Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori Belajar

Dosen pengampu : Amalia Fitriana, M.Pd.

Disusun oleh :

Clarissa Novita Safitriana (200102110016)

Arini Sabila Hikmah (200102110021)

PRODI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
kita harapkan syafaatnya kelak diakhirat nanti. Amiinn.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Amalia Fitriana, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori Belajar ini. Serta tidak lupa
juga bahwasannya di dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan
dalam segi isi maupun dalam segi penulisan isi makalah ini. Sehingga makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. dan kami mengharapkan segala bentuk saran maupun kritik yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Disamping itu, kami sebagai penulis makalah mengharapkan dengan adanya makalah
ini dapat menjadikan sarana pembelajaran yang baru serta dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi semua pihak.

Waassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 07 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 Prinsip-prinsip Perkembangan .................................................................................... 3

2.2 Isu Perkembangan ....................................................................................................... 8

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan............................................................... 9

2.4 Implikasi Psikologi Perkembangan Pada Pendidikan ............................................... 12

BAB III .................................................................................................................................... 16

PENUTUP ............................................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16

3.2 Saran .......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi perkembangan merupakan salah satu ilmu yang membahas bagaimana proses-
proses perkembangan yang berfokus pada kehidupan manusia. Perkembangan yang terjadi
pada manusia dimulai sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan masa tua. Psikologi
perkembangan dipelajari untuk mengetahui tumbuh kembang anak. Tujuan dari ilmu ini agar
guru dapat mengetahui dan dapat menyesuaikan ketika berhadapan dengan peserta didik.

Psikologi perkembangan termasuk bidang studi psikologi yang mempelajari


perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk perilaku seseorang sejak lahir
sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi dan juga berkaitan erat
dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian
khas dari individu tersebut.

Psikologi perkembangan adalah cabang ilmu psikologi yang mernpelajari perkembangan


dan perubahan aspek kejiwaan mulai dilahirkan sampai dengan tutup usia. Terapan dari ilmu
psikologi perkembangan digunakan di berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan,
pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, dan penanganan remaja. Uraian di bawah akan
menjelaskan tentang prinsip-prinsip perkembangan, isu-isu perkembangan, faktor yang
mempengaruhi perkembangan, dan implikasi psikologi perkembangan pada pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip-prinsip dalam perkembangan?
2. Bagaimana isu-isu yang terjadi pada perkembangan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Bagaimana implikasi psikologi perkembangan dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dalam perkembangan.
2. Untuk mengetahui dan memahami isu-isu yang terjadi pada perkembangan
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi perkembangan.

1
4. Untuk mengetahui dan memahami implikasi psikologi perkembangan dalam
pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-prinsip Perkembangan


Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak
berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran
dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ
dalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak memiliki kemampuan yang
lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Adapun perkembangan berkaitan dengan
perubahan kuali-tatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang
teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahnya terarah, membimbing mereka
maju, dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara
perubahan yang sebelum dan sesudahnya.

Menurut Hurlock (1991) prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, ketujuh prinsip ini antara lain:

1) Adanya Perubahan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis, dia akan selalu berubah dan mengalami
perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan ini dapat
menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang
mencolok, yaitu:
• Perubahan ukuran, perubahan fisik yang meliputi: tinggi, berat, organ dalam tubuh,
perubahan mental. Perubahan mental meliputi: memori, penalaran, persepsi, dan
imajinasi.
• Perubahan proporsi, misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh
pada seorang anak.
2) Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya
Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat
terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa
dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang
hidupnya. Terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini, diantaranya :

