Anda di halaman 1dari 17

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN ANAK YANG RELIGIUS

Tugas Akhir Semester

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Nur Ahmad, S.Sos.I,M.S.I

Disusun oleh :

Kurniawati Nor (1410310110)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN TARBIYAH

2014
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lingkungan sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang.


Lingkungan yang positif bisa membentuk kita menjadi pribadi berkarakter positif,
sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif
pula. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter
individu yang ada di dalamnya.

Seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor, tentu saja ia meniru dari sekitarnya.
Tidak perlu jauh-jauh mencari penyebab anak tersebut suka berkata kotor. Tentu saja itu
adalah hasil meniru dari lingkungannya. Untuk mengatasinya, lebih baik mengatasi dari
sumber masalahnya, yaitu dari lingkungan sekitar baik itu dari keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Untuk itu, titik pemecahannya adalah dengan menciptakan
lingkungan yang sehat bagi anak-anak dan individu yang tinggal di dalamnya.

Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu.


Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan
nilai-nilai karakter dalam kehidupan, sepeti karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,
kemandirian tanggung jawab, kejujuran, amanah, diplomatis, hormat, santun, dermawan,
suka tolong-menolong, gotong royong, kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak
hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama, syarat dan formulasinya termasuk bahasan rumit dalam


kehidupan manusia. Karena pendidikan agama bertujuan untuk membina dan mencerahkan
jiwa manusia. Pendidikan agama merupakan konsep pendidikan yang diturunkan oleh
Allah Swt kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Anak-anak dan remaja menjadi
perhatian khusus konsep pendidikan agama. Karena untuk memahamkan anak-anak tentang
ajaran agama serta tentang hari penciptaan dan hari akhir dibutuhkan kelihaian khusus.
Seiring bertambahnya usia seorang anak muncul tiga kecenderungan untuk
beragama. Pertama, rasa untuk beragama pada diri anak akan tumbuh dan berkembang.
Tahap kedua, akan muncul keraguan pada dirinya tentang ajaran agama. Tahap
berikutnya, ia mulai menemukan berbagai pertanyaan akibat keraguannya tersebut. Pada
tahap ini, orang tua harus memperhatikan dengan serius setiap pertanyaan yang diajukan
anak-anaknya dan menanggapinya dengan baik. Terkadang sikap keliru yang ditunjukkan
orang tua atau para pendidik dalam menyikapi pertanyaan ini membuat anak-anak kian
menjauhi agama. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pendidikan agama. Poin
penting lainnya dalam pendidikan agama terhadap seorang anak adalah menyiapkan
kesempatan dan iklim baik dalam lingkungan keluarga, memanfaatkan berbagai metode
dan fasilitas khusus.

Pendidikan anak tidak terhenti pada saat anak memasuki usia pra sekolah saja,
melainkan harus diterapkan semenjak anak masih belajar berjalan. Memberikan
pendidikan yang baik sejak kecil akan sangat membantu orang tua dalam menjalankan
tugasnya sebagai pembentuk generasi masa depan yang berkualitas dan berkarakter. Hal
ini tentu tidak mudah bagi orang tua mengingat bahwa di luar sana akan selalu banyak
godaan dan gangguan yang mampu menggoyahkan kepribadian sang anak kelak di
kemudian hari. Pun demikian, apabila orang tua telah menanamkan landasan- landasan
agama yang kuat di dalam diri sang anak, maka orang tua tak perlu khawatir karena
mereka akan mendapati anak- anak mereka tidak akan goyah terhadap pengaruh buruk dari
dunia luar yang dapat merusak diri mereka sendiri. Tugas orang tua adalah selalu
mengawasi mereka agar tidak terjerumus terhadap hal- hal yang salah yang tentu tidak
hanya merugikan mereka namun merugikan kita sebagai orang tua. Karena itu, mendidik
anak sejak dini dengan menanamkan karakter yang religius dan menciptakan lingkungan
yang baik sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua dan guru sebagai orang tua
pengganti di sekolah.

