Anda di halaman 1dari 195

PROBLEMATIKA PENGAMALAN NILAI-NILAI

MORALITAS DALAM KELUARGA


(Studi pada Keluarga Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Dan Petani
Jl. Alpokat I Di Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota
Jayapura)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Jayapura
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:
AKBAR IRJAYANTO
NIM. 011 111 005

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
FATTAHUL MULK JAYAPURA
2019

1
PERYATAAN KEASLIAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Akbar Irjayanto


Nomor Induk Mahasiswa : 011 111 005
Jenis penulisan TA : Karya Tulis Ilimiah dengan metode pendekatan
Skripsi/PTK/Studi Kualitatif Naturalistik
Kasus/Memorandum
Hukum
Judul Penulisan TA : Problematika Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas
Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur
Distrik Muara Tami Kota Jayapura

Menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tugas akhir ini adalah
plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh perguruan tinggi IAIN FATTAHUL MULUK Jayapura dan
pertaturan hukum yang berlaku.

Demikian peryataan ini saya buat dalam keadaan sadar, sehat walafiat, dan tanpa
tekanan dari manapun juga.

Jayapura, 11 Februari 2019


yang menyatakan

Akbar Irjayanto
NIM : 011 111 005

2
PERSETUJUAN PEMBIMMBING

Problematika Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat


I desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura

Akbar Irjayanto
NIM : 011 111 005

Jayapura, 11 Februari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Talabudin Umkabu, S. Ag. M. Pd Siti Rokhmah. S. Pd. I., M. Pd.I


NIP.197408202005011008 NIP.197805172006042001

Mengetahui
ketua Jurusan Tarbiyah

H. Marwan Sileuw, S. Ag, M. Pd

NIP. 197404042005011010

3
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Akbar Irjayanto


Nim : 011 111 005
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Januari 2019
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Jenjang Program : Strata Satu (S1)
Judul : Problamatika Pengamalan Nilai-nilai Moralitas
Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat I Distrik Muara
Tami Kota Jayapura.

Telah direvisi, disetujui dan dipertanggung jawabkan di depan tim penguji dan tim
pembimbing sebagai bagian persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan
Agama Islam.

No Nama Penguji Tanda Tangan


1. H. Marwan Sileuw, S. Ag. M. Pd
NIP. 197404042005011010
2. Talabudin Umkabu, S. Ag. M. Pd
NIP. 197408202005011008
3. Zulihi, S. Ag. M. Ag
NIP. 197212312006041008

Jayapura, 11 Februari 2019


Pembimbing I Pembimbing II

Talabudin Umkabu, S. Ag. M. Pd Siti Rokhmah. S. Pd. I., M. Pd.I


NIP.197408202005011008 NIP.197805172006042001

Mengetahui
ketua Jurusan Tarbiyah

H. Marwan Sileuw, S. Ag, M. Pd


NIP. 197404042005011010

4
ABSTRAK
AKBAR IRJAYANTO. Problematika Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam
Keluarga (Studi kasus pada keluarga Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta,
Pedagang, Wiraswasta, Petani dan Buruh di desa Koya Timur Distrik Muara Tami
Kota Jayapura). Skripsi. Jayapura: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah IAN Fattahul Muluk Jayapura, 2019.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa semua orang tua pasti menginginkan
agar anak-anak mereka menjadi orang yang shalih dan shalihah. Namun dalam
kenyataannya, secara tidak sadar mereka justru memperlakukan anak-anak dengan
cara yang menjauhkan dari terwujudnya cita-cita tersebut atau bahkan
menjerumuskan kepada kondisi yang sebaliknya. Banyak sekali orang tua yang
sibuk dalam mencari nafkah. Kesibukan mereka itu sangat menyita waktu, akibatnya
sangat sedikit waktu yang tersisa untuk memberikan pendidikan khususnya mendidik
agama Islam pada anak. Akan tetapi tidak banyak juga orang tua yang bekerja itu
yang masih memperhatikan kebutuhan anak akan menggali ilmu agama baik itu di
lembaga formal maupun non formal seperti memasukkan anak-anak mereka ke
tempat pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang diadakan di masjid dusun tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengamalan Pendidikan Islam dalam
keluarga di Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura, dan untuk
mendiskripsikan kelebihan dan kekurangan yang ada pada pelaksanaan Pendidikan
Islam dalam keluarga di desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Sedangkan keabsahan data dengan
menggunakan teknik triangulasi sumber. Subjek penelitian dalam penelitian ini
meliputi 15 keluarga buruh tani yang mempunyai anak umur 6-12 tahun di Desa
Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) kurangnya perhatian dan pendidikan
yang diterima dari keluarga, menyebabkan keadaan psikologis pengguna NAPZA
menjadi kurang percaya diri dalam melakukan segala sesuatu. Penderita NAPZA
juga kurang mampu mengontrol emosinya, sehingga terkadang emosi itu meluap-
luap hingga mengakibatkan ia mengalami depresi juga histeria. Ketidakstabilan
emosi membuat subjek lebih menikmati kesendiriannya dan bermain dengan fantasi-
fantasinya. Hingga membuat subjek mencoba bunuh diri dua kali. Kurangnya
pendampingan serta kelekatan dari pihak orangtua, membuat ia mudah terpengaruh
oleh pergaulan yang buruk seperti sex bebas, rokok dan narkoba. Kondisi kehidupan
remaja hamil pranikah di Kelurahan Koya Timur sesudah menikah dan mempunyai
anak adalah: lebih banyak yang bertanggung jawab, sebagian besar masih tinggal
bersama dengan kedua orang tua, kebutuhan ekonomi masih dicukupi oleh orang tua,
sebagian besar suaminya ada yang sudah bekerja dan ada yang belum bekerja,
kurang memahami nilai-nilai pendidikan Islam sehingga hubungan dengan orang tua
dan suami setelah menikah ada yang harmonis dan ada yang tidak harmonis hingga
bercerai. Alasan remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah di Kecamatan Koya Timur adalah: orang tua yang tidak setuju, dicekoki
minuman keras, rasa cinta terhadap pasangan, rasa penasaran terhadap wanita, suka
sama suka dan berniat melakukan hubungan seksual, kesempatan. 2) Pengamalan

5
nilai-nilai akhlak kepada Allah Subhana Wata’ala dalam keluarga yang ditanamkan
di desa Koya Timur kepada anaknya berupa: anak-anak diajarkan cara mentauhidkan
Allah Subhana Wata’ala yaitu dengan di biasakan dzikir sehabis shalat. Biasanya
anak-anak di ajari oleh orang tua ketika sehabis shalat jamaah untuk berdzikir dan
bukan untuk bermain. Dan anak-anak diajarkan orang tua untuk berpuasa di bulan
ramadhan, membaca Al-Qur’an dan shalat sunnah. Sedangkan bagi keluarga yang
ilmu pengetahuan agamanya rendah yang sibuk bekerja anak-anak dan istri mereka
dimasukkan ke TPA serta diperintahkan untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperti
maulid Nabi, Isra Miraj kemudian pengajian yang diadakan setiap tahunnya.
Adapaun nilai-nilai akhlak terhadap keluarga yang ditanamkan di desa Koya Timur
kepada anak-anaknya berupa: mengucapkan salam sebelum masuk dan keluar rumah,
begitu juga ketika dia bertemu dengan teman dan saudara sesama muslim di jalan,
membiasakan etika duduk dalam pertemuan, dengan cara tidak boleh mengangkat
kaki apalagi anak perempuan, tidak berbicara kasar kepada teman maupun pada
orang lain yang lebih tua darinya, menjaga perasaan orang ketika bercanda
merupakan salah satu etika menghargai orang lain di sekitar kita, menjenguk orang
sakit, berkata sopan dan santun kepada orang tua dan memberikan makanan atau
minuman kepada gurunya sebagai tanda menghormati guru yang telah mendidik
anak saya. Metode yang digunakan keluarga dalam mengamalkan nilai-nilai akhlak
ialah dengan cara keteladana, pembiasaan dan hukuman. 3) Faktor yang
mempengaruhi pengamalan nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur ialah: a) Faktor
lingkungan, b) Kesibukan kerja orang tua dan keterbatasan ilmu agama Islam, c)
Kurang diminatinya pendidikan Islam, d) Kurangnya partisaipasi masyrakat, e)
Kurangnya tokoh agama Islam.

Kata Kunci : problematika pengamalan nilai moral dalam keluarga.

6
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai

kenikmatan, rahmat, taufik hidayat serta inayahNya, sehingga penulis dapat

menyusun skripsi yang berjudul : Problamatika Pengamalan Nilai-Nilai Moral Dalam

Keluarga (studi pada keluarga buruh tani di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik

Muara Tami Kota Jayapura).

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Institut Agama Islam Negeri

Jayapura. Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan

yang telah penulis terima dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri, yang telah mengijinkan penulis untuk

menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri Jayapura.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana

sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran

dalam pembuatan skripsi ini.

4. Bapak Talabudin Umkabu, S. Ag. M. Pd, Dosen pembimbing I yang tulus ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan pada penulis.

5. Ibu Siti Rokhmah, S. Pd. I. M.Pd. I, dosen pembimbing II yang tulus ikhlas

meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan penuh kesabaran memberikan bimbingan

dan pengarahan pada penulis.

7
6. Ibu Sumisih, Kepala Desa Koya Timur beserta perangkat yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Eka Dwi Ragil Saputri, S.Kom, yang telah memberikan semangat dan sabar

menunggu.

8. Adik-adikku (Solichin dan Pundi), yang selalu membantu dan mendoakanku.

9. Sahabat kostku (Candra & Teguh) yang selalu membuatku tersenyum.

10. Semua teman-teman PLS angkatan 2008, yang telah memberikan motivasi dan

kenangan yang tak terlupakan.

11. Teman-teman PLS angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 atas motivasi,

dukungan, dan bantuanya.

12. Kepada responden dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi lebih sempurnanya skripsi ini.

Jayapura, 11 Februari 2019


Penulis

Akbar Irjayanto
NIM : 011 111 005

8
MOTTO

  


  
  
 
   
   
   
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan”.

(Q. S. At-Tahrim : 6)

  


  
  
  
  

“dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah dan hendaklah mereka

9
mengucapkan Perkataan yang benar”.

(Q. S. An-Nisa : 9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang

telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk ku dalam

mengerjakan skripsi ini. Karya kecil ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak Sarpan dan Ibu Lestari tercinta atas segala pengorbanan dan kasih

sayangnya serta memberikan rangkaian do’a tulusnya yang tiada henti,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Untuk istriku Via Zahiria Aqmarina dan anakku Rafiqa Khoirunnisa yang

telah memberikan semangat dan doanya.

3. Buat adikku Intan Oktavia Febrianti yang senantiasa memberikan

dukungan kepada penulis.

4. Almamater IAIN Jayapura tercinta.

10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


PERYATAAN KEASLIAN……………………………………………....... ii
PERSETUJUAN……………………………………………………............ iii
PENGESAHAN……………………………………………………………. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................. 8
E. Kajian Pustaka......................................................................... 9
F. Metode Penelitian............................................................ 12
G. Sistematika Pembahasan................................................ 17

BAB II KAJIAN TEORI


A. Tinjauan Tentang Akhlak....................................................................... 19
1. Pengertian Akhlak.............................................................................. 19
2. Dasar Akhlak...................................................................................... 21
3. Karakeristik Akhlak Islami................................................................ 25
4. Pembagian Macam-Macam Akhlak................................................... 28
B. Pengamalan Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak.................................. 33

11
1. Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Akhlak................................ 33
2. Pendidikan Akhlak Dalam Keluiarga................................................ 35
3. Pendidikan Melalui Keteladanan....................................................... 36
C. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai-Nilai Moral Dalam Keluarga.......... 41
1. Aspek Frekuensi................................................................................. 43
2. Aspek Intensitas Komunikasi............................................................. 44
3. Aspek Kualitas Pesan Yang Dikomunikasikan.................................. 45
D. Kerangka Teoritik................................................................................... 48

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN


A. Gambaran Umum Desa Koya Timur....................................................... 50
B. Kondisi Kehidupan Beragama................................................................ 53
C. Fasilitas kegiatan pengajian majelis taklim............................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian..................................................................................... 57
1. Konsep Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam Keluarga
Menurut Tuntunan Agama Islam.................................................... 57
2. Pengamalan Nilai-Nilai Moral Dalam Keluarga di Jl. Alpokat I
Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura................... 61
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas
Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara
Tami Kota Jayapura......................................................................... 98
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................ 107
1. Konsep Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam Keluarga
Menurut Tuntunan Agama Islam.................................................... 107
2. Pengamalan Nilai-Nilai Moral Dalam Keluarga di Jl. Alpokat I
Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura................... 111
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas
Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara
Tami Kota Jayapura......................................................................... 113

12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 117
1. Konsep Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam Keluarga
Menurut Tuntunan Agama Islam................................................ 117
2. Pengamalan Nilai-Nilai Moral Dalam Keluarga di Jl. Alpokat I
Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura................. 118
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas
Dalam Keluarga Di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara
Tami Kota Jayapura...................................................................... 120
4. Saran.............................................................................................. 123
1. Kepada Orang Tua....................................................................... 123
2. Anak Didik..................................................................................... 124
3. Masyarakat Desa Koya Timur...................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 124

13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diyakini sebagai agama yang sempurna, bukan saja karena

tuntunannya yang serba mencakup seluruh segmen kehidupan manusia, tetapi juga

memiliki aturan yang berfungsi mengontrol dan mengawasi bahkan memberi

penghargaan dan sanksi. Oleh karena itu, selayaknya umat Islam mengamalkan

ajaran agamanya dengan saksama dan konsisten demi mencapai kualitas hidup

yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Umat Islam dalam menjalankan agamanya

membutuhkan pendidikan dan pengajaran. Pendidikan merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bahkan pada dasarnya,

kemajuan pendidikan adalah sesuatu yang menjadi target utama seluruh bangsa.

Dengan demikian, pendidikan mendapat perhatian khusus dalam sebuah

masyarakat modern.

Masyarakat Indonesia yang mayoritasnya menganut agama Islam menyadari

akan hal tersebut, sehingga ketika Indonesia menjadi negara berdaulat dan

modern, prioritas utama adalah investasi human skill dengan cara membentuk

silabus pendidikan secara sistematis. Pendidikan seharusnya berorientasi kepada

pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak cukup

hanya bersifat objektif atau subjektif, tetapi harus kedua-duanya. Kebutuhan

objektif untuk mengubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan

kemampuan subjektif (kesadaran subjektif), objek, dan pendidikan adalah realitas

14
Keluarga, sedangkan peserta didik dan pendidik sama-sama menjadi subjek atau

pelaku.

Kesadaran untuk menempuh pendidikan tidak terlepas dari pengetahuan

serta pemahaman agama yang utuh, karena dibutuhkan kesadaran serta semangat

yang besar untuk terus belajar men1cari ilmu. Pendidikan tidak hanya diperoleh di

lembaga formal, tetapi juga informal, karena keluarga membangun perubahan dan

berpartisipasi aktif di dalamnya, sehingga manusia dapat dibentuk menjadi

makhluk moral spiritual (moral-spiritual-being), agar menjadi lebih baik dan

bertaqwa kepada sang pencipta.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka benang merah yang dapat ditarik

bahwa pendidikan merupakan suatu media dan aktivitas membangun kesadaran

kritis, kedewasaan, dan kemandirian peserta didiknya. Pendidikan yang ditempuh

oleh seorang individu tentu saja dipengaruhi oleh faktor kehidupan keluarga dan

masyarakat sekitar. Melalui proses pendidikan diharapkan mampu menciptakan

mentalitas dan kultur pendidikan keluarga.`

Hal yang menarik perhatian untuk melakukan penelitian ini. Pertama, bila

dilihat dari pengamalan nilai-nilai moralitas yang telah di paparkan diatas, jauh

sekali berbeda dengan Pemahaman agama sebagian besar masyarakat yang ada di

Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura yang terlihat masih sangat

minim, atau terlihat kurangnya pemahaman agama secara utuh. Ini bisa terlihat

dari kebiasasaan hidup sehari-hari masyarakat yang hidup di desa Koya Timur,

terlebih lagi kurangnya ustadz atau tokoh agama di desa tersebut yang

1
Membangun Keluarga Sakinah, “Panduan KIE Bagi Penyuluh Agama” (BKKBN
bekerjasama dengan DEPAG RI, MUI, NU, dan DMI, 2009), hal. 109

15
mengakibatkan sentuhan nilai-nilai ajaran islam tidak bisa diaplikasikan secara

menyeluruh ke dalam kehidupan masyarakat desa Koya Timur, akibatnya terjadi

pergeseran nilai dari gaya hidup berbudaya, beretika dan sederhana menjadi gaya

hidup yang modern, tak beretika dan terlalu cinta terhadap dunia. Kehidupan

seperti itu akan terus berkembang seiring perkembangan zaman dan lama-

kelamaan menjadi suatu tradisi bagi masyarakat, apabila kita sebagai pengamat

pendidikan Islam dan masyarakat yang menganut ajaran Islam masih tidak perduli

dengan kehidupan sosial beragama kita khususnya agama Islam.2

Kedua, bila dilihat dari anak yang akan diteliti yaitu anak remaja. Karena

masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju kearah

kedewasaan. Pada massa ini banyak sekali kasus-kasus kerusakan moral yang

terjadi di desa tersebut, misalnya saja kasus-kasus perzinahan atau sexs bebas

dikalangan remaja dan anak muda yang semakin hari semakin tidak bisa di

kontrol, hamil di luar nikah, pacaran yang terlalu bebas, perselingkuhan suami

istri setelah menikah. Padahal sebelum marakanya kasus-kasus tersebut terjadi, di

masa yang lalu kira-kira tahun 2006 samapai tahun 2008 kehidupan anak muda

dan remaja masih di katakan normal dan kondusif yang belum sampai pada

kenakalan tingkat tinggi, akan tetapi uniknya di masa itu gaya hidup anak remaja

dan anak mudanya dan sosial masyarakat masih sangat sederhana, ramah,

beretika, pekerja keras dan tak mengenal gaya hidup yang modern.3

2
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Parjiman, ketua masjid Miftahul Amal Koya
Timur pada tanggal 09 Juli 2018.
3
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suparmin wakil ketua masjid Miftahul Amal
pada tanggal 09 Juli 2018.

16
Ketiga, di tengah-tengah rusaknya moral di desa koya timur, peneliti juga

mengamati apa yang menjadi penyebab utama rusaknya moral di desa Koya

Timur ini, salah satu faktornya ialah:

1. Kurangnya ustadz (tokoh agama) di masyarakat .

Dampak dari kurangnya ustadz ini mengakibatkan sebagian besar

masyarakat khususnya umat Islam yang ada di koya timur ini, kurang

mendapatkan siraman rohani dan nilai-nilai agama Islam, dan akhirnya nilai

pendidikan yang seharusnya diterapkan di masyarakat menjadi tabuh dan

jarang di bahas kecuali pada saat-saat tertentu saja seperti, Maulid Nabi

Shalallahu alaihi wasallam, Nuzulul Qur’an, dan Isra Miraj saja, dan ini

berdampak kepada keluarga masyarakat itu sendiri yang semakin hari jauh dari

agama Islam dan mulai hidup sekuler layaknya orang tak beragama.

Adapun jumlah ustadz atau tokoh agama Islam yang ada di desa Koya

Timur ini pun, setelah peneliti amati masih jauh dari harapan yaitu berjumlah

kurang lebih 5-6 orang yang aktif mengisi khutbah jum’at, hari raya besar umat

Islam, dan menjadi iman sholat fardhu. Ini disebabkan karena ustadz-ustadz

yang berada di koya timur ini, lebih aktif di sekolah atau mengajar dan karena

kan pekerjaan mereka yang notabene di pusat perkotaan yang jarang sekali

aktif di masyarakat. Salah satu data nama-nama ustad yang aktif di desa Koya

Timur ini yang peneliti dapatkan dari petugas masjid besar Miftahul Amal

ialah:

a. Ustadz Syaikoni Marjiono

b. Ustadz Arif Gunawan

c. Ustadz Suyoto Naim

17
d. Ustadz Rusli Purwoto

e. Ustadz Amiruddin, S. Ag

f. Ustadz Umar Thalib, S. Ag

2. Kurangnya sosialisasi antara masyarakat dan tokoh- tokoh agama Islam tentang

pentingnya penanaman nilai-nilai Agama Islam.

3. Kurangnya perhatian keluarga muslim desa koya timur untuk menyekolahkan

anaknya di sekolah-sekolah Islam seperti pesantren atau madrasah dan lebih

condong kepada sekolah umum.

4. Rasa tidak percaya keluaraga muslim terhadap sekolah Islam madarasah atau

pesantren yang hanya sekedar mengajarkan ilmu agama saja dan teori

dibandingkan sekolah umum yang dibangun pemerintah, dimana pendidikan

umum jauh lebih meningkatkan kualitasnya baik dalam pelajaran umumnya

maupun dalam praktek pembelajarannya.4

Zaman sekarang ini adalah masa di mana realitas perekonomian dapat

mengalahkan ideologi agama, moral, dan etika. Semakin banyak orang-orang

yang berlomba-lomba guna mendapatkan kebutuhan materi, bahkan dalam pikiran

mereka yang terbersit hanya masalah dunia saja. Mereka lupa bahwa masih ada

lagi yang hal yang lebih penting yakni mendidik, mengarahkan anak kepada

kehidupan yang sesuai dengan syari’at Islam, karena jika satu hal ini terlupakan

akan menimbulkan permasalahan yang besar di kemudian hari.

Banyak sekali keluarga dan masyarakat yang sibuk dalam mencari nafkah,

yang pada dasarnya itu hanya menjadi tanggung jawab bagi seorang ayah (kepala

4
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Supriyanto, staff Lurah Koya Timur pada
tanggal 15 Juli 2018.

18
rumah tangga). Akan tetapi, karena kebutuhan hidup yang semakin sulit, sehingga

seorang ibu pun turut ikut serta dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari.

Padahal, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan anak-anak sekarang ini

cenderung lebih disebabkan oleh ketidak waspadaan orang tua terhadap

pengembangan anak.

Kenyataan bahwa masyarakat di desa Koya Timur adalah masyarakat yang

tergolong ulet, rajin dan telaten dalam bekerja. Karena bagi mereka hidup yang

sejahtera adalah tercukupinya kebutuhan materi. Sehingga tidak sedikit dalam

keluarga di dusun ini yang kedua orang tuanya bekerja, bahkan kerja mereka

tidak hanya di siang hari saja tetapi ada juga yang sampai malam seperti yang

bekerja di pabrik) .

Kesibukan mereka itu sangat menyita waktu, akibatnya sangat sedikit waktu

yang tersisa untuk memberikan pendidikan khususnya mendidik agama Islam

pada anak. Imbas dari kurangnya pendidikan agama adalah banyak sekali,

diantaranya rasa berbaktinya anak terhadap orang tua mereka ataupun rasa hormat

pada orang yang lebih tua sangat minim. Bahkan terkadang orang tuanya

kewalahan dalam menghadapi anaknya. Hal itu yang membuat orang tua mereka

tidak peduli dengan perilaku anaknya. Kehidupan yang seperti ini sangat

memprihatinkan menurut pandangan penulis. Akan tetapi tidak banyak juga orang

tua yang bekerja itu yang masih memperhatikan kebutuhan anak akan menggali

ilmu agama baik itu di lembaga formal maupun non formal seperti memasukkan

anak-anak mereka ke tempat pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang diadakan di

masjid dusun tersebut.

19
Berawal dari permasalahan tersebut di atas, penulis ingin meneliti lebih

mendalam tentang problematika pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga

didesa Koya Timur. Dengan demikian penulis berharap dapat memperoleh solusi

yang tepat terhadap permasalahan ini. Maka masalah pengamalan nilai-nilai

moralitas dalam keluarga menarik untuk peneliti teliti dengan mengambil judul :

“Problematika Pengamalan Nilai-Nilai Moralitas Dalam Keluarga Di Jl.

Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan remaja di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur

Distrik Muara Tami Kota Jayapura?

2. Bagaimana pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga di Jl. Alpokat I

desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura?

3. Apa faktor yang mempengaruhi keluarga dalam proses mengamalkan nilai-

nilai moralitas di Jl. Alpokat I desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota

Jayapura?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Locke et al dalam Jhon W. Chreswell mengatakan bahwa: Tujuan penelitian

berarti menunjukkan “Mengapa Anda ingin melakukan penelitian dan apa yang

ingin anda capai.” Tujuan penelitian merupakan kumpulan pernyataan yang

menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-maksud, atau gagasan-gagasan umum

20
dilakukannya suatu penelitian, yang dituangkan dalam satu atau beberapa

kalimat.5

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja di Jl. Alpokat I desa Koya

Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura?

2. Untuk mengetahui pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga di Jl.

Alpokat I desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura?

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses pengamalan nilai-nilai

moralitas dalam keluarga di Jl. Alpokat I desa Koya Timur Distrik Muara Tami

Kota Jayapura?

D. Manfaat Penelitian

Setelah tercapainya tujuan dan rumusan masalah telah terjawab, maka

penulis mengajukan kegunaan penelitian. Adapun kegunaan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. masukan kepada fihak-fihak yang berkompeten, terutama kepada tokoh agama,

keluarga dan masyarakat sebagai pimpinan di masyarakat dalam menjalankan

fungsinya melalui ketrampilan yang dimilikinya yang dianggap penting, untuk

mampu dalam mengembangkan pengamalan nilai-nilai moralitas di Jl. Alpokat

I Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

2. Mampu mengungkapkan persoalan problematika pengamalan nilai-nilai

moralitas dalam keluarga di desa Koya Timur guna dijadikan bahan referensi

5
Djarwanto, Pokok-pokok Methode Riset Dan Bimbingan Tehnis Penulisan Skripsi,
(Liberti Yogyakarta, Tahun 1994), hal.15

21
dalam mengkaji permasalahan pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga

untuk kajian lebih lanjut;

3. Memberi sumbangsih kepada peminat atau pemerhati terhadap persoalan

pengembangan pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga dengan issue

utama yaitu problematika pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga di

Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapuara.

E. Kajian Pustaka

Disamping memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan penelitian ini,

penulis juga melakukan telaah terhadap penelitian terdahulu yang ada

relevansinya dengan penelitian ini. adapun hasil penelitian terdahulu yang

ditemukan penulis antara lain:

1. DY. Matondang “Dampak kurangnya penanaman nilai-nilai agama Islam Bagi

Masyarakat di Kota Jayapura (1987-1990)”.melakukan penelitian di kota

Jayapura dengan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran umum Kota Jayapura pada tahun 1987-1990?

b. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap dampak kurangnya penanaman

nilai-nilai agama Islam di Kota Jayapura pada tahun 1987-1990?

c. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kurangnya penanaman nilai-nilai

agama Islam bagi masyarakat di Kotamadya Medan pada tahun 1987-1990?

Dengan jenis penelitian kualitatif menggunakan verba studi kasus,

menghasilkan penelitian tentang pandangan masyarakat Jayapura yang

kurang memperhatikan persoalan niali-nilai agama Islam di tahun 1987-

1990, karena sebagian besar masyarakat belum mengetahui dan mengerti

22
dengan persoalan tersebut, penyebab-penyebabnya antara lain adalah kurang

sosialisasi yang dilakukan oleh pihak PEMDA dan KEMENAG Kota

maupun Provinsi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh kurangnya

penanaman nilai-nilai agama Islam. 6

Perbedaan penelitian D. Y. Matondang dengan penelitian ini adalah pada

variabel independen yang digunakan dan pada sampel yang diteliti. Dalam

penelitian ini tidak menggunakan asimetri informasi dalam variabel

independennya dan peneliti menggunakan sampel dalam perspektif

mahasiswa yang aktif dalam organisasi mahasiswa di STIE Perbanas

Jayapura.

Persamaan penelitian D. Y. Matondang dengan penelitian ini adalah pada

teknik pengambilan sampel yaitu purposive. Dalam penelitian ini peneliti

menentukan beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel

yang dapat menjadi respondennya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Akmal Hendrawan tahun 2012 STIKOM

Jayapura, dengan judul “Peran Tokoh Agama Dalam Memotivasi Masyarakat

Pada Perilaku Keagamaan Di Desa Arso 3 Keerom, Jayapura. Adapun hasil

penelitianya yaitu:

a. Peran tokoh agama Islam dalam memotivasi masyrakat pada prilaku

keagamaan di desa Ngabar Ponorogo ini dilatarbelakangi oleh berbagai hal

pertama pengaruh negatif dari dunia televisi dan lingkungan masyarakat

yang mendukung, yang kedua dapat dijadikan benteng dari pengaruh negatif

tersebut.
6
DY. Matondang, “Dampak kurangnya penanaman nilai-nilai agama Islam Bagi
Masyarakat di Kota Jayapura (1987-1990)”. (Klufkamp: Jayapura, 1990)

23
b. Tokoh agama Islam mempunyai kunci penting dalam pemeberian motivasi

prilaku keagamaan masyarakat. Sebab tokoh agama Islam merupakan

personil yang paling dekat dengan masyarakat, peran tokoh agama Islam

bukan hanya memotivasi masyarakat tetapi juga memberikan bimbingan,

arahan, dan contoh teladan.

c. Dampak prilaku keagamaan masyarakat telah mendapatkan motivasi pada

prilaku keagamaan yang diberikan oleh tokoh agama Islam ini membaa

dampak positif terhadap perubahan prilaku masyarakat di desa Ngabar

Ponorogo, jika sebelumnya sikap masyarakat kurang baik namun setelah

mendapat motivasi keagamaan sikap sisa sudah mencerminkan prilaku

keagamaan yang berdasarkan keimanan dan ketakwaan.7

Perbedaan penelitian Akmal Hendrawan dengan penelitian ini adalah pada

sampel penelitiannya dan variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini

sampel yang digunakan adalah mahasiswa aktif dalam organisasi mahasiswa

di STIE Perbanas Jayapura. Variabel berbeda yang digunakan dalam

penelitian ini adalah faktor ethical leadership yang didalamya tidak hanya

terdapat faktor moralitas individu dalam mempengaruhi kecenderungan

kecurangan akuntansi, sedangkan dalam penelitian Akmal Hendrawan

variabel yang diteliti hanya pada moralitas individu.

Persamaan penelitian Akmal Hendrawan dengan penelitian ini adalah pada

salah satu variabel independen yaitu pengendalian internal, variabel

dependen yang digunakan dan cara pengumpulan data.

7
Penelitian yang dilakukan oleh Akmal Hendrawan tahun 2012 STIKOM Jayapura, dengan
judul “Peran Tokoh Agama Dalam Memotivasi Masyarakat Pada Perilaku Keagamaan Di Desa
Arso 3 Keerom, Jayapura”. (Arso 3, Keerom: Jayapura, 2012).

24
3. Hasim Seumaeng (UMS, 2008) dengan judul skripsi “Peran Tokoh Agama

Islam Profesional Sebagai Fasilitator Dalam Kegiatan Majelis Taklim Agama

Islam Bagi masyarakat Di To’bandar Sentani Barat Pada Tahun 2006-2007”.

Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa tokoh agama Islam sebagai

fasilitator dalam kegiatan Majelis Taklim agama Islam bagi masyarakat To’

bandar Sentani Barat mengarah kepada fungsi sebagai fasilitator, hal ini

ditunjukkan dari berbagai faktor-faktor yang ada sebagai berikut :

a. tokoh agama Islam di Songsemsath belum sepenuhnya berperan secara

professional sebagai fasilitator, hal ini ditunjukkan dengan :

1) Kurang maksimal dalam memberdayakan kegiatan Majelis Taklim.

2) Kurang membantu terjadinya pengalaman kegiatan Majelis Taklim.

3) Kurang membantu terjadinya pengalaman kegiatan Majelis Taklim.

b. Peran sebagai fasilitator di masjid tersebut mengandung implikasi bagi

tokoh agama Islam dalam peran-peran yang lebih spesifik, yaitu : tokoh

agama Islam sebagai pemimpin, proses kelompok, memberikan bimbingan

dan kepada siswa.8

c. Kegiatan Majelis Taklim Agama Islam di masjid Songsemsoth dalam

menyampaikan materi pelajaran yang sekiranya membutuhkan praktek,

tokoh agama Islam lebih dominan menggunakan metode Demonstrasi

seperti tersedianya Mushola, alat-alat praktek ibadah, Al Qur’an, buku-

buku keagamaan, dan lain-lain. Walaupun dalam pelaksanaanya belum

sepenuhnya terlaksana.

8
Hasim Seumaeng (UMS, 2008) dengan judul skripsi “Peran Tokoh Agama Islam
Profesional Sebagai Fasilitator Dalam Kegiatan Majelis Taklim Agama Islam Bagi masyarakat
Di To’bandar Sentani Barat Pada Tahun 2006-2007”. (To’bandar; Sentani Barat, 2007).

25
Perbedaan penelitian Hasyim Seumaeng dengan penelitian ini adalah pada

sampel yang digunakan dan apa yang diuji. Penelitian Hasyim Seumaeng

menggunakan sampel perspektif akuntan publik yang terdaftar di IAPI,

sedangkan sampel yang digunakan penelitian ini adalah perspektif

mahasiswa yang aktif di organisasi mahasiswa di STIE Perbanas Jayapura.

Selain itu, perbedaan yang kedua adalah apa yang diuji. Dalam penelitian

Hasyim Seumaeng mennguji mengenai bagaimana hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen, sedangkan dalam penelitian ini

menguji bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Persamaan penelitian Hasyim Seumaeng dengan penelitian ini

adalah sama-sama menggunakan pengumpulan data berupa kuesioner.

F. Metode Penelitian

Penulisan skripsi merupakan aktifitas yang bermuatan ilmiah, maka

persyaratan-persyaratan ilmiah pun perlu dipenuhi agar bobot dari pada penulisan

ilmiah dapat dipertanggung jawabkan essensi ilmiahnya. Untuk itu langkah-

langkah metodologinya haruslah dijalani sesuai dengan format umumnya, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong, metode kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang yang diamati. Sejalan dengan itu, Kirk dan Miller

dalam Lexy J. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

26
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabungnya dari pengamatan

pada manusia baik kawasannya maupun dalam peristilahanya.

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari subyek dan informan

serta setting penelitian yang telah ditentukan dan disajikan melalui

pendeskripsian data, penyelesaian, ungkapan berupa kata-kata atau istilah yang

diperoleh selama penelitian berlangsung tanpa adanya perhitungan statistik.

Penelitian ini diuraikan secara detail tentang problematika pengamalan

nilai-nilai moral dalam keluarga dan masyarakat di desa Koya Timur Distrik

Muara Tami Kota Jayapura. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif naturalistik, dengan subjek penelitian ketua RT, ketua RW,

masyarakat, teman sekitar, orang tua siswa dan tokoh agama.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah : pada Desa Koya

Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penggunaan data untuk menganalisis permasalahan penelitian diperoleh

dari dua sumber yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari para informan, sedangkan data sekunder yaitu

data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, berupa hasil-hasil laporan baik

pada saat berada dilapangan penelitian, maupun yang berada ditempat lain,

namun semuanya itu mempunyai relevansi dengan obyek penelitian.

