Anda di halaman 1dari 24

TEORI KOGNITIVISTIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran


DOSEN PENGAMPU:
Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd

Disusun oleh Kelompok 4


Kelas 2A
Nurrahmatun Nisa 2210125220014
Khusnul Khotimah 2210125220012
Nurul Adha 2210125220027
Gusti Ayu Azzah Radhwa 2210125320006
Rahmi Julia 2210125320015
Indra Chosy Pratama 2210125310009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kami panjatkan dalam kehadirat Allah SWT,


yang atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat pada waktunya. Adapun topik dari makalah ini adalah
“Teori Kognitivistik”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Ibu Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dimakalah ini. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua

Banjarmasin, 27 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Teori Kognitivistik.............................................................3


B. Pendapat para Ahli................................................................................4
C. Karakteristik Teori Kognitivistik..........................................................11
D. Aplikasi Teori Kognitif pada Sekolah Dasar........................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

A. Kesimpulan...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan Tuhan
yang palimg sempurna diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali
dengan akal sehat dan otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal
tersebut untuk berfikir sebelum melakukan sesuatau, sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Belajar dan pembelajaran
dikatakan suatu bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi
antara guru dengan siswa. Dengan belajar, individu dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Sementara itu, pembelajaran pada dasarnya
merupakan suatu upaya untuk mengarahkan individu dalam proses belajar
sehingga dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan.
Keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat melalui
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya
tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam
mengajar. Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara
sistematis. Prinsip tersebut berusaha untuk menjelaskan hubungan-hubungan
antara fenomena-fenomena yang ada.
Teori belajar merupakan suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Teori belajar dikembangkan
oleh para ahli berdasarkan pe,ikiran mereka. Terdapat empat perspektif utama
dalam teori belajar salah satunya ialah Kognitivistik. Masing-masing teori
belajar tentu nemiliki kakteristik, konsep teori, serta kelebihan dan
kekurangan yang berbeda-beda.
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental
seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan,
harapan dan mekanisme lain "dalam kepala pembelajar". Fokus teori kognitif

iv
adalah potensi untuk berperilaku dan bukan pada perilakunya sendiri. Teori
belajar kognitif menekankan pentingnya proses-proses mental seperti
berpikir, dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajar. Proses ini
memungkinkan pembelajar untuk menginterpretasi dan mengorganisir
informasi secara aktif, inilah prinsip yang mendasari semua teori kognitif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori kognitivistik?
2. Apa saja karakteristik dari teori kognitivistik?
3. Bagaimana pendapat ahli tentang teori kognitivistik?
4. Bagaimana pengaplikasian teori kognitivistik di sekolah dasar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori kognitivistik
2. Untuk mengetahui karakteristik dari teori kognitivistik
3. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang teori kognitivistik
4. Untuk mengetahui pengaplikasian teori kognitivistik di sekolah dasar

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kognitivistik


Dikutip dalam buku Ina Magdalena (2021) dijelaskan bahwa menurut teori
ini, belajar adalah sebuah proses pengolahan informasi yang ada dalam otak
manusia. Sedangkan proses pengolahan otak manusia berawal dari
pengamatan yang berada dalam lingkungan manusia, penyimpanan terhadap
informasi-informasi dan setelah membentuk pengertian kemudian akan
dikeluarkan kembali oleh pembelajar.
Menurut Wilhelm Wundt (Bapak Psikologi), kognitif adalah sebuah
proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui
pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi
para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori.
Didalam buku Teori Belajar & Pembelajaran (2015) memiliki pandangan
kognitivistik bahwa belajar merupakan transformasi informasi atau ilmu
pengetahuan yang ada di lingkungan kemudian disimpan dalam pikiran.
Belajar terjadi ketika pengetahuan baru diperoleh atau pengetahuan yang
sudah ada diubah oleh pengalaman-pengalaman.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012:87). Teori ini menekankan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Wiradintana, R.
2018:48).
Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, aliran
kognitivistik ini memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan

vi
respons, melainkan lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu,
menurut aliran kognititf, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku
yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan
proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, pendekatan kognitif dalam belajar memfokuskan
pembahasan pada bagaimana manusia berpikir, memahami, dan mengetahui.