3
• Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan
anak.
• Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ini tentunya akan berpengaruh
sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak.
• Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah.
• Semakin dini sebuah perubahan dilakukan, maka semakin mudah bagi seorang anak
untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
3) Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh proses kematangan yaitu
terbukanya karateristik yang secara potensial telah ada pada individu yang berasal dari
warisan genetik individu. Misalnya dalam fungsi filogentik (berkaitan dengan
perkembangan evolusi makhluk hidup) yaitu merangkak, duduk kemudian berjalan.
Adapun arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui
belajar ini anak akan memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan.
Hubungan antara kematangan dan hasil belajar ini dapat dicontohkan pada saat
terjadinya masa peka pada seorang anak. Bila pembelajaran ini diberikan pada saat
masa pekanya, maka hasil dari pembelajaran ini akan cepat dikuasai oleh anak,
demikian pula sebaliknya.
4) Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan mengikuti pola
yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa anak
berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah. Perbedaan ini disebabkan
karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga
faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang
anak. Misalnya, perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti
kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk
melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk
belajar atau tidak.
Selain itu, meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tetapi pola perkembangan
tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki
kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika
menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap

4
individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari
perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap
anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat
perseorangan.
5) Setiap Tahap Perkembangan Memiliki Bahaya yang Potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus. Pada setiap usia mengandung
bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat
menyebabkannya antara lain dari lingkungan dari anak ini sendiri. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial. Sehingga pola
perkembangan anak tidak meningkat, dan dapat dikatakan bahwa anak sedang
mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal
adanya hambatan atau berhentinya perkembangan ini merupakan hal yang penting
karena memungkinkan pengasuh (orang tua dan guru) untuk segera mencari penyebab
dan memberikan stimulasi yang sesuai.

Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk., 2009) mengidentifikasi tujuh prinsip kunci tentang
pendekatan perkembangan sepanjang hidup. Prinsip-prinsip tersebut menjadi kerangka
konseptual untuk mempelajari perkembangan sepanjang hidup.

1) Development is Lifelong (perkembangan adalah seumur hidup)


Perkembangan adalah proses perubahan sepanjang hidup. Setiap periode dari rentang
kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya dan apa yang
terjadi saat ini akan pula mempengaruhi apa yang akan terjadi kemudian. Sebagai
contoh, memiliki orang tua yang responsif dan sensitif dapat mengembangkan rasa
percaya (trust) pada bayi. Rasa percaya ini selanjutnya akan membantu si bayi pada
masa kanak-kanak untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Berkaitan dengan periode
perkembangan dapat dikatakan bahwa setiap periode memiliki karakteristik dan nilai
yang unik sehingga tidak ada satu periode pun yang lebih atau kurang penting daripada
periode yang lainnya.
2) Development is Multidimensional (Perkembangan berlangsung banyak dimensi)
Perkembangan berlangsung dalam banyak dimensi (multidimensional). Maksudnya,
perkembangan terjadi pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial. Setiap dimensi
dapat berkembang dalam derajat yang bervariasi, misalnya seorang anak berusia 4
tahun yang sangat cerdas, belum tentu memiliki kematangan emosi pada tingkat yang
seimbang dengan kecerdasannya.