Untuk mendapatkan data yang dimaksud, maka tehnik yang digunakan

yaitu:

27
a. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang

perpustakaan untuk menjawab rumusan masalah.9

Dengan demikian maka penulis berusaha untuk memperoleh data atau

keterangan sekunder dengan mempelajari sejumlah catatan-catatan, buku-

buku, karya tulis atau dokumen lainnya yang dianggap mempunyai

relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di lapangan atau

lokasi penelitian, dimana peristiwa atau gejala yang menjadi obyek

penelitian lapangan atau merupakan lokasi sebagai tempat sumber-sumber

data primer dapat ditemukan.10

Beberapa cara yang ditempuh guna mendapatkan data lapangan, yaitu :

1) Observasi

Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial atau psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.11

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa observasi adalah cara untuk

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang diteliti dan mencatat terhadap hal-hal yang

dianggap mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti.

9
Kartini Kartono, Pengantar Methodologi Research, (Bandung : Alumni) 2000, hal. 27.
10
Taliziduhu Ndraha, Research, Teori Methodologi Administrasi, (Jakarta : Bina Aksara,
2003), hal. 115.
11
Kartini Kartono, Op. Cit. Hal. 28

28
2) Interviu atau Wawancara

Interviu dapat dipandang sebagai methode pengumpulan data dengan

jalan tanya jawab sefihak yang dikerjakan dengan sistematik dan

berdasarkan kepada tujuan penyelidikan.12 Dengan demikian penyusun

mengadakan wawancara dengan panduan pertanyaan-pertanyaan tertentu

yang telah disiapkan terlebih dahulu (wawancara terstruktur). Dengan

panduan tersebut, penyusun melakukan wawancara dimaksud sehingga

data yang diperoleh benar-benar sesuai dan relevan dengan masalah yang

dihadapi.

3) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, gambar maupun elektronikyang dihimpun dan dipilih

sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Nana Syaodih Sukmadinata).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan

dengan proses pendidikan akhlak seperti: Kartu Keluarga (KK), Kartu

Tanda Penduduk (KTP), dan data – data yang berhubungan dengan

pengamalan nilai-nilai moralitas keluarga petani dan buruh pabrik.

4. Informan Peneliti

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Lexy J. Moleong). Yang

menjadi Informan dalam penelitian ini untuk lebih kongkritnya dilakukan

dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

12
Sutrisno Hadi, Methodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta : Andi Offset), 2005, hal. 193.

29
1) Tokoh-tokoh agama islam dan guru pengajar agama Islam baik yang

disekolah maupun yang diluar sekolah atau guru ngaji yang ada di desa

Koya Timur.

2) Sampel dari masyarakat dari berbagai elemen yang kami batasi jumlahnya

dari Jl. Alpokat I koya Timur yang berjumlah 30 Kepala Keluarga peneliti

hanya mengambil sekitar 15 kepala keluarga sebagai sampel dan remaja 15

orang untuk membatasi hasil penelitian yang peneliti teliti yang berada di

Desa Koya Timur Distrik Mura Tami Kota Jayapura.

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan baik yang berupa hasil observasi,

wawancara, ataupun dari hasil dokumentasi akan di analisis sehingga dapat

memunculkan deskripsi tentang pelaksanaan penanaman nilai-nilai agama

Islam di masyarakat di desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

Metode analisis yang digunakan dengan beberapa tahap. Miles dan Huberman

sebagaimana dikutip sugiono mengemukakan baha aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yang dimaksud yaitu:

a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok difokuskan

pada hal-hal yang penting, disusun secara sistematis sehingga memberikan

gambaran yang jelas tentang hasil penelitian. Setelah mencatat hasil

wawancara di lapangan, pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua hasil

wawancara dalam bentuk narasi untuk kemudian dipetakan berdasrkan data

30
yang dibutuhkan guna memenuhi untuk menjawab rumusan masalah yang

ada dan membuang data yang tidak terpakai.

b. Display data, yaitu mensistematiskan data secara jelas dan dalam bentuk

yang jelas untuk membantu peneliti menguasasi data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk urairan data bersifta naratif.

c. Pengmbilan kesimpulan dan verifikasi. Proses penarikan kesimpulan

didasarkan pada hubungan informasi yang tersususn dalam satu bentuk yang

di padu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut, peneliti dapat

melihat apa yang ditelitinya dan menentukan kesimpulan yang benar

sebagai objek penelitian. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Setelah data hasil wawancara disajikan dalam bentuk narasi,

peneliti menganalisis untuk kemudian mengambil kesimpulan menjadi

sebuah pertanyaan.

d. Keabsahan data. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keabsahan data,

menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber, yaitu membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif yaitu

dengan jalan;

1) Informan merupakan key person (orang kunci), yang memiliki

ketertarikan, minat dan pengaruh yang tinggi terhadap isu penanaman

nilai-nilai agama Islam.

2) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

31
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isu sesuatu dokumen yang

berkaitan. Dalam proses trianggulasi ini peneliti melakukan

perbandingan antara hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan

penelaahan penelitian. Dalam laporan penelitian ini, sistematika penulisan terdiri

atas lima bab, masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagian besar

menyempurnakan usulan penelitian yang berisikan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

Pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara

terperinci yang memuat tentang pengertian akhlak, dasar akhlak,

karakeristik akhlak islami, peran pendidikan dalam pembentukan akhlak,

pendidikan akhlak dalam keluarga, pendidikan melalui keteladanan, faktor

yang mempengaruhi nilai-nilai moral dalam keluarga dan kerangka

teoritik.

32
BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, letak

geografi, iklim, sejarah singkat desa Koya Timur, kondisi wilayah, kondisi

demografis, kondisi kehidupan beragama dan fasilitas kegiatan pengajian

majelis taklim.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang hasil penelitian pengamalan nilai-nilai

moralitas keluarga di desa Koya Timur dan pembahasan hasil penelitian

untuk membandingkan hasil penelitian dengan teori yang di terapkan

sesuai dengan rumusan masalah.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi

berdasarkan analisis yag telah dilakukan serta saran-saran untuk

disampaikan kepada obyek penelitian atau bagi penelitian selanjutnya

33
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Pengertian yang biasa diambil seputar akhlak. Para tokoh

mendefisinikannya dengan demikian yang berbeda-beda. Secaraetimologi, kata

“akhlak” berasal dari berarti arab ‫ أخالق‬dalam bentuk jamak’, sedangkan

mufradnya adalah “khuluq” (‫ )خلق‬yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat.

Kata-kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khalqun

‫ خلق‬yang berarti kejadian yang juga erat hubungannya dengan khaliq ‫خالق‬

yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun ‫مخلوق‬ yang berarti

yang diciptakan. Dengan demikian perumusan pengertian akhlak timbul

sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq

dengan makhluk.

Secara terminologi yang dimaksud dengan akhlak sebagaiman yang

dikutip oleh H.A Mustafa, Ibnu Maskawaih memberikan definisi tentang

akhlak sebagai berikut.

َ ْ‫أ َ َّن األ ُ َّمةَ لَو اجتَمعت‬


ْ ‫علَى أ َ ْن ي ْنفعُوكَ ِب‬
‫ لَ ْم يَ ْنفعُوكَ ِإالَّ ِبش َْيءٍ قَد‬، ٍ‫شيء‬
َ‫َّللاُ لَك‬
َّ ُ‫َكتَبَه‬
Artinya : “Kesadaran jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran (lebih dahulu)”

34
Lebih luas sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata, Ibnu Maskawaih,
imam Al-Ghozali mengatakan akhlak adalah :13

ِ‫َّللاِ ما أ َ ْج َهدُكَ ا ْليَ ْو َم بِشْيءٍ أ َ َخ ْذتَهُ ََّّلل‬ َّ ‫شئْتَ فَ َو‬


ِ ‫شئْتَ َود ْع َما‬ ِ ‫فَ ُخ ْذ َما‬
، ‫َّللاُ عنك‬ َّ ‫رضي‬
َ ‫ أ َ ْمس ِْك مالَكَ فَ ِإنَّ َما ا ْبت ُ ِليت ُ ْم فَقَ ْد‬: ‫ فقا َل‬. ‫عز وج َّل‬
َّ
َ‫احبَ ْيك‬
ِ ‫ص‬َ ‫علَى‬ َ ‫س َخ‬
َ ‫ط‬ َ ‫َو‬
Artinya: “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan petimbangan.”

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas dalam “Mu’jam al-Wasith”

Ibrahim Anis menyatakan bahwa akhlak adalah: 14

ِ ‫ لَقَ ْد ق ْل‬:‫ فَقَا َل‬،ً‫تع قَ ِص ْي َرة‬


ْ‫ت َك ِل َم لَ ْو ُم ِز َجت‬ ْ ،‫ص ِف َّي َكذَا َو َكذَا‬
َ ‫سبُكَ ِم ْن‬
ْ ‫َح‬
ْ‫اءا ْلبَ ْح ِر لَ َم َز َجت‬
ِ َ‫ب‬
Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan”.
Secara singkat Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak juga menyatakan:

‫ص َحا َبه وأبرأ ُ إلَ ْيكَ ِم َّما صن َع‬ ِ ‫أ ْعتَذ ُِر إل ْيكَ ِم َّما صنَع َهؤ‬
ْ ‫ُالء َي ْعني أ‬
‫َه ُؤالَ ِء‬
Artinya :”Khuluk ialah membiasakan kehendak”.

pengertian akhlak menurut Islam adalah “mengatur hubungan manusia

dengan sesama manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam”.15

13
Nurcholish Madjid, “Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam
Kehidupan Masyarakat”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), hlm. 10
14
Ibid., hal. 4

35
Jadi di sini pengertian akhlak menurut islam lebih luas karena mencangkup

segala aspek. Mengatur hubungan manusia dengan membiasakan bersikap dan

berperilaku baik terhadap sesama. Hubungan manusia dengan Tuhan dengan

selalu menjalankan perintah Nya dan menjauhi Larangan Nya. Sedangkan

hubungan manusia dengan alam adalah dengan menjaga dan melestarikannya.

Sedangkan secara bahasa moral merupakan bentuk jamak dari kata mos

yang bermakna kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan

bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.10

Moral dipahami sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah,

dan patokan-patokan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak

agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral dapat

berupa agama, nasihat para bijak, orang tua, guru dan sebagainya. Pendek kata,

sumber ajaran moral meliputi agama, adat istiadat, dan ideologi-ideologi

tertentu. Maududi membagi moral menjadi dua macam, yakni moral religius

dan moral sekuler. Moral religius mengacu pada agama sebagai sumber

ajarannya, sedngkan moral sekuler bersumber pada ideologi-ideologi

nonagama. Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya tingkah laku

manusia. Sedangkan norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan

salah-betulnya sikap dan tindakan manusia itu sendiri. Suatu kegiatan

dinyatakan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang

berlaku di masyarakat. Dan tidak menutup kemungkinan moralitas di

masyarakat tertentu berbeda dengan moralitas pada masyarakat lainnya.

15
Rahmat Djatmika, “Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia)”, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1992), hal. 43

36
Dari definisi-definisi tentang akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mampu

melahirkan macam-macam perbuatan baik maupun buruk secara gampang dan

mudah (spontan) tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu.

Keseluruhan definisi akhlak tersebut dia atas tampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang

lainnya. Agar kemudian bisa dipahami dalam pemahaman antara akhlak dan

moral, maka beberapa analisis berikut bisa dijadikan acuan untuk penelitian,

dikarenakan antara moral dan akhlak memiliki beda yang tak jauh berbeda dan

begitu pula persamaannya, antara lain;

a. Moralitas dan akhlak sama-sama mengacu pada ajaran atau gambaran

tentang perbuatan, tingkah laku, dan sifat baik.

b. Moralitas dan akhlak merupakan prinsip dan aturan hidup manusia yang

menakar harkat dan martabat kemanusiaannya.

c. Moralitas dan akhlak tidak semata mata karena faktor keturunan yang

bersifat tetap, akan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki oleh

setiap orang

2. Dasar Akhlak

Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap

individu umat Islam. Hal ini di dasarkan atas diri Rosullullah SAW yang begitu

berakhlak mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak

mulia ini.

   




37
Terjemahannya : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) orang yang berakhlak
sangat mulia“. (Q.S Al-Qalam : 4)16

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada

Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlaknya. Penggunaan istilah khuluqun

‘adhim ‫ خلق عظيم‬menunjukkan keagungan dan keanggunan moralitas. Rosul

yang dalam hal ini adalah Muhammad SAW yang mendapat pujian sedasyat

itu.17 Didalam Alqur’an lebih tegas Allah pun memberikan penjelasan scara

transparan bahwa akhlak Rosullullah SAW sangat layak untuk dijadikan

standar moral bagi umatnya, sehingga layak untuk dijadikan idola yang

diteladani sebagai suri tauladan yang baik ( uswatun Hasanah), sesuai

firmannya.

     


  

Terjemahannya : “Sesungguhnya bagi kamu pada diri Rosullullah itu terdapat


suri tauladan yang baik” (Q.S Al-Ahzab).18

Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rosullullah merupakan

contoh yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Di samping itu ayat

tersebut juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap” (kejelekan) pun

pada diri Rosulullah SAW. Karena semua sisi kehidupannya dapat ditiru dan

diteladani. Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa Rosulullah SAW sengaja

16
Depag RI, Al –Qur’an,…hal. 960
17
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012, hal. 136
18
Depag RI, Al-Qur’an...,hal. 670

38
dijadikan oleh Allah SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara

universal, karena Rosulullah SAW diutus sebagi “rahmatan lil ‘aalamiin”.19

Kemuliaan akhlak Rosulullah SAW tersebut itulah, maka Allah SWT

memerintah kepada Muhammad untuk menjalankan misi menyempurnakan

akhlak seluruh umat manusia agar dapat mencapai akhlak yang mulia. Yang

menjadi persoalan di sini adalah bagaimana substansi akhlak Rosulullah itu ?

Dalam hal ini para sahabat pernah bertanya kepada istri Rosulullah SAW yakni

Aisyah r.a. yang dipandang lebih mengetahui akhlak Rosulullah SAW dalam

kehidupan sehari – hari. Dari pertanyaan tersebut Aisyah memberi jawaban,

“Substansi akhlak Rosulullah SAW itu adalah al-Qur’an”.20

Ahmad Adib Musyafa mengatakan bahwa akhlak Rosulullah yang

tercermin lewat semua tindakan, ketentuan, atau perkataanya senantiasa selaras

dengan al-Qur’an dan benar-benar merupakan praktek riil dari kandungan al-

Qur’an , semua perintah dilaksanakan, semua larangan dijauhi, dan semua isi

al-Qur’an didalamnya untuk dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari.21

Posisi akhlak dalam Islam dapat dilihat dalam beberapa uraian Nabi

Muhammad SAW di dalam beberapa hadistnya:22

a. Akhlak dijadikan sebagai landasan utama agama. Rosulullah SAW

bersabda:

19
Ahmad Adib Musyafa, Remaja dan Perubahan Sosial (studi tentang pergeseran prilaku
keagamaan remaja kabupaten Keerom), Jayapura: STIKOM Jayapura, 2012
20
Tono, Ibadah dan Akhlak…,hal.93
21
ibid..,hal.93
22
Ahmad Faizur Rosyad, Mengenal Alam Suci: Menapak Jejak Al-Ghozali Tasawuf (Jogja:
Kutub, 2004), hal. 97

39
َّ ‫صال ِة ِإلَى‬
ِ‫َّللا‬ ُّ ‫ َوأ َ َح‬، ‫َاو َد‬
َّ ‫ب ال‬ ُ ‫َّللا ت َ َعالَى ِص َيا ُم د‬
َّ ‫ص َي ِام ِإلَى‬ ُّ ‫أ َ َح‬
َّ ‫ب ال‬
ُ‫صالة‬ َ ‫ت َ َعا َلى‬
، ُ‫ َويَقُو ُم ثُلُثَه‬، ‫ْف اللَّي ِل‬
َ ‫َان يَنَا ُم نِص‬
َ ‫ ك‬:‫َاو َد‬
ُ ‫د‬
Artinnya : ”Sesungguhnya aku diutus oleh Allah SWT (mengemban ajaran

Islam), hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.23

b. Akhlak dijadikan sebagai tolak ukur utama kebahagiaan di akhirat.

Rosulullah SAW bersabda:

‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫صلى هللا‬َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َّللا عنه أيضا ً أ َّن ر‬
َّ ‫ذر رضي‬ ٍ ‫عن أَبِي‬
‫ َف ُك ٌل تَسبِ ْيح ٍة‬، ٌ‫سالَ َمى ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم صد َقة‬
ُ ‫كل‬
ِ ‫ص ِب ُح على‬ ْ ُ‫ي‬:‫سلَّمقال‬ َ ‫و‬
‫َق‬
َ ‫صد‬ َ ‫ وك ُّل ت َ ْك ِبير ٍة‬، ٌ‫ص َدقة‬
َ ‫ و ُك ُّل ت ْه ِليلَ ٍة‬، ٌ‫تح ِمي َد ٍةصدقَة‬
ْ ُّ‫ و ُكل‬، ٌ‫صدقة‬ َ
Artinya: “Dari Abu Darda’ ra. Bahwasanya Nabi saw. Bersabda: “Tiada
sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan seoarang mukmin
nanti pada hari kiamat melebhi budi pekerti yang baik, dan
sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan suka berkata
kotor”. (HR. At-Turmudzy)24

c. Akhlak yang dijadikan sebagai tolak ukur kualitas kepatuhan manusia

terhadap Tuhannya. Rosulullah SAW bersabda:

:‫سلَّم‬
َ ‫علَ ْي ِه و‬
َ ُ‫صلى هللا‬
َ ‫َّللا‬
َّ ‫ قال رسو ُل‬:‫َّللا عنه قال‬
َّ ‫عن أبي هريرة رضي‬
‫«ال ُمؤ‬

23
Jallaludin Abdurrahman dan Ibnu Abu Bakar Suyuti, Jami’us Shoghir, hal.103
24
Muslich Shobir, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid I, (Semarang, PT Karya Toha Putra,
2004), hal. 324

40
‫ص‬
ْ ‫اح ِر‬
ْ .‫يف وفي ك ٍُل خ ْي ٌر‬ َّ ‫َّللاِ ِم َن ال ُم ْؤ ِم ِن ال‬
ِ ‫ض ِع‬ ُّ َ ‫خير َوأ‬
َّ ‫حب ِإلى‬ ٌ ‫ي‬ ُّ ‫ِمن ا ْلقَ ِو‬
‫علَى‬
َ

.‫اَّللِ َوالَ ت َ ْع َج ْز‬ ْ ‫ وا‬، َ‫َما ي ْنفَعُك‬


َّ ِ‫ست َ ِع ْن ب‬
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya yaitu orang yang
paling baik budi pakertinya diantara mereka, dan orang yang
paling baik diantara kamu sekalian yaitu: orang yang paling baik
terhadap istrinya”. (HR. At-Turmudzy) 25

3. Karakteristik Akhlak Islami

Akhlak Islami secara sederhana dapat diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran Islam,26 yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan

Allah SWT pada Nabi/Rosul-Nya yang kemudian agar disampaikan pada

umatnya.27

Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan

kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada

agama itu sendiri. Dengan demikian dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam

adalah al-Qur’an dan hadist yang merupakan sumber utama dari agama Islam

itu sendiri . Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadist Nabi dari Anas bin

Malik, yang artinya28“Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara,

yang apabila kamu berpegangan pada keduanya, maka tidak akan tersesat,

yaitu kitan Allah dan Sunnah Rosul-Nya”.

25
Ibid., hal. 325
26
Abudin Nata,Akhlak Tasawuf, (Bandung :Pustaka Setia,2005), hal. 147
27
H.A Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung :Pustaka Setia,2005), hal. 149
28
ibid…,hal. 149

41
Adapun ciri-ciri (karakteristik) dari akhlak Islamiyah yaitu :29

a. Kebijakan yang mutlak

Islam menjamin kewajiban mutlak. Karena Islam telah menciptakan

akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan

atau masyarakat banyak pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun.

Sebaliknya akhlak (etika ) yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin

kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.

b. Kebijakan yang menyeluruh

Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia. Baik

segala zaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak

mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar

kemampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia sehingga dapat

dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal sehat.

c. Kemantapan

Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri

manusia. Ia bersifat tetap, langsung dan mantap, sebab yang menciptakan

Tuhan yang bijaksana yang selalu memeliharanya dengan kebaikan yang

mutlak. Akan tetapi akhlak / etika ciptaan manusia bersifat berubah – ubah

dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu

zaman atau satu bangsa.

d. Kewajiban yang dipatuhi

Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia. Sebab

ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi, menguasai lahir batin dan dalam

29
ibid...,hal. 152 – 153

42
keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat

mendorong untuk tetap berpegang kepadanya juga sebagai perangsang

untuk berbuat kebajikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah

perbuatan jahat, karena takut akan siksaan Allah SWT.

e. Pengawasan yang menyeluruh

Agama Islam pengawas hati nurani dan akal yang sehat. Islam

menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan

firman Allah dalam surat al-Qiyamah : 1-2

   
  
 
 
Terjemahannya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesal (dirinya sendiri)”

Menurut Dr Ali Abdul Hamid Mahmud menyebutkan ciri-ciri nilai akhlak

Islam yang membedakannya dengan yang lainnya, yakni: 30

a. Nilai-nilai akhlak atau pendidikan akhlak bagi kaum muslim berdiri diatas

rasa tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Dan motif dalam

diri muslim adalah persoalan yang tumbuh dalam dirinya, bukan syarat dan

bukan pula rasa takut yang menggerakkannya. Hal ini datang dari kenyataan

30
. Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hal. 45-47

43
bahwa pribadi muslim bertanggung jawab di hadapan Allah atas semua

yang dikerjakan dan diucapkan.

b. Pendidikan akhlak Islam, cirinya adalah menggali kepada ilmu dan

pengetahuan mendorong untuk mendapatkan ilmu, bahkan menuntut ilmu

agama yang pokok dinilai sebagai kewajiban pribadi oleh Islam, sementara

itu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan seluruh urusan dunia di nilai sebagai

kewajiban.

c. Ciri-ciri pendidikan akhlak dalam Islam adalah menghormati akal dan

mendorong untuk meneliti dan merenung serta menjadikannya sebagai

landasan untuk taklif “beban agama“, serta menjadikannya sebagai salah

satu nikmat yang paling penting yang diberikan oleh Allah SWT kepada

manusia.

d. Ciri-ciri pendidikan akhlak dalam Islam adalah memilih kebenaran dan

kebaikan serta saling memberi nasehat, bersabar, beramal, dengan

kandungannya, bersama diri sendiri , orang di sekitar, dan seluruh umat

manusia.

e. Karakter nilai-nilai akhlak Islam ini adalah ihsan (berbuat baik).

f. Karakter nilai-nilai akhlak Islam yang harus tersebar di dunia adalah

meningkatkan loyalitas umat Islam.

g. Ciri-ciri nilai akhlak Islam ini yang harus disebarkan ke seluruh dunia

adalah agar seorang muslim menetapkan seseorang untuk dijadikan teladan

yang baik dalam kehidupannya.

4. Pembagian/ Macam-Macam Akhlak

Pada hakikatnya Akhlak dibagi menjadi dua :

44
a. Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah artinya akhlak yang terpuji, baik atau terpuji bisa

disebut juga akhlakul karimah yang artinya akhlak yang mulia. Contoh

dalam kehidupan sehari-hari seperti sabar dalam setiap menghadapi

musibah, rendah hati dan tidak sombong dalam menjalani kehidupan, ikhlas

dalam membantu sesama, suka menolong orang lain dalam menghadapi

kesulitan.Dalam pembahasan ini akhlak mahmudah meliputi: akhlak kepada

Allah, terhadap sesama manusia dan sesama makhluk lain.

1) Akhlak kepada Allah

Akhlak mahmudah kepada Allah “pada prinsipnya merupakan

penghambaan diri secara total kepadanya.31 Sebagai mahluk yang

dianugrahi akal sehat, manusia wajib menempatkan diri pada posisi yang

benar yakin sebagai penyembah yang memposisikannya sebagai dzat

yang kita pertuhankan. Akhlak kepada Allah (Kholik), antara lain

beribadah kepada Allah, Yaitu”Melaksanakan perintah Allah untuk

menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya.32 Selalu berdzikir kepada

Allah dan selalu mengingat Nya dimanapun berada dan setiap saat.

Dzikir tersebut dapat dilakukan melalui mulut maupun hati. Dan selalu

berdoa dan mohon ampun kepada Nya, karena doa merupakan inti ibadah

dan kekuatan doa ini dapat menembus akal manusia. Oleh karena itu,

setiap muslim harus berusaha dan berdo’a serta tawakal dan pasrah

kepada Allah setelah kita berusaha dan berdo’a. Karena kita tahu

31
M.Quraish shihab, Wawasan Al quran, ( Bandung: Mizan , 2000), hal. 49
32
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah Sekolah Dan Masyarakat (Jakarta:
Gema Insani, 1995), hal. 84

45
bahwasanya setiap orang yang hidup didunia ini tidak mempunyai

kemampuan apa-apa kecuali karena kehendak Allah. Sehingga kita tidak

layak jika menjadi orang yang sombong dan angkuh dimuka bumi ini.

2) Akhlak Kepada Manusia

Akhlak terhadap manusia ini dapat dirinci sebagai berikut:

- Akhlak kepada Rosullulah secara tulus dengan mengikuti semua

sunnahnya.

- Akhlak kepada kedua orang tua, yaitu berbuat baik kepada keduanya

(birr al-walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: Menyayangi

dan mencintai mereka sebagai bentuk terimakasih dengan cara tutur

kata yang sopan dan lemah lembut,`mentaati perintah , meringankan

beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi

berusaha.

- Akhlak kepada diri sendiri, seperti sabar adalah perilaku seorang

terhadap dirinya sendiri sebagi hasil dari pengendalian nafsu dan

penerima terhadap apa yang menimpanya.

- Akhlak kepada tetangga, seperti saling tolong menolong, saling

mengunjungi, saling memberi, saling menghormati dan saling

menghindari pertukaran dan permusuhan.

- Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati

nilai dan norma dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan

kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat, termasuk

46
diri sendir, untuk berbuat baik dan mencegah diri dari melakukan

dosa.

3) Akhlak kepada Bukan Manusia (Lingkungan Hidup)

Akhlak kepada lingkungan hidup ini dapat berupa hal- hal

atau sikap menjaga lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,

terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan mahluk

lainnya, sayang kepada sesama mahluk dan menggali potensi alam

seoptimal mungkin demi kemslahatan manusia dan alam sekitarnya.

b. Akhlak yang Tercela (Madzmumah)

Akhlak tercela yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol illahiyah atau

berasal dari hawa nafsu.33 Sifat ini merupakan kebalikan dari akhlak yang

terpuji, contohnhya dalam kehidupan sehari-hri seperti takabbur (sombong)

dalam kehidupan, su’udzon (berprasangka buruk) selalu berperasangka

buruk terhadap orng lain, malas dalam segala hal dan lain-lain.34

5. Tujuan Akhlak

a. memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat35. Kebahagiaan itu akan

terwujud jika seseorang berakhlakul karimah yaitu akan mendapatkan

ketentraman jiwa dan ketenangan hati. Dengan keadaan yang demikian itu

hidupnya akan lebih ringan tanpa adanya beban karena hati dan jiwa kaya

akan kebahagiaan.

33
Heri Jauhari Muchtar, Fiqih pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,2005), hal.
130-131
34
Ibid... 153
35
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal.
60-61.

47
b. Mencari ridho Allah36.Pencarian keridhoan Allah diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu dengan melaksanakan segala perbuatan yang

diakui Allah SWT. Dengan mengharapkan ridho dari Allah berarti ia telah

ikhlas dalam segala amal perbuatannya. Ridho Allah inilah yang melandasi

akhlak seseorang, baik akhlak kepada Allah , manusia, maupun akhlak

kepada mahluk lainnya.

c. Membentuk kepribadian muslim . Dengan dibekali akhlak yang baik maka

seseoranmg akan menjadi pribadi yang baik. Oleh sebab itu akhlak harus

diberikan sejak dini agar menjadi pribadi muslim yang baik.

d. Memperoleh kemajuan rohani. Tujuan ilmu pengetahuan ialah

meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental

spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya

dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu, praktis

memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi.

Firman Allah:

 
   
  
  
   
 
  
  
 

36
Barmawie Umaray, Materia Akhlak, ( solo : CV Ramadhani, 1988 ), hal. 54

48
   
  

Terjemahannya :“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman


diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan pada derajat yang tinggi. Dan Allah tahu
betul apa-apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Mujadalah:
11)

e. Sebagai Penuntun kebaikan. Rosullulah sebagai teladan utama, karena

beliau mengetahui akhlak mulia yang menjadi penuntun kebaikan manusia.

Sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an :

  


 
Terjemahannya :“Sesungguhnya engkau Muhammad berbudi pekerti yang
luhur”.(QS. Al Qalam:4)
f. Memperoleh Kesempurnaan iman. Iman yang sempurna akan melahirkan

kesempurnaan Akhlak.

g. Memperoleh keutamaan hari akhir. Orang-orang yang berakhlak luhur, akan

menempuh kedudukan yang terhormat dihari kiamat.37

B. Pengamalan Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak

1. Peran pendidikan dalam pembentukan akhlak

Hidup tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, karena manusia diciptakan

bukan sekedar untuk hidup, ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup

yang semestinya diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat

37
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Metodologi pengajaran Agama,( Semarang: Pustaka
Pelajar, 2004), hal. 114-116

49
pendidikan. Ini merupakan salah satu perbedaan antara manusia dengan

makhluk lainnya yang membuat lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan

dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam

membentuk generasi mendatang karena dengan pendidikan akan dapat

menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta

mampu mengantisipasi masa depan.38

Dengan demikian bisa dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

sebuah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati ajaran agama Islam,

sehingga terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang dan dapat

mengamalkan ajaran Islam serta menjadikan agama Islam sebagai pandangan

hidup.

Membicarakan tentang akhlak tidak akan lepas dengan kepribadian

muslim yang pembentukannya Iman, Islam dan Ihsan. Iman seseorang

berkaitan dengan akhlaknya. Iman sebagai konsep dasar sedang akhlak adalah

aplikasi dari konsep dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari.

Pendidikan akhlak adalah dasar dari pembentukan watak dan kepribadian.

Watak itu terbentuk melalui proses pembentukan kebiasaan dan pengertian,

serta merupakan perpaduan yang meliputi bakat, pendidikan, pengalaman dan

alam sekelilingnya, yang menyatakan diri dalam segala rupa tingkah laku.

Kepribadian adalah suatu kesatuan fungsianal antara fisik dan psikis atau jiwa

dan raga dalam diri individu yang membentuk karakteristik atau ciri khas unik

38
Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat, Bandar Lampung: Pustaka Jaya,
1995, hal. 84

50
yang terwujud di dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya

sebagai bentuk penyesuaian dengan lingkungan. Karena itu watak atau

kepribadian itu adalah pribadi jiwa yang telah terbentuk yang menyatakan diri

dan bercorak sebagai pekerti atau tingkah laku atau organisasai kepribadian

melingkupi kerja rohani dan kerja ragawi dalam kesatuan kepribadian.

Pendidikan akhlak merupakan dasar pembentukan watak dan kepribadian,

keadaaan individu itu menentukan keadaan wataknya, karena keadaan budi

individu itu dalam keadaan baik, maka wataknya serta pekertinya baik,

sebaliknya kalau budinya dalam keadaan buruk, maka wataknya akan buruk

pula. Jadi pembentukan watak itu merupakan suatu keharusan demi menuju

terbentuknya kepribadian yang utama. Dan yang menjadi dasar pembentukan

watak adalah mendidik akhlaknya.

Pendidikan akhlak merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja,

sistematis untuk mendorong, membantu serta membimbing seseorang dalam

mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri kepada kualitas

yang lebih tinggi. Dengan kata lain bahwa Pendidikan akhlak adalah usaha

secara sadar yang dilakukan manusia dalam rangka mengalihkan, menanamkan

pikiran, pengetahuan maupun pengalamannya dalam hal tata nilai terutama

nilai-nilai Islami dan cara bersikap atau berperilaku yang baik kepada generasi

penerusnya, supaya mereka dapat melakukan fungsi hidupnya dan mencapai

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

2. Pendidikan akhlak dalam keluarga

Menurut Hasan Langgulung pendidikan ialah adalah suatu prosxes yang

mempunyai tujuan biasanya diarahkan untuk menciptakan pola-pola tingkah

51
laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. Pendidikan

disini mengandung proses yang bertujuan untuk menciptakan pola tingkah laku

anak didik, yang diusahakan oleh pendidik.

Anak adalah amanah Allah bagi setiap orang tua, yakni ibu dan ayahnya.

Ia dititipkan kepada kita untuk diasuh, dididik, dan dibimbing menjadi anak

yang shalih dan shalihah. Dijadikan sebagian dari komunitas muslim, penerus

risalah islam yang dibawa oleh rasulullah Muhammad SAW. Yang akan sangat

bangga dengan umatnya yang kuat dan banyak.

Pendidikan anak menjadi tanggung jawab bersama, antara seorang ibu,

ayah, anggota keluarga, dan amsyarakat dilingkungan tempat tinggalnya.

Mendidik anak bukan tugas seorang ibu semata, walau pada kenyataannya,

ibukah yang lebih berinteraksi dengan anak – anak. Namun pendidikan anak

adalah tugas dari seorang ayah, karna ayahlah yang menjadi pemimpin

keluarga. Ibu hanyalah pemimpin dibawah kepemimpinan seorang ayah.39

Pendidikan anak tidak lain hanyalah merupakan bagian dari pendidikan

individu, dimana islam berusaha mempersiapkan dan membinanya supaya

menjadi anggota masyarakat yang berguna dan insan yang saleh di dalam

kehidupan ini. Bahkan pendidikan anak, jika telah bdilaksanakan dengan baik

dan terarah, maka ia tidak lain adalah fondasi yang kuat untuk mempersiapkan

pribadi yang saleh bdan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas

hidupnya.

3. Pendidikan Melalui Keteladanan

39
Aziz Hasniah Hasan dan Bahrudin S. Sayidi, Akhlak Dalam Islam: Jadilah Anak Berakhlak
Mulia, (Surabaya: Proyek Bimbingan dan Dakwah Islam, 1998), hal. 11

52
Pendidikan dan keteladanan berarti pendidikan dangan memberi contoh,

baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Akhlak yang

baik tidak dapat dibentuk dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, mengatakan

kerjakan ini dan kerjakan itu. Cara yang demikian telah diajarkan oleh

Rasulullah SAW.