B. Pendapat Para Ahli


Berikut ini adalah beberapa tokoh yang berpendapat tentang teori belajar
kognitivistik:
1. Teori Kognitif Gestalt
Pokok pandangan gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi.
Berbeda dengan pandangan behavioristik yang berasumsi adanya perilaku
molekular, pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Perilaku molekular artinya lebih menekankan kepada elemen-elemen
pembelajaran, memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur
seperti halmya molekul.Sedangkan perilaku molar adalah perilaku dalam
keterkaitan dengan lingkungan luar.
Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling
penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang
dipelajari oleh individu tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini
disebut teori insight atau pemahaman. Para tokoh Gestalt menyatakan
bahwa sebuah persepsi akan mempunyai makna bila dilihat sebagai
sebuah keseluruhan.

vii
Peletak dasar teori Gestalt adalah Marx Wertheimer yang meneliti
tentang pengamatan terhadap apa yang sering kita alami, tetapi bukan
merupakan yang sederhana. Di samping nama Marx Wertheimer dikenal
nama Wolfgang Kohler dan Kurt Kofta sebagai pengembang teori gestalt.
Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan (grouping).
Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum gestalt:
a. Proximity, kedekatan, objek yang berdekatan satu sama lain
cenderung mengelompok
b. Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu
objek makin cenderung mengelompok
c. Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis
sambung cenderung mengelompok

Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar


menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan, terutama
hubungan antara bagian terhadap keseluruhan. Tingkat kejelasan dan
kemaknaan terhadap apa yang diamati dalam situasi belajar akan lebih
meningkatkan kemampuan belajar seseorang daripada melalui hukuman
atau ganjaran.

2. Teori Belajar Medan Kognitif dari Kurt Lewin


Kurt Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin
memandang bahwa setiap individu berada di dalam suatu medan kekuatan
yang bersifat psikologis, yang disebut ruang hidup (life space). Life space
meliputi manifestasi linkungan di mana siswa bereaksi, misalnya bereaksi
terhadap orang-orang yang dijumpai, objek material yang dihadapi, serta
fungsi kejiwaan yang dimilikinya. Belajar berlangsung sebagai akibat
perubahan struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu merupakan
hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu
sendiri, yang lain dari kebutuhan motivasi internal individu.

viii
Dalam ruang hidup, siswa memiliki tujuan yang ingin dicapai,
didorong oleh motif hidupnya, sehinnga ia berupaya melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan itu. Akan tetapi, selalu ada hambatan yang
merintangi. Bila ia mampu mengatasi hambatan dan dapat mencapai
tujuan itu, maka ia akan memasuki medan kognitif baru, yang di
dalamnya berisi tujuan yang baru pula, dan dia akan berusaha lagi untuk
mengatasi hambatan baru itu, demikian seterusnya pola belajar itu
berlangsung sepanjang hayat. Hal itu tergambarkan sebagai berikut

h
a
m
b tujuan
Tujuan kegiatan a
t
a
n

3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem saraf. Dengan makin bertambahnya usia
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin
meningkat pula kemamouannya. Atas dasar pemikiran ini maka Piaget
disebut-sebut cenderung menganut teori psikogenesis, artinya
pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu.
Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan
berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak
merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi
intelektual, dari konkret menuju abstrak. Pada suatu tahap perkembangan
tertentu akan muncul skema atau struktur kognitif tertentu yang
keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung kepada pencapaian
tahapan sebelumnya.

ix
Menurut Piaget belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari mengamati dan menemukan, memungut
berbagai hal dari limgkungan.
Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetic, artinya proses yang didasarkan atas mekenisme
biologis dari perkembangan system syaraf. Semakin bertambah umur
seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin meningkat
pula kemampuannya, sehingga ketika dewasa seseorang akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
membagi proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu (Nurhadi, 2018: 13;
Winfred F Hill, 2010: 157):

1. Asimilasi. Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif


yang sudah ada (John, 1969: 9). Contoh : seorang siswa yang
mengetahui prinsip- prinsip penjumlahan, jika gurunya
memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami
oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan
dipahami anak) (Nugroho, 2015: 295).
2. Akomodasi. Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam
situasi yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih
spesifik (Wijayanti, 2015: 85). Contohnya : siswa ditelah mengetahui
prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian
(Georgia (2010: 254).
3. Equilibrasi. Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa

x
dapat terus berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus
menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses
penyeimbang (Wijayanti, 2015: 86). Tanpa proses ini perkembangan
kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur,
sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu
menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik,
jernih, dan logis (Nurdyansayah, 2016: 50).

4. Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner


Jerome Seymour Bruner adalah imigran dari Polandia yang
dibesarkan di New York. Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget
yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di
kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery learning),
suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses penemuan personal
(personal discovery), oleh setiap individu murid. Inilah teori pokok
Bruner.
Guru harus memberikan keleluasan kepada siswa untuk menjadi
pemecah masalah (problem solver), seorang ahli sains, matematikawan,
ahli sejarah dan profesi lain yang menantang, menjelajah dan berbasis
penemuan. Biarkan siswa menemukan arti hidup bagi dirinya sendiri dan
memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa
mereka sendiri. Siswa didorong dan disemangati untuk belajar sendiri
melalui kegiatan dan pengalaman.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai
berikut:
a. Tahap Enaktif
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika
materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan
menggunakan benda-benda konkret.

xi
b. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat
abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau
diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda konkret.
c. Tahap Simbolik
Sesorang telah mampu memiliki ide-ide abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan.

Tentang kurikulum, konsep Bruner yang terkenal adalah kurikulum


berbentuk spiral (a spiral curriculum). Dalam hal ini materi pelajaran
mula-mula disajikan secara umum, kemudian secara berkala kembali
mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Contoh
sederhana penyajian secara spiral, yaitu jika pada awalnya siswa diajar
tentang penambahan, maka pada pembelajaran berikutnya siswa diajar
tentang perkalian, dalam hal ini dijelaskan bahwa perkalian tidak lain
adalah melakukan kegiatan penambahan berulang-ulang. 2 + 2 + 2 = 2 x 3
= 6.

5. Teori Belajar dari Robert M. Gagne


Menurut Gagne, dalam pemebelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi
internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi
eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai Sembilan fenomena
pembelajaran, sembila peristiwa tersebut sebagai berikut:
a. Memberikan perhatian, contoh sederhana tunjukan es krim, ceritakan
kelezatan yang diperoleh dari memakannya.

xii
b. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran, biarkan siswa
mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Contoh: “hari ini, kita akan
belajar membuat es krim”
c. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu, contohnya: “apakah ada
yang pernah membuat es krim? Di mana, kapan, dan bahan apa saja
yang diperlukan?”
d. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan, contoh: tunjukkan
kepada siswa bagaimana membuat es krim
e. Memberikan panduan belajar, bantulah siswa agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung
f. Menampilkan kinerja, mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang
baru dipelajarinya contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk
membuat es krim dan mintalah agar membuat es krim sendiri
g. Memberikan umpan balik, beritahu siswa kinerjanya masing-masing.
Contoh, guru berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa
membuat es krim
h. Menilai kinerja, nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai
topik pembelajaran. Contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika
mereka benar cara membuatnya diperbolehkan memakannya
i. Meningkatkan ingatan dan transfer pengetahuan. Bantulah siswa
dalam mengingat-ingat dan menerapkan keterampilan baru itu.

6. Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel


Teori Ausubel terkait dengan sifat-sifat makna, dan ia percaya
bahwa dunia luar akan memberikan makna terhadap pembelajaran hanya
jika berbagai konsep yang berasal dari dunia luar itu lebih mampu diubah
menjadi kerangka isi oleh siswa.
Karya-karya Ausubel sering dibandingkan dengan karya Bruner.
Keduanya memiliki kemiripan pandangan tentang sifat hierarkis dari
pengetahuan, tetapi Bruner lebih menekankan kepada proses penemuan,
sedangkan Ausubel lebih berfokus kepada metode pembelajaran verbal
dalam berbicara, membaca dan menulis. Ausubel juga berpendapat bahwa

xiii
pembelajaran berdasarkan hafalan tidak banyak membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa
sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya.
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan
besar tidak dapat menjawab soal baru lainnya. karena materi seperti
pelajaran matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun
merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkait antara yang
satu dan yang lainnya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan
keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu
mengaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah
dipunyainya agar terjadi suatu proses pembelajaran bermakna.
Tugas gurulah untuk memberi kemudahan bagi siswanya sehingga
mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan
barunya dengan pengetahuan yang relevan yang sudah ada didalam
pikirannya atau dalam struktur kognitifnya. Belajar seperti itulah yang
diharapkan dapat terjadi di kelas-kelas Indonesia, belajar bermakna yang
telah digagas David P. Ausubel.
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi
bermakna/ meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-
tahap (Budiningsih, 2015: 43):
1). Memperhatikan stimulus yang diberikan;
2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami;
3). Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi


pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian akan
mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi

xiv
pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer
memberikan tiga manfaat yaitu :
1). Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang
akan dipelajari.
2). Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang
sedang dipelajari dan yang akan dipelajari.
3). Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah (Nugroho, 2015: 293).

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat


baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan.
Guru juga harus memiliki logika berfikir yang baik, agar dapat memilah-
milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat,
serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami (Mulyati, 2015: 80).

