Lokal/Semester:
B5 Reguler/II
Dosen Pengampu:
H. Mulyadi, M. Pd
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
Psikologi Pendidikan dengan judul Pandangan Psikologi Kognitif Tentang Belajar dapat
selesai.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas semester 2 dari Bapak H. Mulyadi, M. Pd pada
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang Bagaimana Pandangan Psikologi Kognitif Tentang Belajar.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak H. Mulyadi, M. Pd selaku Dosen
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada teman-teman yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, dan untuk memahami
proses pembelajaran yang efektif, psikologi pendidikan menjadi disiplin ilmu yang relevan.
Dalam psikologi pendidikan, terdapat berbagai teori yang berusaha menjelaskan bagaimana
individu memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan mereka.
Salah satu teori yang sangat signifikan dalam psikologi pendidikan adalah Teori Belajar
Kognitif. Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman,
perhatian, menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir, keyakinan dan sebaganya.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan
respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yangsangatkompleks. Belajar
melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan
lewat pengalaman sendiri. Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa
ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai
belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan
stimulus-respons reinforcement.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, Berikut adalah Rumusan Masalah dalam Makalah
yakni sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Psikologi kognitif?
2. Bagaimana Teori Belajar Kognitif menurut para ahli?
3. Bagaimana Implementasi Teori kognitif di kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penulisan
Dari Latar Belakang tersebut, di temukan Tujuan Penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikologi kognitif
2. Untuk mengetahui apa saja teori belajar kognitif menurut para ahli
3. Untuk mengetahui Implementasi Teori kognitif di kehidupan sehari-hari
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Secara Umum Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang
hidup, terutama tingkah laku manusia. Psikologi berasal dari Bahasa Yunani psyche yang
artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya. Namun para ahli juga berbeda pendapat tentang arti psikologi itu
sendiri. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa. Tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau perilaku manusia
(Walgito, 2010:6). Psikologi adalah ilmu terapan yang mempelajari perilaku manusia dan
fungsi mental ilmiah. Psikolog (ahli psikologi) mencoba untuk mempelajari peran fungsi
mental dalam perilaku individu dan kelompok, serta belajar tentang proses fisiologis dan
neurobiologis yang mendasari perilaku.
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada
cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan
pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari
sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar
dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan
mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat.
Istilah "Cognitif" berasal dari kata "Cognition" yang padanannya "Knowing", berarti
mengetahui. Berdasarkan akar teori yang dibangun oleh Piaget, beberapa penulis
mendefinisikan mengetahui dengan istilah yang berbeda, tetapi memiliki arti yang sama, yaitu
aktivitas mental mengetahui dan mengetahui dunia. Menurut Chaplin, istilah kognitif adalah
salah satu bidang atau wilayah/wilayah psikologi manusia, yang meliputi perilaku mental yang
berkaitan dengan pemahaman, perhatian, pemrosesan informasi, pemecahan masalah, niat dan
2
keyakinan. Ranah kognitif juga memiliki keterkaitan dengan konasi (kehendak) dan cinta
(feeling), yang berkaitan dengan domain sensorik.
Istilah "cognitive of theory learning" yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan
bahwa belajar adalah merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental). Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Teori belajar kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, bersambung dan menyeluruh ( Siregar & Hartini, 2010).
Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai usaha untuk mangerti sesuatu. Usaha
itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman,
mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempratekkan sesuatu
untuk mencapai tujuan tertentu. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan
yang baru.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya
secara terpisah- pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Ciri-ciri teori belajar kognitif adalah:
1. Mementingkan apa yang ada pada diri si belajar (nativistic).
2. Mementingkan keseluruhan (wholistic).
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif.
3
4. Mementingkan keseimbangan dalam diri pelajar (dynamic equilibrium).
5. Mementingkan kondisi yang ada pada waktu kini (sekarang).
6. Mementingkan pembentukan struktur kognitif.
7. Dalam pemecahan masalah, ciri khasnya adalah insight.
4
perspektif, yakni:
proses fundamental yang terjadi dalam interaksi dengan lingkungan
cara bagaimana pengetahuan disusun
perbedaan kualitas berpikir pada berbagai tahap perkembangannya.
