Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR DALAM KELOMPOK KOGNITIF

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Mitta Kurniasari, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Sinta Sukma Dewi 18108241016
2. Alisa Hikma Rosida 18108241032
3. Resta Al Mega 18108241133
4. Shelina Syalmadia Aji 18108241139

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan tugas mata kuliah “Psikologi
Pendidikan”. Dalam tugas mata kuliah ini kami akan membahas mengenai “Teori
Belajar dalam Kelompok Kognitif”. Kami berharap makalah ini dapat menambah
wawasan kepada kita semua, terutama wawasan mengenai teori belajar kognitif.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
serta melancarkan tersusunnya tugas mata kuliah ini. Mudah-mudahan ini semua
bisa menjadi suatu amal baik bagi penyusun maupun pembaca.
Selanjutnya, apabila dalam tugas ini terdapat kesalahan dari susunan
kalimat maupun dalam penulisan, kami mohon maaf dan selalu terbuka menerima
masukan, kritikan serta mengharapkan saran dari rekan-rekan khususnya dari
dosen pengampu. Tentunya kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan untuk tugas berikutnya.

Yogyakarta, 24 September 2019

Tim Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. I

KATA PENGANTAR.................................................................................... II

DAFTAR ISI .................................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif....................................................... 3


B. Tokoh-tokoh Pemikir Teori Belajar Kognitif......................................3
C. Macam-macam Teori Belajar Kognitif .............................................. 8
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ........................ 11
E. Prinsip Teori Belajar Kognitif .......................................................... 13
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif............................ 14
G. Implementasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran............................. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 18

B. Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................19

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk


membantu peserta didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial,
fisik, dan spiritual. Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi
yang mendeskripsikan tujuan dan pengetahuan yang diperlukan. Hal ini
adalah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada
dua perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit
demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori
pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu
praktek pendidikan.
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian
dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka
subsistemnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem
harus memiliki titik temu dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat
mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi, perubahan sistemik yang
terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada
subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori pembelajaran harus diikuti
oleh perubahan paradigma pembelajaran.
Alur berpikir di atas terbangun dari sejarah perkembangan teori
pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan
teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori
pembelajaran yang telah muncul dan berkembang. Namun, teori
pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna,
hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi
kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang
dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah
teori behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu
sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
2. Siapa saja tokoh-tokoh pemikir teori belajar kognitif?
3. Apa saja macam-macam teori belajar kognitif?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif?
5. Apa saja prinsip dari teori belajar kognitif?
6. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
7. Bagaimana implementasi teori kognitif dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian teori belajar kognitif
2. Mengetahui tokoh-tokoh pemikir teori belajar kognitif
3. Mengetahui macam-macam teori belajar kognitif
4. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
5. Mengetahui prinsip dari teori belajar kognitif
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitif
7. Mengetahui bagaimana implementasi teori kognitif dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Kognitif berasal dari bahasa Inggris “Cognitive” yang mempunyai arti
mengerti atau pengertian. Arti secara luas bahwa cognition adalah perolehan
pengetahuan, penataan dan penggunaannya. Ada juga yang mengartikan bahwa
kognitif sebagai kemampuan untuk mengembangkan rasional (akal).
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang
individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan secara terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir
dan menyeluruh. Ibarat seseorang yang memainkan alat musik, orang tidak akan
bisa alat memainkan musik tanpa memahami terlebih not-not balok yang
terpampang pada portitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri,
tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk pikiran dan perasaannya.
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan, maka teori belajar kognitif
lebih menitikberatkan pada proses belajar dari pada hasil belajarnya. Pengertian
belajar menurut teori kognitif merupakan perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Pengertian ini dapat diartikan bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran beradaptasi dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

B. Tokoh-tokoh Pemikir Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif melahirkan teori-teori baru dalam dunia pendidikan,
seperti konstruktivistik, sosial konstruktivistik, discovery learning, belajar
bermakna, dan lain-lain.

3
Berikut ini adalah tokoh-tokoh pemikir pada teori belajar kognitif :
1. Jean Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika,


yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan
sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan
semakin kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat.
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun
1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget
menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan
dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara
kualitatif.