C. Karakteristik Teori Kognitivistik


Bagi kognivistik, belajar merupakan interaksi antara individu dan
lingkungan, dan hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya. Sehingga
dalam teori kognivistik ini terdapat ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
3. Mementingkan peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif (Nurhadi, 2020)

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia Pendidikan, khususnya terlihat


pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip prinsip tersebut antara
lain sebagai beriku:

xv
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu.
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
4. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
5. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
6. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif
yang telah dimiliki si belajar.
7. Belajar memahami akan lebih bermakna dari belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah hubungan antara apa yang
sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui.
8. Adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatiakan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.

Setiap teori pembelajaran tentu dibandingkan dengan teori pembelajaran


lainnya. Namun setiap teori juga melengkapi dan menambah dari kekurangan
teori pembelajaran sebelumnya, berikut kelebihan yang dimiliki teori
kognitif:
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, membantu siswa memahami
bahan belajar dengan mudah
2. Pada metode pembelajaran kognitif, pendidik hanya perlu memberikan
dasar-dasar dari materi yang diajarkan dan untuk pengembangan

xvi
selanjutnya diserahkan kepada peserta didik
3. Dengan menerapkan teori kognitif, maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki peserta didik untuk mengingat semua materi-materi
yang telah diberikan
4. Menurut para ahli kognitif itu berarti kreasi atau pembuatan satu hal baru
atau membuat suatu hal yang baru dari hal yang sudah ada. Maka dari itu
peserta didik lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru atau menginovasi hal
yang sudah ada menjadi lebih baik.
5. Mudah diterapkan dan sudah banyak diterapkan dalam dunia pendidikan
di Indonesia, termasuk dalam segala tingkatan sekolah.

Setiap teori pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut


kekurangan dari teori kognitif:
1. Pada teori kognitif ini lebih menekankan daya ingat peserta didik.
Sehingga kelemahan yang terjadi disini adalah selalu menganggap semua
peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak
dibeda-bedakan
2. Adakalanya metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengembangkan pengetahuannya, karena pada dasarnya masing-masing
peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda
3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya terhadap materi
4. Untuk sekolah kejuruan, siswa akan kesulitan dalam praktek kegiatan dan
materi jika hanya menerapkan teori ini.

D. Aplikasi Teori Kognitif pada Sekolah Dasar


Teori belajar kognitif memandang bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Akan tetapi siswa
harus aktif secara mental dan fisik membangun struktur kognitif
pengetahuannya berdasarkan tingkat kematangan kognitif yang dimilikinya.
Aktivitas secara fisik pada siswa berarti secara aktif membangun konsep
pengetahuannya melalui aktivitas pengalaman fisik secara konkret.

xvii
Berbicara mengenai guru, guru memegang peranan penting. Menurut
Zuliana (2019), hamper semua inovasi Pendidikan, seperti pembaruan
kurikulum dan penerapan metode pengajaran baru, bergantung pada guru.
Guru harus secara sadar mampu menggunakan teori belajar yang aplikatif,
yang merupakan salah satu upaya yang dapat membantu guru meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Ketika pembelajaran berlangsung, beberapa guru mengaplikasikan strategi
pembelajaran konvensional melalui ceramah tanpa melibatkan para siswa. Di
samping itu, yang diajarkan oleh guru adalah langsung kepada contoh tanpa
mendahulukan pemahaman konsep. Sehingga, dalam proses latihan soal,
apabila soal yang hendak dikerjakan berbeda dengan apa yang dicontohkan
oleh guru, siswa tidak mampu menyelesaikan soal bersangkutan.
Teori ini merupakan teori yang menekankan pada proses belajar, dimana
siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Oleh sebab itu, ada beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan oleh
guru terkait pelaksanaan pembelajaran berdasarkan teori kognitif. Hal-hal
yang penting diperhatikan dalam teori belajar kognitif menurut adanya
integrasi pengetahuan struktur kognitif siswa sebelumnya dengan pengalaman
baru sebagai proses belajar siswa. Oleh karena itu, ada beberapa
pembelajaran dalam pandangan kognitif antara lain:
1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing
4. Berikan peluang agar anak dapat belajar sesuai tahap perkembangannya

xviii
5. Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya
6. Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu
dari sederhan ke kompleks
7. Guru harus menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan adanya
keterlibatan aktif siswa dengan inisiatif dalam dirinya sendiri.
8. Guru menciptakan pembelajaran yabg bermakna
9. Guru harus peduli terhadap kecepatan dan tingkat perkembangan kognitif
masing-masing siswa dalam melaksanakan suatu pembelajaran sehingga
masing-masing siswa dapat belajar secara optimal
10. Guru harus peduli terhadap metode atau proses pemikiran anak hingga
diperolehnya suatu hasil pemikiran dalam dirinya.

