Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENANAMAN NILAI-NILAI
PADA ANAK USIA DINI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Anak dan Remaja
Dosen Pengampu
Ibu Anisah Prafitralia, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Finka Candra Maulina 222103030007
Annisa Nur Aulia Ihsanti 222103030025
Uswatun Hasanah 222103030034
Alfina Siti Karomi 22210303000
Zacky Artdhito Firmansyah 223103030001

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
MARET, 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Penanaman Nilai-Nilai Pada
Anak Usia Dini.” Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi
Muhammad saw., yang kita dambakan syafa’at-Nya di akhirat kelak.
Makalah ini menjelaskan tentang Penanaman Nilai-Nilai Pada
Anak Usia dini, apa saja nilai yang ditanamkan untuk anak usia dini, dan
bagaimana cara penanamannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua. Apabila di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan salah
kita kata kami mohon maaf sebesar-besarnya. Terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sabtu, 11 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASANAN
A. Pendidikan Nilai pada Anak Usia Dini
B. Nilai-Nilai yang ditanamkan pada Anak Usia Dini
C. Penanaman Nilai-Nilai melalui Konseling
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Nilai pada Anak Usia Dini


Penanam nilai-nilai sangat penting diterapkan untuk semua anak, mulai
dari anak usia dini sampai anak tersebut dewasa. Orang tua pertamalah yang harus
mendidik atau mengajarkan tentang nilai-nilai pada anaknya, karena pelaksanaan
pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga sejak anak lahir bahkan sejak anak
dalam kandungan. Pendidikan sejak anak dalam kandungan diberikan melalui
berbagai perilaku orang tua, salah satunya dengan memperdengarkan ucapan-
ucapan baik kepada sang jabang bayi. Setelah anak lahir ke dunia, pendidikan
pertama akan dilalui di dalam lingkungan keluarganya. Orang tua berperan
sebagai guru pertama bagi anak. Tingkah laku, tutur kata, dan penampilan orang
tua akan ditiru oleh anak. Seiring dengan pertambahan usianya, anak kemudian
akan menjalani pendidikan di luar rumah. Di luar rumah, anak berinteraksi dengan
lingkungan yang lebih luas dan individu yang beragam. Pelaksanaan pendidikan,
baik di dalam lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga
diharapkan mampu mengembangkan perilaku dan pengetahuan anak menuju ke
arah yang positif. Pelaksanaan pendidikan bukan hanya untuk mencerdasarkan
anak dari segi intelektual atau kognitif, tetapi juga mencerdaskan anak secara
emosional sehingga memiliki perilaku dan tutur kata yang baik sesuai dengan
harapan masyarakat.

Krisis moral yang melanda masyarakat Indonesia mulai dari pelajar,


pemerintah, aparat hingga elit politik menunjukkan bahwa pendidikan agama dan
karakter yang diajarkan pada bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi, tidak
memberikan dampak positif terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat
Indonesia. Bahkan yang terjadi serta terlihat dengan jelas adalah sikap dan
perilaku masyarakat yang tidak sesuai antara ucapan dan tindakannya. Hal ini bisa
terjadi, diduga kuat karena lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang
ada di Indonesia hanya memperhatikan serta memfokuskan usahanya pada
kecerdasan kognitif dan mengabaikan penanaman nilai-nilai karakter pada peserta
didik.

Pendidikan karakter pada anak sejak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar
nilai-nilai karakter kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,
afektif, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan Pendidikan karakter pada anak sejak usia dini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan
dasar nilai?nilai karakter kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kecerdasan, afektif, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan

Perlakuan dan pemberian rangsangan yang diberikan kepada anak usia dini
berbeda dengan perlakuan terhadap orang dewasa. Hal tersebut berdasarkan pada
hakikat belajar anak usia dini, yaitu anak usia dini belajar melalui bermain, dan
bermainnya anak usia dini adalah proses belajar untuk menjawab rasa ingin tahu
dan memperoleh berbagai informasi. Aktivitas bermain yang dilakukan anak akan
menjadi sumber belajar bagi anak untuk membangun pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, dan membina perilaku terpuji. Dalam kegiatan
bermain yang didukung lingkungan yang kondusif, anak sesungguhnya juga
belajar mengembangkan nilai-nilai karakter. Saat bermain, anak belajar berbagi,
peduli, kerjasama, dan bertanggung jawab. Penanaman nilai-nilai karakter untuk
anak usia dini akan terjadi dengan sendirinya pada saat anak praktek langsung dan
melihat model/teladan dari orang lain. Oleh karena itu, pendamping pada
Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan mampu memberikan berbagai stimulasi
untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak, salah satunya dengan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk anak.