Menurut penelitiannya, tahap-tahap perkembangan individu pribadi serta


perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dalam
teorinya, Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar.
Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Anak tidak berinteraksi
dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian
dari kelompok sosial. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan
penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam.

Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:

a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai memanfaatkan memori dan cara berpikir. Mereka
mulai menyadari benda-benda bergerak dan benda berbunyi.

b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mampu mengembangkan bahasa dan dapat
berpikir dalam bentuk simbolik.

4
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai dapat memecahkan masalah konkret.

d. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai mampu memecahkan masalah abstrak dengan cara
yang logis dan dapat berpikir lebih ilmiah.

Keempat tahap tersebut dialami oleh setiap individu seiring dengan proses
perkembangannya, di mana dalam setiap tahap, individu mengalami suatu proses
belajar sesuai dengan usianya. Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri
dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi :

a. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang


sudah ada dalam benak siswa.

b. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

c. Equilibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan


akomodasi.

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai
hal dari lingkungan.

2. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari


diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Ausubel seorang psikologis kognitif, ia
mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi
mengajarnya. Sebagai contoh pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika

5
murid hanya disuruh menghafal formula-formula tanpa mengetahui arti
formula-formula itu. Sebaliknya, bisa lebih bermakna jika murid diajari fungsi
dan arti dari formula-formula tersebut. Dalam aplikasinya, teori Ausubel ini
menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke khusus).

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan” (advance organizer) didefenisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep
atau informasi umum mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa. Ada tiga manfaat dari “advance organizer” ini, yaitu :

a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang


akan dipelajari;

b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang


sedang dipejari siswa saat ini dan dengan apa yang akan dipelajari;

c. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan secara lebih mudah.

3. Brunner

Menurut teori discovery learning, proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan sebagainya), melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupan. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara
induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep
kejujuran, misalnya siswa tidak semata-mata menghafal definisi kata kejujuran
tersebut melainkan dengan mempelajari contoh-contohnya yang konkret tentang
kejujuran, dan dari contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata
kejujuran. Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya.

Teori belajar Brunner ini dalam aplikasinya sangat membebaskan siswa untuk
belajar sendiri. Karena itulah teori Brunner ini dianggap sangat cenderung bersifat

6
discovery (belajar dengan cara menemukan). Di samping itu, karena teori Brunner
ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang
ini lazim disebut sebagai kurikulum spiral Brunner.

Kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pembelajaran tahap


demi tahap dari yang sederhana ke yang kompleks, di mana suatu materi yang
sebelumnya sudah diberikan, suatu saat muncul kembali, secara terintegrasi, di
dalam suatu materi baru yang lebih kempleks. Dalam teori belajar, Brunner juga
berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa
dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini
Brunner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah :

a. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau


pengalaman baru;

b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis


pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain;

c. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua
tadi benar atau tidak.

Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Brunner dapat disimpulkan bahwa


dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi.
Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.

4. Gestalt

Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut


teori Gestalt belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan.
Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar itu bersifat
mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori
Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah

7
laku. Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian
pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang
terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight.

Teori belajar Gestalt lebih menekankan pada persepsi. Karena itu,


prinsip-prinsip atau hukum-hukum yanga ada pada Gestalt pada umumnya
menyangkut persepsi. Adapun teori-teori Gestalt antara lain :

a. Belajar berdasarkan keseluruhan

b. Belajar adalah suatu proses perkembangan

c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan

d. Terjadi transfer

e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman

f. Belajar harus dengan insight

g. Belejar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan

h. Belajar berlangsung secara terus-menerus

C. Macam-macam Teori Kognitif


Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana otak manusia, yang
merupakan jaringan paling hebat untuk memproses dan mengintepretasikan
informasi yang digunakan oleh manusia pada saat mempelajari berbagai hal.
Secara umum, teori belajar kognitif dapat dibagi dalam 2 bagian besar yang lebih
spesifik, yaitu teori kognitif sosial dan teori kognitif behavioral atau perilaku.