Pendidikan agama bagi anak-anak berarti menumbuhkan kemampuan terpendam


dalam diri mereka. Mengembangkan rasa religius anak dapat membantu orang tua untuk
mempersiapkan perspektif agamis anak dalam memandang kehidupan. Perspektif ini
memposisikan anak sebagai sumber sejati hakikat dan memberikan ketenangan rohani pada
mereka. Kebutuhan anak akan pemahaman arti kehidupan dapat dipenuhi di lingkungan
keluarga. Pemahaman anak akan Tuhan, dunia dan serta kehidupan di dunia serta akhirat
tergantung pada pengetahuan agama orang tua dan pendidik. Selain itu, cara penyampaian
para orang tua kepada anak-anaknya juga sangat berpengaruh. Orang tua yang sukses
dengan baik memahami cara menumbuhkan rasa religius anak dengan cara menarik
kepercayaan dan kasih sayang serta menciptakan keakraban. Orang tua yang baik juga
memahami dengan benar bagaimana mereka memenuhi rasa dahaga anak-anaknya tentang
pengetahuan agama melalui metode yang benar.

BAB II
ISI

Barangkali dalam benak pernah terbayang betapa susahnya membentuk lingkungan


yang berkarakter. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri yang selanjutnya diteruskan
dalam lingkungan keluarga. Diri sendiri harus dibenahi terlebih dahulu sebelum
membenahi orang lain. Bangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, membangun karakter diri yang pantang menyerah dan lain-lain.

Kebiasaan-kebiasaan positif pada akhirnya akan diteruskan oleh anak pada


lingkungan sosial yang lebih besar, yakni di sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah
institusi pertama tempat anak membangun karakternya. Sebagai orang tua hendaknya
menerapkan pola asuh dan pendidikan yang sehat dan baik dalam keluarga. Dengan begitu,
anak-anak yang telah tertanam kepribadiannya akan menjadi pribadi yang menyebarkan
karakter positif pada lingkungan.

Lingkungan di sekolah, pendidikan karakter juga hendaknya diwujudkan dalam


setiap proses pembelajaran, seperti pada metode pembelajaran, muatan kurikulum,
penilaian dan lain-lain. Di Lingkungan sekolah, sebenarnya anak didik memiliki wadah
untuk mengembangkan diri dan membangun karakter diri melalui kegiatan ekstrakulikuler.
Pendidikan ekstrakulikuler merupakan media untuk membangun rasa tanggung jawab,
kemampuan bersosialisasi dan interaksi, toleransi, bekerjasama dan lain-lain. Contoh
ekstrakulikuler yang dapat membuat anak menjadi religius yaitu mengikuti kegiatan rohis,
rebana dan lain-lain. Dengan mengikuti kegiatan semacam itu, anak akan terbiasa dengan
lingkungan yang religius.

Sebagai orang tua harus menciptakan lingkungan yang berkarakter. Sehingga, anak-
anak dapat menjadi generasi berkarakter yang tidak pantang menyerah ketika menghadapi
tantangan dalam hidupnya. Mereka akan selalu optimis dalam meraih kesuksesan dengan
bekal nilai-nilai yang telah tertanam dalam lingkungan yang berkarakter tersebut.

Dari segi spiritual, mendidik anak untuk menjadi pribadi yang religius juga dapat
dilaksanakan baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam
penerapannya, tidak semua anak mampu menerima ajaran agama dengan baik karena
berbagai faktor. Dalam hal ini, diperlukan sedikit kesabaran bagi orang tua untuk tetap
mengajarkan agama pada anak tanpa ada kesan untuk memaksanya, yakni dengan
mengajarkan agama dengan cara yang lebih menyenangkan. Sehingga, anak akan
mengetahui tentang ajaran- ajaran agama secara tidak langsung.

Pendidikan dari segi spiritual maupun fisik, keduanya sangat penting, namun
disarankan kepada orang tua untuk membentuk mental spiritual yang religius dahulu
sebelum memberikan pendidikan fisik kepada anak. Hal ini sangat diutamakan karena
pendidikan spiritual akan membentuk jiwa yang tangguh dan kuat, sehingga ketika jiwa
yang tangguh sudah terbentuk, maka pendidikan secara fisik atau akademis akan lebih
mudah diterapkan kepada anak. Sebagai orang tua harus ingat bahwa agama merupakan
pondasi utama bagi kehidupan seseorang, sehingga wajib hukumnya bagi orang tua untuk
memberikan bekal spiritual yang cukup kepada anak agar terbentuk pribadi religius yang
tangguh. Dengan membekali anak pondasi spiritual yang tangguh, maka sang anak akan
tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berpendirian dan menggunakan agama
sebagai landasan dalam bertindak hingga ia dewasa kelak.