5
3) Development is Multidirectional (berlangsung dalam lebih dari satu arah)
Perkembangan berlangsung dalam lebih dari satu arah (multidirectional). Sejalan
dengan meningkatnya kemampuan di satu area, seseorang mungkin akan mengalami
penurunan dalam area yang lain dalam waktu yang bersamaan. Anak-anak kebanyakan
tumbuh dalam satu arah, yaitu ke arah peningkatan, baik dalam ukuran maupun
kemampuan. Remaja, secara khusus, mengalami peningkatan dalam kemampuan fisik,
tetapi kecakapannya dalam belajar bahasa mengalami penurunan. Beberapa
kemampuan, seperti perbendaharaan kata, secara khusus berlanjut meningkat sepanjang
masa dewasa; hal yang lain, seperti kemampuan memecahkan masalah yang asing bagi
seseorang, mungkin menurun. Akan tetapi, beberapa hal, seperti keahlian, meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Manusia belajar untuk memaksimalkan hal-hal yang
dapat ditingkatkan dan meminimalkan penurunan dengan cara belajar mengelola
ataumengompensasi hal-hal tersebut. Sebagai contoh, seorang atlet yang sudah tua dan
tidak sanggup lagi berlari kencang mungkin akan memilih untuk menjadi pelatih atau
penulis buku olahraga, sementara seorang nenek yang mengalami penurunan dalam
daya ingat, mungkin akan membuat catatan-catatan kecil untuk membantunya
mengingat daftar belanjaan.
4) Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span
Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan budaya. Keseimbangan di
antara kedua pengaruh tersebut berubah sepanjang waktu. Pengaruh biologis, seperti
ketajaman sensoris dan memori, menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Akan
tetapi, dukungan budaya, seperti penemuan kacamata dan buku agenda, dapat
mengompensasi penurunan yang terjadi. Contoh lainnya, otot yang belum matang
mungkin menghambat seorang bayi untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Akan tetapi adanya tuntutan dari masyarakat terhadap orang tua untuk mengasuh anak
membuat bayi tersebut tetap dapat melangsungkan hidupnya.
5) Development Involves Changing Resource Allocations (pengembangan melibatkan
perubahan alokasi sumber daya)
Seseorang dapat mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energi,
talenta, uang, dan dukungan sosial dalam cara yang beragam.

6
• Pertama, sumber-sumber tersebut mungkin digunakan untuk pertumbuhan.
Sebagai contoh, seseorang mungkin menggunakan waktu dan uang yang
dimilikinya untuk belajar berenang.
• Kedua, sumber tersebut digunakan untuk memelihara atau memperbaiki diri,
misalnya seseorang yang belajar bermain piano supaya bakat musiknya tidak
hilang atau seorang anak yang menggunakan waktunya untuk mengikuti kursus
bahasa Perancis sepulangnya ia dari Perancis selama beberapa tahun, dengan
mengikuti kursus tersebut, keterampilan berbahasa Prancisnya diharapkan akan
tetap bertahan.
• Ketiga, sumber-sumber tersebut dipakai untuk menghadapi kehilangan atau
penurunan ketika perbaikan tidak dapat lagi dilakukan. Sebagai contoh, ketika
seseorang merasa tidak lagi semampu masa-masa sebelumnya, baik secara fisik
maupun finansial, dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya mungkin
menjadi sesuatu yang diperlukan.
Alokasi sumber-sumber ke dalam tiga fungsi tersebut berubah sepanjang hidup, sejalan
dengan menurunnya sumber-sumber tersebut. Misalnya, sumber energi menurun
dengan bertambahnya usia sementara sumber waktu menjadi meningkat. Pada masa
anak-anak dan dewasa muda, sumber-sumber tersebut digunakan untuk pertumbuhan.
Orang-orang lanjut usia menggunakan sumber yang ada untuk menghadapi kehilangan
atau penurunan. Pada usia tengah baya, alokasi antara ketiga fungsi tersebut terlihat
lebih seimbang.
6) Development Shows Plasticity
Banyak kemampuan dapat ditingkatkan melalui latihan. Misalnya, anak-anak yang
mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis, dapat dilatih dengan mengikuti
program remedial. Namun, beberapa kemampuan tetap memiliki keterbatasan
sekalipun telah dimodifikasi.
7) Development is Influenced by the Historical and Cultural Context (dipengaruhi oleh
konteks sejarah dan budaya)
Manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan
budayanya. Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa hidup bebas, mungkin akan
memberontak saat berada di lingkungan yang penuh dengan keteraturan. Contoh
lainnya, anak yang diasuh dalam keluarga yang demokratis mungkin akan berkembang
menjadi anak yang penuh inisiatif di lingkungan teman-temannya.