Keteladanan dalam pendidikan merupsakasn metode yang berpengaruh

dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkandan membentuk aspek

moral, spiritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur

terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya

disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan,

perbuatan, dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian

anak.

a. Orang Tua Sebagai Pendidik dan Teladan

Rasulullah SAW melimpahkasn tanggung jawab pendidikan anak

kepada kedua Orang Tua sebagai tanggung jawab yang sempurna. Dari Ibnu

“Umar radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah SAW berdabda:

Sampai Rasulullah SAW mencanangkan suatu kaidah dasar bahwa seorang

anak tumbuh dewasa sesuai dengan agama kedua orang tuanya yang

memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan si anak”.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Hurairah radiyallahu anhu :

Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kedua orang tua untuk

53
mendidik anak – anak mereka dan memberikan tanggung jawab ini kepada

mereka berdua.40

Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhudalam menafsirkan firman Allah

Subhanahu wa Ta’ala ‘ Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’

mengatakan :“ajarilah diri kalian dan keluaga kalian kebaikan“

Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab Mustadraknya ( 4/494 ) dengan

komentar, “Shahih”, sesui dengan periwayatan Bukhari dan Muslim, tetapi

mereka berdua tidak meriwayatkannya”.

Muqatil dalam kitab al-kasysyaj mengatakan, “Hendaknya seorang

muslim memerintahkian dirinya dan keluarganya untuk mengajarkan

kebaikan dan melarang mereka melakukan kemaksiatan.” Oleh karna itu,

perlu ada usaha dan kerja keras secara terus-menerus dalam mendidik anak,

memperbaiki kesalahan mereka dan membiasakan mereka mengajarkan

kebaikan. Inilah jalan para Nabi dan Rasul; Nabi Nuh ‘alayhissalam

mengajak putranya untuk beriman, Nabi Ibrahim ‘alayhissalam mewariskan

anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, dan demikian seterusnya.

Imam an-Nawawi dalam kitab Bustanul Arifin menyebutkan dari asy-

Syafi’i dari Fudhail mengatakan : Nabi Dawud ‘alayhissalam berdo’a,

“Wahai Tuhanku, perlakukanlah putraku seperti engkau memperlakukan

diriku.” Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya, “Wahai Dawud,

katakanlah kepada putramu agar memperlakukan-Ku sama seperti engkau

40
Muslich Shobir, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid I, (PT Karya Toha Putra: Semarang,
2004), hal. 325

54
memperlakukan-Ku, niscaya Aku akan memperlakukannya sama seperti Aku

memperlakukanmu.”

Oleh karna itu, Imam al-Ghazali rahimahullah dalam rialahnya,

Ayyuhal Walad, menegaskan bawa makna pendidikan sama seperti

pekerjaan petani yang mencabut duri-duri menyiangi rumput – rumput liar,

agar tanamannya tmbuh sehat dan mendapat hasil panen yang maksimal.41

Ibnul Qayyim rahimahullah menekankan tentang tangung jawab ini dan

beliau melontarkan perkataan yang sangat berbobot. Beliau mengatakan

“Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT beratnya

orangtua tentang anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada anak

tentang orangtuanya. Sebab, sebagaimana orangtua memiliki hak atas

anaknya, maka demikian pula sang anak memiliki hak atas orangtuanya”.42

Ibnul Qayyin melanjutkan, “Maka, barang siapa yang dengan sengaja

tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan

meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan keahatan yang

sangat besar. Kerusakan pada anak kebanyakan dari sisi orangtua yang

meninggalkan mereka tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam

agama berikut sunah-sunahnya. Para orangtua itu melalikan mereka

diwaktu kecil. Sehingga mereka tidak sanggup menjadi orang yang

bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan tidak dapat memberi manfaat

kepada orangtua mereka”.43

41
Ibid...,hal.12
42
Muhammad Bin Abdul Aziz, “Cara Mudah Memahami Tauhid”, (Solo : At-Tibyan, 2000),
hal. 21
43
H.A Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung :Pustaka Setia, 2005), hal. 11

55
b. Pendidikan Melalui Adat Kebiasaan

Menurut MD Dahlan yang dikutip dari Hery Noer Aly, yang dimaksud

dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan

Hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).

Metode pembiasaan ini merupakan metode yang sangat penting terutama

bagi pendidikan akhlak kepada anak-anak, karena seseorang yang telah

mempunytai kebiasaan akan dapat melaksanakan dengan mudah dan senang

hati. Bahkan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit

untuk diubah dan akan tetap berlangsung samapai usia tua.44 Lebih lanjut

Zazkia Drajat mengemukakan bahwa anaka yang sering mendengarkan

orangtuanya mengucapkan nama Allah, umpamanya, maka ia akan mulai

mengenal nama Allah. Hal itu kemdian akan mendorong tumbuhnya jiwa

keagamaan pada anak tersebut. Dalam tahap-tahap tertentu, pendidikan dan

pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah terkadang dapat pula

dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa

terpaksa.

c. Perkembangan Moral

Menurut Gluecks di Universitas Hardvard untuk menentukan apasaja

yang menyebabkan kenakalan remaja telah menyumbang dua penemuan

penting yang telah merangsang minat psikologi pada aspek perkembangan

moral lainnya. Pemuan pasangan Gluecks yang pertama ialah bahwa

kenakalan remaja bukan fenomina baru dari masa remaja melainkan suatu

44
Ibid...,hal.12

56
lanjutan dari prilaku asosial yang mulai pada masa kanak kanak. Penemuan

pasangan Gluecks yang kedua ialah bahwa terdapat hubungan yang erat

antara kenakalan remaja dan lingkungan, terutama linkungan rumah.

penemuan telah memicu minat psikologi untuk menyelidiki sebab sebab

adanya perbedaan antara pengetahuan moral dan prilaku moral, bahkan

semenjak kanak kanak.

Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan dan aspek impulsif.

Anak harus belajar apasaja yang benar dan yang salah . setelah besar mereka

harus diberi penjelasan.

C. Faktor Yang Mempengaruhi nilai-nilai Moral Dalam Keluarga

Beberapa waktu yang lalu, bangsa indonesia merayakan Hari Kartini, yang

jatuh pada hari Rabu tanggal 21 April 2018. Perjuangan mulia pahlawan wanita

RA. Kartini sudah membawa keberhasilan yang luar biasa, sebagaimana yang kita

lihat dan rasakan dalam kehidupan berbangsa saat ini. Kaum wanita telah

mendapatkan posisi yang setara dengan kaum laki-laki, atau dengan kata lain

perjuangan emansipasi wanita oleh Kartini telah berhasil. Pekerjaan atau jabatan

yang sebelumnya hanya dipegang kaum laki-laki, saat ini kaum perempuan sudah

memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk menduduki jabatan-jabatan

tertentu, seperti : direktur perempuan, astronot perempuan, sopir bus perempuan,

pembalap perempuan, kepala sekolah perempuan, rektor perempuan, menteri

perempuan, sampai jabatan presiden perempuan sudah bisa kita lihat saat ini.

Intinya antara Laki-laki dan perempuan sudah ada kesetaraan gender. Anggapan

57
perempuan sebagai obyek ”pupur, dapur, kasur” dan tinggal di rumah saja sudah

tidak berlaku lagi.45

Persepsi makna emansipasi wanita sepertinya perlu dievaluasi lagi, karena

jika kita lihat saat ini terdapat sebagian orang yang memaknainya berlebihan atau

bisa disebut ”emansipasi kebablasan”. Banyak kita temukan kaum perempuan

terutama yang sudah berkeluarga melakukan kegiatan di luar secara berlebihan

dalam mejalankan pekerjaan (carrier women). Pergi jam 08.00 pagi dan pulang

jam.21.00 malam, bahkan ada yang lebih, sementara urusan pendidikan dan

pengasuhan anak diserahkan pada pembantu atau baby sister. Sementara itu suami

terabaikan oleh istri atau bisa jadi juga memiliki profesi yang hampir sama dari

aspek waktunya (over time). Kondisi ini memang tidak semua perempuan, tetapi

jika kita amati kecenderungan ini dari waktu-kewaktu prosentasinya cukup

meningkat. Salah satunya adalah dengan adanya Tempat Penitipan Anak (TPA),

banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya pada sekolah full day, dan

maraknya day care . Dari semuanya itu, jika kita lihat latar belakang orang

tuanya, hampir diatas 90% ibunya pekerja.

Banyak argumentasi yang diberikan mereka jika ditanya, kenapa anaknya di

titipkan atau sekolah model full day. Ada sebagian yang menjawab untuk

memberikan pendidikan yang berkualitas pada anak, tanpa mempermasalahkan

biaya yang mahal. Jika jawabannya demikian, perlu kita memberikan apresiasi

pada keluarga tersebut yang begitu besar memperhatikan perkembangan anknya.

45
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Metodologi pengajaran Agama,( Semarang: Pustaka
Pelajar, 2004), hal. 114-116

58
Tetapi jika dianalisa lebih lanjut ada sesuatu yang terlupakan dan sesuatu tersebut

sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.

Sesuatu tersebut adalah ”kasih sayang”. Mereka lupa bahwa karena

kesibukan pekerjaanya telah merampas hak anak yaitu hak untuk mendapatkan

kasih sayang dari orang tua. Kasih sayang tersebut tidak bisa diganti dengan uang

atau harta yang bersifat materi, tetapi berupa ”perhatian” secara psikologis pada

anak. Hal ini menyebabkan anak mengalami keterlantaran emosi (emotional

deprivation) sehingga akan mempengaruhi perkembangannya baik fisik, mental,

maupun sosial emosionalnya di kemudian hari. Menurut Ali Nugraha & Yeni.P,

(2006) bahwa generasi sekarang anak lebih kesepian dan pemurung, lebih

beringas, kurang memiliki etika, mudah cemas, gugup dan lebih impulsif. Dari

pernyataan tersebut secara kasat mata dapat dengan mudah kita tangkap dalam

lingkungan kita, terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota besar, seperti ;

Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lain sebagainya. Kondisi yang memprihatinkan

adalah gejala-gejala dan dampaknya sudah mulai merembes ke daerah kota-kota

kecil bahkan sampai ke pedesaan.

Menurut Suyanto (2001) penyebab rendahnya moral anak disebabkan oleh

longgarnya peran orang tua dalam kontak keseharian, yang meliputi ; 1) aspek

frekuensi, 2) aspek intensitas, dan 3) aspek kualitas komunikasi yang berlangsung.

Hal ini memang pantas untuk dipertanyakan, karena ketiga aspek tersebut

berkaitan erat dengan kesibukan orang tua bekerja, teknik komunikasi, dan

subtansi komunikasinya.46

46
M. Farid Irsyadul Ibad, Dinamika Penerapan Moral dikalangan Remaja, (Yogyakarta;
Pustaka Al-Kautsar, 2012

59
1. Aspek Frekuensi

Diyakini bahwa semakin tinggi frekuensi komunikasi antara anak dan

orang tua, semakin besar pengaruh positifnya kepada anak. Tetapi frekuensi

saja tidak cukup untuk menyatakan bahwa komunikasi tersebut berlangsung

secara efektif, karena efektifias komunikasi masih ditentukan juga oleh

intensitas dan kualitas komunikasi yang berlangsung. Sementara itu,

diperkrakan rata-rata jumlah jam per hari yang dipakai orang tua untuk bekerja

saat ini semakin panjang waktunya. Secara normatif, seorang pegawai negeri

bekerja di kantor antara jam 07.00 wib sampai pukul 14.00 wib. Tidak jarang,

mereka bekerja jauh lebih panjang waktunya karena tuntutan jenis pekerjaan

yang ditangani, beban pekerjaan tambahan, karena tuntutan tanggung jawab

pada jabatannya, atau karena mencari penghasilan tambahan, dan sebagainya.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, tidak jarang orang tua bekerja

pulang kerumahnya setelah pukul 18.00 wib dengan berbagai faktor penyebab.

Lebih parah lagi, jika orang tua pulang bekerja saat anak sudah terlelap tidur,

dan orang tua pergi bekerja saat sebelum anak bangun tidur.

Kondisi tersebut jelas frekuensi pertemuan orang tua dengan anak hanya

berlangsung pada malam hari, selebihnya perlu di cermati, kemana saja anak-

anak pergi pada siang hari selepas jam sekolah, para orang tua ini tidak banyak

yang tahu. Atau mereka sudah mempercayakan sepenuhnya pada sekolah dan

pembantunya.

2. Aspek Intensitas Komunikasi

Bertatap muka langsung (face to face) bisa jadi memang jarang

berlangsung di kotakota besar yang kedua orang tuanya bekerja seharian.

60
Tetapi masalah ini masih dapat diatasi apabila pada kesempatan-kesempatan

yang memungkinkan komunikasi kemudian berlangsung dalam tingkat

intensitas yang tinggi. Komunikasi tidak langsung bisa juga menjadi salah satu

alternatif dalam menambah intensitas komunikasi, seperti penggunaan

hanphone. Komunikasi orang tua dan anak berlangsung mesra, hangat, terbuka,

timbal balik, dan ceria. Pesan-pesan komunikasi akan ditangkap dengan mudah

oleh penerima pesan komunikasi. Meskipun frekuensi rendah tapi intensitasnya

tinggi dapat dipastikan menghasilkan kesan-kesan yang positif terhadap pesan

yang disampaikan. Pada intensitas semacam itulah sesungguhnya kita berharap

pesan-pesan moral dapat ditanamkan oleh orang tua.47

3. Aspek Kualitas Pesan Yang Dikomunikasikan

Yang perlu mendapat perhatian, apakah pesan-pesan tersebut disesuaikan

dengan tingkat perkembangan anak ? Apakah isi pesan mendidik atau

sebaliknya, merusak moral anak ? Aspek kualitas komunikasi sangat berkaitan

dengan penguasaan substansi pesan, sehingga orang tua perlu memahami

pengetahuan tentang psikologi perkembangan untuk menunjang efektifitas

komunikasinya. Ironisnya tidak semua orang tua memahami pengetahuan

psikologi perkembangan. Banyak orang tua membesarkan anaknya berdasarkan

naluri kebapakan atau keibuannya saja. Lebih celaka pemerintah melalui

institusi pendidikan belum mengoptimalkan pendidikan moral. Kasus-kasus

kekerasan di beberapa perguruan tinggi dan maraknya korupsi di departemen

47
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: kajian filosofisDan Kerangka
Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hal. 111

61
pajak, serta kasus Century akhir-akhir ini membuktikan masih rendahnya

kualitas moral anak bangsa.

Keterpurukan moral yang terjadi pada negeri ini adalah merupakan produk

dari pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Peran pendidikan dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat harus kita tinjau lagi dan dievaluasi. Apa

yang telah dilakukan, dan bagaimana ketiga lingkungan ini mendidiknya.

Terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme, perkelahian, tawuran, penganiayaan,

penipuan, penyuapan, penggelapan, mavia hukum, makelar kasus dan

keterpurukan moral lainnya bukanlah tanpa sebab, tetapi pasti ada penyebab

utama atau ada sesuatu yang salah dalam pendidikan moral di negeri ini.48

Sulit untuk menjawab pertanyaan di atas, karena pendidikan moral

melibatkan banyak pihak, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Keterlibatan

pemerintah juga haruslah diperhatikan juga. Kebijakan-kebijakan pemerintah

melalui berbagai ketetapan dan perundang-undangan termasuk kurikulum

dalam pendidikan formal juga harus dievaluasi kembali.

Melihat fenomena diatas maka dipandang perlu untuk meninjau kembali

lingkungan pertama dan utama dimana seorang individu hidup yaitu

lingkungan keluarga. Ditinjau dari kuantitas waktu anak lebih banyak

berinteraksi dengan keluarga atau orang tua. Sehingga dipandang perlu untuk

meninjau kembali apa yang telah dilakukan orang tua, dan bagaimana mereka

melakukan pendidikan moral anak.

48
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam Edisi 1, (Jakarta: Global Pustaka Utama, 2001),
hal. 99

62
Berdasarkan pemikiran di atas jelas bahwa penanaman nilai-nilai moral

dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan harus dimulai dari level yang

paling dasar yaitu level keluarga. Sosok orang tua (ayah dan ibu) merupakan

individu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan nilai-nilai moral dalam

keluarga. Sementara itu metode yang dikembangkan oleh keluarga pun sudah

saatnya disesuaikan dengan dinamika perubahan masyarakat. Cara otoriter

misalnya, sudah saatnya dikurangi dan diusahakan untuk lebih demokratis.

Bagaimana orang tua mendidik anak dalam kesehariannya akan mempengaruhi

perkembangan anaknya di kemudian hari.49

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum desa Koya Timur

Kelurahan Koya Timur merupakan salah satu dari 2 Kelurahan dan 6

Kampung di wilayah Distrik Muara Tami Kota Jayapura dengan kondisi

49
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 10-
12

63
masyarakat yang heterogen yang berarti hampir seluruh suku bangsa yang berada

di wilayah NKRI yang terwakili dari Pulau-Pulau besarnya, dengan

keanekaragaman budaya bangsa, suku, agama dan adat istiadatnya berdomisili di

Kelurahan Koya Timur, untuk itu diperlukan pola-pola tertentu dalam rangka

pembinaan kepada masyarakat secara berkesinambungan agar tercipta

peningkatan kualitas hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan

bernegara.

1. Letak Geografi

Kelurahan Koya Timur secara geografis berada diwilayah Kota Jayapura

Bagian Timur , yang berbatasan langsung dengan Negara Tetangga (PNG)

setalah Kampung Mosso. Yang mempunyai luas wilayah seluas 9.249.107 Ha ,

dan jumlah penduduk berjumlah 1137 KK dan 3695 dengan rincian laki-laki

sebanyak 1897 Jiwa dan Perempuan sebanyak 1798 Jiwa (per 1 desember

2013) dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :

Batas-batas wilayah :

Sebelah Utara : Kampung Skouw (Mabo, Yambe, Sae)

Sebelah Selatan : Kabupaten Keerom

Sebelah Barat : Kelurahan Koya Barat & Kampung Koya Tengah

Sebelah Timur : Kampung Mosso

Adapun Jumlah RT dan RW sebagai Berikut:

Jumlah RW : 12 RW

Jumlah RT : 27 RT

2. Iklim

64
Wilayah Kelurahan Koya Timur adalah bagian dari wilayah Distrik Muara

Tami yang beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 22º C- 38º C dengan

ketingian tanah rata-rata 20 mdpl (diatas permukaan air laut) dengan curah

hujan 2.764 mm/th dan kelembaban udara antara 79 % - 81 %. 50

3. Sejarah Singkat

Kelurahan Koya Timur mulai terbentuk Terhitung Mulai tanggal 3

Februari 1984 sampai dengan 11 Agustus 1984 yang pada awalnya masih

merupakan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Koya Timur. Dengan

mendatangkan para Transmigran asal Pulau Jawa masuk dan pertama kali di

Koya Timur, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Transmigrasi umum asal Jawa Barat sebanyak 119 KK/ 508 jiwa

b. Transmigran asal Jawa Tengah sebanyak 207 KK/ 951 jiwa

c. Transmigrasi asal Jawa Timur sebanyak 140 KK/ 563 jiwa

d. Transmigrasi APPDT sebanyak 134 KK/ 746 jiwa

4. Kondisi Wilayah (Topografi)

Kondisi wilayah Kelurahan Koya Timur merupakan daerah dataran

rendah, dengan suhu rata-rata 22º C – 38º C dengan ketingian tanah rata-

rata 20 mdpl (diatas permukaan air laut) dengan curah hujan 2.764 mm/th dan

kelembaban udara antara 79 % - 81 % yang didukung dengan adanya

Bendungan Tami, yang siap mengairi Lahan selama 1 Tahun penuh, sehingga

Kelurahan Koya Timur berpotensi untuk dikembangkan di berbagai bidang

antara lain :

50
Sumber: Monografi Desa Koya Timur Distrik Muara Tami, Jayapura, 2007

65
a. Bidang Pertanian, Di bidang ini yaitu cocok dikembangkan tanaman, Padi

Sawah, tanaman sayur mayur, palawija, dan holtikultura dalam arti luas

b. Bidang Perikanan, Di bidang ini, wilayah kami sampai sejauh ini sudah

dikembangkan sebagai kawasan perikanan darat (air Tawar) dengan

budidaya ikan air tawar antara lain, Nila, Emas, Bawal & Lele sepanjang

tahun dapat dilakukan 3 s/d 4 kali massa panen.

c. Bidang Peternakan Sejauh ini wilayah kami selain menghasilkan di bidang

pertanian dan perikanan juga memiliki potensi sebagai daerah peternakan

dengan populasi ternak terbesar yaitu Sapi, Kambing, dan Babi

d. Bidang Pariwisata Di bidang ini daerah kami juga memiliki daya tarik

tersendiri, karena selain sebagai daerah jalur lintas batas Negara RI –

PNG yang selalu dilewati masyarakat yang ingin melihat daerah perbatasan,

juga terdapat kawasan pemancingan yang ramai dikunjungi pada saat hari

libur sehingga memungkinkan untuk dikembangakan sebagai daerah

Pariwisata

5. Kondisi Demografis

Kelurahan Koya Timur mempunyai luas wilayah 9.249.107 Ha,

masyarakatnya bersifat heterogen yang terdiri dari barbagai jenis Suku bangsa

antara lain, (suku Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor,

Ambon dan Papua) Letak Kelurahan Koya Timur yang jauh dari Pusat Kota

secara tidak langsung juga memicu tingginya tingkat Mobilitas Penduduk.

Jumlah Penduduk di Kelurahan Koya Timur dari tahun ke tahun selalu

66
51
mengalami peningkatan. Jumlah Penduduk Kelurahan Koya Timur yaitu

jumlah Kepala keluarga 1137 KK dan jumlah penduduk 3695 dengan rincian

laki-laki sebanyak 1897 Jiwa dan Perempuan sebanyak 1798 Jiwa (per 1

desember 2013) serta Laju Pertumbuhan Penduduk kurang lebih 2% per tahun

yang tersebar di 12 wilayah RW dan 27 RT.

B. Kondisi Kehidupan Beragama

Penduduk desa Koya Timur sebagian besar beragama Islam dan beberapa

diantaranya beragama Kristen dan Katolik. Namun, walaupun terdapat perbedaan

dalam berkeyakinan, dalam kegiatan masyarakat semua berjalan dengan baik dan

menurut sepengetahuan penulis belum pernah terjadi perselisihan antar agama,

mereka hidup rukun dan damai. Karena mereka dapat saling memahami

perbedaan diantara mereka. Dan untuk kegiatan bersama dipilih yang tidak

merugikan satu sama lain.

Di distrik Muara Tami khususnya daerah Koya Timur, terdapat pluralitas

yang tinggi juga dalam budaya, yaitu banyak warga desa Koya Timur memiliki

kebiasaan suka mencampur adukkan pemahaman agama Islam dengan

kebudayaan sekitar yang tidak ada kaitanya dengan ajaran Islam, kemudian

kebiasaan tersebut dianggap baik dan secara turun-temurun diwariskan kepada

anak dan cucunya, misalnya ikut merayakan hari Natal umat Krristiani, memberi

sesajen pada arwah yang telah meninggal seperti kebiasaan orang Hindu, berpuasa

yang tidak mengikuti tuntunan syariat seperti puasa mutih yang dilakukan agama

Budha dan menganggap semua agama itu sama. Walupun kasus tersebut sudah di

51
Sumber: Bagian Administrasi dan Pemerintahan Umum, 2011

67
tentang oleh para ulama tetapi mereka tidak mau meninggalkannya dengan alasan

semua yang mereka lakukan itu semua adalah baik, padahal baik dan benar adalah

suatu hal yang berbeda, karena baik belum tentu benar dan benar sudah tentu baik.

karena secara universal desa Koya Timur memiliki beragam etnik dan agama.

Sehingga peluang ketidakharmonisan antara agama terbuka lebih lebar. Walaupun

pluralitas ini menimbulkan terjadinya konflik, namun secara faktual kondisi

Distrik Muara Tami khususnya Koya Timur masih tercipta harmonisasi antar

penganut agama yang satu dengan yang lainnya. Sepertinya ada peran yang

dimainkan oleh para tokoh agama di Koya Timur, namun belum diketahui secara

pasti bagaimana peran tokoh agama dalam upaya memelihara harmonisasi antar

agama. Mengingat peran tokoh agama dipandang paling berpengaruh dalam

menciptakan pemahaman agama di tengah masyarakat, bahkan dapat dikatakan

bahwa arah dan bentuk pemahaman keagamaan suatu masyarakat tergantung pada

pemahaman tokoh agamanya.52

Adapun kegiatan keagamaan yang terdapat di desa Koya Timur adalah

Pengajian Rutin. Pengajian yang dimaksud dalam bahasan ini yaitu:

1. Pengajian selapanan

Pengajian selapanan diadakan setiap selapanan (hitungan Jawa) sekali dan

untuk pesertanya adalah semua masyarakat desa Koya Timur, baik dari anak-

anak sampai orang tua.

2. Pengajian mingguan

52
Firman Aditya, profil Kelurahan Koya Timur, Koya Timur, Jayapura, 2013

68
Pengajian mingguan diadakan setiap satu minggu sekali yakni pada hari

rabu setelah sholat isya. Peserta pengajian mingguan yaitu para ibu-ibu,

sedangkan untuk materinya adalah tentang ibadah.

3. Harian (kultum)

Pengajian harian (kultum) diadakan setiap hari setelah sholat maghrib, dan

untuk pesertanya adalah semua warga Koya Timur.

4. TPA

Kegiatan TPA ini diadakan tiga kali seminggu yaitu pada hari rabu,

jum’at, dan ahad. Santri-santri TPA kebanyakan anak-anak TK- SD, SMP dan

SMA. Kegiatan TPA ini diadakan setelah sholat ashar, dari jam 16.00 sampai

dengan jam 17.00. kegiatan TPA ini bertempat di masjid.

5. Pelatihan penyelenggaraan jenazah

Pelatihan penyelengaraan jenazah adalah salah satu kegiatan yang ada di

majelis taklim. Berkaitan dengan apa saja yang terdapat dalam pelatihan

penyelenggaraan jenazah.

6. Mengadakan arisan bulanan

Kegiatan arisan bulanan adalah salah satu kegiatan dalam majelis taklim

yang rutin dilaksanakan setiap bulan.

7. Melaksanakan kegitan sosial

Kegitan sosial dalam hal ini adalah kegitan yang dilaksanakan oleh majelis

taklim dengan membersihkan masjid dan tempat sekitar kompleks desa Koya

Timur. Kegitan ini dilakukan untuk menambah kesadaran para anggota dan

pentingnya menjaga kebersihan tempat ibadah seperti masjid dan lingkungan

sekitar, kegitan ini pun dilakukan setiap bulan.

69
8. Mengadakan lomba keagamaan

Lomba keagamaan adalah salah satu kegitan tahunan di majelis taklim

yang bertujuan untuk syiar Islam dimana tidak semua orang bisa tergugah

hatinya hanya melalui ajakan untuk datang pengajian melainkan dengan

kegitan ini bisa membuat orang atau ibu-ibu diluar anggota majelis taklim

tertarik untuk bergabung menjadi anggota didalam majelis taklim.

9. Penanggulangan dan pencegahan narkoba

Selain kegitan yang berbasis Islam di desa Koya Timur, ada juga kegaitan

yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang di selenggarakan oleh BNN

terkait masalah penanggulangan narkoba di desa Koya Timur.

C. Fasilitas kegiatan pengajian majelis taklim

Adapun jumlah penduduk yang beragama Islam adalah 940 jiwa, beragama

Kristen dan Katolik adalah 150 jiwa. Dalam melaksanakan ibadahnya tentulah

masyarakat membutuhkan sarana peribadatan yang dapat menunjang kegiatan

keagamaannya. Karena itu, di desa Koya Timur terdapat 3 bangunan masjid, 17

bangunan Musholla dan 2 bangunan gereja. Kemudian ruang majelis taklim dan

tempat pengajian di fokuskan pada tiga masjid saja yaitu masjid Miftahul Amal,

Al-Hidayah dan Baitul Jannah. Sedangkan jumlah sarana dan prasarana dari

masing-masing masjid dan musholla berjumlah 96 Kitab Al-Qur’an, 73 Kitab

Hadist dan alat-alat elektronik sebagai penunjang kegiatan keagamaan seperti

microfon hanya 15 microfon dan loudspeaker 29 serta lemari 18 lemari.

70
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

4. Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Koya Timur Distrik Muara Tami

Kota Jayapura.

Setiap individu memiliki pola berfikir dan bersikap serta sifat yang

berbeda antar individu. Begitu juga yang tergambar pada setiap penasun

(pengguna narkoba suntik). Mereka mempunyai cara tersendiri dalam

memandang kehidupannya. Hal ini terkait lingkungan tempat tinggalnya yang

menjadi gambaran acuan seorang penasun (pengguna narkoba suntik) dalam

menatap kehidupan. Berikut gambaran penasun (pengguna narkoba suntik):

“penasun dari singkatannya saja adalah pengguna narkoba suntik, sudah


barang tentu orang-orang yang terkait dengan urusan tersebut tidak bisa
terlepas dari hal yang berhubungan dengan obat-obatan. Yang menyeret
pecandunya untuk selalu bermusuhan dengan diri sendiri. Kami semua ini
adalah orang-orang yang juga pengen dianggap sebagai orang! Banyak
yang hilang dari saya termasuk teman-teman, selepas saya memakai
barangbarang ini. Banyak pandangan miring dan pengasingan dari semua
orang. Kalau saya sendiri untungnya kedua orang tua saya masih ada
dipihak saya walaupun kepercayaannya sudah sedikit menghilang.
Saudara-saudara saya yang sudah tidak mau tau dengan saya. Istri yang
sudah pergi meninggalkan saya. Teman dekat saya yang sudah pergi
meninggalkan saya. Pekerjaan yang harus saya tinggalkan. Dan bahkan
saya harus mengubur impian saya menjadi atlit panjat tebing.
Ya....ketahuan pas tes urin mbak.”.

Dalam hal ini, pengetahuan tentang diri sendiri yang dimiliki oleh subjek

selalu melihat keadaan menjadi penasun (pengguna narkoba suntik) adalah

sebagai suatu kesalahan terbesar yang membuat semua orang menjauh darinya,

71
menghambat semua impian dan prestasi-prestasi yang telah di raih, mengalami

permasalahan dalam berumah tangga.

“Saya kasihan dengan anak-anak muda jaman sekarang, jaman saya dulu
masih bisa merasakan ganja, sabu, jaman sekarang karena pasokan
barang-barang tersebut sudah jarang dan susah mereka langsung
meminum obat-obat yang malah resikonya lebih tinggi.”53

Subjek juga mengutarakan sering kali menjumpai para pemula pemakai

narkoba yang lebih memilih menggunakan obat-obatan pengganti. Karena

ditunjang dari semakin berkurangnya obat-obatan yang dibutuhkan, membuat

para pemakai pemula mengalihkan obat-obatan pengganti dengan barang-

barang yang lebih berbahaya lagi.

“Ya...mereka sedikit banyak sudah familiar sebenarnya dengan kondisi


saya ini, karena sudah lama juga saya seperti ini, jatuh bangun dan terus
berkutat dengan obatobatan. Saya sudah menghabiskan banyak uang
kalau gak salah sudah 12 motor baru dan 2 yang bekas yang sudah saya
jual, sempat juga orang tua saya membelikan rumah 2 dan keduanya juga
sudah saya jual.”54

Subjek menuturkan kalau orang tua subjek menyingkapi jalan hidup yang

selama ini di jalani. Banyak yang sudah subjek habiskan untuk menuruti

hasratnya untuk mengkonsumsi narkoba suntik.

“Kalau saya gak makek woh...badan saya serasa digebukin orang


sekampung, tidak bertenaga, dan tidak bisa tidur,mengigil kayak orang
demam gitu. La beda lagi kalau saya sudah makek badan ini serasa enteng
dan bertenaga. kalau gak makan berhari-hari kuat tapi kalau sudah tidak
makek ibarat ikan yang butuh air.”55

Selama subjek menggunakan obat-obatan subjek merasakan hidup akan

tetapi jika subjek tidak menggunakan obat-obatan dia merasa skarat bahkan

serasa mau mati.

53
Hasil wawancara dan observasi pada tanggal 27 April 2018 jam 19. 10 WIT
54
Hasil wawancara dan observasi pada tanggal 27 April 2018 jam 19. 10 WIT
55
Hasil wawancara dan observasi pada tanggal 27 April 2018 jam 19. 10 WIT

72
Observasi yang dilakukan oleh peneliti dilakukan pada bulan Juli.

Observasi dilakukan di Desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

Dalam melakukan penelitian tentang kasus hamil di luar nikah di desa Koya

Timur, peneliti memperoleh data-data informasi dari 5 informan yang terdiri

dari 2 orang sebagai warga yang mengalami hamil di luar nikah, 2 orang

sebagai orang tua yang mengalami hamil di luar nikah, 1 orang sebagai

anggota masyarakat yang warganya mengalami hamil di luar nikah. Berikut

adalah penjelasan beberapa informan dalam penelitian hamil di luar nikah di

desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura:

a. Sarah

Sarah sebagai salah satu anggota masyarakat yang mengalami hamil di

luar nikah. Sarah yang saat ini berusia 18 tahun ini telah memiliki seorang

anak berusia 3 bulan. Pendidikan terakhir yang ditempuh Sarah adalah

SMP. Sarah dan suaminya tinggal dirumah orangtua Sarah. Sarah

mengalami kehamilan pada tahun 2012 lalu. Menurut wawancara yang

dilakukan di rumah Sarah ia mengaku telah hamil di luar nikah saat ia telah

duduk kelas 3 SMEA, namun karena hamil, ia keluar dari sekolah dan saat

ini menjadi ibu rumah tangga dan suaminya sebagai buruh. Kehamilan yang

ia alami dapat diterima keluarga dan lingkungan masyarakat disekitar,

meskipun pada saat kehamilan orang tua belum bisa menerima pada

akhirnya orang tua Sarah dapat menerimanya.

b. Ana

Ana sebagai warga desa Koya Timur yang saat ini berusia 16

tahun ini sedang mengandung 8 bulan. Pendidikan terakhir yang

73
ditempuh Ana adalah SMP. Ana tinggal bersama kedua orang tua

Ana, sedangkan suaminya bekerja di jakarta. Ana mengalami

kehamilan pada tahun 2012, Menurut wawancara yang dilakukan di

rumah Ana ia mengaku telah hamil sebelum menikah pada usia 16

tahun. Saat itu ia baru lulus dari SMP. Ana bekerja di jakarta dan

bertemu dengan suaminya disana, pada saat itu ia mengalami

kehamilan dan dipulangkan kerumah. Kehamilan yang ia alami

dapat diterimaoleh keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

c. Naila

Naila sebagai warga desa wonokromo yang mengalami hamil di

luar nikah mempunyai seorang anak perempuan yang berumur 4

tahun. Ia merupakan anak ke 7 dari 7 bersaudara. Pendidikan

terakhir yang ia tempuh adalah SMA. Ia mengalami hamil di luar

nikah pada saat sedang melanjutkan sekolah perawatnya di salah

satu sekolah swasta di kebumen. Naila sekarang berusia 24 tahun

dan bekerja sebagai buruh di luar kota. Pada saat di wawancara

Naila mengaku bahwa anaknya dirawat oleh mertuanya dan ia

memilih tinggal di luar kota bersama suaminya untuk bekerja.

d. Saskia

Bapak Saskia berumur 51 tahun dan bekerja sebagai buruh. Ia

memiliki 5 orang anak, anak ke 5 Saskia mengalami kehamilan di

luar nikah pada usia 17 tahun. Menurut wawancara yang dilakukan

74
dengan bapak Saskia, ia mengatakan bahawa ia kurang

memperhatikan perkembangan anaknya, serta pergaulan dari anak-

anaknya karena ia sibuk untuk bekerja membiayai sekolah anak-

anaknya di luar kota.