Dengan menerapkan cara yang tepat dalam mendidik anak, maka orang tua akan
lebih mudah dalam mengarahkan anak untuk menuju hal- hal yang lebih positif. Selain itu,
mendidik anak sejak dini dengan mengajarkan hal- hal yang baik juga dapat memudahkan
orang tua dalam memberikan arahan dan masukan mereka terkait dengan hal- hal apa yang
ingin anak- anak lakukan. Apabila dirasa tidak sesuai, maka orang tua dapat memberikan
masukan dan kritik halus yang bersifat membangun sehingga anak akan lebih termotivasi
untuk melakukan hal- hal yang lebih baik lagi dengan adanya dukungan orang tua.

Lingkungan anak sangat berpengaruh dalam menumbuhkan akhlak dan tingkah


lakunya. Keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak, jika dalam keluarga
mengajarkan anak untuk bersikap baik dan sopan, maka anak akan mempunyai akhlak
yang mulia.

Drs. A. Toto Suryana1 membagi akhlak menjadi tiga bagian yaitu :

1
Drs. A, Toto, Suryana, Pendidikan Agama Islam, Tiga Mutiara, Bandung, 1997, Hlm. 188

a. Ahklak Terhadap Allah


Akhlak yang baik pada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji pada
Allah baik melalui ibadah langsung pada Allah seperti sholat, puasa dan sebagainya,
maupun melalui prilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi
dengan Allah diluar ibadah itu. Berahklak yang baik antara lain beriman, taat, ihklas,
husnudzan, tawakal, syukur, dan lain-lain.
b. Ahklak Terhadap Manusia
Manusia dalam hidup bermasyarakat perlu adanya tatanan yang tepat
mengarahkan pada suatu kebaikan bersama. Disebutkan bahwa semua sifat, prilaku
dan ahklak harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dalam berhubungan dengan
masyarakat, sifat-sifat terpuji yang harus diterapkan dan sifat-sifat tercela harus kita
jauhi inilah yang disebut dengan ahklak pergaulan.
Sementara itu menurut Muhammad Daud (1998: 57-358)2 dalam bukunya
pendidikan agama Islam, bahwa akhlak terhadap manusia dapat dirinci menjadi:
1) Akhlak terhadap Rasul, antara lain: mencintainya secara tulus dengan mengikuti
semua sunnahnya
2) Akhlak terhadap ortu tua, antara lain: mencintai mereka, merendahkan diri padanya,
berkomunikasi dengan baik
3) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: jujur, ikhlas, sabar, rendah hati
4) Akhlak terhadap tetangga, antara lain: saling mengunjungi, saling bantu, saling
hormat
5) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain: memuliakan tamu, menghormati nilai dan
norma yang berlaku, saling tolong.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan


Seseorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib di syukuri
dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam
itu sendiri. Ada yang mengatakan, bahwa: Allah telah menjadikan alam ini untuk
manusia dan untuk dimanfaatkan sesuai dengan ridha Allah tidak untuk dirusak dan
untuk berbuat binasa. 3

2
Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.1998. Hlm. 57
3
Rivay Siregar. 1999. Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta: Rajawali Press. Hlm. 93

Allah berfirman:
).