7
2.2 Isu Perkembangan
1) Faktor Herediter (bawaan) dengan Faktor Lingkungan
Faktor herediter (bawaan) yaitu misalnya anak A terlahir dari ayahnya yang seorang
akademis yang tinggi keilmuannya sehingga anak tersebut memiliki kecerdasan yang
diturunkan dari orang tuanya. Anak B terlahir dari orang tua yang berstatus biasa
(bukan akademisi) tetapi mereka sering membelikan buku-buku yang menunjang
pembelajaran bagi anaknya sehingga kecerdasan anak itu didapat dari lingkungan yang
mendukung seperti diajarkan melalui pelajaran, pengalaman dan lain-lain, mereka akan
membuat usaha-usaha khusus untuk anak seperti membacakan anak cerita dan
menawarkan permainan yang dapat membantu anak dalam belajar.
Ahli biologi yang sangat ekstrim bahkan berpendapat bahwa perkembangan semata-
mata terjadi karena adanya kematangan (maturitas). Mereka percaya bahwa
perkembangan banyak ditentukan oleh faktor genetik. Faktor tersebut mengarahkan
jalannya perkembangan dan pertumbuhan secara alami, yang kita sebut sebagai
kematangan (maturitas). Pendapat lainnya menempatkan penekanan yang kuat pada
faktor lingkungan. Menurut mereka, kejadian-kejadian di lingkungan dapat membentuk
perkembangan seorang anak. Oleh karena itu, mereka menekankan pentingnya
pengalaman dalam perkembangan anak.
2) Perkembangan Bersifat Aktif dan Reaktif (Papalia, 2009)
John Locke, menyatakan bahwa seorang anak adalah kertas kosong yang akan ditulis
oleh masyarakat. Pandangan ini memelopori model mekanistik dalam perkembangan.
Dalam model ini, orang seperti mesin yang bereaksi terhadap input lingkungan
Bertentangan dengan hal itu, filsuf Prancis, Jean Jacques Rousseau, percaya bahwa
anak dilahirkan dengan akhlak yang baik. Ia cenderung akan berkembang ke arah yang
positif kecuali mendapat tekanan yang kuat dari lingkungan. Pandangan Rousseau
menjadi pelopor bagi model perkembangan organismik. Model ini melihat orang-orang
sebagai organisme yang aktif dan tumbuh, yang mengatur jalan perkembangannya
sendiri
3) Isu kontinuitas dan diskontinuitas
berfokus pada seberapa banyak perkembangan meliputi perubahan yang bersifat
kumulatif dan berangsur-angsur (kontinu) atau meliputi tahapan yang jelas
(diskontinu). Perkembangan yang bersifat kontinu meliputi proses penambahan yang
berangsur-angsur dari jenis keterampilan tertentu yang sudah ada sebelumnya,
misalnya perkembangan bicara seorang anak, yaitu mulai dari menangis kemudian
8
mengoceh dan bisa mengucapkan kata. Perkembangan yang bersifat diskontinu
meliputi suatu proses ketika seseorang mengembangkan cara baru dalam memahami
dan berespons terhadap lingkungan pada rentang-rentang waktu tertentu, misalnya
perkembangan kognitif (memahami,mengolah informasi, memecahkan masalah dan
mengetahui sesuatu). seseorang anak balita berbeda dengan perkembangan kognitif
seorang remaja
4) Isu pengalaman dini dan masa kemudian
Pengalaman dini (khususnya pada masa bayi) atau pengalaman di kemudian hari
menjadi penentu utama perkembangan anak. Bagi orang-orang yang menekankan
pengalaman masa dini, kehidupan merupakan jejak yang tak terputus sehingga kualitas
psikologis dapat dilacak kembali ke akarnya contohnya cara orang tua menangani bayi
mereka akan menentukan karakter anak-anaknya kelak. Hal tersebut bertentangan
denganorang-orang yang mendukung bahwa pengalaman di kemudian hari lebih
berperan, mereka berpendapat bahwa anak dapat dibentuk sepanjang kehidupannya