Pada saat kita mendengar kata belajar, maka yang biasanya kita maksud
adalah “melakukan proses pemikiran dengan menggunakan otak”. Konsep yang
paling mendasar dari belajar ini merupakan pandangan yang paling utama dari
teori belajar kognitif. Teori ini sendiri telah banyak digunakan untuk menjelaskan
berbagai proses mental yang memberikan pengaruh dan mempengaruhi berbagai

8
faktor. Faktor intrinsik dan ekstrinsik nantinya akan mempengaruhi proses belajar
dari suatu individu.

Teori belajar kognitif menunjukkan bahwa dengan berbagai proses


berbeda yang berhubungan, proses belajar dapat dijelaskan dengan pertama
melakukan analisa secara mendalam terhadap bermacam proses mental yang
terjadi. Selain itu, teori belajar kognitif juga menganjurkan bahwa dengan proses
kognitif yang efektif maka proses belajar akan menjadi lebih mudah dan informasi
baru akan dapat disimpan dalam ingatan untuk waktu yang sangat lama.

Di sisi lain, proses kogntif yang tidak efektif akan menimbulkan berbagai
kesulitan dalam proses belajar yang akan dapat dilihat dalam kehidupan suatu
individu. Berikut ini merupakan macam-macam teori belajar kognitif :

1. Teori Kognitif Sosial

Dalam teori kognitif sosial ini ada 3 variabel yang harus dipertimbangkan, yaitu :

a. Faktor perilaku.
b. Faktor lingkungan atau disebut juga faktor ekstrinsik.
c. Faktor personal atau dikenal juga sebagai faktor intrinsik.
Tiga variabel dalam teori kognitif sosial ini dapat dikatakan saling
berkaitan satu dengan lainnya. Ketiganya merupakan variabel yang secara
bersama-sama membantu proses belajar untuk terjadi. Suatu pengalaman individu
akan bergabung dengan berbagai macam determinan yang menentukan perilaku
serta faktor lingkungan.

Dalam interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, keyakinan


manusia, ide dan kompetensi kognitif akan dimodifikasi dan diubah oleh berbagai
faktor eksternal. Contoh faktor eksternal ini misalnya adalah orang tua yang
memberikan dukungan, lingkungan yang penuh dengan stress, atau bisa juga
seperti udara yang panas dan berdebu atau iklim yang dingin.

9
Dalam interaksi antara seseorang dengan perilaku, proses kognitif
seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Demikian pula halnya adalah kinerja
dari perilaku tersebut akan mengubah bagaimana cara seseorang berpikir. Faktor
eksternal dapat mengubah bagaimana seseorang berperilaku. Begitu sebaliknya,
perilaku seseorang juga dapat mempengaruhi dan memberikan perubahan
terhadap lingkungan yang berada di sekitarnya.

Model ini secara jelas mengimplikasikan bahwa agar proses belajar yang
efektif dan mendorong ke arah yang positif dapat terjadi, maka suatu individu
seharusnya memiliki karakteristik personal yang bersifat positif, menunjukkan
perilaku yang semestinya dan juga berada di dalam lingkungan yang memberikan
dukungan.

Sebagai tambahannya, teori kognitif sosial menyebutkan bahwa


pengalaman baru harus dievaluasi oleh suatu individu yang berada dalam tahap
belajar dengan menggunakan metode untuk melakukan analisa perbandingan
terhadap pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Perlu diingat bahwa
pengalaman yang pernah dialami sebelumnya yang digunakan dalam analisa ini
harus memiliki determinan yang sama. Oleh karena itu, maka menurut teori
kognitif sosial, proses pembelajaran sendiri merupakan hasil dari evaluasi yang
seksama dan mendalam terhadap pengalaman yang dialami sekarang ini
dibandingkan dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya. Teori kognitif
sosial memiliki beberapa konsep dasar. Konsep dasar yang diusung oleh teori
kognitif sosial ini tidak hanya dapat dilihat pada individu yang telah dewasa,
namun dapat juga diamati pada bayi, anak anak dan remaja.