2. Pengamalan nilai-nilai moral dalam keluarga dan masyarakat di desa Koya

Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

Konsep merupakan suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu

yang bertujuan menjelaskan suatu benda, gagasan atau peristiwa. Sebuah

konsep yang pertama kali dilakukan dalam pengamalan nilai-nilai akhlakul

karimah di desa Koya Timur adalah dengan bersumber pada konsep hablum

minallah dan hablum minannash, yaitu konsep akhlak kepada Allah Subhana

Wata’ala dan akhlak kepada manusia pada umumnya. Seperti penuturan dari

Bapak Ismail selaku kepala Tokoh Agama Islam desa Koya Timur sebagai

berikut:

Pendidikan akhlak dapat dilihat kepada tiga aspek, sesungguhnya bertolak


dari Konsep akhlâq al-karîmah itu sendiri merupakan konsep hidup yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan alam
sekitarnya dan manusia dengan manusia itu sendiri.

Untuk konsep pengamalan nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur dalam

mengamalkan nilai-nilai moralitas adalah dengan menitik beratkan kepada

konsep pemahaman berakhlakul karimah khususnya kepada Allah Subhana

Wata’ala dan kepada manusia pada umumnya.

Dalam hal ini keluarga dan segenap anggota masyarakat, memakai konsep

hablum minallah dan hablum minannas. Karena dalam konsep hablum

minallah dan hablum minannas terdapat konsep yang berisi nilai-nilai

75
fundamental melandasi semua aktivitas berkaitan dengan manusia muslim,

termasuk di dalamnya aktivitas berkaitan dengan pendidikan akhlak dalam

keluarga.56

Artinya dalam melakukan aktifitas keseharian apapun aktifitas tersebut

seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah

kepada Allah Subhana Wata’ala, dimanapun dan dalam keadaan apapun setiap

muslim hendaknya ber-Islam sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah

Subhana Wata’la. Selanjutnya sikap dan perbuatan akhlak terhadap Allah

Subhana Wata’la ini dapat dibudayakan dalam keluarga ketika seorang anak

yang belajar dengan cara menirukan tingkah laku orang-orang yang ada di

sekitarnya yang lama kelamaan menjadi suatu pola yang mantap, dan norma

yang mengatur tingkah lakunya “dibudayakan”.

Berikut ini adalah penuturan Ibu Ndiyah Rohmandiati sebagai warga desa

Koya Timur sekaligus guru SD Impres I yang mengajar pendikan agama Islam

di desa Koya Timur mengenai konsep pengamalan keluarga dan masyarakat

dalam mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah yaitu:

Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap


Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam, sebab Rasulullah yang paling
berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada
Rasulullah adalah cinta kepada Rasul dan memuliakannya.57

Sesuai apa yang telah dipaparkan oleh Ibu Ddiyah Rohmandiati yaitu

dalam melaksanakan suatu amalan dibutuhkan sebuah konsep yang bagus dan

tepat, yang tujuannya memberikan anak-anak yang tumbuh dan berkembang

56
Hasil wawancara dengan Bapak Ismail pada tanggal 05 Juni 2018 jam 16. 00 WIT
57
Hasil wawancara dengan Ibu Ndiyah Rohmandiati pada tanggal 05 Juni 2018 jam 17. 00
WIT

76
dalam keluarga memiliki sikap dan perilaku yang terpuji baik ditinjau dari

aspek norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat

dan tata krama yang berlaku dimasyarakat dimana ia tinggal.

Sesuai penuturan Bapak M. Syafi’ Mukarom selaku warga desa Koya

Timur yaitu:

Diharapkan dapat menjadi penggerak serta pengontrol bagi masyarakat


untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran
agamanya.58

Selain wawancara, peneliti juga memakai observasi sebagai teknik

pengumpulan data, berikut ini observasi yang peneliti lakukan dapat

digambarkan sebagi berikut:

Pada hari senin tanggal 27 April 2018 tepatnya pukul 09.10 WIT peneliti
melakukan pengamatan tentang konsep pengamalan akhlak kepada
beberapa keluarga di desa Koya Timur dalam membentuk nilai-nilai
akhlakul karimah kepada anak-anak mereka. Peneliti mengamati bahwa
konsep yang dipih oleh orang tua sudah tepat, ketika orang tua
menerapkan konsep tersebut, anak-anak mereka dapat langsung tersugesti
dan mulai bertahap mengaplikasikannya, bahkan sebagian anak mampu
mengaplikasikanya di dalam rumahnya dengan aktif shalat dan mentataati
tata krama yang telah diajarkan orang tuanya,akan tetapi didalam konteks
sosial yang lebih luas diperlukan keteladanan dan pengawasan secara
menyeluruh agar pengamalan konsep tersebut, tidak hanya bisa
diterapkan di dalam keluarga saja akan tetapi juga bisa diterapkan
didalam masyarakat dan lingkungannya, hal ini di karenakan masih
banyaknya anak-anak keluarga desa Koya Timur yang masih belum
optimal mengaplikasikan ajaran dan konsep yang telah diberikan orang
tuannya dirumah, karena kurangnya pengawasan dan tentunya terutama
faktor kesibukan orang tua yang jarang mengontrol anaknya diluar rumah
mereka.59

Sesuai dari hasil wawancara baik dengan keluarga dan warga sekitar

maupun dengan salah satu guru SD Impres I Koya Timur, observasi dan

dokumentasi yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa konsep

58
Hasil wawancara dengan M. Syafi Mukarrom pada tanggal 05 Juni 2018 jam 15. 30 WIT
59
Hasil wawancara dan observasi pada tanggal 27 April 2018 jam 19. 10 WIT

77
pengamalan keluarga dan masyarakat dalam pembentukan nilai-nilai akhlakul

karimah di desa Koya Timur adalah dengan konsep hablum minallah dan

konsep hablumminannas yang tujuannya memberikan anak-anak yang tumbuh

dan berkembang dalam keluarga memiliki sikap dan perilaku yang terpuji baik

ditinjau dari aspek norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun,

adat istiadat dan tata krama yang berlaku dimasyarakat.

Adapun metode yang di gunakan dalam pengamalan akhlak dalam

keluarga dan masyarakat di desa Koya Timur dilakukan menggunakan cara-

cara sebagai berikut:

a. Metode Keteladanan

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi

contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Hal ini

juga yang di kemukakan oleh Ibu Sholikhah salah satu warga dan orang tua

di desa koya Timur :

Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka


bimbingan orang tua kepada anaknya, karena setiap anak yang akan
menjalani proses kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang
baik dan saleh yang dapat diperoleh dari orang tuanya. Karena
apabila seorang anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang baik
dari orang tua serta lingkungan muslim yang baik, maka ia akan
mendapatkan banyak contoh atau keteladanan yang baik untuk
perkembangan jiwanya.60

Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada anak-

anaknya akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam

membimbing anak-anaknya. Dan metode inilah yang paling efektif untuk

membimbing anaknya. Orang tua tidak hanya memberikan bimbingan

60
Hasil wawancara dengan Ibu Sholikhah pada tanggal 06 Juni 2018 jam 15. 30 WIT

78
secara lisan malainkan juga langsung memberikan contoh kepada anak-

anaknya.

1) Metode Pembiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam mendidik dan

membimbing anak, yaitu dengan cara membiasakan anak untuk

melakukan perbuatan yang diajarkan dalam agama. Misalnya, membaca

basmalah ketika akan melakukan perbuatan yang baik dan mengucapkan

hamdalah ketika selesai melakukan suatu perbuatan yang baik supaya

mendapatkan keridlaan dari Allah. Karena dengan membiasakan anak-

anak untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari, maka akan

berakibat baik pula pada perilaku anak kelak jika sudah dewasa.

Pernyataan di atas didukung pula oleh hasil wawancara dengan bapak

Djumari, bahwa:

Metode pembiasaan ini merupakan metode yang sangat penting


terutama bagi pendidikan akhlak kepada anak-anak , karna
seseorang yang telah mempunytai kebiasaan akan dapat
melaksanakan dengan mudah dan senang hati. Bahkan sesuatu yang
telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan
akan tetap berlangsung samapai usia tua”.61

2) Metode Hukuman

Apabila keteladanan dan nasehat tidak mampu, maka waktu itu harus

di adakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat

yang benar, tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman merupakan

metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan, karena

61
Hasil wawancara dengan Bapak Djumari pada tanggal 06 Juni 2018 jam 16. 30 WIT

79
metode hukuman adalah cara yang paling akhir dilakukan, Oleh karena

itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam

menggunakan metode hukuman antara lain:

a) Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan

memelihara peserta didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam.

b) Hukuman baru digunakan apabila metode lain tidak berhasil guna

dalam memperbaiki peserta didik.

c) Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu di

beri kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

d) Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat

dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak

mengulanginya.

e) Hukuman hendaknya disesuaikan dengan latar belakang kondisi

peserta didik.

f) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis,

yaitu hukuman disesuaikan dengan jenis kesalahan.

g) Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang

tidak mungkin dilakukannya.

Hal ini juga dilakukan oleh mbak Sekar Mulyani, sebagaimana

dikemukakannya:

Saya tidak segan-segan memukul anak saya kalau dia sudah


berulangkali disuruh sholat tapi tidak mau shalat”.62

62
Hasil wawancara dengan Ibu Sekar Mulyani pada tanggal 06 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

80
Dengan demikian orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga

berkewajiban memperhatikan dengan seksama perkembangan pribadi

anak-anaknya termasuk perkembangan moral anak dengan menggunakan

cara-cara pendidikan yang baik sehingga menjadi manusia

berkepribadian baik dan bermoral baik. Dalam keluarga orang tua

bertugas sebagai pemimpin keluarga yang harus memelihara dan

melindungi keselamatan hidup dan kehidupan keluarga baik moral

maupun materil.

Dalam konsep pengamalan nilai-nilai akhlak kepada Allah Subhana

Wata’la agar terbentuknya nilai-nilai akhlakul karimah, orang tua di desa Koya

Timur mempunyai langkah-langkah dalam mengaplikasikan konsep tersebut.

Dalam suatu kesempatan peneliti mencoba untuk mengamati proses pendidikan

yang dilakukan keluarga desa koya Timur, salah satu keluarga di desa Koya

Timur yang peneliti teliti mencoba menerapkan konsep pendidikan akhlak

kepada Allah Subhana Wata’ala, diantaranya yang dilakukan dengan

menanamkan nilai-nilai ketauhidan dengan cara membaca Al-Qur’an dan

menegakkan sholat sebagai salah satu kewajiban menjalan perintah Allah

Subhana Wata’ala dan itu dilakukan sebagian orang tua agar anaknya dapat

mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut dipaparkan hasil wawancara yang dilakukan pada 5 keluarga

buruh tani yang mempunyai anak antara umur 6 -12 tahun di Desa Koya Timur

Distrik Muara Tami Kota Jayapura, yaitu sebagai berikut :

Bapak Ngadino lahir tanggal 7 Maret 1961. Beliau mempunyai 3 anak

yang bernama Indriyanti, Nur, dan Surati. Bapak Ngadino sudah lama bekerja

81
sebagai petani + 20 tahun. Selama 20 tahun ini beliau selalu menghabiskan

sebagian waktunya di sawah atau di ladang. Untuk mencari nafkah keluarganya

beliau mengolah sawahnnya sendiri dan mengolah sawah milik bapak Soegiyo.

Beliau pergi ke sawah mulai sekitar jam 6.00 WIB pagi sampai siang tetapi

kadang berangkat siang sekitar jam 8.00 WIB sampai dhuhur baru pulang

setelah dhuhur berangkat lagi sampai ashar. Beliau di sawah menanam padi

pada musim penghujan tetapi kalau musim kemarau di sawah menanam

kedelai, jagung kacang tanah dan lain-lain.

Bapak Ngadino dan istrinya berupaya dengan sebaik mungkin dalam

mendidik akhlak anak. Beliau membimbing anak ketika masuk Sekolah Dasar

sampai anak tumbuh dewasa/baligh. Selama bekerja sebagai petani jarang

sekali memperhatikan anaknya. Karena bapak ngadino sebagai orang tua yang

bekerja sebagai petani selalu berangkat pagi dan pulang siang untuk makan

terkadang tidak pulang karena sudah membawa bekal dari rumah. Orang tua

memang mempunyai peranan penting dalam mendidik anak terutama ibu yang

lebih dekat dengan anak dibandingkan dengan bapak. Sifat ibu yang penyabar

dan penyayang meskipun anak itu bandel tetapi seorang ibu dengan sabar

dalam mendidik anak.

Kegiatan sehari-hari yang saya lakukan dalam mencari nafkah tidak lain

untuk mencukupi kebutuhan keluarga terutama untuk masa depan anak.

Sebagai bapak saya mempunyai tanggung jawab pada keluarga terutama

pendidikan anak. Saya itu sekolah dasar tidak lulus jadi kurang pengalaman

dalam membimbing anak, nggih sak sagete kulo lan semampune kulo dalam

mendidiknya misalnya bila saya pulang lebih awal dari sawah saya

82
menanyakan “nduk sampun shalat dereng ? Nek dereng shalat riyen”. Selain

itu saya juga membimbing anak untuk menyuruh membaca Al-Qur'an setiap

habis magrib dan ikut TPQ (hasil wawancara hari Rabu tanggal 08 Juni

2018).63

Meskipun Bapak Ngadino kurang pengalaman dalam mendidik anak tetapi

beliau dan istrinya akan selalu berusaha untuk memberikan pendidikan

terutama pendidian akhlak pada anak. Selagi Bapak Ngadino dan istrinya

mampu mendidik dan membimbing anaknya sendiri maka dilakukan sendiri di

lingkungan keluarga tetapi bila tidak mampu maka diserahkan kepada orang

yang lebih pintar/tokoh masyarakat untuk memberikan pendidikan kepada anak

misalnya bapak ustadz.

Dari berbagai macam pola asuh pendidikan akhlak anak dalam keluarga

petani maka berbagai macam pula problema yang dihadapi dalam pembinaan

pendidikan akhlak. Menurut Bapak Ngadino dalam mendidik anak harus

dengan kesabaran karena usia anak yang masih remaja ingin mencari jati diri

dan masih sulit dibimbing sehingga belum bisa membedakan mana yang baik

dan mana yang tidak baik.

Anak saya itu nakal jadi saya sedikit merasa kesulitan dalam mendidik
misalnya ketika anak sedang asyik bermain dengan teman-temannya,
padahal waktu shalat telah tiba. Ketika saya menghampiri anak ditempat
bermain untuk menyuruh pulang ke rumah dan melaksanakan shalat.
Kadang ia mengulur-ulur waktu shalat. Selain itu agak sulit berangkat ke
TPQ serta Ketika anak diberi pendidikan keagamaan kadang anak tidak
mau karena ia lebih senang bermain daripada diberi pendidikan agama
(hasil wawancara hari Rabu tanggal 28 Desember 2016).

Solusi yang ditempuh oleh keluarga Bapak Ngadino yaitu bila anak sulit

63
Hasil wawancara dengan Bapak Ngadino pada tanggal 08 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

83
untuk menunaikan shalat lima waktu seperti yang dikemukakannya:

saya memberi motivasi pada anak dan mengingatkan anak jika lupa shalat
dengan begitu anak akan merasa senang dalam mengerjakan shalat.
Sedangkan bila malas untuk berangkat ke TPQ Solusinya dengan
membujuknya serta memberi uang jajan. Ungkap bapak Ngadino (hasil
wawancara hari Rabu tanggal 28 Desember 2016).

Dengan adanya pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh bapak

Ngadino anaknya menjadi lebih baik dari sebelumnya, mulai dari tingkah

lakunya / akhlaknya, selalu menghormati orang lain dan orang tuanya serta

lebih tekun dalam menjalankan shalat 5 waktu yang dahulu agak sulit untuk

melakukan shalat sekarang sudah tidak begitu sulit dan langsung menjalankan

perintah orang tuanya.

Dari keterangan Bapak Ngadino dapat disimpulkan bahwa meskipun

aktivitas sehari-hari sebagai petani tetapi beliau tidak melupakan tanggung

jawabnya sebagai kepala keluarga dalam mendidik dan membimbing

pendidikan akhlak anak. Anak akan memperoleh pendidikan terutama dalam

lingkup keluarga selain itu juga diperoleh dilingkungan sekolah yang dilakukan

oleh Bapak/Ibu Guru.

Bapak Suparmin lahir pada tanggal 22 Juni 1968 di Karanganyar, beliau

mempunyai 2 anak 1 putri, 1 putra yang bernama Atun dan Habib. Beliau

seorang petani dan juga seorang Mebeuler. Jadi, bila Bapak Suparmin tidak

pergi ke sawah maka beliau bekerja dirumah membuat pintu, jendela, dan lain

sebagainya. Beliau dahulu pernah menggali ilmu agama selama 3 tahun di

Pondok Pesantren jadi beliau lebih mengetahui bagaimana cara dalam

mendidik dan membina pendidikan akhlak anak secara efektif. Keluarga Bapak

Suparmin terlihat harmonis serta keagamaan di dalam keluarga sangat kental.

84
Bapak Suparmin mengharap anak-anaknya kelak dewasa menjadi anak yang

takwa dan berbakti kepada orang tuanya sehingga beliau mendidik keagamaan

anak harus dengan sebaik mungkin. Agar harapan itu tercapai orang tua harus

benar-benar serius dalam mendidik. Pendidikan dilakukan dalam lingkungan

keluarga dan lingkungan sekolah.

Di dalam keluarga orang tuanya mengajari anak bagaimana tata cara

shalat, mengajari membaca iqra’ sampai bisa membaca Al-Qur’an, mengajari

dalam berdoa ketika sehabis shalat. Pendidikan yang diberikan selain itu adalah

pendidikan akhlak anak untuk saling menghormati, menyayangi antar sesama,

bersifat jujur, bertutur kata yang baik dan lain-lain, sedangkan di lingkungan

sekolah pendidikan anak dilakukan oleh guru. Agar anak memperoleh

pendidikan agama yang lebih banyak beliau memilih lembaga pendidikan yang

Islami. Pembinaan yang dilakukan oleh Bapak Suparmin yaitu dengan

menerapkan kedisiplinan dalam mendidik anak. Apabila anak kecil diajari

bersikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari maka setelah anak dewasa dapat

bersikap disiplin. Kedisiplinan yang dilakukan oleh beliau yaitu berdisiplin

dalam menjalankan shalat 5 waktu, membaca Al-Qur’an setiap hari sehabis

magrib dan disiplin dalam belajar.

Dalam lingkungan keluarga orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak pada pendidikan yang dilakukannya. Bila orang tua

memiliki watak yang baik maka anak akan menjadi baik dan sebaliknya bila

orang tuanya kurang baik maka anaknya juga kurang baik karena dalam

membimbing anak-anaknya tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sistematis

dan efektif hal ini pula yang di ungkapakan bapak Suparmin bahwa:

85
Dalam mendidik anak di dalam keluarga saya menerapkan sikap
kedisiplinan terutama dalam pendidikan agama, dengan adanya
kedisiplinan anak akan terbiasa bersikap disiplin. Saya mengajari
kedisiplinan keagamaan pada anak sejak masuk TK. Walaupun saya sibuk
ke sawah tetapi saya selalu meluangkan waktu untuk mendidik anak
terutama dalam pendidikan agama. Dalam melakukan pembinaan agama
sehari-hari saya membiasakan anak untuk shalat 5 waktu misalnya ketika
suara adzan dikumandangkan saya menyuruh anak segera mengambil air
wudlu dan peralatan shalat untuk menunaikan shalat berjamaah di
mushola/ masjid. Selain itu saya membimbing anak untuk mengaji ke TPQ
dan memberi pengarahan untuk mengulang apa yang telah di pelajari
selama TPQ” (hasil wawancara hari Rabu tanggal 09 Juni 2018).64

Dari keterangan bapak Suparmin dapat disimpulkan bahwa meskipun

sibuk ke sawah tetapi beliau lebih mementingkan pendidikan anaknya. Anak

adalah buah hati kedua orang tuanya jadi harus didik dan dibina dengan sebaik

mungkin. Dalam melakukan pembinaan keagamaan anak beliau menerapkan

metode disiplin dan pembiasaan. Dengan adanya kedua metode tersebut anak

akan terbiasa dengan hal-hal yang dilakukan setiap hari oleh anak. Adapun hal-

hal tersebut yaitu ketika dalam ibadah shalat anak dibiasakan melakukan shalat

dengan begitu anak akan terbiasa melakukannya hanya saja bila anak lalai

maka orang tua harus mengingatkannya. Ketika anak dibiasakan untuk mengaji

di TPQ tanpa disuruhpun anak akan langsung berangkat ke TPQ (Hasil

wawancara hari Rabu tanggal 09 Juni 2018). Anak bapak Suparmin tergolong

anak yang penurut karena setiap hari dibimbing dan dididik untuk selalu

menuruti apa yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya.

Dalam melakukan bimbingan kepada anak melalui kebiasaan, maka anak

akan terbiasa dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan mudah dan senang.

Seperti yang dilakukan Bapak Suparmin beliau sudah membiasakan pendidikan

64
Hasil wawancara dengan Bapak pada tangga Suparminl 09 Juni 2018 jam 15. 30 WIT

86
keagamaan pada anak sehingga anak sudah terbiasa melakukan kegiatan itu

hanya saja ketika anak lupa belum mengerjakan shalat maka orang tua yang

mengingatkan (hasil wawancara hari Rabu tanggal 09 Juni 2018). Karena anak

bapak Suparmin tergolong anak yang penurut jadi dia sering menuruti perintah

kedua orang tuanya. Solusi yang ditempuh oleh Bapak Suparmin yaitu dengan

mengingatkan ketika anak bapak menunaikan shalat.

Anak adalah harapan kedua orang tua agar kelak ia dewasa menjadi anak

yang berguna bagi nusa, bangsa dan berakhlak mulia. Bapak Suyatno bekerja

sebagai petani + 13 tahun. Beliau yang sehari-hari pergi kesawah untuk

mengolah sawahnya yang ditanami padi dan bawang merah. Bapak Suyatno

berangkat ke sawah dari pagi sampai siang kemudian pulang untuk

menunaikan shalat dhuhur dan istirahat setelah itu dilanjutkan ke sawah lagi.

Meskipun sangat panas saat di sawah tetapi beliau tetap semanggat apalagi

ketika panen padi datang beliau setiap hari harus menjaga sawahnya agar

padinya tidak dimakan oleh ulat dan burung-burung. Jadi, beliau harus setiap

hari menunggu di sawah agar panen padinya banyak.

Usia bapak Suyatno 45 tahun, kini beliau sudah mempunyai 2 anak. Bapak

Suyatno mengajarkan kedisiplinan dan membiasakan sesuatu dengan tepat.

Hal ini juga yang diungkapkan Bapak Suyatno bahwa:

Pendidikan anak bagi saya sangat penting. Sejak mulai sekolah Taman
Kanak-Kanak sampai dewasa, saya mulai mendidik akhlak anak pada
waktu sore sampai pada malam hari misalnya dengan membiasakan
shalat 5 waktu dan membiasakan untuk mengaji setiap hari. Kami berdua
setiap hari selalu memantau anak dalam beraktivitas, berperilaku dan
bergaul dengan teman serta kegiatan yang lain. Kemudian Pendidikan
yang saya lakukan dalam keluarga yaitu dengan mengajari anak untuk
terbiasa mengucapkan salam dalam bertamu, menjalankan shalat 5 waktu
setiap hari. Setelah anak dewasa saya bimbing untuk mengerjakan

87
misalnya shalat dhuha serta menunaikan puasa di bulan Ramadhan dan
mengajarkan untuk menghormati kedua orang tua dan orang lain (hasil
wawancara hari Kamis tanggal 10 Juni 2018). 65

Dari keterangan Bapak Suyatno dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik

anak itu meliputi pembinaan akidah, pembinaan ibadah dan pembinaan akhlak.

Pendidikan yang dilakukan oleh Bapak Suyatno dari ketiga pola di atas sangat

diperlukan agar tujuan pendidikan anak dapat tercapai sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh setiap orang tua. Bila tujuan pendidikan itu tercapai maka

kedua orang tuanya berhasil dalam mendidik dan membimbing anaknya.

Bapak Suyatno memberikan bentuk latihan dan pembiasaan untuk anak

agar setelah ia dewasa tidak merasa kaget dengan pendidikan agama yang

diberikan misalnya untuk shalat, mengaji tajwid / Al-Qur’an, melakukan puasa

ramadhan, shalat dhuha, bershalawatan dan lain-lain. Apabila semua itu

dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari maka dengan perkembangan umur

setiap tahun akan terbiasa menjalankan ibadah itu. Maka pendidikan

keagamaan sangat penting untuk diberikan kepada anak yang masih kecil.

Masa anak-anak adalah masa terpenting dalam pendidikan akhlak, masa

tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sebelum dan

sesudahnya. Pada masa itulah seorang pendidik atau orang tua memiliki

peluang yang sangat besar dalam membentuk anak sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh orang tuanya. Seorang pendidik yang baik akan selalu

berupaya untuk menanamkan segala jenis pembinaan akhlak kepada anaknya.

Akhlak baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya pembinaan yang

dilakukan. Oleh karena itu, pembinaan akhlak sangat perlu diimplementasikan

65
Hasil wawancara dengan Bapak Suyatno pada tanggal 10 Juni 2018 jam 15. 30 WIT

88
dalam kehidupan sehari-hari utamanya kepada anak usia pra sakolah.

Problem yang dialami oleh Bapak Suyatno dalam membina pendidikan

akhlak anak yaitu ketika mendapat pekerjaan rumah dari sekolahan sering tidak

dikerjakan dan sering malas untuk belajar di rumah bila diajari oleh orang

tuanya sendiri anak tidak mempehatikan.

Solusi yang ditempuh Bapak Suyatno, jika dalam belajar anak merasa

malas maka cara yang untuk mengatasinya dengan mengikutkan anak untuk les

di rumah guru yang ada di kampungnya, seperti yang diungkapkannya:

Meskipun anaknya malas bahkan kadang membolos saat les. Dalam


mengatasi masalah tersebut bapak suyatno memberi hukuman dengan
menjewer dan memukulnya, agar anaknya nurut. (hasil observasi hari
Rabu tanggal 10 Juni 2018).

Ibu Suwarsi berasal dari Koya Timur, lahir pada 1 Juli 1965. Ibu Suwarsi

adalah seorang janda dengan satu anak yang bernama Widodo yang berumur

15 tahun. Ibu Suwarsi mencari nafkah dengan bercocok tanam di sawah

sebagai petani dan buruh tani. Beliau sebagai petani jagung dan singkong di

ladang, ibu Suwarsi juga memiliki sawah akan tetapi dijual pertahun kepada

orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun beliau sebagai

petani tetapi beliau tidak setiap hari ke sawah / ladang karena beliau lebih

banyak di rumah daripada di sawah.

Ibu satu anak ini hidupnya sederhana, meski pendidikan agama kedua

orang tuanya kurang tetapi orang tua akan berusaha semampunya dalam

membimbing, mendidik dan membina buah hatinya. Seperti yang

diungkapkannya:

Sejak usia 3 tahun saya sekeluarga membina anak dalam hal agama. saya
memulai membina keagamaan anak pada waktu sore sampai malam hari,

89
misalnya saya mengajak shalat berjama’ah dimasjid setiap Shalat magrib,
berdo’a mau makan, doa mau tidur serta melatih anak untuk berpuasa di
bulan ramadhan meskipun hanya puasa sampai dluhur/setengah hari,
setelah dewasa saya menyuruh anak untuk puasa sehari serta menyuruh
membaca Al-Qur'an. Saya juga mendidik anak dengan menanamkan
tauhid untuk mengucapkan syahadat. Selain pendidikan di rumah beliau
juga mengupayakan pendidikan di sekolah dengan menyekolahkan anak di
sekolah yang Islami (hasil wawancara hari Kamis tanggal 11 Juni
2018).66

Dari keterangan ibu Suwarsi dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama

itu penting baik diperoleh dari keluarga maupun dari sekolah. Pembinaan yang

diberikan Ibu Suwarsi sangat tepat. Disamping pendidikan dari keluarga yang

dilakukan oleh orang tuanya juga dari sekolah yang dilakukan oleh guru. Untuk

kebehasilan pendidikan akhlak maka antara orang tua dan guru harus saling

bekerjasama. Di rumah anak dididik untuk dibiasakan melakukan shalat,

mengaji di TPQ/dirumah, melafadkan nama-nama Allah dan lain-lain,

sedangkan di sekolah anak diajari untuk menghormati guru, berjabat tangan

ketika bertemu guru dan teman, melakukan shalat dhuhur berjamaah di

sekolah, bergaul baik dengan teman. (Hasil wawancara hari Kamis tanggal 11

Juni 2018).

Dengan melatih anak untuk membiasakan perbuatan baik dalam kehidupan

sehari-hari itulah cara yang efektif. Di lingkungan keluarga akan terlihat

harmonis dan nyaman bila anak dibiasakan mendapat bimbingan agama setiap

hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Suwarsi bahwa dengan mengajari dan

melatih anaknya untuk shalat berjamaah di masjid atau mushola, maka orang

tua juga harus shalat berjamaah di masjid.

Kadang orang tua salah dalam memilih pendidikan untuk anak-anaknya,

66
Hasil wawancara dengan Ibu Suwarsih pada tanggal 11 Juni 2018 jam 16. 30 WIT

90
yang paling penting bagi orang tua yaitu anaknya bisa masuk ke sekolah yang

bagus dan favorit itu mereka merasa bangga tetapi tidak dipikirkan bahwa

dengan sekolah yang bagus dan favorit itu apakah banyak pelajaran agamanya

apa tidak. Para orang tua hanya menginginkan anaknya menjadi pintar dalam

pengetahuan umum tetapi tidak memikirkan pengetahuan tentang agama. Bila

ingin anaknya memperoleh pendidikan agama yang lebih banyak, maka anak

dimasukan ke sekolah yang Islami ungkap ibu Suwarsi.

Sebagai orang tua saya harus aktif dalam membimbing dan mendidik anak

terutama untuk pendidikan agama. Hal ini seperti yang diungkapkannya

bahwa:

Kesulitan dalam membimbing keagamaan anak disaat anak sedang


bermain dengan teman-temannya dan saat menonton televisi. Apalagi
filmnya itu kesukaannya misalnya film kartun atau film anak-anak. Bila
diganggu anak pasti marah, karena saking asyiknya menonton televisi
anak jadi lupa untuk mengerjakan shalat dan mengaji ungkap Ibu Suwarsi
(Hasil wawancara hari Kamis tanggal 11 Juni 2018).

Sedangkan menurut Ibu Suwarsi bahwa bila anak tidak mau mengaji di

rumah maka saya menitipkan anak kepada bapak Ustad/guru ngaji untuk

mengajari anak dalam membaca tajwid atau Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Ketika anak asyik bermain terlebih dahulu saya membujuk dan merayunya

serta mengajak pulang ke rumah. Bila waktu anak masih nonton televisi saya

menyuruh mematikannya dan segera melaksanakan shalat (hasil wawancara

hari Kamis tanggal 11 Juni 2018).

Bapak Cipto Sularno biasa di panggil bapak Larno, beliau lahir di

Lumajang 06 Juni 1963, beliau mempunyai 3 anak. Beliau bekerja sebagai

petani + 21 tahun.

91
Bapak Larno dalam membimbing dan mendidik anaknya sejak usia 4

tahun, karena pada usia itu anak sulit untuk dibimbing, diarahkan dan dibina.

Jadi, orang tua harus berhati-hati dalam membimbing dan tidak boleh

memaksakan kehendaknya serta tidak boleh putus asa. Dalam memberikan

bimbingan adalah tanggung jawab orang tua sehari-hari dimanapun dan

kapanpun ia berada. Pada usia 4 tahun anak lebih senang bermain karena pada

usia ini terjadi pengembangan inisiatif dan ide pada diri anak. Bila anak lebih

senang bermain maka anak akan menjadi kreatif dalam berfikir.

Di dalam keluarga sebagai orang tua harus memberikan contoh dan teladan

yang baik, perilaku dan sopan santun antara ibu dan bapak dalam keluarga

maupun perilaku orang tua dengan tetangga akan menjadi teladan bagi anak.

Contoh dan tindakan yang baik dari para orang tua sangatlah penting dalam

membimbing anak-anak. Orang tua yang ingin anaknya disiplin maka orang

tuanya harus disiplin, orang tua yang ingin anaknya jujur tidak pembohong

maka ia tidak boleh memiliki kebiasaan berbohong. Perlakuan yang diberikan

kepada anak pada usia pra sekolah dalam kehidupannya dapat berpengaruh

lama terhadap keadaan mental dan emosi anak. Hal ini seperti yang

diungkapkannya bahwa:

Caranipun kulo didik anak niku werni-werni setiap hari saya bimbing
anak untuk menjalankan shalat, mengaji sehabis shalat maghrib, melatih
berpuasa, serta mengajari anak untuk berperilaku baik dan menghormati
orang tua serta orang lain. Setiap hari saya lelalu mengingkatkan anak
dalam bertingkah laku. Ketika saya di rumah sore hari saya
mengantarkan anak untuk berangkat ke TPQ dan menjemput anak bila
pembelajaran TPQ usai (hasil wawancara hari Senin 12 Juni 2018). 67

67
Hasil wawancara dengan Bapak Cipto Sularno pada tanggal 12 Juni 2018 jam 16. 00
WIT

92
Dari keterangan bapak Larno dalam mendidik anak dengan berbagai

macam caranya tergantung bagaimana orang tua membimbing keagamaan

anaknya dengan baik. Pembinaan dimulai pembinaan ibadah anak dengan

mengajari/melatih anak untuk selalu membiasakan shalat 5 waktu, mengaji

tajwid/Al-Qur’an, melatih berpuasa di bulan ramadhan serta anak dididik

secara langsung di lembaga pendidikan oleh guru di lembaga pendidikan

formal (sekolah/TPQ). Pendidikan formal sangat penting sekali. Apabila

pendidikan akhlak hanya dilakukan di rumah/lingkungan keluarga saja itu

masih kurang tetapi harus diberikan di sekolah, guru ngaji dan lain sebagainya,

maka pendidikan anak tentang agama akan semakin luas.

Untuk keberhasilan orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya

yaitu orang tua harus tanggap dalam memberikan pendidikan akhlak anak

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak dan sesuai dengan

tingkat umur anak. Hal ini seperti yang dikemukaknnya:

Jika anak merasa bosan bila disuruh untuk belajar maka caranya dengan
menuruti kemauan anak terlebih dahulu setelah kemauannya dituruti anak
pasti mau belajar. Jika memang cara itu tidak berhasil maka saya
mengajak anak untuk ikut belajar ke guru les di rumahnya ungkap bapak
Sularno (hasil wawancara hari Senin tanggal 12 Juni 2018).

Sedangkan problem yang dialami bapak Cipto Sularno dalam menbina

pendidikan akhlak anak ialah seperti yang dikemukakannya:

jika anak disuruh untuk belajar kadang kala malas apalagi disuruh untuk
untuk mengaji tajwid, anak merasa bosan bila disuruh untuk mengulang
dalam membaca beberapa kali. Dalam melakukan ibadah shalat anak
saya terkadang berbohong dalam menjawab ketika ditanya nak sudah
shalat belum dia menjawab "sudah" padahal dia belum mengerjakan
shalat (hasil wawancaara hari Senin tanggal 12 Juni 2018).