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Perkembangan merupakan proses perubahan manusia terkait dengan bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh sehingga menjadi lebih kompleks yang terus
berkembang sepanjang hidup atau tidak dapat kembali ke keadaan semula (Harahap & Sormin,
2021). Perkembangan pada manusia terletak pada perubahan secara kualitatif yang terkait
dengan kondisi psikologis, tetapi beberapa tidak terlepas juga dari pengaruh struktur biologis.
Setiap manusia pasti mengalami perkembangan dalam hidupnya, termasuk peserta didik.
Peserta didik ini adalah individu yang sedang berproses untuk mencapai perubahan yang lebih
baik pada dirinya. Melalui proses belajar, perkembangan pada peserta didik dapat lebih terarah
dan terukur.

Perkembangan pada peserta didik tidak terlepas dari faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Terdapat perbedaan dari beberapa ahli terkait dengan hal ini. Ada yang
mengatakan pendapat faktor herediter, faktor lingkungan, dan gabungan dari kedua faktor
tersebut (Sit, 2012). Hurlock (1980) berpendapat bahwa faktor internal maupun eksternal
memiliki pengaruh terhadap kemampuan perkembangan individu. Namun, belum dapat
ditentukan faktor seperti apa yang lebih mempengaruhi.

9
Dalam perkembangan, terdapat bermacam-macam pendapat para ahli yang membuat
macam-macam teori. Diantaranya yaitu :

a) Teori Nativisme
Teori yang dikemukakan oleh Schopenhauer ini menyatakan bahwa perkembangan
manusia itu akan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktorfaktor keturunan yang merupakan
faktor-faktor yang dibawa oleh individu sejak dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu
individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Teori ini menimbulkan pandangan
bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat
diubah. Sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang diturunkan oleh
orang tuanya. Jadi, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis
menghadapi perkembangan manusia.
b) Teori Empirisme
Teori yang dikemukakan oleh John Locke ini menyatakan bahwa perkembangan Individu
akan ditentukan oleh pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan
individu tersebut. Menurut teori ini individu yang dilahirkan bisa analogikan sebagai kertas
yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Jadi, tergantung apa yang akan
tuliskan di atasnya. Karena itu, peranan para pendidik dalam hal ini sangat besar,
pendidiklah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari.
c) Teori Koonvergensi
Bisa dilihat dari teori nativisme dan empirisme merupakan teori-teori yang saling
bertentangan satu dengan yang lain. Natifisme sangat menitik beratkan pada keturunan atau
pembawaan, sedangkan empirisme menitikberatkan pada lingkungan. Berhubungan
dengan hal tersebut adanya usaha untuk menggabunggakan kedua teori ini menjadi teori
konvergensi. Teori yang dikemukakan oleh William Stern ini menyatakan bahwa
perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor
endogen) maupun faktor lingkungan, termasuk pengalaman dan pendidikan (faktor
eksogen). Jadi, perkembangan individu itu akan ditentukan baik oleh faktor pembawaan
(dasar) atau faktor endogen, maupun oleh faktor keadaan atau lingkungan yang disebut
faktor eksogen

Selain teori–teori perkembangan tersebut, terdapat juga faktor umum yang


mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
menurut Limbong dan Mamesah (2020) diantaranya adalah :