Cara bagaimana pengetahuan tersusun adalah diperoleh melalui pengalaman fisik dan
pengalaman logis matematis. Penyusunan pengetahuan melalui pengalaman fisik terjadi
ketika berinteraksi dengan lingkungan. Individu mengabstraksikan ciri-ciri fisik yang
inheren pada objek yang kemudian disebut pengetahuan eksogen. Proses belajar hendaknya
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik agar ia dapat
mengorganisasikan perolehannya secara sistematis dalam kerangka berpikirnya untuk
kepentingan jangka panjang. Proses belajar yang tidak memperhatikan tahap perkembangan
kognitif justru akan membingungkan peserta didik. Selanjutnya Piaget menjelaskan bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan
atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan
mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses
belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi). Setiap individu menurut Piaget
mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual, yaitu:
1. Tingkat Sensori Motor, Tingkat sensori motor menempati dua tahun pertama dalam
kehidupan. Selama periode ini anak mengatur alamnya dengan inderainderanya
(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu
lahir, seperti konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang, dan terinkorporasi ke dalam
pola-pola perilaku anak.
2. Tingkat Pra-operasional, Periode ini disebut pra-operasional, karena pada usia ini anak
belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah dikemukakan
terdahulu, yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra-operasional terdiri
dari dua tingkat, yakni tingkat pra-logis dan tingkat berpikir intuitif. Tingkat pra-logis
penalaran anak disebut transduktif, yaitu penalaran anak bergerak dari khusus ke khusus
tanpa menyentuh yang umum. Contoh penalaran transduktif, suatu malam anak belum
bisa tidur. Anak berkata pada ibunya: “saya belum tidur, jadi hari belum malam”.
5
Tingkat berpikir intuitif, artinya anak ini belum memiliki kemampuan memecahkan
masalah melainkan menggunakan penalaran intuitif.
4. Operasi Formal, Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya
untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak dalam proses
berpikir adalah anak memiliki kemampuan berpikir abstrak.
Pada hakikatnya, teori belajar kognitif adalah mementingkan proses belajar daripada
hasil belajarnya. Teori ini menyatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori
kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori kognitif berpandangan belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks.
6
2. Teori Belajar menurut J. Bruner
Bruner dalam memandang proses belajar, menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Bruner dalam teorinya free discovery learning,
menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Perkembangan
kognitif seseorang menurut Bruner dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (1977) menjelaskan bahwa pembentukan
konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang
menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurut Bruner, pembelajaran yang selama
ini diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis,
kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat
penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik
untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan
akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
7
memecahkan masalah. Sikap merupakan kapabilitas untuk menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Ada lima kapabilitas belajar, yaitu:
Keterampilan Intelektual, Belajar keterampilan intelektual sudah dimulai sejak sekolah
dasar (SD). Secara berurutan keterampilan intelektual ini dimulai dari diskriminasi,
konsep-konsep konkret, konsep-konsep terdefinisi, aturanaturan tingkat tinggi
(komplek), dan pemecahan masalah.
Strategi Kognitif, Strategi kognitif adalah proses internal yang digunakan siswa untuk
memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan
berpikir.
Informasi Verbal, Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal; menurut teori,
pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi. Nama lain untuk
pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai
hasil belajar di sekolah, dan juga kata-kata yang diucapkan orang, dari pembaca radio,
televisi, dan media lain-lainnya. Informasi ini tertuju pada mengetahui apa.
Sikap-sikap, Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian kejadian, makhluk-
makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap
orang lain. Karena itu Gagne dan Briggs (1979) juga memperhatikan bagaimana siswa-
siswa memperoleh sikap-sikap sosial ini.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk Mendapatkan hasil
belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar Kognitif menurut teori gestalt
dalam proses pembelajaran:
1. Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman Mengamati. Dalam
proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki Kemampuan tilikan yaitu mengenal
keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau Peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang
bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam Proses pembelajaran. Hal
ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta Dalam menangani suatu masalah. Jadi,
8
hal-hal yang dipelajari para peserta Didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses Kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior), suatu perilaku akan terarah pada Tujuan. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik Mengerti tujuan yang ingin
dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu Para peserta didik untuk memahami
arah dan tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan Tempat
dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya Berhubungan dengan
situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
5. Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam Situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan Jalan melepaskan
pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat.