93
Bapak Suwadi berasal dari Kebumen, lahir pada 13 Agustus 1957. Bapak

Suwadi adalah salah seorang tokoh agama yang bekerja sebagai petani dan

pedagang pupuk. Istrinya bernama Sumini dari Surakarta, lahir pada 01 Juli

1963. Mereka tidak mempunyai anak kandung akan tetapi mengadopsi anak

dari adik ibu Sumini yang rumahnya di Surakarta.

Anak yang mereka adopsi bernama Ridwan, anaknya nakal dan bandel.

Anak tersebut tidak mau menurut i perintah orang tua dan hanya seenaknya

sendiri apabila dinasehati tidak mau memperdulikannya. Sudah berulang-ulang

dinasehati akan tetapi anak tersebut tidakberubah sampai orang tuanya pun

kuwalahan.

Menurut bapak Suwadi “lagi pula anak saya nakal susah dikasih tau dan

tidak pernah nurut apa kata orang tua, jadi sekarang saya biarkan saja

bagaimana tingkah lakunya.”(wawancara Senin, 13 Juni 2018). Dalam

mendidik anak bapak suwadi lakukan dengan cara pola asuh liberal sehingga

anak sesukanya sendiri dalam melakukan sesuatu hal. Sehingga anak tersebut

sering mabuk-mabukan di teras rumah bapak suwadi, meskipun sudah

dinasehati berulang-ulang anak tersebut malah marah dan mengamuk. 68

Bapak Arjo Sugiyo berasal dari Karanganyar, lahir pada 8 Februari 1989.

Bapak Arjo Sugiyo adalah orang yang bekerja sebagai petani dan buruh tani

setiap hari beliau bekerja di sawahnya sendiri terkadang di sawah orang lain.

Istrinya bernama Sugiyem dari Karanganyar, lahir pada 01 Juli 1989. Beliau

mempunyai 1 anak yang bernama Wanti berusia 18 tahun. Anaknya tersebut

68
Hasil wawancara dengan Bapak Suwadi pada tanggal 13 Juni 2018 jam 16. 30 WIT

94
sudah tidak sekolah karena telah dikeluarkan dari sekolah. Seperti yang

dikemukakannya bahwa:

Anak saya itu nakal, tidak mau menuruti perkataan orang tua, saya sering
menghukum dan memarahinya akan tetapi dia malah makin bandel, setiap
dinasehati bukannya berpikir malah pergi bermain dengan temannya
sampai tidak kenal waktu (Wawancara dengan bapak Arjo Sugiyo, Rabu,
11 Januari 2017). 69

Dalam mendidik anaknya tersebut bapak arjo sugiyo merasa kuwalahan

karena setiap dinasehati tidak pernah memperhatikan dan bahkan sampai tidak

pulang beberapa hari. Karena sudah bingung dan merasa kuwalahan

menghadapi anaknya sekarang hanya dibiarkan saja (Wawancara dengan bapak

Arjo Sugiyo, Rabu, 14 Juni 2018).

Dalam kegiatan pengajian anaknya pun juga tidak mengikutinya. Dalam

mendidik anak bapak Arjo Sugiyo tidak memberi contoh akan tetatpi hanya

menyuruh anaknya saja. Sehingga anak tidak terbiasa dan tidak mau mengikuti

perintah orang tuanya.

Bapak Sutarmin dilahirkan di Karanganyar pada tanggal 18 November

1972. Beliau bekerja di pabrik, tepatnya di pabrik PT Agung Sejahtera, Kebak

Kramat. Beliau mempunyai 2 anak. Beliau bekerja di pabrik + 5 tahun, beliau

di pabrik sebagai buruh kontrak pabrik.

Keseharian yang dilakukan bapak Sutarmin yaitu bekerja di pabrik,

istrinya juga bekerja di pabrik tetapi tidak satu tempat. Kesibukan kedua orang

tua dapat membuat anak kurang kasih sayang, perhatian, bimbingan dan

pendidikan dari orang tuanya.

Menurut bapak Sutarmin anak adalah buah hati dan titipan Allah. Sebagai

69
Hasil wawancara dengan Bapak Argo Sujiyo pada tanggal 14 Juni 2018 jam 16. 30 WIT

95
orang tua kita wajib menjaga dengan baik, apalagi anak yang masih kecil,

sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan agar kelak ia dewasa

berperilaku yang baik.

Saya mendidik dan membimbing anak dengan memberi latihan,

pembiasaan dan pengarahan yang baik serta memberikan pendidikan akhlak,

pendidikan ibadah dan pendidikan aqidah.

Agung, putra dari bapak Sutarmin yang sekarang sudah berumur 19 tahun.

Pendidikan akhlak anak dilakukan sejak usia 5 tahun. Agung dilatih mengaji,

dikenalkan dengan nama-nama Allah dan nama-nama Nabi serta diikutkan di

TPQ. Usia 5 tahun memang masih kecil tetapi pada usia tersebut, anak sudah

bisa memahami keadaan sekitar. Hal ini seperti yang diungkapkannya:

Saya dalam mendidik akhlak yaitu dengan mengajari anak shalat ke


masjid meskipun belum melakukan shalat tetapi anak diajari untuk
bersalaman dengan jamaah setelah selesai shalat, mengajarkan membaca
do’a mau tidur, doa mau makan dengan membaca basmalah,
bersholawatan (hasil wawancara hari Kamis tanggal 15 Juni 2018).70

Dari keterangan Bapak Sutarmin bahwa meskipun kedua orang tuanya

bekerja di pabrik tetapi beliau tetap membimbing anaknya. Bila orang tua lalai

dalam memberi pendidikan pada anak karena kesibukan, maka anak kurang

mendapat kasih sayang, bimbingan, perhatian dari orang tuanya sehingga anak

menjadi pemberontak, nakal.

Problem yang dihadapi oleh Bapak Sutarmin dalam membina keagamaan

yaitu seperti yang diungkapkannya:

bila anak diajak untuk shalat berjamaah di masjid / mushala kadang anak
guyon di dalamnya sehingga mengganggu para jamaah yang sedang
menunaikan shalat. Ketika orang tuanya memberi peringatan untuk tidak

70
Hasil wawancara dengan Bapak Sutarmin pada tanggal 15 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

96
guyon anak malah semakin bertambah nakal dan bergurau (hasil
observasi hari minggu tanggal 15 Juni 2018).
Bagi Bapak Sutarmin bila anak itu “nakal atau bandel” wajar karena masih

kecil. Ketika anak diajak ke mushala / masjid untuk shalat berjamaah anak

malah guyon sehingga anak harus diberi peringatan dan diberi pengarahan

yang baik agar dapat merubah kelakuannya menjadi lebih baik (hasil

wawancara hari Kamis tanggal 15 Juni 2018).

Bapak Suparno berasal dari Karanganyar, lahir 27 September 1973. Beliau

bekerja dipabrik gula PT. Sondokoro di kecamatan Koya Timur sebagai sopir

truck pengangkut tebu, beliau bekerja sudah 4 tahun. Bapak Suparno memiliki

2 anak, yang satu bernama Thomas berumur 19 tahun dan Dian berumur 5

tahun.

Bapak Suparno bekerja di pabrik begitu pula istrinya yang bernama Sri

Suparni Lahir di Karanganyar 8 Oktober 1976, tetapi keduanya tidak satu

tempat dalam bekerja. Sebagai buruh pabrik sulit untuk mengatur waktu karena

di pabrik itu jam kerja sudah ditentukan. Hal ini seperti yang diungkapkannya:

Sekian lama saya bekerja di pabrik, saya itu merasa kurang dalam
mendidik dan membimbing anak. Ketika saya masuk pagi dan pulang sore,
malamnya saya bisa memantau kegiatan anak dari mengerjakan shalat,
mengaji dan bermain dengan teman. Saya membina keagamaan anak
ketika masih kecil dan sampai dewasa seperti sekarang. Ketika saya
masuk siang sampai pulang malam saya menyuruh istri saya untuk
mengawasi dan membimbing anak agar setiap hari anak selalu
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Dalam kegiatan membaca Al-
Qur'an saya menitipkan anak ke guru ngaji/pak ustad agar dalam
membaca Al-Qur'an supaya baik dan benar. Saya menyuruh anak yang
sudah dewasa untuk melakukan puasa seharian penuh pada bulan
ramadhan karena puasa bulan ramadhan hukumnya wajib bagi anak yang
sudah baliq (hasil wawancara hari kamis tanggal 16 Juni 2018). 71

Dari keterangan Bapak Suparno dapat disimpulkan bahwa meskipun jam

71
Hasil wawancara dengan Bapak Suparno pada tanggal 06 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

97
kerja sudah ditentukan oleh pabrik tetapi beliau selalu membimbing dan

mengawasi anak-anaknya di rumah. Ketika waktu libur kerja beliau dan

istrinya memberikan bimbingan di rumah tetapi bila sedang kerja beliau

menitipkan anaknya di bapak ustad untuk mengaji.

Upaya yang dilakukan oleh bapak Suparno dalam memberikan pendidikan

akhlak anak yaitu agar anaknya menjadi anak yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT, selalu menghormati kedua orang tuanya, berakhlaqul

karimah dan menyejukkan hati orang tuanya.

Problem yang dialami Bapak Suparno maka untuk mengatasi masalah

tersebut maka cara yang ditempuh yaitu dengan meredam emosi anak sampai

anak emosinya dapat dikendalikan setelah itu mengingatkan anak untuk

menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat dan selalu memotivasi anak

agar semangat dalam baik menjalankan ibadah maupun dalam belajar sehari-

hari (hasil wawancara hari Kamis tanggal 16 Juni 2018).

Masalah yang dihadapi oleh Bapak Suparno yaitu ketika anak sedang asyik

bermain dengan temannya, karena asyiknya anak bermain sehingga lupa untuk

melaksanakan shalat, maka setiap waktu saya mengingatkannya (hasil

wawancara hari Kamis tanggal 16 Juni 2018). Bila memiliki televisi dan

handphone anak akan malas untuk belajar. Pada waktu malam hari saya

membimbing anak untuk belajar di rumah tetapi karena acara televisi yang

menarik jadi belajarnya hanya sebentar saja, kalau lama-lama anak mutung dan

marah sehingga tidak mau belajar (hasil observasi hari Kamis tanggal 16 Juni

2018).

Berdasarkan masalah yang dialami Bapak Suparno maka untuk mengatasi

98
masalah tersebut cara yang ditempuh yaitu dengan meredam emosi anak

sampai anak emosinya dapat dikendalikan setelah itu mengingatkan anak untuk

menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat dan selalu memotivasi anak

agar semangat dalam baik menjalankan ibadah maupun dalam belajar sehari-

hari (hasil wawancara hari Kamis tanggal 16 Juni 2018).

Istri dari Bapak Tukiman ini berasal dari ciamis lahir tanggal 10 Agustus

1975, beliau bekerja di PT. Tiga Pilar Sejahtera lebih jelasnya di pabrik

makanan ringan. Beliau mempunyai 2 anak, 1 putra bernama Yogi dan 1 putri

bernama Tina. Suami Ibu Suparni bekerja sebagai Mebeuler. Beliau bekerja di

rumahnya sendiri.

Upaya yang dilakukan oleh ibu Suparni dalam mendidik anaknya di rumah

dengan memberikan pendidikan akhlak, pendidikan akidah, dan pendidikan

ibadah. Karena ketiga pendidikan itu sangat penting untuk anak. Hal ini seperti

yang diungkapkannya:

Saya mendidik anak sejak usia 4 tahun. Di usia itu saya mulai
menanamkan pendidikan agama karena itu sangat penting. Dalam
pendidikan akhlak saya membiasakan anak untuk menghormati orang tua
dan orang lain, misalnya saya melatih anak untuk berbicara dengan
bahasa Jawa yang halus. Adapun dalam bidang ibadah saya membiasakan
anak untuk shalat berjamaah setelah selesai shalat saya mengajari anak
untuk berdoa dan mengaji setiap hari baik di rumah maupun di guru ngaji
(hasil wawancara hari Jumat tanggal 17 Juni 2018). 72

Dari keterangan Ibu Suparni dapat disimpulkan bahwa dengan

memberikan pendidikan akhlak, pendidikan ibadah dan pendidikan aqidah

akan memperkokoh pondasi keagamaan anak. Sehingga akan menjadi anak

yang memiliki iman yang kuat, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

72
Hasil wawancara dengan Ibu Suparmi pada tanggal 17 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

99
berakhlaqul karimah.

Saya mengarahkan anak untuk menuntut ilmu yang benar karena dengan

memiliki ilmu yang banyak insyaallah akan memiliki iman yang kuat. Dengan

memberikan pendidikan agama sejak kecil setelah dewasa nanti anak akan

masih teringat apa yang telah diberikannya sejak kecil. Saya merasa khawatir

dengan pergaulan anak sekarang karena banyak anak yang perilakunya kurang

baik,maka dari itu untuk mengantisipasi saya selalu memberikan pendidikan

agama agar anak tahu ajaran agama dalam setiap berperilaku ungkap ibu

Suparni.

Dalam keluarga hendaknya dapat direalisasikan tujuan pendidikan agama

Islam tugas untuk merealisasikan itu adalah orang tua oleh karena itu orang tua

harus memperhatikan aspek pendidikan ibadah, pendidikan akhlak dan

pendidikan aqidah itu sangat penting untuk diberikan kepada anak.

Problem yang dialami Ibu Suparni, beliau sehari-hari memberikan

pendidikan akhlak dengan cara memberi motivasi kepada anak agar selalu

menjalankan apa yang telah diajarkan oleh orang tua. Hal ini seperti yang

diungkapkannya:

Selama mendidik anak saya sering merasa jengkel karena bila anak
diberi pengarahan sering tidak menurut. Misalnya ketika anak mau
berangkat ke TPQ untuk mengaji bila tidak atas kemauannya sendiri anak
sulit dibimbing, maka harus membujuknya dan merayunya terlebih dahulu
serta harus diberi motivasi. Kalau tidak begitu anak tidak mau berangkat
ke TPQ. Sebelum berangkat dan sesudah pulang dari TPQ saya menyuruh
anak untuk mengulang pelajaran yang telah diajarkan oleh Bapak Ustad
terkadang anak tidak melakukannya, maka dari itu saya sering merasa
kuwalahan dalam membimbing dan mendidik akhlak anak (hasil
wawancara minggu tanggal 17 Juni 2018).

Solusi yang ditempuh Ibu Suparni dalam mengatasi problema yaitu dengan

100
memberikan tata tertib di rumah. Dengan adanya tata tertib yang dibuat di

keluarga ibu Suparni anak akan mentaati tata tertib tersebut. Seperti yang

diungkapkannya:

Ketika anak tidak mau menjalankan perintah orang tua, saya memberi
hukuman "jewer". Tetapi kalau memang sudah diberi sanksi tersebut
masih tidak mau menjalankan perintah tersebut, maka saya membiarkan
anak semaunya dan sesuai dengan keinginannya” (hasil wawancara pada
hari Jumat, tanggal 17 Juni 2018).

Ibu Semi lahir pada tanggal 26 September 1967, beliau berasal dari Banjar,

suami dari ibu Semi yang bernama bapak Suratman bekerja sebagai buruh

harian lepas di tempat tinggalnya.

Ibu Semi bekerja selama 2 tahun di Garmen, Masaran. Selama menikah,

ibu Semi dikaruniai 2 anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Upaya yang

dilakukan oleh ibu Semi dalam mendidik anaknya di rumah sesuai dengan

kemampuan kedua orang tuanya “nggih sak sagete kulo” (ungkap ibu Semi).

Hal ini seperti yang diungkapkannya:

Selama saya mendidik dan membimbing anak, saya akan berusaha


semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya. Meskipun saya
bekerja di pabrik tapi saya nggih lebih mementingkan pendidikan anak
saya supaya menjadi anak yang pintar dalam pendidikan umum dan
pendidikan agama terutama pada pendidikan agama. Saya masuk kerja
hanya pagi saja sampai siang sekitar jam 14.00 WIT, jadi saya setiap hari
membimbing anak pada waktu sore sampai malam dari mulai mengaji
sampai mengajari belajar. Kebanyakan kegiatan anak dilakukan pada
sore hari sampai malam. Saya membimbing anak untuk menunaikan shalat
5 waktu dengan berjamaah di masjid / mushola, ketika sedang bersama
anak saya mengajari untuk bershalawatan (hasil wawancara hari Sabtu
tanggal 31 Desember 2016).73

Dari keterangan Ibu Semi pembinaan yang dilakukan sehari-hari oleh

beliau yaitu dimulai pada waktu sore hari sampai malam hari. Pembinaan pada

73
Hasil wawancara dengan Ibu Semi pada tanggal 18 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

101
waktu tersebut sangat efektif karena pada waktu sore hari sampai malam hari

kegiatan anak pada waktu itu sangat banyak, dimulai dari melakukan shalat,

mengaji di TPQ, mengaji Tajwid dan belajar. Bilamana saya berangkat kerja

pagi saya dan suami bina sendiri tetapi bila kerjannya siang suami saya yang

membina. Jadi,kadang saya kurang membimbing dan membina anak-anak.

Orang tua sebagai pendidikan utama dalam lingkungan keluarga anak akan

berprilaku baik dan berakhlak mulia tergantung pada pola asuh dalam

mendidik anak, karena orang tua adalah cermin bagi anaknya. Hal ini seperti

yang diungkapkannya:

Ketika saya mau shalat berjamaah di masjid saya mengajak anak untuk ke
masjid, dan ketika ada yasinan ibu-ibu di rumah warga saya mengajak
anak untuk ikut yasinan. Bila saya hanya menyuruh anak untuk shalat ke
masjid, sedangkan saya shalat di rumah anak tidak mau melakukan shalat
di masjid.

Di keluarga Ibu Semi dalam membina pendidikan akhlak anak keduanya

mempunyai problem. Sifat anak kadang nurut dan kadang tidak nurut. Bila

kemauannya anak dituruti pasti anak juga akan menuruti apa yang dikatakan

oleh orang tuanya tetapi jika kemauannya tidak dituruti anak akan marah dan

jengkel sehingga anak tidak mau menuruti apa yang diperintahkan/dikatakan

orang tuanya (hasil wawancara hari sabtu tanggal 18 Juni 2018).

Saya memberikan bimbingan keagamaan agar anak memiliki pengetahuan

agama yang luas. Dengan menitipkan anak ke TPQ agar dia dapat memperoleh

pelajaran apa yang telah diajarkan oleh Bapak Ustad. Bila anak tidak mau

berangkat ke TPQ, maka saya harus merayunya dulu dan memberi uang untuk

sangu ngaji. Ungkap Ibu Semi (hasil wawancara hari Sabtu tanggal 18 Juni

2018).

102
Ibu Tuginem berasal dari Bantul, lahir 25 Juli 1973. Dia bekerja di

Garmen, Masaran. Selama 6 tahun dia menjadi karyawati tetap disana. Ibu

Tuginem mempunyai 2 anak 1 laki-laki dan 1 perempuat yang bernama Wiwit

berumur 25 tahun dan Yunisa berumur 16 tahun. Beliau bersyukur kepada

Allah SWT karena telah diberi anak perampuan menurut beliau kalau anak

perempuan itu dalam mendidik dan membimbingnya lebih mudah dan suka

menurut pada orang tua. Hal ini seperti yang diungkapkannya:

Setiap hari saya memakai kerudung ketika di rumah maupan dalam


bekerja. Jadi,saya membiasakan anak untuk memakai kerudung agar
setelah dewasa ia selalu pakai kerudung, sehingga saya melatih dari kecil
ungkap ibu Tuginem. Meskipun saya bekerja sebagai buruh di pabrik saya
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Saya dan suami bersama-
sama dalam mendidik anak, misalnya ketika saya masuk kerja suami saya
yang mendidiknya. Kami mendidik anak ketika masuk TK. Saya
membiasakan anak untuk menjalankan shalat 5 waktu, melatih anak untuk
memakai kerudung, melatih untuk membaca doa setelah shalat, mengajari
anak berdoa sebelum makan dan sebelum tidur. Setiap sore saya
membimbing anak untuk mengaji di TPQ (hasil wawancara hari Sabtu
tanggal 19 Juni 2018). 74

Lembaga pendidikan formal khususnya dibidang agama agar mendapat

hasil memuaskan, maka jalan yang harus ditempuh adalah perlu adanya TK

dan TPQ sebagai pondasi dasar pengetahuan yang akan diteruskan ke jenjang

formal. TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah yang dikenal

oleh anak didik. Oleh kerena itu, TK perlu menciptakan situasi pendidikan

yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak didik.

Anak ibu Tuginem sering tidak menuruti perintah kedua orang tuanya.

Masalah yang dihadapi ketika dalam membimbing saat shalat tiba. Anak yang

74
Hasil wawancara dengan Ibu Tuginem pada tanggal 19 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

103
sedang asyik menonton televisi bila disuruh untuk shalat tidak langsung

mengerjakan shalat jadi harus mengingatkan dan menegurnya untuk

mematikan televisi dan segera mengerjakan shalat dan berangkat mengaji ke

TPQ (hasil wawancara hari sabtu tanggal 19 Juni 2018).

Sedangkan menurut Ibu Tuginem anak dilatih untuk melakukan puasa di

bulan Ramadhan meskipun anak hanya berpuasa setengah hari atau “puasa

bedug” saya akan melatihnya agar terbiasa. Tetapi dalam melatih anak untuk

berpuasa kadang anak sulit ketika dibangunkan untuk sahur bersama. Hari

pertama sampai hari ketiga anak masih gampang untuk dibangunkan tetapi hari

berikutnya anak malas jika dibangunkan (hasil wawancara hari Sabtu tanggal

19 Juni 2018).

Sedangkan yang dialami oleh Ibu Tuginem yaitu bila anak tidak menurut

maka saya memberi peringatan satu kali bila tidak nurut saya menjewernya

(hasil wawancara hari Sabtu tanggal 19 Juni 2018).

Dari penjelasan diatas ada juga sebagian keluarga yang memasukkan dan

mengajak istri dan anaknya ke TPA dan pengajian agama dikarenakan

kurangnya pemahaman agama yang dimilikinya, maka dari itu menuntut

seorang pemimpin kepala keluarga untuk memasukkan istri dan anaknya ke

dalam TPA dan pengajian agama Islam agar istri dan anaknya mendapat

tambahan ilmu keagamaan, seperti hasil wawancara dengan Bapak Sudirman

dan Bapak Sutopo:

Bapak Sudirman:

Pendidikan membaca Al-Qur’an hanya diperoleh anak saya di TPA dan


dirumah tidak diberikan karena saya sendiri belum begitu lancar

104
membaca Al-Qur’an75
hal seruapa juga dikatakan oleh Bapak Sutopo:

Pendidikan terakhir saya dan istri saya Cuma tamat SMA sehingga
pendidikan agama yang saya dapatkan hanya di sekolah dan pengajian-
pengajian. Jadi, ada pertanyaan anak yang kritis membuat saya kadang-
kadang tidak bisa menjawabnya, sehingga menuntut saya untuk banyak
membaca buku-buku agama.76

Tidak hanya kegiatan keagamaan saja yang dilakukan diluar rumah seperti

yang dituturkan diatas, akan tetapi didalam rumah pun pendidikan akhlak

kepada Allah itu sendiri diterapkan, yang tujuannya merupakan salah satu dari

langkah-langkah dalam pengamalan pembentukan nilai-nilai akhlakul karimah.

Seperti yang telah dituturkan oleh beberapa keluarga atau orang tua di desa

Koya Timur sebagai berikut:

Bapak Ikbal :

Ketika di rumah saya suka mengajarkan anak saya untuk selalu


mengucapkan salam sebelum masuk dan keluar rumah, begitu juga ketika
dia bertemu dengan teman dan saudara sesama muslim di jalan.77

Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Farida :


Di rumah saya selalu mengajarkan kepada anak saya untuk membiasakan
etika duduk dalam pertemuan, dengan cara tidak boleh mengangkat kaki
apalagi anak perempuan.78

Kemudian juga disampaikan Bapak Hasan :


Saya tidak pernah mengajarkan kepada anak saya untuk tidak berbicara
kasar kepada teman maupun pada orang lain yang lebih tua darinya.79

Pernyataan Bapak Hasan juga diteruskan oleh Ibu Rani yang mengatakan :

Menjaga perasaan orang ketika bercanda merupakan salah satu etika

75
Hasil wawancara dengan Bapak Sudirman pada tanggal 19 Juni 2018 jam 16. 30 WIT
76
Hasil wawancara dengan Bapak Sutopo pada tanggal 20Juni 2018 jam 15. 30 WIT
77
Hasil wawancara dengan Bapak Ikbal pada tanggal 21 Juni 2018 jam 15. 30 WIT
78
Hasil wawancara dengan Ibu Farida pada tanggal 22 Juni 2018 jam 16. 00 WIT
79
Hasil wawancara dengan Bapak Hasan pada tanggal 23 Juni 2018 jam 16. 00 WIT

105
menghargai orang lain di sekitar kita.80
Hal serupa juga dilanjutkan Bapak Anwar yang mengatakan bahwa:

Menjenguk orang sakit merupakan salah satu kebiasaan dan kebudayan


leluhur saya untuk saling bersilatuhrahmi yang kemudian itu saya
wariskan kepada anak saya.81
Apa yang dilakukan Bapak Anwar juga sejalan dengan Bapak Sumaedi
yang mengatakan:

Selaku orang tua saya selalu mengajarkan kepada anak saya untuk
berkata sopan dan santun kepada orang tua.82

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Rahmat :

Saya selalu menasehati anak saya untuk memberikan makanan atau


minuman kepada gurunya sebagai tanda menghormati guru yang telah
mendidik anak saya.83

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa pendidikan adab dan

sopan santun inilah yang harus dimulai oleh orang tua di lingkungan rumah

tangga. Disinilah harus dimulai pembiasaan kebiasan-kebiasaan yang baik

dalam diri anak didik. Lingkungan rumah tanggalah yang dapat membina

pendidikan ini, karena anak yang berusia muda dan kecil itu lebih banyak

berada di lingkungan rumah tangga dari pada di luar.

Kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri

dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan

sosial dalam suatu ruang dan waktu. Cara berpikir dan cara merasa itu

menyatakan diri dalam cara berlaku dan berbuat. Sederhananya, kebudayaan

adalah cara berlaku atau berbuat dalam kehidupan, atau lebih sederhana lagi,

80
Hasil wawancara dengan Ibu Rani pada tanggal 24 Juni 2018 jam 15. 30 WIT
81
Hasil wawancara dengan Bapak Anwar pada tanggal 25 Juni 2018 jam 15. 30 WIT
82
Hasil wawancara dengan Bapak Sumedi pada tanggal 26 Juni 2018 jam 16. 00 WIT
83
Hasil wawancara dengan Bapak Rahmat pada tanggal 27 Juni 2018 jam 17. 00 WIT

106
kebudayaan adalah cara hidup.

Seiring penjelasan mengenai akhlak terhadap sesama yang dipahami

sebagai implikasi dari tumbuh dan berkembangnya tauhid seseorang yang

berdampak pada lahirnya kebudayaan, sesungguhnya menurut Sutan Takdir

Alisyahbana yang dikutip oleh Yasir mengartikan kebudayaan sebagai

keseluruhan penjelmaan dari proses penilaian dan nilai-nilai yang muncul dari

perilaku, perbuatan, perkembangan benda-benda rohani dan jasmani manusia,

yang kesemuanya berintegrasi dalam suatu pola atau konfigurasi. Artinya

kebudayaan tersebut sebagai penjelmaan keaktifan budi manusia menanggapi

persoalan-persolan kehidupan dan nilai-nilai. Selanjutnya dengan adanya

akhlak terhadap sesama manusia sebagai penjelmaan keaktifan budi tersebut

diharapkan anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga memiliki

sikap dan perilaku yang terpuji baik ditinjau dari aspek norma-norma agama

maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama yang berlaku

dimasyarakat dimana ia tinggal.

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti juga melakukan sebuah wawancara

kepada beberapa masyarakat yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengamalan masyarakat sekitar dalam mengamalkan nilai-nilai pendidikan

akhlak kepada sesama manusia lainnya dalam membentuk akhlakul karimah di

desa Koya Timur, diantaranya sebagaimana yang dikemukan oleh salah satu

anggota masyarakat bapak Haikal ia mengatakan bahwa :

Selaku kepala rumah tangga dan RW, saya terkadang suka memberikan
nasehat kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
majelis taklim agar kita semua mendapatkan siraman rohani dan

107
mendapatkan ilmu agama.84

Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Rusdi yang

mengatakan bahwa:

Mengoptimalkan remaja masjid dan pengurus masjid dalam membangun


kegitaan keagamaan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
dan remaja pentingnya belajar agama dan mengatasi kerusakan moral di
desa Koya Timur.85

Adapun kegiatan keagamaan yang terdapat di desa Koya Timur adalah

Pengajian Rutin. Pengajian yang dimaksud dalam bahasan ini yaitu:

a. Pengajian selapanan

Pengajian selapanan diadakan setiap selapanan (hitungan Jawa) sekali

dan untuk pesertanya adalah semua masyarakat desa Koya Timur, baik dari

anak-anak sampai orang tua.

1) Pengajian mingguan

Pengajian mingguan diadakan setiap satu minggu sekali yakni pada

hari rabu setelah sholat isya. Peserta pengajian mingguan yaitu para ibu-

ibu, sedangkan untuk materinya adalah tentang ibadah.

2) Harian (kultum)

Pengajian harian (kultum) diadakan setiap hari setelah sholat

maghrib, dan untuk pesertanya adalah semua warga Koya Timur.

3) TPA

Kegiatan TPA ini diadakan tiga kali seminggu yaitu pada hari rabu,

jum’at, dan ahad. Santri-santri TPA kebanyakan anak-anak TK- SD,

84
Hasil wawancara dengan Bapak Haikal pada tanggal 28 Juni 2018 jam 17. 30 WIT
85
Hasil wawancara dengan Bapak Rusdi pada tanggal 29 Juni 2018 jam 15. 30 WIT

108
SMP dan SMA. Kegiatan TPA ini diadakan setelah sholat ashar, dari jam

16.00 sampai dengan jam 17.00. kegiatan TPA ini bertempat di masjid.

4) Pelatihan penyelenggaraan jenazah

Pelatihan penyelengaraan jenazah adalah salah satu kegiatan yang

ada di majelis taklim. Berkaitan dengan apa saja yang terdapat dalam

pelatihan penyelenggaraan jenazah menurut Ibu Putri mengatakan

bahwa:

Pelatihan penyelengaraan jenazah ini terdiri dari latihan cara


memandikan jenazah, cara menyolatkan, serta cara menguburkan
jenazah. Kegiatan ini bertujuan agar ibu-ibu khususnya anggota
majelis taklim memiliki pengetahuan tentang penyelenggaraan
jenazah, sehingga ketika kelak ada tetangga yang meninggal tidak
jauh-jauh mencari orang untuk mengurus jenazah baik dari
memandikan hingga menkafaninya.86

5) Mengadakan arisan bulanan

Kegiatan arisan bulanan adalah salah satu kegiatan dalam majelis

taklim yang rutin dilaksanakan setiap bulan. Berdasarkan wawancara

dengan bapak Parjiman ketua majelis taklim Ar-Ridha terkait dengan

skema kegiatan arisan bulanan ini mengatakan bahwa:

Setiap majelis taklim di kelurahan Koya Timur juga aktif dalam


kegiatan arisan khususnya majelis taklim Ar-Ridha. Secara umum
pelaksanaan terkoordinir dengan baik. Peserta yang aktif dalam
kegiatan ini adalah anggota majelis taklim dan kegiatan ini tidak
bersifat paksaan bagi anggota. Rata-rata yang mengikuti kegiatan
ini sekitar 25 orang dari 50 anggota setiap majelis taklim yang
terdaftar. Kegiatan ini berbentuk arisan yaitu dengan
mengumpulkan uang Rp. 50. 000 setiap bulannya dan 5% dari hasil
arisan dimasukkan dalam kas majelis taklim digunakan untuk
kegiatan-kegiatan mendesak.87

6) Melaksanakan kegitan sosial

86
Hasil wawancara dengan Ibu Putri pada tanggal 30 Juni 2018 jam 16. 00 WIT
87
Hasil wawancara dengan Bapak Parjiman pada tanggal 01 Juli 2018 jam 16. 00 WIT

109
Kegitan sosial dalam hal ini adalah kegitan yang dilaksanakan oleh

majelis taklim dengan membersihkan masjid dan tempat sekitar

kompleks desa Koya Timur. Kegitan ini dilakukan untuk menambah

kesadaran para anggota dan pentingnya menjaga kebersihan tempat

ibadah seperti masjid dan lingkungan sekitar, kegitan ini pun dilakukan

setiap bulan.