10
A. Faktor Internal
• Gen dan sifat bawaan (faktor herediter)
Tidak dapat dipungkiri, kemampuan bawaan yang didapat dari orangtua memiliki
pengaruh kepada perkembangan individu secara fisik, kognitif, serta emosi. Riwayat
keluarga dengan penyakit atau gangguan tertentu dapat turun pada individu sehingga
individu kemungkinan besar memiliki penyakit atau gangguan yang sama. Di sisi lain,
kecerdasan, sifat, kepribadian orangtua juga dapat menurun pada peserta didik dan
memberikan pengaruh yang lebih besar bagi intelegensinya dibanding faktor
lingkungan (Amini & Naimah, 2020).
• Kecerdasan
Setiap individu pasti memiliki kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan merupakan
kemampuan manusia yang dapat diukur dengan melihat beberapa hal seperti
kemampuan analisis, memori, pemahaman, dan abstraksi. J.J Rousseau mengatakan
bahwa anak yang cerdas dilahirkan dari orangtua yang cerdas pula (Amini & Naimah,
2020). Sesuai dengan hasil riset ahli University of Washington yang membuktikan
kecerdasan seorang anak lebih besar bersumber dari ibunya yang memiliki dua
kromosom X, tempat dari gen kecerdasan.
• Bakat khusus
Individu terlahir dengan bakat tertentu baik yang langsung dapat diketahui, maupun
yang masih terpendam. Bakat di sini tidak hanya terkait dengan kemampuan akademik
atau intelegensi, tetapi juga kemampuan lain terkait kreativitas dan olah tubuh. Jika
terus diasah atau mendapat media untuk berkembang yang baik, bakat dapat menjadi
media peserta didik untuk menjadi lebih dari apa yang dia bisa saat ini, misalnya
menghasilkan prestasi atau karya.
• Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis antara aspek fisiologis, kognitif, serta
afektif yang mempengaruhi perilaku individu dalam beradaptasi selama hidupnya.
Setiap individu sudah memiliki kepribadian yang berasal dari faktor genetis. Seiring
berjalannya waktu, mungkin akan ada penyesuaian kepribadian, tetapi tidak akan
berubah secara drastis. Kepribadian yang dimiliki peserta didik berpengaruh terhadap
bagaimana ia merespons lingkungannya, termasuk mengatasi permasalahan yang
mungkin ia hadapi.
B. Faktor Eksternal

11
• Kesehatan dan nutrisi
Kondisi fisik sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam melakukan proses
belajar. Maslow dalam Hierarki Kebutuhannya menekankan pemenuhan kebutuhan
fisiologis adalah dasar sebelum individu memenuhi kebutuhannya yang lain. Peserta
didik yang sehat dapat menjalankan kegiatannya dengan optimal. Kesehatan ini harus
ditunjang oleh nutrisi yang cukup dan seimbang. Dengan demikian secara fisik ia sudah
siap untuk melakukan kegiatannya.
• Peran keluarga
Keluarga merupakan kelompok terkecil dan pertama yang dimiliki individu. Sebagai
“sekolah” pertama, penanaman dasar-dasar pengetahuan kepada individu sangat
mempengaruhi proses perkembangan di masa selanjutnya. Pola asuh yang tepat serta
budaya yang sehat dalam keluarga dapat membantu peserta didik untuk berkembang
sesuai dengan fase perkembangan yang harus dilewati. Selain itu, hubungan yang
harmonis serta kemampuan finansial yang stabil juga dapat menunjang perkembangan
peserta didik.
• Lingkungan sosial
Peserta didik memiliki lingkungan sosial tempatnya berkembang yang berpengaruh
pada kondisi fisik, psikologis, serta kognitif. Lingkungan di sini terkait dengan segala
hal di sekitar individu, baik itu orang lain, kondisi lingkungan, fasilitas, bahkan media
sosial yang tidak terlihat bentuknya secara fisik. Lingkungan memberikan pengaruh
secara positif dan negatif. Namun, bagaimana peserta didik merespons lingkungan
sangat dipengaruhi oleh penanaman nilai dan norma sejak dini dalam keluarga. Dengan
demikian lingkungan yang kurang baik tidak menjamin individu memiliki
perkembangan yang tidak baik, begitu pula sebaliknya.