(56 :
Artinya: Dan janganlah kamu berbuat binasa di bumi sesudah dijadikan baik dan
berdoalah kepada Allah dengan takut (kepada siksanya) dan menuntut (kasihnya)
sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berkebajikan. (Al-Araf:
56)
Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya
disertai sikap tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari.
Berakhlak pada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara
kelangsungan hidup dan kelestariaannya. Agama Islam menekankan agar manusia
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam. Sebab alam yang rusak akan
merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia.
Dari ketiga komponen pembagian akhlak diatas seharusnya diajarkan dan
dibiasakan pada kehidupan anak sehari-hari agar mereka dapat terbiasa berlaku baik dalam
hidupnya, kalau ke sholehan personal sudah terbentuk, maka kami yakin kesholehan
sosialpun akan terbentuk, karena pada dasarnya kehidupan sosial adalah manifestasi dari
kehidupan personal manusia.
Agar tatanan nilai-nilai pendidikan agama Islam yang sudah disebutkan di atas dapat
berhasil dengan baik, maka ada satu hal yang harus diingat oleh pihak orang tua yaitu
keharusan orang tua untuk selalu memotivasi anak, memberi tauladan pada anak, serta
berusaha untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan pada anak.
1. Memotivasi Anak
Motivasi sebagaimana yang dijelaskan oleh Sadirman ( 2003: 73) 4 berasal dari
kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (1999:
106)5 dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran mengatakan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadapa adanya tujuan.

4
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, 2003. Hlm.73
5
Oemar Halamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta 1999, Hlm.106

Dalam kaitannya dengan pendidikan keagamaan anak, yang terpenting bagi orang
menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan anak untuk melaksanakan
aktifitas keagamaan. Dalam hal ini sudah barang tentu peran keluarga sangat
menentukan. Bagaimana orang tua sebagai pemimpin keluarga dapat melakukan usaha-
usaha untuk mendapatkan dan memberikan motivasi agar anak tertarik untuk
melakukan kegiatan keagamaan.
2. Memberi Teladan Pada Anak
Orang tua, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hasbullah (2003: 115) 6 mempunyai
peranan utama dan pertama bagi anaknya selama anak belum dewasa dan mandiri.
Untuk membawa anak pada kedewasaan, maka orang tua harus memberi tauladan yang
baik karena suka mengimitasi orang tua.
Apalagi anak masih dalam keadaan fitrah, segalanya masih cenderung menerima
pengaruh dari keluarga sehingga tidak heran apabila anak itu lahir dalam keluarga yang
selalu membiasakan berbuat baik biasanya menghasilkan pribadi anak yang baik dan
sebaliknya anak yang lahir dalam keluarga yang selalu membiasakan perbuatan-
perbuatan tercela biasanya mengahasilakan pribadi anak yang tercela pula.
Pembentukan kebiasaan yang demikian ini menunjukkan bahwa keluarga berperan
penting, dalam mengkonstruk jiwa anak sejak dini. Lewat kebiasaan-kebiasaan
berprilaku baik dari pihak orang tua, karena kebiasaan orang tua juga akan menjadi
kebiasaan pada anaknya. Oleh karena itu memberikan tauladan yang pada anak amatlah
diperlukan baik tauladan yang sifatnya vertikal kepada Allah maupun yang sifatnya
horizontal sesama manusia.
3. Membentuk Kebiasaan-Kebiasaan Anak
Pembentukan kebiasaan pada anak mulai sejak dini amatlah urgen. Utamanya
pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat relegius, sesuai dengan perkembangan
jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan latihan dan pembiasaan tentang agama pada
waktu kecilnya, menurut Daradjat (1995: 65)7 bisa jadi ia akan besar dengan sikap acuh
tak acuh atau anti terhadap agama.

6
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta ,2003. Hlm. 115
7
Zakiah Daradjat. Kepribadian Guru(Cetakan Ketiga). Jakarta, 1995 Hlm. 65

Oleh karena itu seharusnya orang tua bisa menanamkan kebiasaan-kebiasaan


berprilaku baik mulai sejak dini. Karena masa anak-anak adalah masa yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar kehidupan beragama. Misalnya anak-anak dibiasakan
ikut serta kemasjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan ceramah
keagamaan, kegiatan seperti inilah yang sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kepribadian anak selanjutnya.
Di antara beberapa hal kebiasaan yang perlu ditanamkan pada anak adalah
sebagai berikut:
1) Menanamkan kebiasaan beribadah
2)Menanamkan kebiasaan berakhlakul karimah
3)Menanamkan kebiasaan bertindak ekonomis
4) Menanamkan kebiasaan hidup sehat.