Menurut pendapat Ibu Laila terkait dengan pelaksanaan kegiatan

sosial yang dilaksanakan setiap bulan mengatakan bahwa:

Kegitan sosial dalam hal ini membersihkan masjid dan sekitar


kompleks memang dijadwalkan setiap bulan, dan bertujuan untuk
melatih kepekaan sosial bapak-bapak dan ibu-ibu khususnya
anggota majelis taklim, namun peserta yang hadir dalam kegitan ini
jarang memenuhi kouta yang diharapkan, karena disebabkan faktor
kesibukan, namun kami sebagai pengurus di majelis taklim ini tetap
berusaha agar kegitan ini tetap berlanjut karena kegitan ini sangat
bermanfaat.88

7) Mengadakan lomba keagamaan

Lomba keagamaan adalah salah satu kegitan tahunan di majelis

taklim yang bertujuan untuk syiar Islam dimana tidak semua orang bisa

tergugah hatinya hanya melalui ajakan untuk datang pengajian melainkan

dengan kegitan ini bisa membuat orang atau ibu-ibu diluar anggota

majelis taklim tertarik untuk bergabung menjadi anggota didalam majelis

taklim. Sebagaimana diungkapakan oleh Ibu Hasnia bahwa:

Anggota majelis taklim juga aktif mengikuti lomba keagamaan di


tingkat kecamatan. Adapun jenis lomba pada tingkat kecamatan
yaitu lomba Tilawah dan Qosidah Rebana yang di mediasi oleh
anggota majelis taklim juga para remaja masjid yang aktif
melakukan kegitan perlombaan setiap bulan Ramadhan, jenis
perlombaan yang diikuti antara lain lomba hafalan, Qosidah

88
Hasil wawancara dengan Ibu Laila pada tanggal 02 Juli 2018 jam 15. 30 WIT

110
Rebana dan Tadarus itu dapat dilaksanakan sekali setahun dan
sudah berjalan selam 11 tahun. Dengan adanya kegiatan ini banyak
bapak-bapak dan ibu-ibu yang belum termasuk anggota majelis
taklim mulai tertarik dan termotivasi untuk ikut serta masuk dalam
keanggotaan majelis taklim.89

8) Penanggulangan dan pencegahan narkoba

Selain kegitan yang berbasis Islam di desa Koya Timur, ada juga

kegaitan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang di selenggarakan

oleh BNN terkait masalah penanggulangan narkoba di desa Koya Timur,

seperti yang dikemukan oleh Bapak Rasyid:

Kegiatan penanggulangan narkoba dan pencegahannya telah aktif


dan berkembang di desa Koya Timur, program BNN ini dilakukan
untuk senantiasa mengingatkan masyarakat desa Koya Timur
tentang bahaya penggunaan Narkoba serta dampak yang terjadi
bagi pemakainya, walupun kegitan ini masih kurang peminatnya
tetapi para anggota BNN senantiasa berusaha dan selalu melakukan
kaderisasi di Desa Koya Timur agar kegiatan ini tetap aktif dan
berkembang. 90

Adapun kegitan-kegiatan pencegahan yang dilakukan masyarakat

desa Koya Timur dalam membentuk nilai pendidikan akhlak kepada

sesama anggota masyarakat yang lainnya ialah seperti yang dikemukan

oleh Bapak Rusdi dan Bapak Jamal mengatakan bahwa:

Bapak Rusdi

Merazia anak muda yang nongkrong hingga larut malam menjadi


salah satu program yang saya usahakan kepada masyarakat agar
masyarakat terhindar dari pergaulan yang kurang sehat. Dan
alhamdulillah sebagian masyarakat sudah mulai mengikutinya.91

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bapak Jamal:

Memberikan sanksi hukuman berupa teguran dan denda Rp.10. 000


bagi anak muda yang melanggar aturan yang sering nongkrong
89
Hasil wawancara dengan Ibu Hasnia pada tanggal 03 Juli 2018 jam 15. 30 WIT
90
Hasil wawancara dengan Bapak Rasyid pada tanggal 04 Juli 2018 jam 17. 00 WIT
91
Hasil wawancara dengan Bapak Rusdi pada tanggal 05 Juli 2018 jam 17. 00 WIT

111
hingga larut malam mabuk-mabukan dan dilaporka ke polisi apabila
melakukan kekerasan dan tindakan melanggar hukum seperti
menggunakan narkoba dsb.92
Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak

Subarjo yang mengatakan bahwa :

Membudayakan silatuhrahmi dan peduli terhadap sesama agar


terhindar dari sifat individual dan tidak membeda-bedakan suku, ras
dan golongan menjadi suatu himbauan yang saya sering katakan
pada saat duduk dan nongkrong bersama masyarakat dan seiring
berjalannya waktu budaya tersebut perlahan-lahan tapi pasti sudah
mulai diterapkan sebagian masyarakat desa Koya Timur.93

3. Faktor yang mempengaruhi pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga

dan masyarakat di desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

a. Faktor pendukung yang mempengaruhi pengamalan nilai-nilai moralitas

dalam keluarga dan masyarakat.

Pendidikan pokok-pokok ajaran Islam dan mengamalkan akhlak yang

baik kurang dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya faktor pendukung.

Faktor pendukung tersebut dikemukakan oleh bapak Djumari sebagai

berikut:

Faktor pendukung dalam proses mendidik akhlak anak dengan


pendidikan agama yaitu adanya TPA di masjid, adanya sinetron
Islami di TV dan yang terpenting adalah adanya kesadaran dari orang
tua dan orang di sekitar tempat tinggal”.94

Faktor pendukung dalam proses mendidik anak dengan pendidikan

agama terdiri dari faktor dari dalam dan faktor dari luar. Hal ini

dikemukakan oleh Ibu Solikhah Hidayati sebagai berikut:

Faktor pendukung pada proses mendidik akhlak anak dengan

92
Hasil wawancara dengan Bapak Jamal pada tanggal 06 Juli 2018 jam 16. 30 WIT
93
Hasil wawancara dengan Bapak Subarjo pada tanggal 07 Juli 2018 jam 16. 30 WIT
94
Hasil wawancara dengan Bapak Djumari pada tanggal 08 Juli 2018 jam 16. 30 WIT

112
pendidikan agama: 1) Faktor dari dalam: berasal dari kita sebagai
orang tuannya, saudara-saudaranya, kerabat-kerabatnya pada
dasarnya kita sebagai orang tuanya jelas sangat berperanan sekali,
dalam proses pendakian seorang anak menuju tingkat iman dan
ketakwaan yang sebenarnya, begitu juga saudara-saudaranya, karena
mereka melihat secara langsung, panggung dunia di sekitarnya, 2)
faktor dari luar: berasal dari lingkungan sekitar dia berinteraksi
(teman-teman sekelilingnya, guru-gurunya tempat dia menimba ilmu,
dan sekelilingnya yang lain). Jika anak berada di lingkungan agamis,
besar harapan dia untuk tumbuh menjadi pribadi yang penuh nafas
religi juga (amin). Tapi sebaliknya ketika anak berada di lingkungan
yang hampa dengan nafas agama, maka kita harus berjuang lebih
keras untuk bisa menjadikan mereka”.95

Pendidikan agama dalam keluarga tidak terlepas dari kendala yang

menghambatnya. Di antara faktor kendala ini dikemukakan oleh bapak

Hatim sebagai berikut:

Kendala dalam memberikan pendidikan akhlak khususnya tentang


mengajar pendidikan akhlak yaitu kadang anak lebih asyik bermain
dengan teman-teman hingga lupa waktu dan kadang orangtua lupa
atau/terlalu banyak pekerjaan sehingga setiap pulang dari kerja sudah
capek dan tidak dapat menemani anak-anak belajar ngaji”.96

Faktor lingkungan sangat memberikan pengaruh dalam pendidikan

akhlak pada anak. Pengaruh lingkungan ada yang baik, misalnya di

lingkungan itu aturan-aturan agama berjalan dengan baik, semua orang

menjalankan syariat agama, semua orang menjalankan sholat, sering

diadakan pengajian-pengajian dan ada madrasah diniyah dan TPA, hal itu

akan berpengaruh besar terhadap pendidikan agama pada anak. Selain itu,

ada juga pengaruh tidak baik dari lingkungan, misalnya di dalam lingkungan

banyak perjudian, banyak orang nakal, dan lain sebagainya. Lingkungan

seperti itu mudah sekali mempengaruhi anak-anak di sekitarnya. Terkait

95
Hasil wawancara dengan Ibu Sholikhah pada tanggal 09 Juli 2018 jam 16. 00 WIT
96
Hasil wawancara dengan Bapak Hatim pada tanggal 10 Juli 2018 jam 17. 30 WIT

113
dengan masalah ini, bapak Marwanto mengemukakan:

Saya selaku orangtua sangat khawatir ketika anak saya bergaul dengan
anak yang tidak di didik agama oleh orangtuanya, saya takut jikalau
anak saya terpengaruh dengan perilakunya, tetapi sebaliknya saya
merasa senang jika anak saya bergaul dengan anak alim yang baik
yang oleh orangtuanya diajari norma-norma dan prilaku yang baik”.97

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa faktor lingkungan

sangat memberikan pengaruh dalam pendidikan akhlak pada anak.

Lingkungan sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar

terhadap anak, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan

yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Lingkungan yang

baik akan mendukung keberlangsungan pendidikan agama pada anak,

namun lingkungan yang buruk akan menghambat perkembangan

pendidikan akhlak dalam keluarga.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

terhadap perkembangan kepribadian anak. Lingkungan terdiri dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mbak Sri, hal demikian

dikemukakannya bahwa:

Faktor yang mendukung dalam proses mendidik anak dengan


pendidikan agama antara lain faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sekolah dan faktor lingkungan masyarakat”.98

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama,

karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan

bimbingan. Dikatakan juga sebagai lingkungan yang utama, karena sebagian

97
Hasil wawancara dengan Bapak Marwanto pada tanggal 11 Juli 2018 jam 16. 00 WIT
98
Hasil wawancara dengan Ibu Sri pada tanggal 12 Juli 2018 jam 16. 00- 19. 00 WIT

114
besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan

yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Sikap orangtua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap

menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar

atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung

mempengaruhi reaksi emosional anak. Sifat dan tabiat anak sebagian besar

diambil dari kedua orangtuanya dan dari anggota keluarga lainnya. Oleh

karenanya, lingkungan keluarga memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap perkembangan anak. Dalam hal ini, bapak Budiyanto

mengakuinya, sebagaimana dikemukakannya:

Ada peribahasa yang mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari
pohon. Hal ini mengandung makna bahwa kepribadian anak tidak jauh
berbeda dengan orangtuanya, kalau orangtuanya baik maka anakpun
akan cenderung baik, demikian pula sebaliknya”.99

Namun demikian, perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh

lingkungan keluarganya, namun lingkungan sosialnya pun cukup besar

pengaruhnya. Lingkungan yang baik akan mendukung pendidikan agama

yang diberikan dalam keluarga, namun lingkungan yang buruk maka dapat

merusak hasil pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga.

Terkait dengan hal ini, bapak Suwarno mengemukakan bahwa:

Faktor lingkungan pada proses pendidikan agama pada anak sangat


mendukung. Faktor yang mendukung dalam proses mendidik akhlak
anak dengan agama adalah adanya TPA di masjid, mengadakan
kegiatan rohani ke-Islaman di sekitar lingkungan tempat tinggal”.100

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pendidikan yang

99
Hasil wawancara dengan Bapak Budyanto pada tanggal 13 Juli 2018 jam 17. 00 WIT
100
Hasil wawancara dengan Bapak Suwarno pada tanggal 14 Juli 2018 jam 16. 00 WIT

115
terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap

kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. Demikian pula lingkungan

diluar rumah juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam

membentuk pribadi anak ke arah yang lebih baik.

Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan

menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang. Pendidikan yang

diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan

si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak juga

membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di

sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas. Di sisi inilah,

lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak.

Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti

yang dianut juga oleh sebuah keluarga muslim, akan mampu mengantarkan

si anak menjadi seorang muslim sejati.

Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di

sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang

bertentangan dengan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan

keluarga dan lingkungan sekitar menjadi faktor pendukung proses pendidik

agama bagi anak. Sebagaimana bapak Suhardono mengemukakakan:

Peranan faktor lingkungan pada proses pendidikan agama bagi anak


saya sangat mendukung sekali. Faktor yang mendukung dalam proses
mendidik anak dengan pendidikan agama adalah lingkungan dan
keluarga”.101

Hal yang sama juga dikemukakan oleh bapak Wagiman, sebagai

101
Hasil wawancara dengan Bapak Suhardono pada tanggal 16 Juli 2018 jam 16. 00- 19. 00
WIT

116
berikut:

Faktor lingkungan dalam pendidikan agama bagi anak sangat


mendukung sekali”.102

Selain lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar, pendidikan agama

anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Sebagaimana dikemukakan

oleh bapak Murdiyanta sebagai berikut:

Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Di sekolah inilah anak


akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan
kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan
kondisi rumah tangga yang berbeda-beda”.103

Namun demikian, ketiga lingkungan tersebut dapat menjadi pendukung

pendidikan agama bagi anak-anak tetapi juga dan menjadi kendala. Hal ini

ditunjukkan dari pernyataan bapak Rio sebagai berikut:

Saya sangat tidak suka dengan anak-anak muda yang suka mabok-
mabokan soalnya dari itu anak-anak saya biasa terpengaruh sehingga
terjerumus dan lupa dengan agama”.104

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa dalam pandangan

orangtua yang bekerja sebagai buruh dan petani di desa, faktor pendukung

pendidikan agama bagi anak-anak adalah lingkungan keluarga, lingkungan

sekitar/masyarakat dan lingkungan sekolah. Namun, ketiga lingkungan

tersebut dapat juga memberikan pengaruh yang negatif.

b. Faktor penghambat pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga dan

masyarakat di desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura

Kemudian untuk kekurangannya dalam proses mendidik anak dalam

keluarga diantaranya adalah terkadang walaupun kesibukan orangtua

102
Hasil wawancara dengan Bapak Wagiman pada tanggal 18 Juli 2018 jam 16. 00 WIT
103
Hasil wawancara dengan Bapak Murdiyanta pada tanggal 19 Juli 2018 jam 17. 00 WIT
104
Hasil wawancara dengan Bapak Rio pada tanggal 20 Juli 2018 jam 15. 30 WIT

117
bekerja tidak menghambat mereka dalam pendidikan agama bagi anak.

Namun begitu, kesibukan bekerja kadang menjadi kendala bagi orang tua

karena mereka tidak bisa mengawasi serta mengontrol perilaku anak-

anaknya. Serta kurangnya komunikasi yang seimbang antara orangtua dan

anak merupakan satu hal yang bisa membuat proses dalam pelaksanaan

pendidikan dalam keluarga menjadi kurang maksimal.

Seperti wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bapak Bukhari

selaku warga desa Koya Timur:

Kendala bapak tidak bisa terus mengawasi anak, karena saya dan
ibunya harus bekerja. Cukuplah setidaknya anak saya masih sedikit
memperoleh pelajaran agama di sekolah.105

Kemudian hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Salmah:

Saya sebagai Ibu rumah tangga belum bisa mengontrol pergaulan anak
saya diluar karena saya pribadi harus bekerja membantu bapaknya
diladang untuk bekerja, masalah pendidikan agamanya saya selaku
orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada guru ngajinya dan kepada
lembaga pendidikan yang mendidiknya, tetapi kalau di rumah saya
saya sendidri yang akan mendidiknya walaupun keterbatasan
pengetahuan yang saya miliki.106

Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa kalau anak-anak mereka

sudah dimasukkan ke TPA, mereka merasa sudah cukup. Padahal dengan

cara memasukkan anak ke TPA, itu belum seberapa apabila di rumah tidak

di evaluasi.

Kemudian ada juga dari orangtua sendiri tidak penuh dalam

menjalankan ajaran agama Islam yang bisa membuat anak meniru, sehingga

ada anak yang beranggapan bahwa: wong orang tuaku saja sholatnya gak

105
Hasil wawancara dengan Bapak Bukhari pada tanggal 21 Juli 2018 jam 17. 00 WIT
106
Hasil wawancara dengan Ibu Salmah pada tanggal 22 Juli 2018 jam 17. 00 WIT

118
penuh, ngapain aku harus sholat penuh. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

orangtua yang kurang menjalankan ajaran agama merupakan salah satu

kekurangan dalam memberikan pendidikan agama pada anak.

Selain dari masalah kesibukan peneliti juga menemukan faktor lain

yang menghambat proses pengamalan nilai-nilai moralitas di lingkungan

keluarga dan masyarakat di desa Koya Timur ini diantarannya seperti yang

di kemukakan oleh Bapak Aditya selaku Guru pendidikan Agama Islam di

madrasah Aliyah Koya Barat:

Orang tua di daerah ini lebih memikirkan bila anaknya sudah dewasa
dapat memperoleh pekerjaan dengan cepat. Dengan begitu warga-
warga disini lebih senang jika anaknya bersekolah di sekolah umum
seperti SMA, STM atau SMK, daripada sekolahan seperti MA atau
MAN. Karena para warga beranggapan bahwa jika anknya sekolah di
sekolahan agama akan sulit mencari pekerjaan karena mereka tidak
mendapatkan bekal keterampilan, padahal saya beranggapan sama
saja antara sekolah di sekolahan agama atau tidak, karena sama-sama
memberikan pelajaran yang baik dan sempitnya pemikiran orang tua
terhadap sekolah agama membuat mereka tidak melihat perkembangan
yang terjadi dalam dunia sekolahan agama yang sudah banyak
mengajarkan keterampilan dan wirausaha kepada santrinya selain ilmu
agama.107

Adapun kendala yang di hadapi masyarakat dalam proses pengamalan

nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur ini ialah kurangnya partisipasi

masyarakat dan kerjasama untuk diajak dalam program-program keagamaan

khususnya bapak-bapaknya, seperti yang dkemukakan oleh Bapak RT Koya

Timur Bapak Iskanda:

Masyarakat disini kurang begitu bisa diajak berpartisipasi dalam


kegiatan keagamaan khususnya bagi bapak-bapaknya dikarenakan
kurangnya pengetahuan agama dan kesibukan mereka sebagai kepala
rumah tangga dalam mencari nafkah, walupun hari libur sekalipun,
mereka pun enggan diajak bersosialisasi karena hari libur bagi mereka

107
Hasil wawancara dengan Bapak Aditya pada tanggal 23 Juli 2018 jam 15. 30 WIT

119
adalah waktunya istirahat dan lebih menyuruh kepada istrinya dan
anaknya untuk mengikuti program keagamaan tersebut selain program
kegiatan hari besar keagamaan yaitu: Isra Miraj, Maulid Nabi dan
Tahun baru Islam.108

Hal serupa juga dikatakan oleh bapak RW Koya Timur Bapak Rohim

yang mengatakan bahwa:

Masyarakat disini kurang kompak dalam kegiatan keagamaan dan


besifat sangat individual dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya.
Mereka hanya mau diajak bekerja sama kecuali hal itu menguntungkan
dan merugikan mereka, tetapi enggan melakukan pencegahan-
pencegahan untuk mengantisipasinya.109

Selain masalah yang dikemukakan diatas ada pula masalah pengajar di

desa Koya Timur yang sangat minim dan rendah, hal ini seperti yang

dikemukan oleh Ustadzah Rukhoiyah:

Mubaligh disini masih sangat kurang Khususnya Perempuan yang bisa


memberi materi kepada ibu-ibu majelis taklim, sehingga kami harus
memanggil pemateri dari luar, namun itu juga kami kondisikan ketika
ada dana lebih baru kami memanggil pemateri dari luar, sehingga
biasa pemateri selalu berulang.110

Pernyataan diatas juga sejalan dengan dikatakan oleh bapak syarif:

Kurangnya kaderisasi tokoh agama bagi para remaja dan anak muda
sehingga mengakibatkan lahirnya da’i, ustadz dan ustadzah di desa ini
menjadi terhambat dan menjadi perhatian masyarakat di desa kami.111

Berdasarkan uraian diatas pelaksanaan pengamalan nilai-nilai moralitas

dalam masyarakat di desa Koya Timur pada dasrnya masih relatif baik,

walaupun masih sebatas pada ritual-ritual formal keagamaan. Salah satu

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan nilai-nilai

keagamaan masyarakat di desa Koya Timur adalah melalui kegiatan syiar

108
Hasil wawancara dengan Bapak Iskandar pada tanggal 24 Juli 2018 jam 17. 00 WIT
109
Hasil wawancara dengan Bapak Rohim pada tanggal 25 Juli 2018 jam 16. 00 WIT
110
Hasil wawancara dengan Ibu Rukoyah pada tanggal 26Juli 2018 jam 16. 00 WIT
111
Hasil wawancara dengan Bapak Syarif pada tanggal 27 Juli 2018 jam 17. 00 WIT

120
Islam. Namun hal tersebut belum berjalan secara optimal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis kualitatif diketahui bahwa subjek penelitian

mengembangkan konsep diri positif yang muncul atas support yang besar dari

anak-anaknya, maka disini peneliti akan membahas lebih lanjut hasil temuan-

temuan lapangan tersebut yang akan dihubungkan dengan teoriteori yang terkait

yang peneliti gunakan dalam membangun kerangka teoritik.

1. Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Desa Koya Timur Distrik Muara Tami

Kota Jayapura.

Penasun merupakan singkatan dari pengguna narkoba suntik yang

umumnya disebut IDU (Injecting Drug User) yang berarti individu yang

menggunakan obat terlarang (narkotika) dengan cara disuntikkan

menggunakan alat suntik kedalam aliran darah. Secara umum narkoba suntik

adalah penyalah gunaan narkotika yang cara mengkonsumsinya adalah dengan

memasukkan obat-obatan berbahaya ke dalam tubuh melalui alat bantu jarum

suntik.

Pada penasun (pengguna narkoba suntik) yang berada pada naungan

Yayasan Orbit, mayoritas mereka mengawali penggunaan narkoba khususnya

narkoba suntik dimulai dengan lebih dulu mengkonsumsi rokok dan minum-

minuman keras. Hal ini menyebabkan rasa fly yang diperoleh dari minum-

minuman keras akan memunculkan rasa keingintahuan akan rasa fly dari obat-

obatan yang mendorong seserang untuk mencobanya.

Subjek yang mengawali perjalanan hidupnya dari merokok dan minum-

minuman keras mengatakan bahwa mayoritas penasun (pengguna narkoba

121
suntik) memulai hidupnya dengan merokok dan minumminuman keras, rasa fly

yang diperoleh sebelumnya membangkitkan gairah untuk mencoba

menggunakan obat-obatan dengan harapan memperoleh rasa fly yang lebih dari

yang subjek peroleh dari rokok dan minum-minuman keras. Biasanya mereka

yang sudah mengenal dunia penasun (pengguna narkoba suntik) setiap kali

dihadang dengan masalah larinya akan keobat-obatan mereka cenderung akan

menambah dosis dan menambah pemakaian jika dirundung oleh masalah.

Subjek menambahkan seorang penasun (pengguna narkoba suntik) akan

banyak mengalami masa sembuh dan kambuh, jika setelah sembuh berada pada

dunia yang jauh dari dunia penasun (pengguna narkoba suntik) kemungkinan

untuk tidak kambuh dan sembuh total lebih besar.

Akan tetapi jika setelah sembuh dia masih ada pada dunia penasun

(pengguna narkoba suntik) maka sampai kapanpun dia tidak akan bisa sembuh

total. Rehabilitasi yang dijalani akan berujung sia-sia bahkan jika kedok

sebagai penasun (pengguna narkoba suntik) terbongkar maka seorang penasun

(pengguna narkoba suntik) harus sudah siap kehilangan semuanya teman,

pekerjaan, lingkungan, bahkan istri dan orangtua. Meskipun demikian, subjek

masih memiliki anak yang menjadi salah satu harapan dan motivasi yang kuat

untuk subjek bisa berubah menjadi lebih baik.

Subjek mengungkapkan bahwa pendorong terbesarnya untuk berubah

yakni anak-anaknya. Hal ini dikarenakan anak-anak yang sudah mulai tumbuh

dewasa jangan sampai mereka mengikuti jejak sang ayah yakni menjadi

penasun (pengguna narkoba suntik). Maka dari itu usaha yang sedah subjek

jalani yakni memulai hidup barunya dengan bekerja di Koya Timur. Dengan

122
harapan dengan pilihan itu subjek bisa sedikit terlepas dari dunia penasun

(pengguna narkoba suntik). Besar harapan subjek bisa benar-benar terlepas dari

dunia penasun (pengguna narkoba suntik).

Pokok-Pokok temuan dalam penelitian tentang Faktor dan Dampak

Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah Pada remaja Desa Koya Timur

Distrik Muara Tami Kota Jayapura adalah sebagai berikut:

a. Hamil di luar nikah dapat dikatakan sebagai salah satu

penyimpangan sosial karena menyalahi norma sosial serta agama.

b. Masyarakat yang mengalami hamil di luar nikah rata-rata berumur

16-21 tahun.

c. Pasangan yang mengalami hamil di luar nikah kebanyakan pihak

laki-lakinya berasal dari luar desa wonokromo.

d. Sebagian warga yang mengalami hamil di luar nikah di desa

Wonokromo pernah melakukan aborsi atau menggugurkan

kandungan tetapi gagal dilakukan.

e. Masyarakat yang mengalami hamil di luar nikah merasa malu dan

meyesal setelah mengalami kehamilan.

f. Semua masyarakat yang mengalami hamil di luar nikah dinikahkan

oleh pihak laki-laki yang menghamilinya.

g. Banyak orang tua yang anaknya mengalami hamil di luar nikah

merasa kecewa dan merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya.

h. Orang tua yang mengetahui kehamilan anaknya segera menikahkan

ankanya.

123
i. Hamil di luar nikah membawa dampak negatif seperti timbulnya

masalah di dalam rumah tangga maupun hubungan yang tidak

harmonis dengan orang tua.

j. Kebanyakan yang mengalami hamil di luar nikah masih bersekolah

dan belum memiliki pekerjaan.

k. Pasangan yang mengalami hamil di luar nikah dan belum memiliki

pekerjaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

ekonomi dan masih bergantung pada orang tua.

Hamil di luar nikah merupakan salah satu tindakan yang

menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Masyarakat yang

mengalami hamil di luar nikah akan mendapat sanksi sosial dari

masyarakat sekitar yaitu gunjingan dari warga. Hamil di luar nikah

bukan hanya menjadi aib bagi keluarga saja tetapi juga pada warga

setempat yang warganya mengalami hamil di luar nikah. Gunjingan

warga masyarakat biasanya ditujukan untuk masyarakat yang

mengalami hamil di luar nikah, orang tua dari masyarakat yang

mengalami hamil di luar nikah serta anak yang lahir pada orang tua

yang mengalami hamil di luar nikah. Masyarakat biasanya hanya

membicarakan dari mulut ke mulut tanpa sepengetahuan orang yang

bersangkutan.

Mendapatkan sanksi dari warga setempat adalah salah satu dampak dari

hamil di luar nikah. Warga yang mengalami hamil di luar nikah mendapat

124
gunjingan dari tempat tinggalnya karena tidak dapat menjaga dirinya. Orang

tua dari warga yang mengalami hamil di luar nikah dianggap tidak dapat

mendidik anaknya dengan baik, selain warga yang mengalami hamil di luar

nikah, dampak dari hamil di luar nikah terhadap desa Koya Timur adalah

image yang negatif dari desa lain dan kualitas dari desa tersebut pun akan

menjadi sorotan bagi desa lain. Maka dari itu selaku orang tua yang baik harus

senantiasa memberikan pengawasan dan pendidikan Islam kepada anaknya..

2. Pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga dan masyarakat di desa Koya

Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

Dalam proses pendidikan akhlak dalam keluarga yang berada di desa

Koya Timur, berdasarkan dari hasil pengamatan penulis, maka dapat

dikemukakan bahwa dalam proses pelaksanaan pendidikan akhlak dalam

keluarga terdapat beberapa temuan Di antara temuannya adalah tidak sedikit

dari mereka yang masih memperhatikan pendidikan akhlak anak, dalam

kenyataannya kepedulian mereka minimal dengan memasukkan anak-anak

mereka ke Tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang terdapat di desa Koya

Timur. Selain itu, ada beberapa keluarga yang notabene pendidikan agamanya

bagus, selain anak-anak mereka dimasukkan ke TPA, di rumah mereka juga

mengajari anak-anak mereka mengaji, dan beberapa ajaran-ajaran Islam yang

tidak didapatkan di sekolah atau di TPA.

Sedangkan bagi keluarga yang merasa pendidikan agamanya kurang,

selain mereka menyarankan dan memasukkan istri dan anak-anak-mereka ke

TPA dan pengajian agama Islam, mereka hanya menambahkan beberapa

125
nasehat-nasehat yang sudah semestinya orang tua lakukan yakni mengarahkan

buah hati mereka ke jalan yang benar.

Kemudian bermula dari sistem pemeliharaan dan keteladanan orang tua

dalam mendidik anak yang telaten dan rajin dan didukung oleh anak yang

selalu taat pada apa yang diperintahkan oleh orangtua mereka, maka hasilnya

pun dapat terlihat perbedaannya dengan anak-anak yang lain. Hal tersebut

dapat tercipta karena adanya hubungan yang harmonis antara anak dan orang

tua. Pengalaman inilah yang dialami dari salah satu dari para orang tua yang

sibuk dengan pekerjaan mereka seperti pada keluarga Bapak A Muzammil

dan Ibu Sholikhah Hidayati.

Adapun pengamalan pendidikan akhlak dalam masyarakat yang peneliti

amati sudah cukup baik walaupun masih banyak kekurangannya. Salah satu hal

yang sangat potensial yang dilakukan oleh RT dan warga sekitar ialah dengan

cara mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

mengikuti kegiatan keagamaan dan mengajak untuk senantiasa menjalin

silatuhrahmi dengan warga di sekitarnya. Ini dilakukan agar masyarakat dapat

tambahan ilmu agama Islam sekaligus mampu memberikan pengetahuan

agama tersebut kepada anak-anak mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari dan juga dapat menjalin hubungan persaudaraan antara umat islam

satu dengan yang lainnya. Kemudian dalam proses pencegahan yang dilakukan

masyarakat desa Koya Timur ialah dengan melakukan pengawasan dan

hukuman kepada masyarakat khususnya anak muda agar senantiasa jera dalam

melakukan tindakan-tindakan yang merusak akhlak. Contohnya dengan

melakukan kontrol aktivitas warga dan anak muda dimalam hari yang

126
mencurigakan seperti minum-minuman keras, pacaran hingga larut malam dan

melakukan tindakan kriminalitas seperti menggunakan narkoba. Hasil dari

pengawasan tersebut maka warga pun melakukan protect atau tindakan

hukuman bagi yang melanggarnya seperti membayar denda dan teguran untuk

memberikan tarbiyah kepada masyarakat. Walupun kegiatan ini masih belum

mendapatkan dukungan menyeluruh dari sebagian warga, tetapi perlahan tapi

pasti kegiatan ini mulai diterapakan di masyarakat.

3. Faktor yang mempengaruhi pengamalan nilai-nilai moralitas dalam kelurga di

desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura.

a. Faktor lingkungan

Pengaruh lingkungan, terutama lingkungan sosial secara terbuka tidak

hanya berupa hal-hal yang positif saja, melainkan juga meliputi efek yang

negatif. Efek negatif yang timbul akibat pengaruh lingkungan sosial salah

satunya adalah kepribadian yang tidak selaras atau menyimpang dari

lingkungan sosial dalam bentuk kenakalan remaja, kejahatan, rendahnya

rasa tanggungjawab, dan lain sebagainya yang dapat dilakukan oleh masing-

masing individu. Dalam hal ini individu yang dimaksud adalah remaja dan

anak usia Sekolah Dasar. Diakibatkan oleh adanya pengaruh dan

perkembangan lingkungan yang tidak serasi dengan kondisi manusia atau

masyarakat yang menerimanya maka tidak menghindari kemungkinan

bahwa seseorang dapat melakukan tindakan-tindakan yang merugikan.

b. Kesibukan kerja orang tua dan keterbatasan ilmu agama Islam

127
Sedikitnya waktu luang yang dimiliki orang tua menyebabkan

terabaikannya masalah pendidikan anak, mereka lebih mengandalkan guru

ataupun ustadz di sekolah ataupun TPQ .

Kesibukan yang dimiliki oleh orang tua sehingga mengesampingkan

masalah pendidikan agama anaknya yang berimbas pada masa setelahnya

yaitu remaja. Keberhasilan agama tidak dapat tercapai jika hanya

mengandalkan peran guru TPQ, orang tualah yang seharusnya memliki

peran penuh dalam pendidikan agama, jika pendidikan agama berjalan maka

aktifitas keagamaan pun juga berjalan.

Keterbatasan penguasaan ilmu agama yang dimiliki oleh para orang tua.

Tidak semua orang tua memiliki latar belakang pendidikan yang baik, dan

tidak sedikit pula para orang tua yang ingin menjadikan anaknya

mendapatkan pendidikan yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang tuanya.

c. Kurang diminatinya pendidikan Islam

Masyarakat di desa Koya Timur mempunyai pandangan bahwa lembaga

pendidikan yang berlabelkan agama cenderung mengarah pada pendidikan

yang terbelakang dan jauh dari kualitas pendidikan yang diharapkan.

Pandangan tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang memyebabkan

pendidikan islam terkesan pendidikan yang terbelakang. Diantaranya tidak

terpenuhinya beberapa maksud pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan dalam sektor agama, khususnya agama Islam. Faktor-faktor

tersebut anatara lain adanya anggapan di masyarakat bahwa lulusan sekolah

agama lebih-lebih para sarjananya dipandang nilai gengsinya lebih rendah

dibandingkan dengan para insinyur, dokter, dan sarjana-sarjana lain non

128
agama. Anggapan ini secara langsung maupun tidak langsung telah

membawa dampak psikologis dan kesenjangan sosial pendidikan, sehingga

muncul anggapan bahwa sarjana-sarjana non agama dipandang memiliki

masa depan jauh lebih baik daripada sarjana-sarjana agama.

Oleh karena itu, masyarakat di desa Koya Timur enggan untuk

menitipkan putra-putrinya kelembaga pendidikan yang berlabelkan agama

Islam. Apalagi bagi mereka masyarakat yang termasuk dalam golongan

orang kaya. Tentu mereka tidak ingin putra-putrinya menjadi gagal dalam

pendidikan yang diakibatkan dari kesalahan penempatan pendidikan anak-

anak mereka yang cenderung pada kurangnya fasilitas maupun rendahnya

kualitas pendidikannya.

d. Kurangnya partisaipasi masyrakat.

Pengamalan nilai-nilai budi pekerti di masyarakat desa Koya Timur

menjadi sangat kurang sebagai akibat dari himpitan ekonomi. Semua sibuk

memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup. Kontrol sesama masyarakat

menjadi kurang, bahkan tidak ada, semua serba individualistik. Mereka

pada umumnya bersikap cuek dan tidak ambil pusing, serta tidak peduli

dengan keadaan lingkungannya.

Kehidupan pada masa sekarang yang cen-derung semakin materialistik

hedonistik dan permissifmus, baik di pedesaan dan apalagi di perkotaan,

mendorong orang untuk sibuk bekerja dengan tidak menyeimbangkan

kegiatan dirinya dengan masalah ruhani/ibadah. Norma sosial, adat dan

agama, dalam penerapannya, bergeser sedikit demi sedikit, semakin

longgar. Kurangnya masyarakat giat shalat berjamaah di masjid, mudahnya

129
meninggalkan shalat fardlu, sepinya masjid / mushalla (dengan jamaah

yang minim pada saat sudah masuk waktu shalat), kurang berfungsinya

masjid/mushalla bagi kegiatan anak-anak/remaja masjid hampir sepanjang

tahun (kecuali bulan puasa), merupakan salah satu indikator suasana hidup

beragama yang kurang makmur. Banyaknya tayangan media elektronika

dengan berbagai macam hiburan yang menarik dan bervariasi, (dan sering

kebablasan) ikut memberikan andil bagi semakin kurangnya aktivitas

keagamaan. Suatu peristiwa yang cukup unik atau mungkin cukup

menggelitik, adalah bergesernya acara pengajian/-yasinan/tahlilan/khatmil

Qur'an yang disesuaikan dengan "menunggu selesainya tayangan" acara

televisi yang menarik, seperti ketoprak mataram, mbangun desa/dagelan,

olahraga dan semacamnya. Kompromi semacam ini, meskipun dalam

jangka pendek merupakan jalan tengah yang saling menguntungkan, tetapi

pada tahap-tahap berikutnya, akan mengurangi "bobot" kegiatan

keagamaan. Tidak mustahil, makin lama masyarakat akan memandang

lebih penting menikmati hiburan daripada mengikuti "khatmil Qur'an".

e. Kurangnya tokoh agama Islam

Kurangnya pemimpin agama di desa Koya Timur, yang dimaksud

pemimpin agama disini adalah pemuka-pemuka agama yang mampu

membimbing masyarakat dalam hidup beragama sehari-hari yang menyatu

dengan yang dibimbing, pemuka agama yang mampu menjabarkan butir-

butir ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, memimpin kegiatan-

kegiatan ritual agama. Kurangnya pemimpin agama di desa Koya Timur ini

disebabkan kurangnya proses kaderisasi, kurangnya kaum muda yang tekun

130
mempelajari/mendalami ajaran agama maupun lingkungan yang kurang

kondisuf bagi munculnya suasana hidup yang agamis. Masyarakat yang

banyak mentolerir berlangsungnya berbagai bentuk kemaksiatan di

kalangankaum muda atau di seluruh lapisan masyarakat pada umumnya,

akan menjadi faktor penyebab utama "pemimpjn agama" tidak akan lahir.