2.4 Implikasi Psikologi Perkembangan Pada Pendidikan


Pengertian implikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata
implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari
implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti mempunyai hubungan
keterlibatan atau melibatkan dengan suatu hal. Sedangkan menurut para ahli, pengertian
implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil penemuan suatu penelitian
ilmiah. Pengertian lainnya dari implikasi menurut para ahli adalah suatu kesimpulan atau hasil
akhir temuan atas suatu penelitian. Tujuan implikasi psikologi perkembangan terhadap

12
pendidikan adalah untuk dapat memberikan rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak. Adapun implikasi psikologi perkembangan dalam
pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Di dalam perkembangan seorang individu tentunya sebagai pendidik juga harus tahu
menempatkan dirinya terhadap perkembangan dengan memberikan metode atau cara
pengajaran yang sesuai dengan tahap atau fase perkembangan individu yang akan
dididiknya.
2. Dengan memahami psikologi perkembangan, maka akan mengetahui tingkat
kemampuan individu dalam setiap fase perkembangannya. Sehingga akan diketahui
pada fase perkembangan yang mana seseorang bisa diberi stimulus tertentu.
3. Dengan adanya psikologi perkembangan, maka diharapkan dapat mempersiapkan diri
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi oleh setiap individu.
4. Khusus untuk tim pengajar atau guru, dengan memahami psikologi perkembangan ini
maka sudah pasti dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan usia anak didiknya.
5. Dengan memahami psikologi perkembangan, maka dapat mempelajari karakteristik
umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psiko-sosial
dalam segala aspek pendidikan anak atau individu tersebut.
6. Dengan memahami psikologi perkembangan, dapat mempelajari perbedaan-perbedaan
yang bersifat pribadi pada tahapan, fase, atau pada masa perkembangan tertentu.
7. Dengan memahami dan menerapkan psikologi perkembangan, maka dapat mempelajari
tingkah laku seorang anak atau seorang individu pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda pula satu dengan yang lainnya.
8. Dengan adanya psikologi perkembangan, maka dapat mempelajari penyimpangan
tingkah laku yang dialami oleh seseorang seperti kenakalan, kelainan-kelainan, dan
juga fungsional inteleknya.
9. Dengan memahami psikologi perkembangan, maka diharapkan setiap individu yang
memang masih mengalami perkembangan dapat mencari pedoman yang terbaik
baginya, baik secara psikis maupun mental dan juga dari aspek sosialnya.
10. Dengan adanya psikologi perkembangan dan dengan menerapkannya di dalam
pendidikan, maka diharapkan pengajar maupun orang tua dapat memberikan cara untuk
menghadapi segala perubahan yang terjadi pada setiap fase pertumbuhan yang ada pada
seseorang.

13
Selain itu, implikasi psikologi perkembangan terhadap pendidikan dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) terhadap pengembangan kurikulum; (2) sistem pembelajaran; dan (3)
sistem penilaian.

1) Kontribusi Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum. Kajian


psikologi perkembangan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam
konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran Psikologi yang mewarnai
pendidikan, pada intinya pembahasan psikologi ini memberikan perhatian terhadap
bagaimana input dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek
perilaku dan kepribadian peserta didik. Secara Psikologis, manusia merupakan individu
yang unik. Dengan demikian, kajian psikologi dalam pengembangan kurikulum
sesungguhnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik
ditinjau dari tingkat kecerdasan, kemampuan sikap, motivasi, perasaan serta
karakteristik-karakteristik individu lainnya. Kurikulum pendidikan sesungguhnya
mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal pokok masalah maupun metode
penyampaiannya. Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,
kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada
intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai dasar yang refleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten
dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologi terutama berkenaan
dengan aspek-aspek: (a) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
(b) Pengalaman belajar siswa; (c) hasil belajar (learning outcomes); dan (d) standarisasi
kemampuan siswa.
2) Kontribusi Psikologi Perkembangan terhadap sistem pembelajaran.
Kajian psikologi perkembangan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Ada sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif
dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai
kelemahan dari masing-masing teori tersebut, pada kenyataannya teori tersebut telah
teruji. Di samping itu, kaitan psikologi perkembangan telah melahirkan pula sejumlah