Tak jarang orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik anak-anaknya,


diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah :
1. Memberi pendidikan yang tidak seimbang
Masih banyak orang tua yang tidak mementingkan pendidikan Agama pada
diri anak-anak mereka. Padahal pendidikan agama adalah pondasi yang harus
dimiliki setiap anak.
2. Menegur anak secara negatif
Orang tua terkadang mengeluarkan kata-kata kasar dan makian kepada anak-
anak saat mereka melakukan kesalahan. Lebih parahnya lagi orang tua masih
sering membandingkan anak-anak kita dengan yang lain.
3. Tidak memberikan ruang yang bebas
Maksud bebas disini adalah, kurang memperhatikan apa kesukaan anak. Anak
tidak memiliki ruang untuk melakukan aktivitas yang sesuai keinginan mereka.
Tapi ingat, ruang bebas yang dimaksud adalah hal-hal yang positif dan tidak keluar
dari syariat.
4. Kurang mengawasi acara TV ataupun video yang ditonton anak.
Pengawasan terhadap apa yang ditonton anak sangat penting, kerena saat ini
banyak acara TV menonjolkan akhlak yang kurang baik, seperti pergaulan bebas,
pakaian yang tidak sesuai kaidah agama dan perbuatan yang tidak pantas ditonton
anak-anak.

5. Kurang memberi sentuhan kepada semua anak.


Rasulullah sering membelai cucu-cucunya dan mencium mereka. Diriwayatkan
oleh Aisyah R.A. Pada suatu hari Rasulullah SAW mencium Al-Hassan atau Al
Hussien bin Ali R.A. Ketika itu Agra bin Habsi At-Tamimiy sedang berada di
rumah baginda. Berkata Agra, Ya Rasulullah, Aku mempunyai sepuluh orang
anak, tetapi aku belum pernah mencium seorang pun dari mereka, Rasulullah
melihat kepada Agra kemudian berkata, Siapa yang tidak mengasihi tidak akan
dikasihi, (H R. Bukhari dan Muslim).
6. Terlalu bergantung kepada pembantu rumah untuk mendidik anak-anak.
Sebagai orang tualah yang akan ditanyakan mengenai anak-anak kita di akhirat
kelak. Oleh karena itu menjadi kepentingan kita untuk berusaha memastikan anak-
anak terdidik dengan didikan Islam.
7. Bertengkar di depan anak-anak.
Ini akan menyebabkan anak-anak tertekan dan membenci salah seorang dari
Ibu Bapaknya. 8

Aqidah dan akhlak pada jiwa anak sangatlah diprioritaskan agar terbentuk jiwa dan
sikap hidup manusia yang hanya percaya dan yakin kepada Allah SWT, serta
menjadikannya keindahan pokok atau pedoman hidup dalam tingkah tanduk manusia
hingga mereka tidak akan kehilangan arah.

Hal inilah yang sangat diperlukan cara-cara penanaman pendidikan aqidah dan
akhlak sangat penting bagi generasi penerus bangsa kita ini. Setelah aqidah itu tertanam di
jiwa anak, selanjutnya adalah menanamkan akhlah sebagai salah satu bentuk realisasi dari
aqidah di atas. Setiap manusia akan berperilaku sesuai dengan apa yang diyakininya.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk pendidikan akhlak mencakup dasar-dasar moral serta
keutamaan perangai dan ini pun sangat dianjurkan penanamannya pada anak sejak masa
analisis hingga ia menjadi mukallaf ( akil balig ).

8
Muhammad. Kesalahan Mendidik Anak, Yogyakarta, 2002. Hlm. 28

Ada beberapa hal yang harus diajarkan kepada anak-anak sebagai upaya
menanamkan aqidah dan akhlakul karimah. 9

1. Shalat
Kita tanamkan pada jiwa anak bahwa shalat adalah cerminan iman kita. Shalat
adalah tiang agama yang menjadi suatu kewajiban secara global bagi umat islam.
Pengenalan ini bisa diawali dengan mengajaknya untuk ikut shalat berjamaah di masjid,
hingga tertanam dalam hatinya sedikit demi sedikit rasa cinta kepada Allah SWT dan
rasa ingin tahu lebih dalam tentang tujuan diperintahkannya shalat. Tak dapat
dipungkiri pula bahwa sifat imitasi anak akan muncul dikala melihat orang tuanya
shalat. Kita contohkan saja anak bisa ikut melakukan sujud kala orang tuanya sedang
sujud. Hal ini adalah pertanda baik yang menandakan bahwa daya pikir anak mulai
berkembang. Membelikan mukena lucu dan bagus, lalu mengenakannya kepada anak
juga merupakan salah satu bentuk persiapan dan Insya Allah dapat membangun
mentalitas anak serta kecintaan merekauntuk melaksanakan shalat.