131
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian tentang problematika pengamalan

nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura dapat

di ambil kesimpulan bahwa:

1. Bentuk-bentuk kenakalan remaja di Jl. Alpokat I Desa Koya Timur Distrik Muara

Tami Kota Jayapura berdasarkan data penelitian yang berhasil dikumpulkan dan

dianalisis, serta pemberian intervensi kepada subjek, dapat ditarik kesimpulan

bahwa: a) kurangnya perhatian dan pendidikan yang diterima dari keluarga,

menyebabkan keadaan psikologis pengguna NAPZA menjadi kurang percaya diri

dalam melakukan segala sesuatu. Penderita NAPZA juga kurang mampu

mengontrol emosinya, sehingga terkadang emosi itu meluap-luap hingga

mengakibatkan ia mengalami depresi juga histeria. Ketidakstabilan emosi

membuat subjek lebih menikmati kesendiriannya dan bermain dengan fantasi-

fantasinya, b) Kondisi kehidupan remaja hamil pranikah di Kelurahan Koya

Timur sesudah menikah dan mempunyai anak adalah: lebih banyak yang

bertanggung jawab, sebagian besar masih tinggal bersama dengan kedua orang

tua, kebutuhan ekonomi masih dicukupi oleh orang tua, sebagian besar suaminya

ada yang sudah bekerja dan ada yang belum bekerja, kurang memahami nilai-nilai

pendidikan Islam sehingga hubungan dengan orang tua dan suami setelah

menikah ada yang harmonis dan ada yang tidak harmonis hingga bercerai. Alasan

remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di Koya

132
Timur adalah: orang tua yang tidak setuju, dicekoki remaja hamil pranikah

melakukan hubungan seksual sebelum menikah di Koya Timur adalah: orang tua

yang tidak setuju, dicekoki minuman keras, rasa cinta terhadap pasangan, rasa

penasaran terhadap wanita, suka sama suka dan berniat melakukan hubungan

seksual, kesempatan.

2. Pengamalan nilai-nilai moralitas dalam keluarga di desa Koya Timur Distrik

Muara Tami Kota Jayapura adalah: a) Pengamalan nilai-nilai akhlak kepada Allah

SWT dalam keluarga yang ditanamkan di desa Koya Timur kepada anaknya

berupa: anak-anak diajarkan cara mentauhidkan Allah Subhana Wata’ala yaitu

dengan di biasakan dzikir sehabis shalat. Biasanya anak-anak di ajari oleh orang

tua ketika sehabis shalat jamaah untuk berdzikir dan bukan untuk bermain. Dan

anak-anak diajarkan orang tua untuk berpuasa di bulan ramadhan, membaca Al-

Qur’an dan shalat sunnah. Sedangkan bagi keluarga yang ilmu pengetahuan

agamanya rendah yang sibuk bekerja anak-anak dan istri mereka dimasukkan ke

TPA serta diperintahkan untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperti maulid

Nabi, Isra Miraj kemudian pengajian yang diadakan setiap tahunnya, b) Adapaun

nilai-nilai akhlak terhadap keluarga yang ditanamkan di desa Koya Timur kepada

anak-anaknya berupa: mengucapkan salam sebelum masuk dan keluar rumah,

begitu juga ketika dia bertemu dengan teman dan saudara sesama muslim di

jalan, membiasakan etika duduk dalam pertemuan, dengan cara tidak boleh

mengangkat kaki apalagi anak perempuan, tidak berbicara kasar kepada teman

maupun pada orang lain yang lebih tua darinya, menjaga perasaan orang ketika

bercanda merupakan salah satu etika menghargai orang lain di sekitar kita,

menjenguk orang sakit, berkata sopan dan santun kepada orang tua dan

133
memberikan makanan atau minuman kepada gurunya sebagai tanda menghormati

guru yang telah mendidik anak saya. Metode yang digunakan keluarga dalam

mengamalkan nilai-nilai akhlak ialah dengan cara keteladana, pembiasaan dan

hukuman.

3. Faktor yang mempengaruhi pengamalan nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur

Distrik Muara Tami Kota Jayapura ialah: a) faktor lingkungan. Pengaruh

lingkungan, terutama lingkungan sosial secara terbuka tidak hanya berupa hal-hal

yang positif saja, melainkan juga meliputi efek yang negatif, b) Kesibukan kerja

orang tua dan keterbatasan ilmu agama Islam. Sedikitnya waktu luang yang

dimiliki orang tua menyebabkan terabaikannya masalah pendidikan anak, mereka

lebih mengandalkan guru ataupun ustadz di sekolah ataupun TPQ, c) Kurang

diminatinya pendidikan Islam. Masyarakat di desa Koya Timur mempunyai

pandangan bahwa lembaga pendidikan yang berlabelkan agama cenderung

mengarah pada pendidikan yang terbelakang dan jauh dari kualitas pendidikan

yang diharapkan. Pandangan tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang

memyebabkan pendidikan islam terkesan pendidikan yang terbelakang.

Diantaranya tidak terpenuhinya beberapa maksud pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan dalam sektor agama, khususnya agama Islam, d)

Kurangnya partisaipasi masyrakat. Kehidupan pada masa sekarang yang cen-

derung semakin materialistik hedonistik dan permissifmus, baik di pedesaan dan

apalagi di perkotaan, mendorong orang untuk sibuk bekerja dengan tidak

menyeimbangkan kegiatan dirinya dengan masalah ruhani/ibadah. Norma sosial,

adat dan agama, dalam penerapannya, bergeser sedikit demi sedikit, semakin

longgar, e) Kurangnya tokoh agama Islam. Kurangnya pemimpin agama di desa

134
Koya Timur ini disebabkan kurangnya proses kaderisasi, kurangnya kaum muda

yang tekun mempelajari/mendalami ajaran agama maupun lingkungan yang

kurang kondisuf bagi munculnya suasana hidup yang agamis. Masyarakat yang

banyak mentolerir berlangsungnya berbagai bentuk kemaksiatan di kalangankaum

muda atau di seluruh lapisan masyarakat pada umumnya, akan menjadi faktor

penyebab utama "pemimpjn agama" tidak akan lahir.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian, selanjutnya dapat

dirumuskan beberapa saran diantranya sebagai berikut:

1. Kepada orang tua: a) Sesibuk apapun orang tua dalam bekerja hendaklah tetap

mengadakan pengawasan terhadap anak-anaknya disebabkan dampak

pergaulan, pengaruhnya sangat besar terhadap tingkah laku anak, sebab tanpa

adanya kontrol dan pengawasan dari orang tua akan menimbulkan hal-hal yang

tidak diinginkan, b) Disarankan kepada orang tua hendaknya meningkatkan

pengetahuan dan pemahamannya tentang ajaran Islam karena pengetahuan dan

pemahaman yang memadai akan menghasilkan pendidikan agama yang baik

bagi anak-anak, c) Disarankan kepada orang tua hendaknya betul-betul menjadi

panutan dan memberikan tauladan yang baik, baik dalam perkataan maupun

perbuatan bagi anak-anak, d) Berikan kepada anak-anak contoh yang baik,

ciptakan suasana dalam rumah itu suasana yang penuh kasih sayang dan Islami.

2. Kepada remaja: a) Hendaknya lebih ditingkatkan lagi dalam menjalankan

ibadah, b) Mengurangi jam dalam bermain dengan teman dan menambah

waktu untuk pendidikan keagamaan.

135
3. Kepada masyarakat: Disarankan bagi masyarakat Desa Koya Timur, Distrik

Muara Tami Kota Jayapura khususnya keluarga buruh tani hendaknya dalam

menanamkan nilai moral agama pada anak dengan cara Uswatun khasanah

yaitu memberikan contoh/teladan yang baik kepada anak-anaknya, sehingga

anak akan termotivasi untuk mengikuti jejak orang tua khususnya dalam

kehidupan sehari-hari. Masyarakat lebih menggiatkan lagi kegiatan keagamaan

berupa pengajian yang ada baik untuk anak-anak, remaja maupun orang tua.

136
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz Muhammad bin. “Cara Mudah Memahami Tauhid”. At-Tibyan:

Solo. 2000.

Amril M. “Implementasi Klarifikasi Nilai dalam Pembelajaran dan

Fungsionalisasi Etika Islam”. (Global Pustaka Utama: Jakarta)Volume 5

Nomor 1.hlm. 58. 2006.

Ali Mohammad dan Asrori Mohammad. Psikologi Remaja; Perkembangan

Peserta Didik. PT Bumi Aksara: Jakarta. 2012.

Adib, Musyafa Ahmad. Remaja dan Perubahan Sosial (studi tentang pergeseran

perilaku keagamaan remaja Kabupaten Keerom). STIKOM: Jayapura.

2012.

Djatmika, Rahmat. “Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia)”. Pustaka Panjimas:

Jakarta. 1992.

Goodman Douglas J dan Ritzer George. Teori Sosiologi, Kreasi Wacana; Jakarta.

2008.

Hadi, Sutrisno. Methodologi Research. Jilid 2. (Andi Offset: Yogyakarta) 2005.

Irsyadul, Ibad Farid M. Dinamika penerapan moral dikalangan remaja. (Pustaka

Al-Kautsar: Yogyakarta). 2012.

Kartono, Kartini. Pengantar Methodologi Research. (Alumni: Bandung). 2000.

Madjid, Nurcholish. “Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat”. (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2000).

137
Mujib, Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka

Dasar Oprasionalnya. (Trigenda Karya: Bandung. 1993)

Mansur, Isna. Diskursus Pebdidikan Islam Edisi 1. (Global Pustaka Utama:

Jakarta, 2001).

Membangun Keluarga Sakinah. “Panduan KIE Bagi Penyuluh Agama”.

(BKKBN bekerjasama dengan DEPAG RI, MUI, NU, dan DMI. 2009).

Ndraha, Taliziduhu. Research Teori Methodologi Administrasi. (Bina Aksara:

Jakarta. 2003).

Rodjak. Manajeman Usaha Tani. Pustaka Gitaguna: Bandung. 2006

Rumini, Sri. Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Rineka Cipta: Jakarta. 2004

Santrock, John W. Perkembangan Anak. Erlangga: Jakarta. 2007

Surbakti, E.B. Parenting Anak-Anak. Gramedia: Jakarta. 2012

Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Alfabeta, CV: Bandung. 2014

Syani, Abdul. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Pustaka Jaya: Bandar

Lampung. 1995.

Sarrwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Rajawali Pers; Jakarta. 2012.

Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

1996).

Tumanggor, Rusmin. Ilmu Jiwa Agama The Psychology of Religion. Kencana:

Jakarta. 2014

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. (PT Remaja Rosydakarya: Bandung.

2005).

138
Gambar 1
Remaja Menggunakan Napza

Gambar 2
Pelaku Pengguna Napza

139
Gambar 3
Remaja Sedang Menghisap Aibon atau Ngelem

Gambar 4
Remaja Sedang Menghisap Aibon atau Ngelem

140
Gambar 5
Remaja Wanita Sedang Merokok

Gambar 6
Pacaran Bebas Remaja Tengah Malam

141
Gambar 7
Tongkrongan Liar Remaja Tengah Malam

Gambar 8
Pacaran Bebas Remaja Tengah Malam

142
Gambar 9
Pesta Minuman Keras Anak Remaja

143
Lampiran 1. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati partisipasi

masyarakat Koya Timur dalam pelaksanaan program nilai-nilai moralitas di desa

Koya Timur Distrik Muara Tami kota Jayapura yang meliputi:

A. Tujuan :

Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun

non fisik pelaksanaan program nilai-nilai pendidikan agama Islam di desa Koya

Timur Distrik Muara Tami kota Jayapura.

B. Aspek yang diamati :

1. Alamat/lokasi Desa

2. Lingkungan fisik Desa pada umumnya

3. Unit musholla/masjid

4. Ruang majelis taklim dan tempat pengajian

5. Sarana dan prasarana kegiatan majelis taklim untuk masyarakat.

6. Suasana/iklim kehidupan sehari-hari baik secara akademik maupun social

7. Proses kegiatan keagamaan berbasis islam di desa

8. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program pendidikan Islam di

masyarakat.

144
Lampiran 2. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Warga desa Koya Timur

A. Tujuan :

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program nilai-nilai moralitas di

desa Koya Timur.

B. Pertanyaan panduan :

Warga desa Koya Timur

a. Identitas Diri

1) Nama :

2) Jabatan :

3) Agama :

4) Pekerjaan :

5) Alamat :

6) Pendidikan Terahir :

b. Pertanyaan penelitian

1. Sejauh mana partispasi masyarakat dalam pelaksanaan program nilai-nilai

moralitas di desa Koya Timur?

2. Bagaimana partisipasi warga masyarakat dalam program pendidikan agama

Islam di desa Koya Timur?

3. Program keagamaan apa saja yang telah diusahakan masyarakat dalam

mengamalkan nilai-nilai moralitas di desa Koya Timur?

145
4. Bagaimana wujud partisipasi masyarakat dalam program pencegahan nilai-

nilai moralitas di desa Koya Timur?

5. Apa faktor yang mempengaruhi proses pengamalan nilai-nilai moralitas di

masyarakat dalam membina akhlakul karimah di desa Koya Timur?

146
PEDOMAN WAWANCARA

Keluarga/orang tua desa Koya Timur

A. Tujuan :

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program nilai-nilai moralitas di

desa Koya Timur.

B. Pertanyaan panduan :

Keluarga/orang tua desa Koya Timur

a. Identitas Diri

1) Nama :

2) Jabatan :

3) Agama :

4) Pekerjaan :

5) Alamat :

6) Pendidikan Terahir :

b. Pertanyaan penelitian

1. Berapa umur bapak dan ibu?

2. Siapa nama anak bapak dan ibu?

3. Bagaimana konsep bapak dan ibu dalam mengamalkan akhlak dalam

keluarga?

4. Bagaimana cara bapak dan ibu membina akhlak dalam keluarga?

5. Sejak kapan pendidikan akhlak itu perlu diberikan kepada keluarga?

6. Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak keluarga yang

bapak lakukan?

147
7. Motivasi apa saja yang bapak dan ibu gunakan dalam melakukan kegiatan

keagamaan?

8. Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari bapak

dan ibu?

9. Apakah ibu memantau kegiatan anak yang meliputi shalat, mengaji, bergaul

dengan teman dan lainnya?

10. Ketika anak melakukan kesalahan apa yang bapak dan ibu lakukan?

11. Apa problematika atau masalah yang muncul dalam mengamalkan akhlak

dalam keluarga?

148
FILE NOTE OBSERVASI

Tanggal : 17 Nopember 2018

Tempat : Di Desa Koya Timur

Waktu : 16.00 WIT

Topik : Letak Geografis Desa Koya Timur

Dari hasil observasi, diperoleh informasi dan data-data bahwa Desa Koya Timur

yang menjadi tempat penelitian yaitu : Kelurahan Koya Timur merupakan salah satu

dari 2 Kelurahan dan 6 Kampung di wilayah Distrik Muara Tami Kota Jayapura

dengan kondisi masyarakat yang heterogen yang berarti hampir seluruh suku bangsa

yang berada di wilayah NKRI yang terwakili dari Pulau-Pulau besarnya, dengan

keanekaragaman budaya bangsa, suku, agama dan adat istiadatnya berdomisili di

Kelurahan Koya Timur, untuk itu diperlukan pola-pola tertentu dalam rangka

pembinaan kepada masyarakat secara berkesinambungan agar tercipta peningkatan

kualitas hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

2. Letak Geografi

Kelurahan Koya Timur secara geografis berada diwilayah Kota Jayapura

Bagian Timur , yang berbatasan langsung dengan Negara Tetangga (PNG) setalah

Kampung Mosso. Yang mempunyai luas wilayah seluas 9.249.107 Ha , dan

jumlah penduduk berjumlah 1137 KK dan 3695 dengan rincian laki-laki sebanyak

1897 Jiwa dan Perempuan sebanyak 1798 Jiwa (per 1 desember 2013) dengan

batas- batas wilayah sebagai berikut :

Batas-batas wilayah :

Sebelah Utara : Kampung Skouw (Mabo, Yambe, Sae)

Sebelah Selatan : Kabupaten Keerom

149
Sebelah Barat : Kelurahan Koya Barat & Kampung Koya Tengah

Sebelah Timur : Kampung Mosso

Adapun Jumlah RT dan RW sebagai Berikut:

Jumlah RW : 12 RW

Jumlah RT : 27 RT

6. Iklim

Wilayah Kelurahan Koya Timur adalah bagian dari wilayah Distrik Muara

Tami yang beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 22º C- 38º C dengan ketingian

tanah rata-rata 20 mdpl (diatas permukaan air laut) dengan curah hujan 2.764

mm/th dan kelembaban udara antara 79 % - 81 %.

7. Sejarah Singkat

Kelurahan Koya Timur mulai terbentuk Terhitung Mulai tanggal 3 Februari

1984 sampai dengan 11 Agustus 1984 yang pada awalnya masih merupakan Unit

Pemukiman Transmigrasi (UPT) Koya Timur. Dengan mendatangkan para

Transmigran asal Pulau Jawa masuk dan pertama kali di Koya Timur, dengan

tahapan sebagai berikut :

e. Transmigrasi umum asal Jawa Barat sebanyak 119 KK/ 508 jiwa

f. Transmigran asal Jawa Tengah sebanyak 207 KK/ 951 jiwa

g. Transmigrasi asal Jawa Timur sebanyak 140 KK/ 563 jiwa

h. Transmigrasi APPDT sebanyak 134 KK/ 746 jiwa

8. Kondisi Wilayah (Topografi)

Kondisi wilayah Kelurahan Koya Timur merupakan daerah dataran rendah,

dengan suhu rata-rata 22º C – 38º C dengan ketingian tanah rata-rata 20

mdpl (diatas permukaan air laut) dengan curah hujan 2.764 mm/th dan

150
kelembaban udara antara 79 % - 81 % yang didukung dengan adanya Bendungan

Tami, yang siap mengairi Lahan selama 1 Tahun penuh, sehingga Kelurahan

Koya Timur berpotensi untuk dikembangkan di berbagai bidang antara lain :

e. Bidang Pertanian, Di bidang ini yaitu cocok dikembangkan tanaman, Padi

Sawah, tanaman sayur mayur, palawija, dan holtikultura dalam arti luas

f. Bidang Perikanan, Di bidang ini, wilayah kami sampai sejauh ini sudah

dikembangkan sebagai kawasan perikanan darat (air Tawar) dengan budidaya

ikan air tawar antara lain, Nila, Emas, Bawal & Lele sepanjang tahun dapat

dilakukan 3 s/d 4 kali massa panen.

g. Bidang Peternakan Sejauh ini wilayah kami selain menghasilkan di bidang

pertanian dan perikanan juga memiliki potensi sebagai daerah peternakan

dengan populasi ternak terbesar yaitu Sapi, Kambing, dan Babi

h. Bidang Pariwisata Di bidang ini daerah kami juga memiliki daya tarik

tersendiri, karena selain sebagai daerah jalur lintas batas Negara RI – PNG

yang selalu dilewati masyarakat yang ingin melihat daerah perbatasan, juga

terdapat kawasan pemancingan yang ramai dikunjungi pada saat hari libur

sehingga memungkinkan untuk dikembangakan sebagai daerah Pariwisata

9. Kondisi Demografis

Kelurahan Koya Timur mempunyai luas wilayah 9.249.107 Ha,

masyarakatnya bersifat heterogen yang terdiri dari barbagai jenis Suku bangsa

antara lain, (suku Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor, Ambon

dan Papua) Letak Kelurahan Koya Timur yang jauh dari Pusat Kota secara tidak

langsung juga memicu tingginya tingkat Mobilitas Penduduk. Jumlah Penduduk

di Kelurahan Koya Timur dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

151
Jumlah Penduduk Kelurahan Koya Timur yaitu jumlah Kepala keluarga 1137 KK

dan jumlah penduduk 3695 dengan rincian laki-laki sebanyak 1897 Jiwa dan

Perempuan sebanyak 1798 Jiwa (per 1 desember 2013) serta Laju Pertumbuhan

Penduduk kurang lebih 2% per tahun yang tersebar di 12 wilayah RW dan 27 RT.

10. Keadaan keagamaan

Penduduk desa Koya Timur sebagian besar beragama Islam dan beberapa

diantaranya beragama Kristen dan Katolik. Namun, walaupun terdapat perbedaan

dalam berkeyakinan, dalam kegiatan masyarakat semua berjalan dengan baik dan

menurut sepengetahuan penulis belum pernah terjadi perselisihan antar agama,

mereka hidup rukun dan damai. Karena mereka dapat saling memahami

perbedaan diantara mereka. Dan untuk kegiatan bersama dipilih yang tidak

merugikan satu sama lain.

Di distrik Muara Tami khususnya daerah Koya Timur, terdapat pluralitas

yang tinggi juga dalam budaya, karena secara universal desa Koya Timur

memiliki beragam etnik dan agama. Sehingga peluang ketidakharmonisan antara

agama terbuka lebih lebar. Walaupun pluralitas ini menimbulkan terjadinya

konflik, namun secara faktual kondisi Distrik Muara Tami khususnya Koya Timur

masih tercipta harmonisasi antar penganut agama yang satu dengan yang lainnya.

Sepertinya ada peran yang dimainkan oleh para tokoh agama di Koya Timur,

namun belum diketahui secara pasti bagaimana peran tokoh agama dalam upaya

memelihara harmonisasi antar agama. Mengingat peran tokoh agama dipandang

paling berpengaruh dalam menciptakan pemahaman agama di tengah masyarakat,

bahkan dapat dikatakan bahwa arah dan bentuk pemahaman keagamaan suatu

masyarakat tergantung pada pemahaman tokoh agamanya.

152
Adapun kegiatan keagamaan yang terdapat di desa Koya Timur adalah

Pengajian Rutin. Pengajian yang dimaksud dalam bahasan ini yaitu:

a. Pengajian selapanan

Pengajian selapanan diadakan setiap selapanan (hitungan Jawa) sekali dan

untuk pesertanya adalah semua masyarakat desa Koya Timur, baik dari anak-

anak sampai orang tua.

b. Pengajian mingguan

Pengajian mingguan diadakan setiap satu minggu sekali yakni pada hari

rabu setelah sholat isya. Peserta pengajian mingguan yaitu para ibu-ibu,

sedangkan untuk materinya adalah tentang ibadah.

c. Harian (kultum)

Pengajian harian (kultum) diadakan setiap hari setelah sholat maghrib, dan

untuk pesertanya adalah semua warga Koya Timur.

d. TPA

Kegiatan TPA ini diadakan tiga kali seminggu yaitu pada hari rabu, jum’at,

dan ahad. Santri-santri TPA kebanyakan anak-anak TK- SD, SMP dan SMA.

Kegiatan TPA ini diadakan setelah sholat ashar, dari jam 16.00 sampai dengan

jam 17.00. kegiatan TPA ini bertempat di masjid.

e. Pelatihan penyelenggaraan jenazah

Pelatihan penyelengaraan jenazah adalah salah satu kegiatan yang ada di

majelis taklim. Berkaitan dengan apa saja yang terdapat dalam pelatihan

penyelenggaraan jenazah.

153
f. Mengadakan arisan bulanan

Kegiatan arisan bulanan adalah salah satu kegiatan dalam majelis taklim

yang rutin dilaksanakan setiap bulan.

g. Melaksanakan kegitan sosial

Kegitan sosial dalam hal ini adalah kegitan yang dilaksanakan oleh majelis

taklim dengan membersihkan masjid dan tempat sekitar kompleks desa Koya

Timur. Kegitan ini dilakukan untuk menambah kesadaran para anggota dan

pentingnya menjaga kebersihan tempat ibadah seperti masjid dan lingkungan

sekitar, kegitan ini pun dilakukan setiap bulan.

h. Mengadakan lomba keagamaan

Lomba keagamaan adalah salah satu kegitan tahunan di majelis taklim

yang bertujuan untuk syiar Islam dimana tidak semua orang bisa tergugah

hatinya hanya melalui ajakan untuk datang pengajian melainkan dengan

kegitan ini bisa membuat orang atau ibu-ibu diluar anggota majelis taklim

tertarik untuk bergabung menjadi anggota didalam majelis taklim.

i. Penanggulangan dan pencegahan narkoba

Selain kegitan yang berbasis Islam di desa Koya Timur, ada juga kegaitan

yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang di selenggarakan oleh BNN

terkait masalah penanggulangan narkoba di desa Koya Timur.

11. Fasilitas kegiatan pengajian majelis taklim

Adapun jumlah penduduk yang beragama Islam adalah 940 jiwa, beragama

Kristen dan Katolik adalah 150 jiwa. Dalam melaksanakan ibadahnya tentulah

masyarakat membutuhkan sarana peribadatan yang dapat menunjang kegiatan

keagamaannya. Karena itu, di desa Koya Timur terdapat 3 bangunan masjid, 17

154
bangunan Musholla dan 2 bangunan gereja. Kemudian ruang majelis taklim dan

tempat pengajian di fokuskan pada tiga masjid saja yaitu masjid Miftahul Amal,

Al-Hidayah dan Baitul Jannah. Sedangkan jumlah sarana dan prasarana dari

masing-masing masjid dan musholla berjumlah 96 Kitab Al-Qur’an, 73 Kitab

Hadist dan alat-alat elektronik sebagai penunjang kegiatan keagamaan seperti

microfon hanya 15 microfon dan loudspeaker 29 serta lemari 18 lemari dari

masing-masing masjid dan Musholla.

155
FIELD NOTE WAWANCARA INFORMAN

Tanggal : 05 Juni 2018

Topik : Permohonan izin penelitian dan menanyakan tentang data monografi desa

Lokasi : Kantor Kepala Desa Koya Timur

Informan : Bapak Sukiyo (Kepala Desa) dan bapak Sriyono (Sekretaris Desa) Desa

Koya Timur

Sekitar pukul 08.00 peneliti sudah berada di kantor Kepala Desa Koya Timur.

Setelah itu peneliti segera menuju ke ruangan untuk menanyakan kepada Bapak

Sukiyo. Untuk meminta izin penelitian dan menanyakan data monografi desa Koya

Timur

Peneliti : Assalamualaikum pak.

Bapak Sukiyo : Wa’alaikumsalam mas, mau bertemu dengan siapa?

Peneliti : Dengan bapak Lurah, pak.

Bapak Sukiyo : Ow iya mas kebetulan saya sendiri. Ada perlu apa ya mas?

Peneliti : Sebelumnya perkenalkan pak, saya Muhamad Abdur Rahman,

Mahasiswa IAIN Jayapura semester 9, kedatangan saya kesini

bertemu dengan bapak ingin meneliti tentang pola asuh orang tua

kepada anak dalam pendidikan akhlak pada keluarga petani dan

keluarga buruh pabrik di desa Koya Timur Distrik Muara Tami

Kota Jayapura.

Bapak Sukiyo : Sebelumnya ada tidak surat penelitian dari kampus?

Peneliti : ada pak, tetapi lagi proses insyaallah nanti saya susulkan pak surat

penelitiannya.

Bapak Sukiyo : ya sudah mas, apa yang ingin ditanyakan?

156
Kemudian saya menyampaikan tujuan dan maksud kedatangan saya. Setelah

beliau mendengarkan penjelasan saya, maka dengan respon yang positif bapak

Kepala Desa mempersilakan saya untuk melaksanakan yang menjadi tujuan saya.

Sekilas saya melihat keramahan yang ditunjukkkan oleh bapak Sukiyo. Beliau

memang orang yang ramah dan santun. Beliau juga berkata kepada saya bila ada data

yang dibutuhkan supaya menghubungi bapak Sriyono (selaku Sekretaris Desa)

selang 5 menit setelah mendapat izin penelitian. Saya menuju bapak Sriyono, saya

pun langsung menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya. Setelah mendapat

data-data monografi desa saya langsung memfocopynya. Setelah itu saya berpamitan

untuk pulang.

157
FIELD NOTE WAWANCARA INFORMAN

Tanggal : 05 Juni 2018

Topik : data monografi desa Koya Timur dan informasi warga yang akan diteliti

Lokasi : Dirumah Bapak Sarpan

Informan : Bapak Sarpan (Kepala Desa)

Waktu : 16.00 WIT

Setelah mendapat izin dari kepala desa dan data-data monografi desa Koya Timur

saya dapatkan. Hari ini tepat pukul 16.00 WIT saya bergegas menemui informan

yang dapat menunjukkan siapa saja yang termasuk keluarga petani dan keluarga

buruh pabrik yang tinggal di dusun Bancak 1 serta yang terutama yang memiliki

anak usia remaja.

Peneliti : Assalamualaikum pak.

Bapak Sarpan : Wa’alaikumsalam mas, ada perlu apa mas?

Peneliti : Sebelumnya perkenalkan pak, saya Muhamad Abdur Rahman,

Mahasiswa IAIN Jayapura semester 9, kedatangan saya kesini

bertemu dengan bapak ingin meneliti tentang pola asuh orang tua

kepada anak dalam pendidikan akhlak pada keluarga petani dan

keluarga buruh pabrik di desa Koya Timur Distrik Muara Tami

Kota Jayapura.

Bapak Sarpan : Sebelumnya ada tidak surat penelitian dari kampus?

Peneliti : ada pak, tetapi lagi proses insyaallah nanti saya susulkan pak surat

penelitiannya.

Bapak Sarpan : ya sudah mas, apa yang ingin ditanyakan?

Peneliti : berapa banyak jumlah penduduk Desa Koya Timur pak?

158
Bapak Sarpan : jumlah penduduk Dusun Bancak I yaitu 918 jiwa. Jumlah itu terdiri

dari 280 KK dan tersebar di 8 RT dan 2 RW

Peneliti : apa saja pekerjaannya pak?

Bapak Sarpan : petani 190 KK, buruh pabrik 58 KK, PNS 12 KK, dan

wiraswasta/serabutan 20 KK

Peneliti : tentang keluarga petani dan keluarga buruh pabrik yang didalamnya

mempunyai anak usia remaja ada berapa keluarga?

Bapak sarpan : keluarga petani ada 7 mas sedangkan keluarga buruh pabrik ada

5. Di Desa Koya Timur memiliki program yang telah di

musyawarahkan oleh pemuda karang taruna dan kesepuhan

bahwa setiap jam 18.00 – 19.00 WIT setiap keluarga yang

memiliki anak usia sekolah tidak boleh menyalakan tv, radio,

hand phone, dan lain-lain, agar para orang tua mendampingi anak

mereka dalam belajar. Sedangkan keluarga yang tidak memiliki

anak usia sekolah dianjurkan untuk belajar membaca Al-Quran,

dzikir serta tidak boleh keluar rumah atau nongkrong

diperempatan. Hal ini dilakukan guna merespon program

pemerintah Kabupaten Koya Timur yang disampaikan oleh Bapak

Yuliatmono dalam pertemuan dengan masyarakat desa Koya

Timur di masjid Al-Mutathohirin.

Peneliti : terimakasih pa katas waktu dan informasinya, saya mohon pamit.

Assalam mualaikum

Bapak Sarpan : iya mas, wa alaikum salam.

159
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 08 Juni 2018

Topik : pendidikan akhlak pada anak

Lokasi : Dirumah bapak Ngadino

Informan : Bapak Ngadino (Keluarga Petani)

Waktu : 08.00 WIT

Setelah shalat ashar (pukul 15.18 WIT) penulis menuju ke rumah narasumber yang

pertama, sehari sebelumnya memang sudah diberi tahu dan bersedia untuk berbagi

pengalaman. Kami duduk diteras rumah yang lumayan besar, disuguh teh dan

camilan.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Responden : Silahkan duduk

Peneliti : Ya, pak…

Peneliti : Kedatangan saya ke rumah bapak yang pertama silaturahmi, yang

kedua supaya bapak membantu saya

Responden : Apa yang bisa saya bantu?

Peneliti : Begini pak, saya kan mahasiswa yang sedang membuat tugas akhir

dan mengadakan penelitian di Dusun Bancak 1 ini. Bapak sebagai

respondennya. Saya minta nanti menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang akan saya berikan kepada bapak

Responden : Iya, mas silakan

Peneliti : Bagaimana cara bapak dalam membina pendidikan akhlak anak?

160
Responden : Caranya nggih sak sagete kula lan semampune kulo, selagi saya dan

istri mampu mendidik dan membimbing, maka saya lakukan sendiri

tetapi bila saya tidak mampu, maka saya serahkan kepada bapak ustad

untuk mengaji dan di bimbing

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pendidikan akhlak anak?

Responden : Ketika masuk sekolah dasar sampai anak sudah dewasa/baligh, tetapi

bila dalam hal shalat saya membina anak mulai sejak kecil

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak anak

yang bapak lakukan?

Responden : Ketika waktu shalat tiba, bila saya pulang lebih awal dari sawah saya

langsung menanyakan nang sampun shalat dereng? Selain itu

sehabis maghrib saya menyuruh anak utk membaca Al-Qur'an dan

mengikuti anak ikut kajian remaja

Peneliti : Motivasi apa yang bapak berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Dengan mengingatkan anak, dia sudah senang dan semangat untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan, misalnya ketika shalat tiba

Peneliti : Apakah bapak memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi

shalat, mengaji, TPA?

Responden : Ya, saya sering memantau ketika shalat dan TPA

Peneliti : Apakah anak bapak sering melakukan shalat? Berikan alasanya!

Responden : Anak saya sekarang sudah tidak begitu sulit untuk melakukan shalat

5 waktu, tetapi kalau dahulu agak sulit karena dahulu ketika masih

kecil anak saya lebih banyak bermain

161
Peneliti : Apakah anak bapak sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang-kadang langsung menuruti perintah saya tetapi kadang juga

tidak mau menuruti perintah saya, anak saya itu lebih senang bermain

dari pada untuk melaksanakan kegiatan Keagamaan

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pembinaan pendidikan akhlak?

Responden : Anak saya itu nakal, jadi saya sedikit merasa kesulitan dalam mendidik

anak, misalnya ketika anak sedang asyik bermain dengan teman-

temannya, padahal waktu shalat telah tiba. Ketika saya menghampiri

ditempat bermain untuk menyuruhnya pulang ke rumah dan

melaksanakan shalat kadang ia malah mengulur-ulur waktu shalat. Ia

berkata mangkih riyin lek shalat dolanane wong dereng rampung.

Apalagi bila anak disuruh untuk mengulangi pelajaran yang sudah di

dapat dari kajian remaja oleh bapak ustad anak merasa malas. Ketika

anak diberi pendidikan keagamaan kadang anak tidak mau karena ia

lebih senang bermain dari pada diberi pendidikan agama

Peneliti : Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika dalam

pembinaan pendidikan akhlak anak?

Responden : Ketika anak saya sulit untuk menunaikan shalat lima waktu, saya

memberi motivasi kepada anak dan mengingatkan anak jika lalai

shalat, dengan begitu anak merasa senang dalam mengerjakan shalat.

Sedangkan bila anak saya malas untuk berangkat ke kajian remaja

maka saya membujuknya serta memberi uang jajan, dengan begitu

anak saya mau berangkat.