14
prinsip-prinsip yang melandasi pembelajaran. Nasution (Daeng Sudiworo, 2002)
mengatakan 12 prinsip dalam belajar, yakni: (a) agar seseorang benarbenar belajar,
harus memiliki suatu tujuan; (b) tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan orang lain; (c) orang itu harus
bersedia mengalami bermacammacam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk
mencari tujuan yang berharga baginya; (d) belajar itu harus terbukti dari perubahan
kelakuannya; (e) selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperoleh pula hasil
sambilan; (f) belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat dan melakukan; (g) seseorang
belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek
emosional, sosial, etis; (h) seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang
lain; (i) di samping mengejar tujuan belajar yang sesungguhnya, seseorang juga harus
mengejar tujuan-tujuan yang lain; (j) belajar lebih berhasil, apabila usaha itu lebih
memberi sukses yang menyenangkan; (k) ulangan dan latihan memang perlu, tetapi
harus didahului dengan pemahaman yang mendasar; dan (l) belajar hanya mungkin
kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3) Penilaian sistem pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan
guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian
psikologis, dapat memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan, dapat
memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu kajian
psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang
dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai test
psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
individu lainnya. Dikenal sejumlah test psikologis yang saat ini masih banyak
digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti test Multiple Appitude
Test (MAT), Differensial Appitude Test (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting dalam upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal. Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan
psikologi perkembangan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi perkembangan merupakan cabang ilmu psikologi yang secara umum
mempelajari tentang mengapa dan bagaimana seorang manusia mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu. Pada awal perkembangannya cabang ilmu ini lebih berfokus pada
perkembangan bayi dan anak-anak, dan barulah kemudian diperluas kepada remaja,
perkembangan menjadi dewasa, proses penuaan, dan akhirnya mencakup seluruh masa hidup
manusia. Adapun Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya adalah faktor
internal dan faktor ekternal. Faktor internal diantaranya gen dan sifat bawaan (faktor herediter),
kecerdasan, bakat khusus dan kepribadian. Sedangkan faktor eksternal yaitu seperti Kesehatan
dan nutrisi, peran keluarga, serta lingkungan sosial.

3.2 Saran
Dari makalah ini, semoga pembaca bisa lebih memahami mengenai faktor faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan. Dan semoga pembaca dapat mengambil manfaat positif
yang ada pada makalah ini berupa informasi yang kami harap dapat menjadi penambah
wawasan bagi pembaca. Tentu makalah ini masih terdapat kekurangan, kami harap pembaca
sudi memberikan kritik dan saran kepada kami demi penyempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Prenadamedia Group

Hildayani, R. 2014. Perkembangan Manusia. Psikologi Perkembangan Anak.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2009. Human Development 11th Ed. New York:
Mc Graw-Hill Companies, Inc

Santrock, J.W. 2009. Child Development. 12th ed. New York: Mc Graw Hil.

Berk, L.E. 2009. Child Development. 8th ed. New York : Pearson.

Muawanah. 2018. Implikasi Psikologi Perkembangan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini.
Jurnal Vijjacariya, Volume 5 Nomor 2.

Hidayat, H. Syarif. 2013. Teori dan Prinsip Pendidikan. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Arifin, Sokhibul. 2016. Perkembangan Kognitif Manusia Dalam Perspektif Psikologi Dan
Islam. TADARUS 5 (1): 50-67–67.

Salma, Zakiati. 2017. Tanggungjawab Orangtua dalam Membentuk Kepribadian Anak


Perspektif Alquran dan Psikologi. Jurnal Studi Alquran dan Hadis Al-Quds, Volume
1, Nomor 1

Aora, Mahak. (2019). Factors That Affect Growth and Development in Children. Diakses
melalui link https://parenting.firstcry.com/articles/factors-that-affect-growth-and-
development-in-children/ pada 08 September 2022 pukul 05.43 WIB.

Muawanah. 2018. Implikasi Psikologi Perkembangan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini.
Jurnal Vijjacariya, Volume 5 Nomor 2.

17

Anda mungkin juga menyukai