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta Didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok dari suatu persoalan dan Menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan
dalam memecahkan Masalah pada situasi lain.
Penerapan prinsip teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam pembelajaran Meliputi:
1. Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan Sebagai
pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Pemecahan keseluruhan Aktivitas menjadi
bagian-bagian yang terpisah menyebabkan peserta didik Tidak mampu mengaitkan
bagian-bagian tersebut. Untuk itu, siswa atau atlet Harus mampu mempersatukan bagian
menjadi sebuah unit yang terpadu.
2. Tugas utama dari guru atau pelatih adalah untuk memaksimalkan transfer dari Latihan di
antara berbagai kegiatan. Pola umum atau konfigurasi perlu untuk Mempermulus
terjadinya transfer di antara berbagai kegiatan.
3. Penggunaan faktor insight untuk memecahkan masalah. Pemberian contoh Pada siswa
akan membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu Masalah. Sehingga dia
mampu menyelesaikannya.
4. Pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu keseluruhan. Penting
bagi peragaan keterampilan yang efektif. Jadi peserta didik harus Mampu memahami
tiap-tiap bagian dan keterkaitannya secara keseluruhan. Salah satu kelemahan dalam
proses pengajaran adalah soal kegagalan guru Dalam menyampaikan informasi yang
menuntut peserta didik memperoleh Pemahaman yang mendalam tentang kaitan antara
bagian-bagian di dalam Konteks keseluruhan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang
artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya. Sedangkan Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu
pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan
pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan
layanan konseling serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta
didik dan pendidik.
Adapun teori-teori yang dapat dikelompokkan ke dalam teori belajar kognitif yaitu:
1) Teori belajar Jean Piaget, menunjukkan bahwa kecerdasan anak berkembang seiring
dengan pertumbuhan mereka. Setiap individu menurut Piaget mengalami tingkat-
tingkat perkembangan intelektual, yaitu mulai: (1) tingkat sensori motor; (2) tingkat
pra-operasional: (3) tingkat operasional konkret; sampai dengan (4) tingkat operasi
formal.
2) Teori belajar J. Bruner, menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah
laku seseorang. Menurutnya, cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan (discovery learning).
10
3) Teori belajar Robert M. Gagne, menyatakan belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Seseorang dengan belajar akan memperoleh keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai. Semua ini merupakan tingkah laku sebagai hasil belajar yang disebut
dengan kapabilitas. Untuk mewujudkan kapabilitas tersebut, selama proses
pembelajaran harus dilalui tiga tahap. Tahapan yang dimaksud adalah: (1) persiapan
belajar; (2) pemerolehan; dan (3) alih belajar.
Berikut implikasi teori belajar Kognitif menurut teori gestalt dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1. Pengalaman tilikan (insight);
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior),
4. Prinsip ruang hidup (life space);
5. Transfer dalam belajar;
B. Saran
Diharapkan dengan pemahaman yang mendalam tentang Teori Belajar Kognitif,
pembaca dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip ini dalam praktek pendidikan, baik di
dalam kelas maupun dalam pengembangan kurikulum sehingga tercipta kenyamanan
dan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Helmy, Abdullah. 2011. "Teori Belajar Kognitif dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Bahasa." Jurnal Linguistik Terapan, 1(2).
Hidayah, Nur dkk. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Munawaroh, Isniatun. 2021. Modul Belajar Mandiri Calon Guru PPPK Pedagogi.
Jakarta: Tim GTK DIKDAS
Ramadanti, Magfirah, Cici Patda Sary, dan Suarni. 2022. "Psikologi Kognitif (Suatu
Kajian Proses Mental dan Pikiran Manusia)." al-Din:Jurnal Dakwah dan Sosial
Keagamaan, 8(1).
Wisman, Yossita. 2020. "Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran." Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1).
12