menekankan pentingnya proses-proses mental seperti
berpikir, dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajar. Proses ini
memungkinkan pembelajar untuk menginterpretasi dan mengorganisir
informasi secara aktif, inilah prinsip yang mendasari semua teori kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori kognitivistik?
2. Apa saja karakteristik dari teori kognitivistik?
3. Bagaimana pendapat ahli tentang teori kognitivistik?
4. Bagaimana pengaplikasian teori kognitivistik di sekolah dasar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori kognitivistik
2. Untuk mengetahui karakteristik dari teori kognitivistik
3. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang teori kognitivistik
4. Untuk mengetahui pengaplikasian teori kognitivistik di sekolah dasar
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
respons, melainkan lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu,
menurut aliran kognititf, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku
yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan
proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, pendekatan kognitif dalam belajar memfokuskan
pembahasan pada bagaimana manusia berpikir, memahami, dan mengetahui.
vii
Peletak dasar teori Gestalt adalah Marx Wertheimer yang meneliti
tentang pengamatan terhadap apa yang sering kita alami, tetapi bukan
merupakan yang sederhana. Di samping nama Marx Wertheimer dikenal
nama Wolfgang Kohler dan Kurt Kofta sebagai pengembang teori gestalt.
Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan (grouping).
Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum gestalt:
a. Proximity, kedekatan, objek yang berdekatan satu sama lain
cenderung mengelompok
b. Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu
objek makin cenderung mengelompok
c. Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis
sambung cenderung mengelompok
viii
Dalam ruang hidup, siswa memiliki tujuan yang ingin dicapai,
didorong oleh motif hidupnya, sehinnga ia berupaya melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan itu. Akan tetapi, selalu ada hambatan yang
merintangi. Bila ia mampu mengatasi hambatan dan dapat mencapai
tujuan itu, maka ia akan memasuki medan kognitif baru, yang di
dalamnya berisi tujuan yang baru pula, dan dia akan berusaha lagi untuk
mengatasi hambatan baru itu, demikian seterusnya pola belajar itu
berlangsung sepanjang hayat. Hal itu tergambarkan sebagai berikut
h
a
m
b tujuan
Tujuan kegiatan a
t
a
n
ix
Menurut Piaget belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari mengamati dan menemukan, memungut
berbagai hal dari limgkungan.
Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetic, artinya proses yang didasarkan atas mekenisme
biologis dari perkembangan system syaraf. Semakin bertambah umur
seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin meningkat
pula kemampuannya, sehingga ketika dewasa seseorang akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu (Nurhadi, 2018: 13;
Winfred F Hill, 2010: 157):
x
dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus
menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses
penyeimbang (Wijayanti, 2015: 86). Tanpa proses ini perkembangan
kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur,
sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu
menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik,
jernih, dan logis (Nurdyansayah, 2016: 50).
xi
b. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat
abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau
diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda konkret.
c. Tahap Simbolik
Sesorang telah mampu memiliki ide-ide abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan.
xii
b. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran, biarkan siswa
mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Contoh: “hari ini, kita akan
belajar membuat es krim”
c. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu, contohnya: “apakah ada
yang pernah membuat es krim? Di mana, kapan, dan bahan apa saja
yang diperlukan?”
d. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan, contoh: tunjukkan
kepada siswa bagaimana membuat es krim
e. Memberikan panduan belajar, bantulah siswa agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung
f. Menampilkan kinerja, mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang
baru dipelajarinya contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk
membuat es krim dan mintalah agar membuat es krim sendiri
g. Memberikan umpan balik, beritahu siswa kinerjanya masing-masing.
Contoh, guru berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa
membuat es krim
h. Menilai kinerja, nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai
topik pembelajaran. Contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika
mereka benar cara membuatnya diperbolehkan memakannya
i. Meningkatkan ingatan dan transfer pengetahuan. Bantulah siswa
dalam mengingat-ingat dan menerapkan keterampilan baru itu.
xiii
pembelajaran berdasarkan hafalan tidak banyak membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa
sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya.
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan
besar tidak dapat menjawab soal baru lainnya. karena materi seperti
pelajaran matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun
merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkait antara yang
satu dan yang lainnya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan
keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu
mengaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah
dipunyainya agar terjadi suatu proses pembelajaran bermakna.