Dalam kegiatan sehari-hari, pendamping banyak yang mengajarkankan


do’a-do’a tertentu yang cukup panjang setiap hendak melakukan kegiatan tertentu
di kelas, seperti do’a sebelum belajar, sebelum makan, setelah makan dan do’a-
do’a lain yang masih bersifat hafalan saja dan tidak ditekankan makna atau nilai-
nilai yang terkandung dalam bacaan doa tersebut. Pengenalan do’a akan lebih
bermakna apabila pendidik berusaha menghadirkan situasi nyata dalam bentuk
kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun disekolah. Ketika anak hendak belajar
pendamping mengajak anak berdo’a yang sebelumnya dijelaskan kenapa kita
harus berdo’a, dan menjelaskan pula makna do’a yang diucapkannya, sehingga,
do’a–do’a yang sering diajarkan pendamping akan di mengerti anak maksud dan
makna dari do’a tersebut. Proses pembelajaran tersebut ditanamkan secara terus
menerus melalui pembiasaan anak secara langsung ketika akan melakukan suatu
kegiatan. Diharapkan bacaan do’a tersebut akan semakin ”menginternal” dalam
diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak sehari-hari.

B. Nilai-nilai yang Ditanamkan pada Anak Usia Dini.

Dalam UU No.23 Tahun tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional


telah dikukuhkan Pendidikan Anak Usia Dini sebagai salah satu usaha pembinaan
terhadap anak usia 0-6 tahun melalui rangsangan Pendidikan guna membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak untuk kesiapannya
menuju jenjang Pendidikan yang lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini
memegang peranan penting terhadap perkembangan anak selanjutnya yang mana
perkembangan ini akan mempengaruhi kepribadian seorang anak. Anak yang
mendapat pembinaan tepat dan efektif sejak dini dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan fisik dan mental yang nantinya akan berdampak pada
prestasi belajar, etos kerja, serta produktivitas sehingga anak dapat
mengoptimalkan potensi dalam dirinya1.

Dalam Pendidikan Anak Usia Dini ada beberapa nilai-nilai yang memang
sudah seharusnya kita tanamkan, meskipun dengan cara yang berbeda daripada
penanaman nilai-nilai kepada orang yang bukan anak usia dini. Pendidikan Anak
Usia Dini lebih ditekankan untuk membangun dan mengembangkan karakter anak
sesuai dengan perkembangan dan potensi anak yang bersangkutan tersebut 2.
1
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya.
2
Saputra, M. A. (2016). Penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini di RA DDI Addariyah
Kota Palopo. Al-Qalam, 20(2), 197-210.
Beberapa contoh nilai-nilai yang ditanamkan adalah nilai-nilai agama, nilai-nilai
moral dan karakter.

Nilai-nilai moral dan karakter memang sudah seharusnya ditanamkan pada


anak sejak dini. Menurut Jamie (2003:15) menyatakan bahwa moral adalah baik
atau buruknya kelakuan seseorang. Moral juga sering dimaksudkan telah berupa
perilaku, perbuatan, sikap atau karakter yang berdasarkan nilai, prinsip maupun
norma. Untuk membuat seseorang menjadi manusia yang bermoral maka
dibutuhkanlah sebuah pendidikan moral, baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah. Pendidikan moral ini perlu ditanamkan saat anak berusia dini,
karena usia anak dini adalah waktu yang baik untuk mengembangkan kecerdasan
moral anak. Nilai-nilai moral yang besifat objectivistic terkategorikan dengan
moral kesusilaan contohnya seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, tanggung
jawab dan lainnya. Sedangkan moral yang bersifat relativistic terkategorikan
dengan moral kesopanan, contohnya seperti bicara dengan sopan, menghormati
orang yang lebih tua, tidak bertamu pada jam istirahat, dan lain lain. Pembinaan
moral kepada anak usia dini dikatakan telah berhasil jika sang anak mampu
menunjukkan kebiasaan berperilaku yang baik3.