Konsep dasar dalam teori kognitif sosial adalah:

a. Pembelajaran dengan Observasi


b. Reproduksi
c. Kemajuan diri
d. Penanganan emosional
e. Kemampuan mengatur diri sendiri

10
2. Teori Kognitif Behavioral atau Perilaku

Pada dasarnya teori kognitif perilaku ini menjelaskan tentang peranan dan
pengaruh dari kognisi atau mengetahui dalam menentukan dan memperkirakan
tentang pola tingkah laku dari suatu individu. Teori kognitif behavioral
mengatakan bahwa para individu cenderung untuk membentuk suatu konsep
pribadi yang akan memberikan pengaruh terhadap tingkah laku yang mereka
tunjukkan. Konsep-konsep ini dapat bersifat positif dan negatif. Selain itu,
berbagai macam konsep ini juga dapat mempengaruhi lingkungan di mana
seseorang berada.

D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak


usia dini yang perlu dipahami dengan baik agar sebagai orang tua dan guru dapat
mengantisipasi jika nampak hambatan dalam perkembangan kognitifnya. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif memiliki peran yang besar bagi anak serta
orang tua maupun guru untuk mengetahui apakah faktor yang menyebabkan seorang
anak mengalami perkembangan kognitif yang sesuai dengan harapan, perkembangan
kognitif yang berjalan sangat cepat, maupun perkembangan kognitif yang yang
berjalan lambat pada anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dijelaskan


antara lain sebagai berikut:

1. Faktor hereditas atau keturunan


Diungkapkan bahwa taraf intelegensi seorang anak sudah ditentukan
sejak anak tersebut dilahirkan.
2. Faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dimana
tempat ia berada.

11
3. Kematangan
Tiap organ tubuh manusia, baik fisik maupun psikis dapat dikatakan
telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
4. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri anak yang mempengaruhi
perkembangan intelegensinya.
5. Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan, sedangkan
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
6. Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai kebebasan manusia dalam berpikir.

Sedangkan menurut Piaget, pertumbuhan mental mengandung dua


macam proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah
perubahan struktur, sedangkan belajar adalah perubahan isi. Proses
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Hereditas
Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir
untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu, hereditas akan
mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahun-tahun mendatang.
2. Pengalaman
Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar
perkembangan struktur kognitif dalam hal ini sering kali disebut
sebagai pengalaman fisis dan logika matematis.
3. Transmisi Sosial
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya
terhadap pola berpikir anak.

12
4. Equilibrasi
Equilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu
akan terdapat proses equilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor tadi,
yaitu hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan


bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
pada anak. Hal tersebut tidak dapat diabaikan oleh orang tua serta guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat menjadi
dasar untuk mengetahui sebab dimana terdapat anak yang
memiliki perkembangan yang cepat ataupun lambat.

E. Prinsip Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar memiliki prinsip masing-masing yang ditekankan. Pada


umumnya Prinsip teori belajar kognitif antara lain sebagai berikut:

1. Proses lebih penting daripada hasil.


2. Disebut juga sebagai model perseptual.
3. Persepsi menentukan tingkah laku seseorang serta pemahaman terhadap
situasi berhubungan dengan tujuan belajar.
4. Perubahan persepsi merupakan proses pembelajaran yang kadang tidak
namak dalam bentuk tingkah laku.
5. Situasi belajar atau materi pelajaran yang dipisah-pisah menjadi
komponen-komponen kecil atau dipisah-pisah akan menghilangkan
makna.
6. Belajar adalah merupakan proses internal yang terdiri dari perolehan
informasi, ingatan, pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
7. Belajar juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks.
8. Dalam penerapannya dalam pembelajaran teori belajar ini tampak pada
tahap-tahap perkembangan (J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), dan
Pemahaman Konsep (Brunner)

13
9. Keterlibatan dan keaktifan peserta didik sangat penting dalam
pembelajaran.
10. Materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun dengan pola mulai dari
yang sederhana sampai ke yang kompleks.
11. Keberagaman individu peserta didik perlu diperhatikan, karena sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya.