Tugas gurulah untuk memberi kemudahan bagi siswanya sehingga
mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan
barunya dengan pengetahuan yang relevan yang sudah ada didalam
pikirannya atau dalam struktur kognitifnya. Belajar seperti itulah yang
diharapkan dapat terjadi di kelas-kelas Indonesia, belajar bermakna yang
telah digagas David P. Ausubel.
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi
bermakna/ meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-
tahap (Budiningsih, 2015: 43):
1). Memperhatikan stimulus yang diberikan;
2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami;
3). Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.
xiv
pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer
memberikan tiga manfaat yaitu :
1). Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang
akan dipelajari.
2). Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang
sedang dipelajari dan yang akan dipelajari.
3). Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah (Nugroho, 2015: 293).
xv
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu.
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
4. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
5. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
6. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif
yang telah dimiliki si belajar.
7. Belajar memahami akan lebih bermakna dari belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah hubungan antara apa yang
sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui.
8. Adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatiakan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.
xvi
selanjutnya diserahkan kepada peserta didik
3. Dengan menerapkan teori kognitif, maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang telah diberikan
4. Menurut para ahli kognitif itu berarti kreasi atau pembuatan satu hal baru
atau membuat suatu hal yang baru dari hal yang sudah ada. Maka dari itu
peserta didik lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru atau menginovasi hal
yang sudah ada menjadi lebih baik.
5. Mudah diterapkan dan sudah banyak diterapkan dalam dunia pendidikan
di Indonesia, termasuk dalam segala tingkatan sekolah.
xvii
Berbicara mengenai guru, guru memegang peranan penting. Menurut
Zuliana (2019), hamper semua inovasi Pendidikan, seperti pembaruan
kurikulum dan penerapan metode pengajaran baru, bergantung pada guru.
Guru harus secara sadar mampu menggunakan teori belajar yang aplikatif,
yang merupakan salah satu upaya yang dapat membantu guru meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Ketika pembelajaran berlangsung, beberapa guru mengaplikasikan strategi
pembelajaran konvensional melalui ceramah tanpa melibatkan para siswa. Di
samping itu, yang diajarkan oleh guru adalah langsung kepada contoh tanpa
mendahulukan pemahaman konsep. Sehingga, dalam proses latihan soal,
apabila soal yang hendak dikerjakan berbeda dengan apa yang dicontohkan
oleh guru, siswa tidak mampu menyelesaikan soal bersangkutan.
Teori ini merupakan teori yang menekankan pada proses belajar, dimana
siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Oleh sebab itu, ada beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan oleh
guru terkait pelaksanaan pembelajaran berdasarkan teori kognitif. Hal-hal
yang penting diperhatikan dalam teori belajar kognitif menurut adanya
integrasi pengetahuan struktur kognitif siswa sebelumnya dengan pengalaman
baru sebagai proses belajar siswa. Oleh karena itu, ada beberapa
pembelajaran dalam pandangan kognitif antara lain:
1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing
4. Berikan peluang agar anak dapat belajar sesuai tahap perkembangannya
xviii
5. Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya
6. Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu
dari sederhan ke kompleks
7. Guru harus menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan adanya
keterlibatan aktif siswa dengan inisiatif dalam dirinya sendiri.
8. Guru menciptakan pembelajaran yabg bermakna
9. Guru harus peduli terhadap kecepatan dan tingkat perkembangan kognitif
masing-masing siswa dalam melaksanakan suatu pembelajaran sehingga
masing-masing siswa dapat belajar secara optimal
10. Guru harus peduli terhadap metode atau proses pemikiran anak hingga
diperolehnya suatu hasil pemikiran dalam dirinya.
xix
menekankan aspek pengelolaan atau organizer yang merupakan pengaruh
utama terhadap belajar. Bruner memfokuskan pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban bagaimana siswa dapat
memperoleh informasi dari lingkungan.
xx
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xxi
memanfaatkan teknologi pendidikan, pengajaran berbasis masalah, dan
metode-metode lain yang sesuai dengan prinsip-prinsip kognitivistik untuk
membantu anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif dan akademik
mereka secara efektif.
xxii
DAFTAR PUSTAKA
H. Baharuddin, Dr. Esa Nur Wahyuni. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
M.Thobroni. 2015. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA
xxiii
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran.
EDISI, 2(1), 77-95.3(2), 197-211.
xxiv