Sedangkan karakter ialah nilai-nilai yang khas dan baik seperti tau nilai-
nilai kebaikan, mau berbuat kebaikan, nyata berkehidupan baik, dan selalu
berdampak baik untuk lingkungan itu terpatri dalam diri dan melaksanakan hal itu
dalam perilakunya4. Dengan kata lain karakter merupakan kepribadian seseorang
yang dimilikinya yang sudah menjadi watak atau karakter yang sulit dihilangkan,
hingga hal itu menjadi cerminan seseorang berperilaku dalam kehidupannya
sehari-hari dan ini bisa jadi pembeda antara satu orang dengan orang lainnya. Ada
beberapa nilai karakter yang dapat ditanamkan pada anak sejak usia dini, dalam
pandangan pendidikan karakter ada sekitar 18 nilai karakter yang perlu disispkan
saat dalam proses pembelajaran pendidikan anak usia dini5, diantaranya adalah:

3
Ernawati, I., Masrukhi, & Tijan. (2016). Pembinaan Moral Peserta Didik melalui Eksplorasi
Lingkungan di SMP Nasima Semarang. Civic Education Journal, 2(1), 1–13.
4
M. Fadlillah dan Lilif Muallifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
5
M. Fadlillah dan Lilif Muallifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
a. Religius, sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran pada pelaksanaan ibadah agama lainnya dan hidup
rukun dengan penganut agama lain. Seperti,
 Nilai ketuhanan

Nilai yang dititipkan Tuhan melalui para rasulnya-Nya,yang berbentuk


takwa,iman,adil yang diabadikan dalam wahyu ilahi. Religi merupakan
sumber yang pertama dan utama bagi para penganutnya. Nilai ketuhanan
selamanya tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai ketuhanan yang
fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku
pribadi dan selaku anggota masyarakat,serta tidak berkecenderungan untuk
berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia akan berubah- ubah sesuai
dengan tuntutan individual. Konfigurasi dari nilai-nilai ketuhanan
mungkin dapat mengalami perubahan namun secara intrinsiknya tetap
tidak berubah. Pada nilai ketuhansn ini,tugas manusia adalah
menginterpretasikan nilai-nilai itu. Dengan interpretasi itu manusia akan
mampu menghadapi ajaran agama yang di anut.

 Nilai tentang kebenaran kitabullah

Di dalam menaati Allah haruslah dibuktikan dengan menaati isi al-Quran


sebagai wahyunya. Tidak diragukan lagi bahwa Alquran merupakan kitab
suci umat islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Selain itu,
mengenai alquran ini, Allah menegaskan dalam firman-Nya Surah Al-
furqan ayat 32 Dari ayat tersebut diambil dua isyarat yang berhubungan
dengan pendidikan,yaitu pengokohan dari inti pemantapan keimanan dan
sikap tartil dalam membaca alquran.