2. Mengenalkan Kitab Suci Al-Quran


Pengenalan ini bisa dilakukan dengan memberitahukan bagaimana bentuk-bentuk
huruf Al-Quran, bagaiman cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar, atau
dengan mengajaknya pergi ke TPQ ( Taman Pendidikan Quran ). TPQ terdekat yang
terdapat banyak teman sebayanya serta dilengkapi dengan metode pengajaran yang
dapat menarik simpati anak-anak hingga mereka merasa betah dan nyaman.
Mengajarkannya melihat TV/VCD yang menampilakan anak-anak sebayanya
belajar mengaji atau mendengarkannya bagaimana cara belajar baca Al-Quran, baik
dengan nyanyian maupun yang lain.

3. Menutup Aurat
Memberi kesan kepada anak bahwa dengan terbukanya aurat kita sedikit saja, kita
merasa malu, risih, tak nyaman, dan sebagainya. Hal ini bisa dilakukan dengan
membiasakan mengenakan baju muslimah pada anak yang dilandasi dengan berbagai
macam model yang makin zaman makin banyak model-model baru dan lucu sehingga
anak makin senang dengan apa yang dikenakan bahkan tak ingin melepasnya.

9
Keisya Avicenna. Beauty Jannaty. Solo, 2003. Hlm. 391

4. Mengajarkan Anak Makan dan Minum yang Halal


Bisa diperkenalkan hadits-hadits Rasulullah saw. tentang adab makan, sambil
mencontohkannya.

5. Mengajarkan Meminta Izin jika Bukan Miliknya


Berikan contoh ketika meminjam barang milik suami untuk mengucapkan izin
kebolehannya.

Pesan dan cara Rasulullah saw. dalam mendidik keluarganya.

1. Ajari Mereka untuk Bertauhid


Allah SWT mencerminkan tentang wasita yang disampaikan Nabi Yaqub ketika hendak
meninggal dunia, Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkat kepada anak-anaknya,Apa yang kamu sembah sepeninggalku?
Mereka menjawab, Kami akan mnyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya. (QS al-Baqarah [2]: 133)
Ayat ini mengajarkan kepada kita satu prinsip penting tentang penanaman aqidah
kepada keluarga. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cerita perjalanan hidup Nabi
Yaqub sangat panjang dan merupakan cerminan akhlak terpuji. Namun penggalan
cerita tentang beliau yang Allah pilih dalam Al-Quran adalah kisah wasiatnya kepada
putra-putranya. Demikian juga yang diajarkan Luqmanul Hakim kepada anaknya (lihat
Surat Luqman Ayat 13

2. Ajari Anak untuk Melaksanakan Shalat


Dari Ibnu Abbas r.a, Nabi saw. bersabda, Perintahkanlah anak kalian untuk shalat
ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika
mereka berusia 10 tahun. (HR Abu Dawud)
Pada asalnya hukum shalat tidak wajib bagi anak-anak. Akan tetapi, ketika ada
seorang anak meninggalkan shalat, sementara orang tuanya tidak memerintahkannya
atau memaksanya maka si anak tidak berdosa, tetapi orang tuanya telah melanggar
kewajiban. Sebab, dirinya wajib untuk memerintahkan anaknya agar melaksanakan
shalat. Faedah lain adalah perintah tersebut untuk membiasakan anak mengerjakan
shalat.