F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif

1. Kelebihan dari teori belajar kognitif

Setiap dari teori belajar pastilah memiliki kelebihan dan


kekurangan, apalagi dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Kelebihan dan kekurangan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli
akan saling melengkapi satu sama lain agar menjadi sempurna suatu
pembelajaran itu. Berikut ini adalah kelebihan dari teori belajar kognitif:

a) Pada metode pembelajaran kognitif, pendidik hanya perlu memberikan


dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan
kelanjutannya diserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu
memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
b) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.
c) Menurut para ahli, kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang
sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik

14
harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau
menginovasikan hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
d) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.
e) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
2. Kekurangan Teori Pembelajaran Kognitif
Selain memiliki kelebihan, teori pembelajaran kognitif juga memiliki
kelemahan atau kekurangan, yaitu:
a) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan
ingatan peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah
selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan
daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
b) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta
didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan
cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya
masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
c) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka
dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan.
d) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan
dalam praktek kegiatan atau materi.
e) Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang
telah diterimanya.

G. Implementasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran

Menurut teori belajar kognitif, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu


saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara

15
mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif
yang dimilikinya. Proses pembelajaran siswa merupakan pembentukan
lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
atau prinsip-prinsip siswa berdasarkan kemampuannya sendiri melalui proses
internalisasi.

Menurut Piaget, implementasi teori kognitif dalam pembelajaran yaitu :

1. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang
sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika
guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk
sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam
posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.

2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan


aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, pengajaran pengetahuan jadi
(ready mode knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan


perkembangan. Teori kognitif mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu yang
berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan
upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri dari
individu-individu ke dalam kelompok-kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam kelompok klasikal.

4. Mengutamakan peran siswa saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran


gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.
Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat disimulasikan.

Implementasi teori kognitif menurut Gestalt terhadap proses pembelajaran adalah:

16
1. Pengalaman tilikan (insight), dalam proses pembelajaran sebaiknya para
peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara keseluruhan.
Untuk itu perlu ada bantuan dari guru dalam mengembangkan kemampuan
tersebut melalui kemampuan dalam memecahkan masalah dengan dilihat dari
berbagai sudut pandang.
2. Pembelajaran bermakna (meaningful learning), dalam proses pembelajaran
hendaknya selalu dihubungkan dengan peristiwa atau objek yang pernah atau
sering dialami siswa, sehingga dalam proses pemecahan masalah akan lebih
memberikan kemudahan kepada siswa untuk mencari solusinya, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Perilaku bertujuan (purposive behavior), dalam proses pembelajaran
sebaiknya siswa mengetahui tujuan mereka mempelajari suatu materi agar
proses pembelajaran menjadi efektif, karena memudahkan guru menggiring
siswa ke arah pencapaian tujuan tersebut. Untuk itu, pada awal proses
pembelajaran sebaiknya guru mengemukakan tujuan pembelajaran agar siswa
mengetahui arah capaian pembelajaran tersebut.
4. Prinsip ruang hidup (life space), dalam proses pembelajaran sebaiknya guru
selalu menghubungkan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan
kebutuhan lingkungan. Materi pelajaran yang disampaikan hendaknya
memiliki padanan dan kaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di
lingkungannya.
5. Transfer dalam pembelajaran (transfer of knowledge), dalam proses
pembelajaran sebaiknya guru membantu siswa untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang akan diajarkannya, tujuannya agar
siswa dapat menerapkannya dalam situasi-situasi lain yang mungkin berbeda
sifatnya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami bahas kami dapat menyimpulkan bahwa
teori belajar kognitif lebih menitikberatkan pada proses belajar, bukan pada
hasil belajarnya. Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tetapi secara menyeluruh.
Ada beberapa tokoh pemikir teori belajar kognitif, yaitu Jean Piaget,
Ausubel, Brunner, dan Gestalt. Secara umum, ada dua macam teori kognitif,
yaitu teori kognitif sosial dan teori kognitif behavioral atau perilaku. Teori
kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor hereditas
(keturunan), kematangan, lingkungan, kebebasan, minat bakat, dan
pembentukan. Teori belajar kognitif ini perlu diterapkan oleh seorang guru
dalam pembelajaran, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.

B. Saran
Dalam pembelajaran kognitif, kita dapat membangun dan membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman
terhadap suatu objek secara rasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, & Wahyuni, E.N. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Ar – Ruzz Media.
Dahar, R.W. 2002. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Maunah, B. 2014. Psikologi Pendidikan. Tulungagung : IAIN Tulungagung Press.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

19

Anda mungkin juga menyukai