 Nilai keteladanan Rasulullah

Rasulullah sebagai panutan umat hingga akhir zaman. Untuk itu Allah
berfirman dalam al-quran surah al- Ahzab ayat 21.
b. Jujur, sikap dan perilaku yang dasarnya diusahan untuk menjadikan
dirinya sebagai orang yang bisa selalu dipercaya baik dari perkataan
maupun tindakannya.
c. Toleransi, sikap dan perilaku menghargai berbagai perbedaan yang ada
disekitarnya seperti perbedaan agama, suku, ras, sikap, pendapat, dan
segala hal dari orang lain yang berbeda dengan dirinya.
d. Disiplin, sikap dan perilaku yang patuh dan tertib dari berbagai peraturan
atau ketentuan yang ada disekitarnya.
e. Kerja keras, sikap dan perilaku yang menunjukkan usaha sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai rintangan belajar atau tugasnya, dan
menyelesaikan semua dengan sebaik-baiknya.
f. Mandiri, sikap dan perilaku yang tak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugasnya.
g. Kreatif, melakukan suatu hal atau berpikir suatu hal untuk dapat cara atau
hasil baru dari sesuatu yang dimilikinya.
h. Rasa ingin tau, sikap dan perilaku yang selalu berusaha untuk mengetahui
suatu hal secara luas dan mendalam dari hal yang telah dipelajari, dilihat
maupun didengarkan.
i. Demokratis, caranya bersikap, berfikir dan berperilaku yang menilai sama
hak dan kewajibannya dengan orang lain.
j. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang memang seharusnya dilakukannya terhadap diri
sendiri, masyarakat dan lingkungannya (baik itu alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
k. Cinta damai, sikap, perilaku dan perkataan yang dapat menyebabkan orang
lain merasakan senang dan aman terhadap kehadiran dirinya.
l. Cinta tanah air, caranya bersikap, berfikir, dan berperilaku yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang sangat tinggi
kepada bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
m. Gemar membaca, sebuah kebiasaan yang menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan untuk dirinya.
n. Peduli sosial, sikap dan perilaku yang selalu berkeinginan memberikan
bantuan kepada orang lain yang membutuhkannya.
o. Peduli lingkungan, sikap dan perilaku yang selalu berusaha mencegah
kerusakan terhadap lingkungan sekitarnya, dan mengembangkan usaha
untuk memperbaiki kerusakan pada lingkungan yang telah terjadi.
p. Bersahabat, sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa senang bergaul,
berbicara dan bekerja sama dengan orang lain.
q. Semangat kebangsaan, caranya berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan dirinya
dan kelompoknya.
r. Menghargai prestasi, sikap dan perilaku yang mendorong dirinya dapat
menghasilkan suatu hal yang bermanfaat untuk orang lain serta mengakui
dan menghormati suatu keberhasilan orang lain.

Karakter-karakter diatas dapat ditanamkan pada anak usia dini melalui


kegiatan belajar sambal bermain. Segala hal pembelajaran dan permainan yang
dilakukan oleh anak sebaiknya disisipkan nilai-nilai karakter didalamnya,
dengan begitu tanpa disadari anak anak dapat mengenal nilai karakter tersebut
sesuai dengan pembelajaran dan permainan yang dilakukannya.

C. Penanaman Nilai-Nilai Melalui Bimbingan dan Konseling Islam


1. Nilai Agama

Menanamkan nilai agama sangatlah penting untuk ditanamkan kepada anak-


anak, mulai dari anak usia dini. Di dalam menanamkan nilai-nilai agama ini,
pemahaman dan perhatian orang tua sangat dibutuhkan. Karena orang tua, apalagi
seorang ibu, adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Dalam menanamkan nilai-
nilai agama adalah tanggung jawab orang tua, karena segala aktifitas anak lebih
banyak dilakukan di lingkungann rumah. Jadi orang tua harus memiliki komitmen
untuk memberikan teladan yang baik bagi anaknya, baik dari berperilaku ataupun
berkata. Selain itu orang tua juga memberikan pengasuhan penuh cinta kepada
anak agar anak senantiasa merasa dihargai dan diterima di lingkungan rumahnya.
Selain orang tua pendamping juga dapat membantu anak usia dini menanamkan
nilai agama. Menjadi pendamping sama halnya harus memiliki komitmen untuk
memberikan teladan yang baik dari berperilaku ataupun berkata. Selain itu
pendamping juga memberikan pengasuhan penuh cinta kepada anak-anak agar
anak-anak senantiasa merasa dihargai dan diterima di lingkungannya.

Ada beberapa cara untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini,
yaitu:

a. Mengenalkan Tuhan YME., dapat dilakukan dengan melalui kegiatan


pembelajaran dengan menggunakan metode bermain, bernyanyi atau
bercerita tentang sifat-sifat Allah SWT.
b. Mengenal ibadah kepada Allah SWT., dengan mengenalkan kebersihan,
baik dari kotoran maupun jenis-jenis najis serta cara membersihkannya.
c. Menanamkan akhlak yang baik, dengan membiasakan untuk mengucap
salam ketika masuk dan keluar rumah, setiap berjumpa dengan guru,
dengan teman ataupun saudara sesame muslim, dan paling penting kepada
orang tua. Bukan hanya mengucapkan salam tetapi juga menjawab salam
ketika ada orang yang mengucapkan salam. Membiasakan hidup saling
tolong menolong, membiasakan anak untuk menghormati dan menghargai
orang lain, apalagi orang yang lebih tua, membiasakan anak untuk
menggunakan tangan kanan dalam memulai segala aktivitasnya seperti
memberi atau menerima, serta membiasakan anak untuk minta maaf
apabila melakukan kesalahan dan mengucapkan terimakasih ketika
menerima kebaikan dari orang lain.6
d. Mendidik anak dengan 3 perkara, sesuai dengan hadis nabi yang
mengatakan “didiklah anakmu dengan tiga perkara, yakni mencintai
nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca al-qur’an.” (H.R. Bukhari)
Bisa melalui metode bercerita atau bernyanyi (musik)
e. Mengajarkan anak untuk bersedekah, seperti setiap hari jum’at diajarkan
untuk bersedekah. Nabi bersabda “apabila manusia meninggal dunia,
amalnya akan terputus kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu

6
Maharani Laila. 2014. Perkembangan Moral Pada Anak. Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-
Journal). Vol 1. No 2. 2014: 93-98. e-ISSN 2355-8539.
yang bermanfaat, dan anak salah yang selalu mendo’akan orang tuanya.
(H.R. Tirmizi)7

2. Nilai Moral

Penanaman nilai moral harus disesuaikan pada usia perkembangannya,


terlebih lagi anak yang berada di usia emas ( golden age ). Ada beberapa cara
yang di kembangkan dalam rangka mengembangkan nilai-nilai moral pada anak,
seperti

a. Memberikan contoh, di usia dini anak-anak suka meniru, sehingga


diperlukan keteladanan yang baik dan benar dari pendamping atau orang
tua, agar nilai moral pada anak usia dini dapat tertanam. Dalam hal ini
pendamping merupakan model bagi anak-anak dalam melaksanakan nilai-
nilai moral yang diharapkan.
b. Memuji, pendamping menunjukan nilai dari sifat-sifat perilaku moral yang
anak usia dini tampilkan. Pujian merupakan tanda kepada anak dan umpan
balik yang objektif, mengesankan, dan mengembangkan harga atau nilai
dari tindakan anak usia dini.8
c. Pembiasaan, dalam membiasakan nilai moralitas pendamping harus
senantiasa menanamkan hal-hal baik, karena pendamping atau orang tua
akan selalu ditirukan oleh anak usia dini.
d. Stimulus, karenan stimulus merupakan rangsangan awal yang dilakukan
oleh pendamping untuk menanamkan nilai-nilai moral.
e. Bermain, dari kegiatan bermain anak-anak diajak untuk berfikir dan
memahami nilai-nilai moral yang ada di lingkungannya.
f. Bernyanyi, dalam bernyanyi seorang pendamping harus jeli dalam
memilih lagu yang tepat untuk anak usia dini.
g. Pemberian reward, anak-anak akan berusaha berperilaku
yang baik demi mendapatkan reward dari guru, sehingga hal ini lebih
efektif dalam upaya menanamkan nilai moral.

7
Nurdin Cahyadi, S. Kom., Artikel Pendidikan Agama dan Moral Penting Bagi Anak
8
Bhakti dan Mutatik. 2018. Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Pembelajaran DiTaman Kanak-
Kanak. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 3 No. 1 Tahun2018: 39 – 45
h. Bercerita, anak usia dini biasanya suka mendengarkan cerita, sehingga
pendamping harus mampu memilih cerita yang mengandung nilai-nilai
moral.9

3. Nilai Karakter
a. Menerapkan komunikasi yang baik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
menciptakan suasana yang nyaman dalam berbicara, upayakan tidak
berbicara dengan nada tinggi atau membentak dalam situasi apapun
b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas yang telah di
rencanakan.
c. Menanamkan tanggung jawab, tanggung jawab ini harus sudah
ditanamkanpada anak, sejak usia dini. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara pada setiap kegiatan yang dilakukan anak, misalnya setiap
selesai bermain di kelas maupun di luar kelas, anak anak di pandu untuk
merapikan kembali tempat bermain, dan alat permainannya. Demikian
juga ketika anak selesai makan.10
d. Menanamkan kejujuran, karakter penting yang perlu dimiliki oleh anak
pada umunya adalah kejujuran yang merupakan bagian dari spiritual
quotient. Karena kejujuran sangat berkaitan dengan sifat amanah dalam
diri anak.11

Beberapa Teknik Mengajarkan kejujuran pada anak sejak usia dini

a. Terapkan dalam kehidupan sehari-hari

9
Safitri Novia dkk. 2019. Metode Penanaman Nilai-Nilai Agama dan Moral Pada A n a k U s i a
D i n i . Available online at JECE (Journal of Early Childhood  Education). Vol. 1 No. 2. 2019: 30-
44.ISSN 2686-2492
10
Muhammad Najib dkk., Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Gava Media, 2016): 92
11
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta,
Yuma Pustaka, 2010): 55
Penjelasan teori atau cerita mengenai kejujuran saja tidak cukup untuk
menumbuhkan sikap kejujuran pada anak, hal ini perlu juga dipraktekan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebab anak-anak akan membutuhkan sesuatu yang nyata
dalam pandangan mereka, sehingga teori mengenai kejujuran tidak akan lagi
nampak abstrak untuk mereka. Untuk itu, mulailah menerapkan sikap dan perilaku
jujur dalam kehidupan seharihari, seperti menerapkannya dalam ucapan atau
kalimat dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, apa yang diucapkan harus konsekuen
dengan apa yang diperbuat. Sebab, kadang-kadang justru kalimat inilah yang sulit
untuk dipegang. Nah,disinilah sebagai orangtua kita perlu belajar banyak dalam
hal ini.

b. Berikan pengetahuan dan keyakinan bahwaTuhan Maha Melihat

Kenalkan anak pada keyakinan bahwa dimanapun mereka berada


kapanpun mereka berbohong meski tanpa diketahui orang lain masih ada tuhan
Yang Maha Melihat segalanya yang akan selalu mencatat setiap perilaku buruk
yang mereka lakukan. Nah, lantas bagaimana orangtua bisa mengetahui anak-
anaknya tetap berperilaku jujur atau tidak meski berada di luar rumah? Percayalah
ibu, ketika kita menitipkan anak-anak kita pada sang Pemilik Hidup ketika anak-
anak jauh dari jangkauan kita, maka apa yang dilakukannya diluar jangkauan
prinsip kita pasti akan ditunjukannya pada kita. Misalkan Ketika anak
menyembunyikan sesuatu dalam tasnya,seolah secara tiba-tiba kita merasa ingin
memeriksa tasnya dan menemukan apa yang mereka sembunyikan dari kita.

c. Berikan pemahaman bahwa ‘Jujur Itu Nikmat

Ada serangkaian kejujuran yang akan terasa nikmat namun kenikmatannya


itu tidak dapat langsung kita nikmati. Hal ini penting sekali diajarkan kepada anak
sejak dini. Ajarkan anak untuk selalu mendahulukan perilaku kejujuran sebab
kejujuran akan mengantarkan mereka pada kehidupan yang tenang dan damai
tanpa dihantui rasa bersalah.
d. Sebuah Cerita Sebelum Tidur

Sebuah cerita, dongeng, ataupun cerita kejadian nyata yang diceritakan


pada anak-anak sebelum mereka tidur, terutama dalam keadaan mata mereka
sedang mengantuk dapat menjadi semacam relaksasi untuk anak. Sebelum
tidur,anak-anak dalam keadaan tenang dengan pikiran yang kosong. Saat itu,
gelombang pikiran mereka sedang tenang dan jika kita bisa mengisi “alam
pikiran” tersebut dengan cerita positif seperti bertindak jujur.

Mulai dengan mencari cerita-cerita yang menarik, lalu dibacakan pada


anak-anak sebelum tidur. Mendengarkan cerita akan membuat pandangan anak
menerawang, seolah-olah cerita yang kita ceritakan berubah menjadi film yang
menarik untuk anak. Kemudian, pada tahap selanjutnya, ketika anak akhirnya
tertidur, sebelum cerita kita habis maka cerita yang kita ceritakan bisa jadi akan
masuk ke dalam mimpi. Mimpi itu akan menjadi mimpi yang menyenangkan dan
mengandung banyak manfaat untuk anak.

e. Pemberitahuan dan Pujian

Pujian tetap menjadi sarana efektif bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga
untuk orang dewasa. Pujian membawaperasaan tersendiri untuk melakukan hal
yang dipujikan lebih baik lagi. Untuk itu, lakukan hal yang bisa mereka terapkan
langsung. Tentunya pantauan kita pada keseharian anak-anak penting hingga tahu
mana yang salah dengan tingkah mereka dan mana yang harus diberi acungan
jempol kita.

Suatu contoh, ketika mereka menemukan sesuatu di meja sekolahnya lalu


membawa barang itu pulang. Bisa jadi mereka berteriak kegirangan karena
menemukan barang bagus yang tidak mereka miliki di rumah. Jika itu terjadi,
beritahu anak-anak untuk mengembalikannya. Tentu,dengan tidak lupa memberi
penjelasan secara baik-baik.

Bisa jadi, awalnya mereka tidak paham. Tapi lama-kelamaan mereka pasti
paham bahwa barang yang mereka temukan bukan hak milik mereka.Ajarkan
mereka untuk mengembalikan pada tempat mereka menemukannya atau
memberikan pada guru di sekolah.

f. Uji Coba

Ada uji coba yang lebih detail lagi yang harus dilakukan berkaitan dengan
kejujuran. Tentu saja pengujian yang paling efektif dan bisa terlihat adalah dalam
bentuk hal-hal yang berbau materi.Dan, yang paling nyata adalah dalam bentuk
uang. Tujuan jangka panjangnya adalah agar anak-anak kelak di masa dewasanya
tahu dengan jelas dan pasti batasan, mana uang yang menjadi miliknya dan mana
yang kepunyaan orang lain.

Coba letakkan uang di atas meja belajar anak.Lalu lihat apa reaksi mereka.
Apakah mereka cepat-cepat bertanya uang siapakah itu? Atau mereka diam saja
hingga akhirnya kita bertanya?Jika mereka langsung bertanya atau mengambil
uang itu dan memberikan pada kita, itu berarti apa yang sudah kita ajarkan benar-
benar merasuk ke kepala mereka. Tapi apabila mereka tidak lantas
memberitahukan pada kita, jangan langsung menuding mereka tidak jujur. Bisa
jadi uang itu tidak terlihat oleh mereka atau jatuh ke kolong meja hingga mereka
tidak melihatnya? Atau jumlah uang itu sendiri tidak berarti bagi anak seperti koin
seratus perak. Kuncinya, jangan pernah mengecap anak tidak jujur.12

BAB III
PENUTUP

12
Jurnal PDF METODE dan TEKNIK Kejujuran pada anak sejak usia dini David Chairilsyah Prodi PG
PAUD FKIP Universitas Riau
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya
Saputra, M. A. (2016). Penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini di RA
DDI Addariyah Kota Palopo. Al-Qalam, 20(2), 197-210.
Ernawati, I., Masrukhi, & Tijan. (2016). Pembinaan Moral Peserta Didik melalui
Eksplorasi Lingkungan di SMP Nasima Semarang. Civic Education
Journal, 2(1), 1–13.
M. Fadlillah dan Lilif Muallifatu Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Maharani Laila. 2014. Perkembangan Moral Pada Anak. Jurnal Bimbingan
dan Konseling (E-Journal). Vol 1. No 2. 2014: 93-98. e-ISSN 2355-8539.
Nurdin Cahyadi, S. Kom., Artikel Pendidikan Agama dan Moral Penting Bagi
Anak
Bhakti dan Mutatik. 2018. Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Pembelajaran di
Taman Kanak-Kanak. Jurnal Moral Kemasyarakatan Vol. 3 No. 1
Tahun2018: 39 – 45
Safitri Novia dkk. 2019. Metode Penanaman Nilai-Nilai Agama dan Moral Pada
Anak Usia
D i n i . Available online at JECE (Journal of Early Childhood  Education).
Vol. 1 No. 2. 2019: 30-44.ISSN 2686-2492
Muhammad Najib dkk., Manajemen Strategik Pendidikan Karakter Bagi Anak
Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2016): 92
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,
(Surakarta, Yuma Pustaka, 2010): 55
Jurnal PDF METODE dan TEKNIK Kejujuran pada anak sejak usia dini David
Chairilsyah Prodi PG PAUD FKIP Universitas Riau

Anda mungkin juga menyukai