162
Peneliti : Terima kasih ya pak, atas waktu serta jawabannya

Responden : Ya…, sama-sama mas

Peneliti : Assalamu'alaikum.

163
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 09 Juni 2018

Topik : pendidikan akhlak pada anak di keluarga petani

Lokasi : Dirumah bapak Suparmin

Informan : Bapak Suparmin (Keluarga Petani)

Waktu : 15.30 WIT

Setelah ba’da magrib pukul 18.20 WIT saya dan bapak Sarpan selaku kepala dusun

Bancak 1, menuju rumah bapak Suparmin karena kebetulan ketemu dijalan. Pada

hari itu bapak Kepala dusun memiliki jadwal keliling untuk mengecek program yang

telah di musyawarahkan oleh pemuda karang taruna dan kesepuhan bahwa setiap jam

18.00 – 19.00 WIT setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah tidak boleh

menyalakan tv, radio, hand phone, dan lain-lain, agar para orang tua mendampingi

anak mereka dalam belajar.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Responden : Ada yang bisa saya bantu?

Peneliti : Begini pak saya mau minta tolong kepada bapak untuk menjawab

pertanyaan dari saya. Saya mahasiswa dari IAIN Surakarta

Responden : Untuk keperluan apa mas?

Peneliti : Untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi dan saya melakukan penelitian

di dusun sini

Peneliti : Begitu ya, langsung saja mas! Apa yang mas tanyakan

Peneliti : Bagaimana cara bapak membina pendidikan akhlak anak?

Responden : Di dalam mendidik anak dalam keluarga, saya menerapkan sikap

164
disiplin terutama dalam pendidikan agama, dengan adanya kedisiplinan

anak akan terbiasa bersikap disiplin. Sehari-hari saya membiasakan

anak untuk shalat limat waktu, saya membimbing anak untuk mengaji

ke masjid dan memberi pengarahan untuk mengulang apa yang telah

dipelajari selama mengaji di masjid, mengajari bagaimana tata cara

shalat, membaca iqra sampai membaca Al-Qur'an dan saya mengajari

berdoa setelah shalat

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pembinaan keagamaan anak?

Responden : Sejak masuk taman kanak-kanak

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak yang

bapak lakukan?

Responden : Setiap hari, ketika waktu shalat tiba dan saya menyuruh anak membaca

Al-Qur'an setiap hari setelah maghrib

Peneliti : Motivasi apa yang bapak berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Cukup dengan memberi pengarahan dan berbicara yang baik kepada

anak

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

bapak?

Responden : Anak saya semakin menjadi lebih baik dari sebelumnya

Peneliti : Apakah bapak memantau kegiatan keagamaan anak-anak yang meliputi

shalat, mengaji, kajian remaja?

Responden : Ya, sering memantau, ketika waktu shalat tiba, misalnya ketika suara

azan telah dikumandangkan saya menyuruh anak untuk segera

165
mengambil air wudlu dan peralatan shalat untuk menunaikan shalat

berjamaah di mushola/masjid serta ketika sore saya menyuruh anak

untuk berangkat mengaji di masjid

Peneliti : Apakah anak bapak sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Selalu menuruti apa yang saya perintahkan, misalnya ketika sore,

sudah waktunya kajian remaja tanpa disuruhpun anak saya langsung

berangkat

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pendidikan akhlak?

Responden : Anak saya itu penurut, jadi jarang sekali saya mengalami problem,

ya ada sih, cuma ketika belum mengerjakan shalat saya harus

mengingatnya saja dan ketika berangkat ke TPA kadang anak saya

malas

Peneliti : Terus bagaimana solusi yang bapak tempuh?

Responden : Em…ketika anak saya sulit untuk melakukan shalat lima waktu,

saya selalu memberi motivasi pada anak dan mengingatkan anak jika

lalai belum mengerjakan shalat. Sedangkan bila anak malas

berangkat ke TPA, saya membujuk dan merayunya serta memberi

uang jajan dengan begitu anak saya mau berangkat.

Peneliti : terima kasih ya pak.

Responden : Ya, sama-sama

Peneliti : Kalau begitu saya pamit dulu, assalamu'alaikum

Responden : Ya, waalaikum salam.

166
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 10 Juni 2018

Topik : tanggapan mengenai pendidikan akhlak pada anak

Lokasi : Dirumah bapak Suyatno

Informan : Bapak Suyatno (Keluarga Petani)

Waktu : 15.30 WIT

Pada pukul 08.00 WIT saya menuju rumah bapak Suyatno. Kebetulan bapak Suyatno

hari ini berada dirumah karena biasanya beliau berada disawah untuk merawat

tanaman bawang merah yang ia tanam disawah.kami pun duduk diruang tamu

dengan santai dan basa-basi dahulu. Beberapa menit kemudian kami memulai

bahasan yang akan penulis tanyakan

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : waalaikum salam

Peneliti : Begini pak, kedatangan saya kemari yang pertama adalah untuk

silaturahmi dan yang kedua adalah saya ingin mengetahui bagaimana

cara bapak dalam membina pendidikan akhlak pada anak?

Responden : Di dalam keluarga saya mengajari anak untuk terbiasa mengucapkan

dua kalimat syahadat, menjalankan shalat lima waktu setiap hari,

setelah anak dewasa saya bimbing untuk mengerjakan shalat dhuha

serta menunaikan puasa di bulan ramadhan dan untuk menghormati

kedua orang tua serta orang lain

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pembinaan anak?

Responden : Saya mulai membina pendidikan akhlak anak sejak TK

167
Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak anak

yang bapak lakukan?

Responden : Pada waktu sore sampai malam, misalnya ketika waktu shalat saya

membiasakannya dan malamnya saya membiasakan anak untuk

mengaji setiap hari

Peneliti : Motivasi apa yang bapak berikan kepada anak?

Responden : Dengan membiasakan berperilaku baik serta melatih anak shalat

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

bapak?

Responden : Ya alhamdulillah menjadi lebih baik dari sebelumnya, misalnya selalu

menghormati dan menurut pada kedua orang tua

Peneliti : Apakah bapak memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi

shalat, mengaji, kajian remaja?

Responden : Ya sering memantau, selain itu saya juga memantau anak dalam

beraktifitas, berperilaku dan bergaul dengan temannya

Peneliti : Apakah anak bapak sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan kajian remaja?

Responden : Ya kadang nurut kadang tidak anak saya nurut bila saya menyuruh

untuk berangkat ke kajian remaja dengan dikasih uang tetapi anak

saya tidak mau nurut bila saya tidak mengasih uang

Peneliti : Apa masalah yang muncul dalam pembinaan?

Responden : Ketika waktu anak mengerjakan shalat lima waktu selalu ada-ada

saja alasannya. Apalagi kalau disuruh untuk berangkat ke kajian

168
remaja "wah sangat sulit", bila tidak dikasih uang anak saya tidak

mau berangkat ke TPA

Peneliti : Bagaimana solusi yang bapak tempuh untuk mengatasi masalah

tersebut?

Responden : Caranya dengan membujuk anak serta memberikan uang jajan kepada

anak agar mau berangkat ke kajian remaja, serta memberi motivasi

kepada anak agar selalu mengerjakan shalat

Peneliti : Terima kasih banyak pak, atas waktu serta jawabannya

Responden : sama-sama

Peneliti : Kalau begitu saya mau pamit pak, Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam Wr. Wb

169
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 11 Juni 2018

Topik : tangapan mengenai mendidik akhlak anak

Lokasi : Dirumah ibu Suwarsi

Informan : Ibu Suwarsi (Keluarga Petani)

Waktu : 16.30 WIT

Setelah shalat dhuhur tepatnya pukul 13.00 WIT penulis menemui ibu Suwarsi.

Kebetulan beliau sedang beristirahat santai duduk di depan rumah.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Peneliti : Maaf, kedatangan saya ke rumah ibu yang pertama silaturahmi, kedua

saya mau minta tolong supaya ibu mau memberikan jawaban atas

pertanyaan dari saya

Responden : Untuk apa?

Peneliti : Saya kuliah di IAIN Surakarta, dalam tugas akhir saya melakukan

penelitian di Desa Koya Timur ini dan ibu saya jadikan sebagai

respondennya

Responden : Begitu ya, ya saya bantu tapi sebisa saya

Peneliti : Bagaimanakah cara ibu membina pendidikan akhlak pada anak?

Responden : Ya semampu saya, misalnya saya mengajari sopan santun kepada orang

yang lebih tua, tata cara shalat, berdoa mau makan, mau tidur, membaca

alquran setelah shalat magrib, berpuasa di bulan ramadhan

Peneliti : Selain di rumah apakah ibu juga membina pendidikan akhlak pada

anak?

170
Responden : Ya, misalnya di sekolah

Peneliti : Anak ibu sekolah dimana? Cara membinanya bagaiman?

Responden : SMP Muhammadiyah 4 Koya Barat, karena yang banyak pelajaran

agamanya. Caranya ketika anak di sekokahan saya mengajari untuk

selalu menghormati guru, berteman dengan baik, berjabat tangan

dengan guru/teman-temannya ketika bertemu

Peneliti : Sejak usia berapa ibu melakukan pembinaan akhlak anak?

Responden : 3 tahun saya mulai membinanya

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak pada

anak yang ibu lakukan?

Responden : Pada waktu sore sampai malam hari saya melakukannya

Peneliti : Motivasi apa yang ibu berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Ketika mau melaksanakan shalat berjamaah ke masjid saya

mengambilkan peralatan shalat trus mengajak ke masjid untuk shalat

disana

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

ibu?

Responden : Alhamdulillah menjadi baik dari sebelumnya, misalnya anak saya

dulunya malas untuk mengaji sekarang sudah tidak malas lagi karena

ketika mengaji saya menitipkan ke pak ustad.

Peneliti : Apakah ibu memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi shalat,

mengaji, kajian remaja? Alasannya apa?

Responden : Ya setiap hari saya memantau, karena menurut saya itu sangat penting

171
Peneliti : Apakah anak ibu sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang nurut kadang tidak, Tergantung suasana hati anak, bila hatinya

lagi senang dia pasti nurut, tetapi bila anak saya sedang emosi dia

tidak nurut

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pembinaan pendidikan akhlak?

Responden : Kesulitannya yaitu disaat anak saya sedang bermain dengan teman-

temannya dan saat menonton televisi. Apalagi filmnya itu

kesukaannya, misalnya film kartun atau film anak-anak, bila diganggu

dia pasti marah, karena asyiknya menonton televisi dia jadi lupa untuk

mengerjakan shalat dan mengaji di rumah sulit.

Peneliti : Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika

tersebut?

Responden : Bila anak saya tidak mau mengaji di rumah, maka saya menitipkan ke

bapak ustad/guru ngaji untuk mengajari agar anak saya membaca Al-

Qur'an dengan baik dan benar

Peneliti : Terima kasih atas waktu dan jawabannya, bu….

Responden : Ya, sama-sama

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam

172
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 12 Juni 2018

Topik : tanggapan mengenai mendidik akhlak anak

Lokasi : Dirumah bapak Cipto Sularno

Informan : Bapak Cipto Sularno (Keluarga Petani)

Waktu : 16.00 WIT

Setelah shalat ashar penulis menemui bapak Cipto Sularno dirumahnya. Kebetulan

beliau baru saja pulang dari sawah. Kemudian beliau mempersilakan penulis masuk

dengan ramah

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Responden : Silahkan duduk

Peneliti : Ya, pak

Peneliti : Saya mahasiswa dari IAIN Jayapura, mau minta tolong kepada bapak

untuk membantu saya

Responden : Apa yang bisa saya bantu?

Peneliti : Saya minta tolong nanti bapak menjawab atas pertanyaan yang saya

ajukan nanti kepada bapak

Responden : Ya, saya bantu tetapi sebisa saya ya mas

Peneliti : Langsung saja ya pak, bagaimana cara bapak membina akhlak anak

bapak di rumah?

Responden : Cara dalam mendidik anak saya dengan cara bermacam-macam

Peneliti : Bermacam-macam bagaimana pak?

173
Responden : Ya setiap hari saya bimbing anak untuk menjalankan shalat, mengaji

setelah shalat maghrib, melatih berpuasa di bulan ramadhan,

mengajari dia untuk berperilaku baik dan menghormati orang tua serta

orang lain

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pembinaan pendidikan akhlak

anak? Mengapa?

Responden : Sejak anak berusia 4 tahun, menurut saya pada usia itu anak sulit di

bimbing dan dibina karena dia lebih senang bermain

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina akhlak anak yang ibu

lakukan?

Responden : Setiap hari saya membina anak. Setiap sore ketika saya di rumah saya

mengantarkan anak untuk berangkat ke TPA dan menjemput anak bila

pembelajaran TPA selesai. Setelah shalat magrib saya menyuruh dan

mengajari anak untuk mengaji Al-Qur'an

Peneliti : Motivasi apa yang ibu berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Saya beri semangat ketika melakukan puasa ramadhan

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan

pendidikan akhlak?

Responden : Menjadi lebih baik, misalnya ketika habis maghrib selalu mengaji

Peneliti : Apakah ibu memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi shalat,

menguji, kajian remaja?

Responden : Ya, setiap hari saya memantau mengaji, shalat, dan kajian remaja

174
Peneliti : Apakah anak ibu sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang-kadang

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pembinaan pendidikan akhlak?

Responden : Anak saya paling sulit bila disuruh untuk belajar kadang kala malas

belajar apalagi disuruh untuk mengaji tajwid, anak merasa bosan bila

disuruh untuk mengulang dalam membaca tajwid beberapa kali dan

yang paling membuat saya jengkel ketika shalat anak saya terkadang

berbohong dalam menjawab, misalnya bila ditanya sudah shalat

belum? Dia menjawab sudah padahal dia belum melakukan shalat

Peneliti : Terus bagaimana solusi yang ibu tempuh untuk mengatasi problematika

tersebut?

Responden : Saya memberi peringatan dengan kata-kata kepada anak bila tidak mau

menuruti perintah saya. Jika anak saya malas untuk belajar yaitu

dengan menuruti kemauan dia terlebih dahulu setelah kemauannya

dituruti anak mau belajar. Jika masih malas maka saya menyuruhnya

untuk belajar di guru les

Peneliti : Terima kasih ya bu, atas waktu serta jawabannya

Responden : Ya, sama-sama mbak

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam

175
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 13 Juni 2018

Topik : pendidikan akhlak pada anak

Lokasi : Dimasjid Miftahul Amal

Informan : Bapak Suwadi (Keluarga Petani)

Waktu : 16.30 WIT

Gambaran suasana

Setelah shalat magrib penulis menemui bapak Suwadi dimasjid. Disini penulis

bertujuan untuk meminta persetujuan diwawancarai akan tetapi beliau tidak mau.

Peneliti : assalam mualaikum

Responden : waalaikum salam

Peneliti : maaf pak mengganggu waktunya sebentar.

Responden : iya mas, ada apa?

Peneliti : begini pak saya mau minta waktu dan bantuan bapak sebentar untuk

berbagi pengalaman tentang mendidik akhlak anak.

Responden : untuk apa mas?

Peneliti : untuk tugas akhir kuliah saya pak

Responden : lagi pula anak saya nakal susah dikasih tau dan tidak pernah nurut apa

kata orang tua, jadi sekarang saya biarkan saja bagaimana tingkah

lakunya. Mending mas cari yang lain saja untuk tugas itu.

Peneliti : iya pak, maaf bila mengganggu waktunya. Assalam mualaikum.

Responden : wa alaikum salam.

176
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 14 Juni 2018

Topik : pendidikan akhlak pada anak di keluarga petani

Lokasi : Di rumah Bapak Sutarmin (toko kelontong)

Informan : Bapak Arjo Sugiyo (Keluarga Petani)

Waktu : 16.30 WIT

Gambaran suasana

Kebetulan saya bertemu bapak Arjo Sugiyo dirumah bapak Sutarmin yang berjualan

dirumahnya (toko kelontong). Saya bermaksud meminta ijin untuk mewawancarai

dirumahnya akan tetapi beliau tidak mau. Saya hanya mengobrol beberapa hal saja

tentang anak beliau.

Peneliti : Assalam mualaikum pak

Responden : waalaikum salam

Peneliti : maaf pak mengganggu waktunya, saya mau minta tolong untuk berbagi

pengalaman tentang mendidik akhlak anak.

Responden : pengalaman apa mas?

Peneliti : ya pengalaman tentang bagaimana cara bapak mendidik anak

Responden : Anak saya itu nakal, tidak mau menuruti perkataan orang tua, saya

sering menghukum dan memarahinya akan tetapi dia malah makin

bandel, setiap dinasehati bukannya berpikir malah pergi bermain

dengan temannya sampai tidak kenal waktu bahkan kadang tidak

pulang berhari-hari.

Peneliti : apakah anak bapak tidak ikut kajian remaja?

177
Responden : tidak ikut kok mas, setiap kali saya suruh saja tidak mau, ya sudah

sekarang saya biarkan saja. Soalnya saya juga sudah bingung dan

kuwalahan menghadapinya. Ya sudah mas saya pulang dulu

Peneliti : iya pak silakan.

178
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 15 Juni 2018

Topik : Tanggapan mengenai mendidik akhlak anak

Lokasi : Dirumah bapak Sutarmin

Informan : Bapak Sutarmin (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Setelah shalat ashar (pukul 15.18 WIT) penulis menuju ke rumah narasumber, sehari

sebelumnya memang sudah diberi tahu dan bersedia untuk berbagi pengalaman.

Kebetulan bapak Sutarmin belum pulang dari pabrik sehingga saya menunggu

beberapa menit.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Responden : Silahkan duduk dulu

Peneliti : Ya pak.

Responden : Ada keperluan apa mas?

Peneliti : Begini pak, saya mahasiswa dari IAIN Surakarta semester sembilan

dalam tugas akhir saya mengadakan penelitian di dusun ini. Saya minta

tolong kepada bapak untuk membantu saya dalam memberikan jawaban

atas pertanyaan yang akan saya ajukan

Responden : Begitu ya! Silahkan mas mau tanya apa?

Peneliti : Bagaimana cara bapak mendidik anak?

179
Responden : Saya memberikan anak pendidikan akidah, ibadah dan akhlak. Cara

yang saya tempuh dengan mengajari shalat ke masjid, meskipun

belum melakukan shalat tetapi saya mengajari anak untuk bersalaman

setelah selesai shalat, selain itu saya mengajari anak membaca

basmalah, mengajari membaca doa mau tidur dan mau makan, ikut

TPA dan sekarang ikut kajian remaja serta saya mengenalkan nama-

nama Allah dan nama Nabi.

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pendidikan akhlak anak?

Responden : sejak Usia 2,5 tahun. Mungkin masih terlalu kecil usia segitu, tetapi

pada usia itu anak sudah bisa memahami keadaan sekitarnya

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak anak

yang bapak lakukan?

Responden : Setelah bangun tidur dan ketika anak mau tidur, ba'dha maghrib dan

hari-hari libur, terutama pada waktu shalat tiba. Kalau ibunya libur

pasti ibunya yang aktif membimbing anak.

Peneliti : begitu ya pak, terimakasih atas informasinya, saya mohon maaaf

apabila mengganggu waktu bapak, sekalian saya mohon pamit,

assalam mu’alaikum

Responden : wa’alaikum salam, jangan sungkan-sungkan bila ada yang akan

ditanyakan lagi.

180
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 30 Desember 2018

Topik : Tanggapan mengenai masalah dan jalan keluar dalam mendidik anak

Lokasi : Dirumah bapak Sutarmin

Informan : Bapak Sutarmin (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Saya berkunjung ke rumah bapak Sutarmin pukul 15. 30 WIT ketika itu beliau

sedang memberi makan sapi di kandang belakang rumahnya.

Peneliti : Assalamualaikum pak

Responden : Wa’alaikum salam mas, ada yang bisa saya bantu lagi?

Peneliti : iya pak, saya kesini ingin menanyakan beberapa hal?

Responden : iya mas, silakan mau tanya apa?

Peneliti : Begini pak, motivasi apa yang bapak berikan kepada anak agar mau

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Mengarahkan dengan kata-kata yang halus bila anak salah dalam

berbuat salah, sehingga anak tidak tersinggung

Peneliti : Selain itu, apa bapak memberi hadiah berupa uang untuk memotivasi

anak?

Responden : Tidak mas! Nanti kalau dalam setiap anak mau melakukan kegiatan

keagamaan selalu diberi uang nanti anak jadi ketagihan, bila tidak

dikasih dia tidak mau melakukan kegiatan itu

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

bapak?

181
Responden : Anak nakal, terkadang merasa bosan dan mengalihkan perhatian, terus

pembinaan dihentikan sebentar dan mengikuti apa yang diinginkannya

Peneliti : Apakah bapak memantau kegiatan keagaman anak yang meliputi shalat,

mengaji, TPA?

Responden : Ya, pada waktu shalat berjamaah dan mengaji saya mengajak anak ke

masjid meski belum melakukan shalat

Peneliti : Apakah anak bapak sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang-kadang, ketika saat teman-temannya pergi ke masjid untuk

mengaji baru anak saya mau mengaji

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pembinaan keagamaan anak?

Responden : Ketika anak saya diajak ke masjid untuk menunaikan shalat kadang

anak saya bercanda di dalam masjid sehingga menganggu para

jamaah yang sedang shalat. Bila saya memberi peringatan pada dia,

dia malah semakin bertambah nakal dan bergurau

Peneliti : Terus bagaimana solusi yang bapak tempuh untuk mengatasi problema

tersebut?

Responden : Memberi peringatan kepada anak agar ketika shalat jamaah di masjid

dia tidak guyon serta saya beri pengarahan yang baik agar dia dapat

merubah kelakuannya menjadi lebih baik

Peneliti : Saya rasa sudah cukup, terima kasih ya pak!

Responden : Ya, sama-sama

182
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 06 Juni 2018

Topik : Menanyakan pola asuh pendidikan akhlak anak

Lokasi : Dirumah bapak Suparno

Informan : Bapak Suparno (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Seusai shalat maghrib penulis menuju rumah bapak Suparno, ketebulan bapak

Suparno saat itu baru tiba sepulang dari pabrik. Kemudian mempersilakan saya

masuk dan meminta untuk menunggu sebentar beliau mandi dahulu. Saat itu saya

melihat istri dan anak beliau sedang menonton televisi bersama-sama.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam

Peneliti : Pak saya kesini sedang melakukan penelitian, karena saya melakukan

penelitian di desa sini. Jadi saya mau minta tolong pada bapak mau

membantu saya.

Responden : Apa yang bisa saya bantu mas?

Peneliti : Nanti saya mengajukan pertanyaan kepada bapak kemudian bapak

menjawabnya

Responden : Ya mas! Tapi sebisa saya dalam menjawab

Peneliti : Bagaimana cara bapak mendidik akhlak anak?

Responden : Ketika anak mengerjakan shalat, mengaji dan menyuruh anak untuk

berpuasa di bulan ramadhan

Peneliti : Anak bapak ikut mengaji di masjid?

183
Responden : Tidak, anak saya tidak mau ngaji di masjid tetapi saya menitipkan

ngaji ke bapak ustad/guru ngaji saja

Peneliti : Apakah istri bapak juga membina keagamaan anak?

Responden : Ya, ketika waktu libur istri saya yang membina dan membimbing

anak

Peneliti : Sejak usia berapakah bapak melakukan pembinaan keagamaan anak?

Responden : Sejak kecil sampai dewasa sekarang ini

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina keagamaan anak yang

bapak lakukan?

Responden : Ketika waktu shalat tiba dan mengaji Al-Qur'an

Peneliti : Apa bapak selalu memberi motivasi pada anak dalam pendidikan

akhlak?

Responden : Ya, agar anak saya bersemangat baik menjalankan ibadah maupun

belajar sehai-hari.

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan

dari bapak?

Responden : Anak saya menjadi lebih baik, tetapi kadang baik kadang kurang

baik

Peneliti : Apakah bapak memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi

shalat, mengaji, kajian remaja?

Responden : Ketika saya kerja masuk pagi dan pulang siang, sorenya saya bisa

memantau kegiatan anak dari mulai mengerjakan shalat, mengaji

dan bermain dengan teman-temannya

184
Peneliti : Apakah anak bapak sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang ya, kadang tidak

Peneliti : Problematika apa yang muncul dalam pembinaan pendidikan akhlak

anak?

Responden : Bila anak saya sedang asyik bermain dengan teman-temannya,

karena asyiknya dia bermain jadi dia lupa untuk melaksanakan

shalat, maka setiap waktu saya harus mengingatkannya. Apabila

pada waktu malam hari saya membimbing anak untuk belajar di

rumah karena acara televisi yang menarik jadinya anak saya belajar

hanya beberapa menit saja kalau lama-lama anak saya mutung dan

marah sehingga tidak mau belajar

Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi problema tersebut?

Responden : Dengan meredam emosi anak sampai emosinya dapat di kendalikan,

setelah itu saya baru mengingatkan anak untuk menyadari akan

kesalahan yang telah diperbuat

Peneliti : Terima kasih pak atas waktu dan jawabannya

Responden : Iya mas

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam

185
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 17 Juni 2018

Topik : Cara mendidik akhlak anak

Lokasi : Dirumah ibu Suparni

Informan : Ibu Suparni (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Setelah shalat magrib pukul 18.15 WIT penulis menuju rumah ibu Suparni. Istri dari

Bapak Tukiman ini lahir tanggal 10 Agustus 1975, beliau bekerja di PT. Tiga Pilar

Sejahtera lebih jelasnya di pabrik makanan ringan.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam

Responden : Ada apa mas?

Peneliti : Saya ingin ibu membantu saya dalam memberikan jawaban atas

pertanyaan yang akan saya ajukan nanti

Responden : Soal apa?

Peneliti : Tentang pembinaan pendidikan akhlak anak

Responden : Saya bantu, tapi sebisanya ya mas!

Peneliti : Yang ingin saya tanyakan bagaimanakah cara ibu membina pendidikan

akhlak anak?

Responden : Caranya yaitu dengan mengajari anak shalat, mengaji di TPA dan

membiasakan anak untuk menghormati orang tua dan orang lain.

Misalnya melatih berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa yang

halus.

186
Peneliti : Sejak usia berapakah ibu melakukan pendidikan akhlak anak?

Responden : Sejak usia 4 tahun. Pada usia itu saya mulai menanamkan pendidikan

agama karena pendidikan agama itu sangat penting

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam membina pendidikan akhlak anak

yang ibu lakukan?

Responden : Sore hari, saya menyuruh anak untuk mengaji serta ketika shalat tiba

Peneliti : Motivasi apa yang ibu berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Dengan merayunya sebelum mengaji di masjid, misalnya ngaji yang

rajin biar pintar

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

ibu?

Responden : Alhamdulillah lebih baik, lebih sopan asalkan kemauannya dituruti

Peneliti : Apakah ibu memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi shalat,

mengaji, kajian remaja?

Responden : Sering memantau, sepulang dari kajian remaja saya bertanya pada anak

tadi ngajinya bagaimana?

Peneliti : Apakah anak ibu sering menuruti perintah, apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang iya, kadang tidak bila di suruh ke kajian remaja sering tidak

nurut, maka saya harus merayunya dulu.

Peneliti : Apa problematika yang muncul dalam pembinaan keagamaan anak?

187
Responden : Saat mau berangkat untuk mengaji ke masjid dan untuk mengulang

pelajaran yang telah diajarkan oleh bapak ustad. Sehingga kadang saya

merasa jengkel dan kewalahan dalam membinanya

Peneliti : Bagaimana solusi yang ibu tempuh untuk mengatasi problema tersebut?

Responden : Saya membuat tata tertib di rumah. Ketika anak tidak mau menjalankan

perintah saya memberi hukuman (jewer), tetapi kalau memang sudah

diberi sanksi dia masih tidak mau menjalankan perintah, maka saya

membiarkan anak semaunya sendiri dan sesuai dengan keinginannya

Peneliti : Saya kira sudah cukup bu, terima kasih yang bu!

Responden : Ya, sama-sama

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikum salam

188
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 18 Juni 2018

Topik : Menanggapi pola asuh pendidikan akhlak anak

Lokasi : Dirumah ibu Semi

Informan : Ibu Semi (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Hari ini hari sabtu kebetulan ibu Semi ada dirumah karena hari ini libur bekerja, Ibu

Semi lahir pada tanggal 26 September 1967, suami dari ibu Semi yang bernama

bapak Suratman bekerja sebagai buruh harian lepas di tempat tinggalnya.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam, Ada apa mas?

Peneliti : Begini bu, saya mahasiswa dari IAIN Jayapura mau minta tolong

kepada ibu untuk menjawab pertanyaan yang akan saya ajukan nanti.

Dalam pembuatan tugas akhir saya mengadakan penelitian di dusun

sini dan saya mengamabil ibu sebagai sampelnya

Responden : Ya, tapi apakah saya bisa menjawabnya

Peneliti : Insyaallah ibu bisa menjawab, mudah kok bu,

Peneliti : Begini bu, bagaimana cara ibu membina keagamaan anak?

Responden : Nggih sak sagete kulo, saya akan berusaha semaksimal mungkin sesuai

dengan kemampuan saya. Misalnya ketika shalat, mengaji, TPA,

mengaji Al-Qur'an dan ketika belajar

Peneliti : Sejak usia berapakah ibu melakukan pendidikan akhlak pada anak?

Responden : Sejak kecil

189
Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam mendidik akhlak anak yang ibu

lakukan?

Responden : Saya masuk kerja hanya pagi saja sampai siang sekitar jam 14.00 WIB.

Jadi, saya bisa mendidik anak pada waktu sore sampai malam hari

Peneliti : Lama banget bu? Mengapa?

Responden : Ya, karena kebanyakan kegiatan anak dilakukan pada sore hari sampai

malam, misalnya mengaji di masjid, shalat maghrib, ngaji sampai

anak belajar

Peneliti : Apa ibu selalu memberi motivasi pada anak?

Responden : Ya, saya beri uang untuk mengaji

Peneliti : Bagaimana perilaku anak-anak sehari-hari dengan adanya pembinaan

dari ibu?

Responden : Ya, alhamdulillah menjadi lebih baik

Peneliti : Apakah ibu memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi shalat,

mengaji, kajian remaja?

Responden : Ya, kalau tidak dipantau anak saya kadang tidak mau melakukan

kegiatan itu seperti shalat, mengaji dan kajian remaja.

Peneliti : terimakasih bu atas waktunya, maaf bila mengganggu saya mohon

pamit. Assalam mu’alaikum.

Responden : iya tidak apa-apa saya senang bisa membantu. Waalaikum salam.

190
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 18 Juni 2018

Topik : Menanggapi tentang masalah dan solusi dalam mendidik akhlak anak

Lokasi : Dirumah ibu Semi

Informan : Ibu Semi (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Saya berkunjung ke rumah ibu Semi pada pukul 16.00 WIB untuk mencari informasi

tentang solusi yang dihadapi dalam masalah mendidik anak.

Peneliti : Assalamualaikum

Responden : Wa’alaikum salam mas, ada yang bisa saya bantu lagi?

Peneliti : iya bu, saya kesini ingin menanyakan beberapa hal?

Responden : iya mas, silakan mau tanya apa?

Peneliti : Apakah anak ibu sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan?

Responden : Kadang nurut kadang tidak. Anak saya menuruti apa yang saya

perintahkan tetapi bila kemauannya juga dituruti dan sebaliknya, anak

saya marah dan jengkel bila kemauannya tidak ditururi saya

Peneliti : Apakah probmeatika yang muncul dalam pembinaan keagamaan anak?

Responden : Ketika dalam membimbing anak saat shalat,anak saya sedang asyik

menonton televisi bila disuruh untuk shalat dia tidak langsung

mengerjakannya

Peneliti : Terus solusinya bagaimana bu?

191
Responden : Saya mengingatkan dan menegurnya untuk mematikan televisi dan

segera mengerjakan shalat, serta ketika anak tidak mau berangkat ke

TPA saya harus merayunya dulu dan memberi uang untuk sangu ngaji

Peneliti : Saya rasa sudah cukup, terimakasih bu. Assalam m’ualaikum

Responden : Iya sama-sama. Waalaikum salam.

192
FIELD NOTE WAWANCARA SUBYEK

Tanggal : 19 Juni 2018

Topik : Menanyakan bagaimana cara mendidik anak

Lokasi : Dirumah ibu Tuginem

Informan : Ibu Tuginem (Keluarga Buruh Pabrik)

Waktu : 16.00 WIT

Gambaran suasana

Setelah shalat ashar penulis diminta datang lewat SMS pada jam 18.00 WIB karena

sedang lembur bekerja dipabrik. Sesampai dirumah kami langsung membicarakan

permasalahan yang akan diteliti.

Peneliti : Assalamu'alaikum

Responden : Waalaikumsalam, Silahkan duduk dulu. Ada apa mas?

Peneliti : Bu saya minta tolong waktunya sebentar, saya harap ibu mau membantu

saya

Responden : Ada yang bisa saya bantu?

Peneliti : Saya minta tolong ibu nanti menjawab apa yang akan saya tanyakan

kepada ibu?

Responden : Ya, silahkan!

Peneliti : Bagaimana cara ibu membina pendidikan akhlak anak?

Responden : Saya dan sumi saya bersama-sama membimbing serta mendidik akhlak

anak. Saya membiasakan anak untuk shalat lima waktu, memakai

kerudung, melatih membaca doa setelah selesai shalat, mengajari doa

mau makan dan sebelum tidur serta mengaji di masjid.

Peneliti : Sejak usia berapakah ibu melakukan pembinaan keagamaan anak?

193
Responden : Ketika masuk TK

Peneliti : Kapan waktu pelaksanaan dalam mendidik akhlak anak yang ibu

lakukan?

Responden : Setiap waktu shalat dan waktu sore saya bimbing anak untuk mengaji

di TPA dan mengaji di pak ustad

Peneliti : Motivasi apa yang ibu berikan kepada anak agar mau melaksanakan

kegiatan keagamaan?

Responden : Saya memberi perhatian penuh pada anak

Peneliti : Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan adanya pembinaan dari

ibu?

Responden : Alhamdulillah baik

Peneliti : Apakah ibu memantau kegiatan keagamaan anak yang meliputi shalat,

mengaji, TPA?

Responden : Ya kadang-kadang, karena setiap hari, saya tidak bisa mengikuti

kegiatan keagamaan anak sebab saya bekerja di pabrik jadi waktu

kerjanya tidak menentu tergantung jadwal Pabrik

Peneliti : Apakah anak ibu sering menuruti perintah apabila disuruh untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan

Responden : Kadang-kadang

Peneliti : Apa problematika yang muncul selama membina keagamaan anak?

Responden : Ketika puasa di bulan ramadhan, anak saya terkadang

sulit dibangunkan untuk makan sahur bersama, disaat hari pertama

puasa sampai hari ketiga anak masih gampang dibangunkan tetapi

hari-hari berikutnya anak merasa malas jika dibangunkan

194
Peneliti : Bagaimana solusinya bu?

Responden : Bila anak tidak nurut saya memberi peringatan satu kali bila tidak mau

menurut maka saya menjewernya

Peneliti :Terima kasih ya bu atas waktunya maaf mengganggu, assalam

mualaikum

195

Anda mungkin juga menyukai