3. Memberikan Sedikit Ancaman agar Mereka Tidak Bermaksiat


Tujuan memberikan ancaman semacam ini adalah agar anak tidak berani melawan
orang tua atau istri melawan suami. Dari Ibnu Abbas r.a, Nabi saw. bersabda,
Gantunglah cemeti di tempat yang bisa dilihat penghuni rumah. Karena ini akan
mendidik mereka. (HR Thabrani)

4. Pisahkan Tempat Tidur Antara Anak Laki-laki dan Anak Perempuan


Hal ini akan menjadi pendidikan bagi anak untuk memahami bahwa antara anak
laki-laki dan wanita tidak boleh campur baur. Pemisahan ini dimulai ketika mereka
menginjak usia 10 tahun. Nabi saw. bersabda, Pisahkan tempat tidur di antara
mereka. (HR Abu Dawud)

5. Memperbanyak Doa untuk Kebaikan Keluarga


Banyak sekali doa yang Allah SWT ajarkan dalam Al-Quran, yang isinya memohon
kebaikan bagi keluarga. Demikian pula, Rasulullah saw. banyak mengajarkan hal yang
sama dalam haditsnya. Hadits tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Doa Nabi Ibrahim untuk keturunannya
Nabi Ibrahim a.s. termasuk nabi yang doanya banyak Alla sebutkan dalam Al-
Quran. Doa beliau banyak berisi kebaikan untuk dirinya dan keturunnnya. Ini
menunjukkan bahwa doa Nabi Ibrahim adalah doa yang istimewa di sisi Allah. Di
antara doa beliau, ...dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak
menyembah berhala. (QS Ibrahim [14]: 35). Beliau juga berdoa, Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, Ya Tuhan
kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim [14]: 40)

b. Doa Nabi Nuh a.s


Beliau memohon kepada Allah SWT agar setiap orang mukmin yang masuk
rumahnya diampuni oleh Allah SWT. Hal ini akan memberi kesempatan agar
keluarga kita banyak mendapat ampunan dari Allah SWT.
Nabi Nuh berdoa, Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu, bapakku, dan siapa pun yang
memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu
selain kehancuran. (QS Nuh [71]: 28)

c. Allah juga mengajarkan di antara doa orang mukmin adalah, ...Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS al-Furqan [25]: 774)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari latar belakang dan isi makalah di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
yang baik sangat diperlukan untuk mendidik dan memberikan pelajaran kepada anak.
Lingkungan yang sangat dekat dengan anak adalah keluarga. Peran keluarga sangat
diperlukan, khususnya orang tua. Orang tua harus memberikan contoh yang baik
kepada anak, karena anak memungkinkan meniru dan mengikuti tingkah laku dan
kebiasaan orang tua. Selain itu, anak harus diberikan metode dan bahan ajar yang
dapat membuatnya menjadi seorang yang memiliki kepribadian yang baik dalam
segala hal. Orang tua juga diwajibkan untuk menempatkan anak di lingkungan yang
agamis dan religius, misalnya mengajari anak tentang tauhid, shalat, Al-Quran dan
selalu mengawasi mereka dalam melakukan suatu kegiatan serta menasihatinya agar
selalu bersikap baik kepada semua orang. Lingkungan yang religius dapat membuat
anak menjadi pribadi yang taat beragama dan menjadi anak yang sholeh maupun
sholehah. Selain dari lingkungan keluarga, sekolah juga merupakan lingkungan yang
sangat menentukan sikap anak dalam menjadi seorang yang santun dan religius. Serta
Lingkungan yang dapat membuat anak menjadi religius adalah lingkungan masyarakat
yang agamis.
B. Saran
Dari simpulan diatas diketahui bahawa lingkungan anak sangat penting dalam
membentuk karakter dan kepribadiannya. Diharapkan para orang tua dan pengajar
dapat memberikan pelajaran dengan baik, khususnya dalam membentuk sifat anak
yang religius. Setelah selesainya makalah ini, maka penyusun berharap kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Karena penyusun masih dalam tahap belajar. Atas
sarannya penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini berguna bagi
penyusun dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. A, Toto, Suryana af, M.Pd, dkk, Pendidikan Agama Islam, Tiga Mutiara,
Bandung, 1997.

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998)

Rivay Siregar. 1999. Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta:


Rajawali Press

A.M Sadirman (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar, (1999), Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Hasbullah. (2003). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Daradjat, Zakiah. 1995. Kepribadian Guru (Cetakan Ketiga). Jakarta : Bulan


Bintang

Muhammad. 2002. Kesalahan Mendidik Anak.Yogyakarta: Media Hidayah

Avicenna, Keisya. (2013) . Beauty Jannaty. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka


Mandiri

http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-membangun-lingkungan-
berkarakter/

Anda mungkin juga menyukai