Menurut Sugihartono (2007) proses pembelajaran dan Pendidikan


dalam pandangan teori belajar kognitif menekankan pada tercapainya
beberapa tujuan pembelajaran dan Pendidikan itu sendiri di antaranya:
1. Menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa agar terjadi proses konstruksi
pengetahuan oleh siswa sendiri dalam belajar
Teori ini juga meyakini bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik apabila materi pelajaran yang diberikan secara berkesinambungan
dan beradaptasi dengan tepat dengan struktur yang telah dimiliki siswa
sebelumnya. Guru bukanlah sumber pembelajaran utama dan bukan
kepatuhan siswa yang akan dituntut dalam teori ini, melainkan refeksi
mengenai apa yang dilakukan siswa mengenai yang diperintahkan dan
dilakukan oleh guru.
Evaluasi dalam teori belajar kognitif bukanlah bertumpu pada
hasil, tetapi pada seberapa suskes siswa mengorganisasi pengalaman
belajar yang didapatnya. Selain Piaget, peneliti yang mengembangkan
macam-macam teori belajar kognitif yaitu Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Masing-masing peneliti menekankan pada aspek yang berbeda. Ausubel

xix
menekankan aspek pengelolaan atau organizer yang merupakan pengaruh
utama terhadap belajar. Bruner memfokuskan pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban bagaimana siswa dapat
memperoleh informasi dari lingkungan.

xx
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kognitivistik memberikan pemahaman yang kuat tentang bagaimana


manusia memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Teori ini menekankan
pada peran pemrosesan informasi dalam pembelajaran dan menganggap
bahwa pengalaman serta pemikiran manusia sebagai faktor penting dalam
pembentukan pengetahuan. dalam konteks pendidikan, teori kognitivistik
memberikan pedoman bagi pendidik untuk merancang pengalaman belajar
yang menarik dan efektif, serta mengoptimalkan pemrosesan informasi dalam
pikiran peserta didik.

Teori kognitivisme menganggap bahwa proses pemrosesan informasi pada


pikiran manusia menjadi faktor utama dalam pembelajaran. Teori ini
menekankan pentingnya memahami konsep, masalah, dan pengalaman dalam
pembelajaran serta pembelajaran yang dipimpin oleh individu. Pemahaman
karakteristik dari teori kognitivisme dapat membantu pendidik merancang
pengalaman pembelajaran yang efektif dan memahami bagaimana individu
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Para ahli mengakui bahwa teori kognitivistik memberikan pandangan yang


kuat tentang bagaimana manusia memproses informasi dan membangun
pengetahuan. Para ahli juga menekankan pentingnya memahami
perkembangan kognitif individu, mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sudah ada, dan mempertimbangkan peran sosial dalam
pembelajaran. Pemahaman ini dapat membantu pendidik merancang
pengalaman belajar yang efektif dan menyesuaikan strategi pembelajaran
dengan kebutuhan individu.

Pengaplikasian teori kognitivistik dapat membantu guru di sekolah dasar


merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan
kognitif anak dan memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Pendidik dapat

xxi
memanfaatkan teknologi pendidikan, pengajaran berbasis masalah, dan
metode-metode lain yang sesuai dengan prinsip-prinsip kognitivistik untuk
membantu anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif dan akademik
mereka secara efektif.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Nyanyu Khodijah. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

H. Baharuddin, Dr. Esa Nur Wahyuni. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Trianingsih, R. (2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar. Al


Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI

Ina Magdalena. 2021. Psikologi Pendidikan Sekolah Dasar. Sukabumi: CV Jejak

Agmarina Bella Agustin, dkk. 2019. Teori-Teori Pembelajaran Dalam


Pendidikan. Yogyakarta: Jejak Pustaka

Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Utami Pratiwi. 2020. Psikologi Pendidikan Pedoman dan Penerapan dalam


Proses Pembelajaran. Yogyakarta: DIVA Press

M.Thobroni. 2015. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA

Ndoen, E. (2022). Aplikasi Teori Jerome Brunner dalam Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa pada Pembelajaran Geometri Matematika Kelas III SD. Jurnal
Inovasi Penelitian, 2(8), 2391-2400.

Nurhadi. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran Kognitivistik. Program Magister


Pasca Sarjana (Pps) Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Sutan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Wiradintana, R. (2018). Revolusi Kognitif Melalui Penerapan Pembelajaran Teori


Bruner dalam Menyempurnakan Pendekatan Perilaku (Behavioural Approach).
Oikos: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Ekonomi, 2(1), 47-51.

xxiii
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam Pembelajaran.
EDISI, 2(1), 77-95.3(2), 197-211.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai