Anda di halaman 1dari 35

METODE PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAI Dalam Keluarga


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, MS.
Hj. Dra. Titim Fatimah, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 1 PAI 6A:


Ali Idrus Nurul F 1182020023
Alya Azzahra Furqon 1182020024
Annisa Nurul Astriani 1182020030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang
atas limpahan nikmatnya kami dapat merampungkan makalah ini dengan judul
“Metode Pendidikan Anak Dalam Keluarga” sebagai syarat dan tugas dalam
memenuhi mata kuliah PAI Dalam Keluarga. Sholawat teriring salam semoga
tetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kepada keluarga, sahabat, juga
pengikutnya hingga hari akhir.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun demikian kami menyadari masih banyaknya kekurangan dan


kesalahan dalam penyususunan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Besar harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.

Bandung, 14 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Metode Pendidikan Anak Dalam Keluarga........................... 4
2.1.1 Batas Perkembangan Usia Anak ................................................................. 7
2.1.2 Aspek-Aspek Perkembangan Anak............................................................. 7
2.2 Konsep dan Tanggung Jawab Keluarga ......................................................... 9
2.3 Metode Mendidik Anak dalam Keluarga ..................................................... 12
2.3.1 Metode Mendidik Anak ............................................................................ 12
2.2.2 Metode Mendidik Anak dalam Islam........................................................ 21
2.2.3 Metode Mendidik Anak Ala Nabi ............................................................. 24
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga . 25
2.4.1 Tingat Pendidikan Orang Tua ................................................................... 26
2.4.2 Faktor Sosial ............................................................................................. 26
2.4.3 Faktor Agama............................................................................................ 27
2.5 Implikasi Pendidikan Anak dalam Keluarga ............................................... 28
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................ 30
1.4 Kesimpulan ...................................................................................................... 30
1.5 Saran ................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak adalah amanah yang terindah diberikan oleh Allah, mahakarya


dari Allah yang maha sempurna. Seorang wanita akan mendapat gelar baru
sebagai, ibu ketika dia sudah memiliki anak, seorang laki-laki lebih
bersemangat bekerja saat dia menjadi seorang ayah, dia bekerja tanpa henti
sebah masih harus mencapai sesuatu yang harus mereka capai. Tetapi
terdapat sebagaian orangtua menganggap anak adalah beban, mereka harus
membiayai sekolah, membesarkan mereka, dan banyak lagi. Tetapi yang
harus kita yakini Allah telah menitipkan kepada kita pastilah dia akan
memberikan rezeki bagi orangtuanya, oleh karena itu, dalam Alquran, kata
anak (aulad) seringkali disandingkan dengan kata harta (amwal). Sehingga
anak diturunkan untuk menyenangkan manusia.
Namun, ibaratkan harta yang mana pada mulanya diturunkan
sebagai rezeki namun lambat laun bisa membawa madharat hingga
mencelakakan. Sebagaimana anak yang menggemaskan saaat masih
kecilnyanya namun saat ia beranjak remaja hingga dewasa tak jarang
mereka yang ternayat menajadi beban bagi kedua ornag tuanya sehingga
menjadi masalah bagi lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Oleh sebab itu, untuk menghindari terwujudnya atau hadirnya
seorang anak yang bermasalah maka perlu dilakuakannya pendidikaan
sebagaimanan telah Allah ajarkan melalaui wahyu yang diturunkannya.
Mendidik anak merupakan kewajiban awal dan utama bagi orang tua. Orang
tua sebagai tripusat pendidikan yang berada dalam tahap awal memiliki
tanggung jawab yang sangat besar untuk mewujudkan output anak yang
bernafaskan insan kamil sehingga menjadi abdullah dan khalifatul fil ard
yang sesuai denagn tujuan pendidikan Islam. Walaupun keluarga termasuk
ke dalam lembaga terkecil dari segi pergaulannya namun keluarga
merupakan lembaga utama. Orang tua pun disini sebagai seorang pendidik

1
harus memiliki beberapa kriteria yang mumpuni sehingga ia dapat
membimbing anak-anaknya menuju alur yang sesuai denagn ajaran Islam.
Dalam makalah ini, kami akan mengakaji mengenai konsep dasar
dari metode pendidikan anak dalam keluarga yang meliputi fungsi dan
tanggung jawab keluarga, berbagai macam metode pendidikan anak dalam
keluarga, faktor yang memperngaruhi metode pendidikan anak dalam
keluarga serta implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga. Hal apa
sajakah yang dapat diterapkan dan hal apa saja yang tertanam dalam diri
seorang anak setelah menempuh pendidikan dalam keluarga sebelum ia
melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu sekolah dengan
lingkup pergaulan yang lebih luas..

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang masalah, berikut adalah


tema yang akan kami kerucutkan dalam pembahasan makalah ini:
1. Bagaimana konsep dasar metode pendidikan anak dalam keluarga ?
2. Apa fungsi dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak ?
3. Apa metode yang digunakan dalam mendidik anak dalam keluarga ?
4. Apa faktor yang mempengaruhi metode pendidikan anak dalam
keluarga ?
5. Apa implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga ?

1.3 Tujuan Makalah


Setelah mengetahui rumusan masalah yang akan diulas, kami harap
para pembaca dapat memenuhi sedikitnya tujuan makalah ini disususun,
sebagai berikut:
1. Dapat memahami dan menjelaskan konsep dasar metode pendidikan
anak dalam keluarga.
2. Dapat menjelaskan fungsi dan tanggung jawab keluarga dalam
pendidikan anak.
3. Dapat memahami dan menjelaskan berbagai metode yang digunakan
dalam mendidik anak dalam keluarga.

2
4. Dapat memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang memperngaruhi
metode pendidikan anak dalam keluarga.
5. Dapat menjelaskan implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Metode Pendidikan Anak Dalam Keluarga

Dalam KBBI metode adalah cara teratur yang digunakan untuk


melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
“metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan”.1
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” yang
berarti melalui atau melewati dan “hodas” metha berarti melalui dan hodas
berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti suatu cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, metode dapat diartikan
sebagai jalan untuk menanamkan pribadi objek sasaran, yaitu pribadi islam,
selain itu metode dapat diartikan sebagai “cara untuk memahami, menggali,
dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.” 2
Pendidikan dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja
rabba. Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah ta’lim dengan kata kerja
‘allama. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa
ta’lim sedangkan Pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah Tarbiyah
Islamiyah. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam
adalah pembentukan kepribadian muslim. 3
Sedangkan dalam KBBI pendidikan berasal dari kata didik-
mendidik yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Jadi, pendidikan dalam
KBBI dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku

1
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2008),h.65.
2
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005),h. 143.
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Timur : Bumi Aksara,2018),h.25-26.

4
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan
anak ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani,” 4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang
masih kecil yang belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. Sebagai manusia yang masih dalam masa pertumbuhan,
anak sangat membutuhkan arahan dan bimbingan agar mereka dapat melalui
proses perkembangan kedewasaan dengan baik dan terarah sebagaimana
mestinya.
Menurut Mufidah dalam bukunya Psikologi keluarga Islam
Berwawasan Gender, “Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan
sangat menentukan nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan di
masa yang akan datang. Anak harus dijamin hak kehidupannya untuk
tumbuh berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, oleh karena itu
segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak
dalam berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi yang tidak
5
berprikemanusiaan harus dihapuskan tanpa kecuali.
Dikutip dari Mufidah C, dalam bukunya Psikologi Keluarga Islam
Berwawasan Gender bahwa anak merupakan karunia dari Allah Swt kepada
manusia sebagai buah hati dan penyejuk pandangan mata. Anak sebagai
kebanggaan orang tua sekaligus perhiasan dunia serta belahan jiwa yang
berjalan di muka bumi. Bahkan anak yang shaleh dapat menjadi tabungan
bagi orang tua kelak hingga dapat menolongnya di akhirat nanti. Firman
Allah dalam QS. Al Kahfi ayat 46 :
ٗ َ ٌ ۡ َ َ ٗ َ َ َ َ َ ٌ ۡ َ ُ َ ٰ ُ َ َ ۡ َ َ ۡ ُّ ٰ َ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ
٤٦ ‫ۡي أ َمٗل‬‫ٱلمال وٱۡلنون زِينة ٱۡليوة ِ ٱدلنياۖ وٱلبٰقِيٰت ٱلصل ِحٰت خۡي عِند ربِك ثوابا وخ‬

46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.

4
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar “MENGAJAR”, Jakarta: Rajawali Pres, 2010),h.52.
5
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender,(Yogyakarta: UIN Malang
Press,2008),h.299.

5
Dikutip dari Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, keluarga merupakan masyarkat alamiah yang pergaulan di anatara
anggotanya bersifat khas yang mana dalam lingkungannya memiliki dasar-
dasar pendidikan. Pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan
sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku, artinya tanpa
harus diumumkan atau dituliskan terlabih dahulu agar diketahui dan diikuti
oleh seluruh anggota keluarga. Dalam pendidikan keluarga diletakan rasa
kasih sayang dan penuh cinta kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan
nilai-nilai kepatuhan. Pergaulan yang seperti ini bersifat pribadi dan wajar,
oleh sebab itu penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.
Menurut Qaimi keluarga merupakan organisasi atau komunitas
sosial yang terbentuk dari hubungan absah antara pria dengan wanita, di
mana para anggota keluarga itu, suami-istri dan anak-anak, terkadang
kakek, nenek, cucu, paman, atau bibi hidup bersama berdasarkan rasa saling
mencintai, toleransi, menyayangi, menolong dan bekerjasama.6
Keluarga merupakan pondasi yang sangat fundamental di dalam
memepersiapkan anak bagi perannya di masa depan.7 Lingkungan keluarga
yang baik mempunyai ciri-ciri, diantaranya yaitu:
a. Keluarga memberikan suasanan emosional yang baik bagi anak-anak
seperti perasaan senang, aman, disayang dan dilindungi.
b. Mengetahui dasar-dasar kependidikan, terutama berkenaan dengan
kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak
serta tujuan dan isi pendidikan yang diberikan kepadanya.8
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa metode
pendidikan anak dalam keluarga merupakan suatu cara yang dilakukan
orang tua sebagai komponen utama dalam lingkungan keluarga sebagai
tripusat yang paling dasar dalam urutan lembaga pendidikan.

6
Munawiroh. Jurnal : Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Volume 14, Nomor 3, Desember
2016. Hal. 350.
7
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2001), h.177.
8
Heri Noor Aly, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalimah,1999),h. 212-215.

6
2.1.1 Batas Perkembangan Usia Anak
Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah anak yang
sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual,
emosional maupun jasmaniah. Kecepatan pertumbuhan anak pada
tiap aspek tersebut tidaklah sama, sehingga terjadi beberapa variasi
tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Hal ini lah yang
menjadi suatu faktor adanya perbedaan individual pada anak-anak
sekolah dasar pada umumnya.
Lalu beranjak usia remaja awal, anak sudah mulai bergaul
dengan teman-teman sebayanya dalam lingkungan yang cukup luas.
Dalam masa ini kemungkinan besar anak belum mampu
membedakan berbagai perkara dan menentukan sebuah tujuan yang
bermanfaat bagi dirinya, sebab anak masih meniru perbuatan orang
lain.
2.1.2 Aspek-Aspek Perkembangan Anak
Berikut macam-macam batas perkembangan anak usia
sekolah dasar:
1. Perkembangan Intelektual, periode ini ditandai dengan tiga
kemempuan atau kecakapan baru, seperti mengklasisifikasikan,
menyusun, dan mengasosiasikan angka angka atau bilangan, hal
ini terjadi sekitar usia 6-12 tahun pada usia sekolah dasar.
2. Perkembangan bahasa, sekitar usia 11-12 tahun, anak tengah
memasuki masa perkembangan yang pesat dimana ia telah
memiliki kemampuan untuk menguasai da mengenal
perbendaharaan kata.
3. Perkembangan social, anak telah memiliki relasai yang cukup
luas karena disamping dengan keluarganya ia telah menjalin
hubungan baru dengan teman sebanya atau teman sekelasnya,
dengan demikian ruang social si anak telah bertambah luas dan
akan terus meningkat.
4. Perkembangan emosi, emosi merupakan faktor dominan yang
dapat mempengaruhi tingkah laku individu termasuk dalam hal

7
belajar. Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari akan
perubahan emosi yang dialaminya. Terkadang ia lepas kendali
dan sulit mengendalikan ekspresinya sehingga terlihat jelas
perubahan emosi yang dialaminya.
5. Perkembangan penghayatan keagamaan, dikutip dari Zakiyah
Daradjat bahwa pendidikan agama di sekolah dasar merupakan
dasar bagi pembinaan sikap positif agar terciptanya akhlak
mahmudah pada diri anak sehingga menjadi bekal dan
memudahkan anak dalam menghadapi segala macam halnya
pada masa remaja.
6. Perkembanagn motoric, yaitu perkembanagn fisik. Usia anak
sekitar sekolah dasar ditandai dnegan aktivitas motoric yang
lincah. Oleh itu diharapkan pada usia ini anak banyak
melakukan hal-hal baru yang dapat ia pilih sebagai bekal untuk
bidangnya di masa depan.
7. Perkembangan moral, merupakan suatu kebutuhan yang penting
bagi anak dalam menemukan identitas dirinya, menghubungkan
sikap personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik
peran yang terjadi selama transisi, sehingga perkembangan
moral dapat di artikan sebagai perkembangan yang berkaitan
dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang harus dilakukan
oleh manusia dalam interaksi dengan orang lain.9 Dengan
demikian perkembangan moral seseorang itu berkaitan erat
dengan perkembangan sosial anak, di samping pengaruh kuat
dari perkembangan pikiran, perasaan serta kemauan atas hasil
tanggapan dari anak.10 Tahapan perkembangan moral anak
menurut Piaget dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu:11

9
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik., h. 25.
10
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh,Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2005), h.
104.
11
Jariati. Skripsi : Metode Mendidik Anak Dalam Keluarga Muslim Di Lingkungan II Kelurahan
Mulyosari Kecamatan Metro Barat Kota Metro Tahun 2016. IAIN Metro. h. 19-20.

8
a) Tahap Heteronomous Morality, adalah tahap
perkembangan moral anak yang terjadi pada usia kira-kira
6 sampai 9 tahun. Dalam tahap berfikir ini anak-anak
menghormati ketentuan-ketentuan suatu permainan sebagai
sesuatu yang bersifat suci dan tidak dapat diubah.
b) Tahap Automous Morality, adalah tahap perkembangan
moral yang terjadi pada anak berusia 6 sampai 12 tahun.
Pada tahap ini anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan
hukuman-hukuman meruakan ciptaan manusia dan dalam
menerapkan suatu hukuman atas suatu tindakan harus
mempertimbangkan maksud prilaku dan akibatnya.

Dalam buku The Moral Judgment Of the Child , Piaget


menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan
dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Pernyataan yang melatar
belakangi pengamatan Piaget tersebut adalah : bagaimana pemikiran
manusia menjadi semakin hormat kepada peraturan. Ia mendekatkan
pertanyaan tersebut dari dua sudut, yaitu: kesadaran akan peraturan
dan pelaksanaan peraturan itu sendiri.

2.2 Konsep dan Tanggung Jawab Keluarga

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan


sekelompok orang yang mempunyai pola-pola kepentingan masing-masing
dalam mendidik anak yang belum ada di linkungannya. Tanpa adanya
pengurangan waktu dan evaluasi karena keluarga bukan suatu lembaga
formal dan organisasi yang ketat. Keluarga berfungsi menurunkan dan
mendidik anak-anak dalam suasana kerukunan yang tidak akan mereka
jumpai dalam satu golongan manapun. Lembaga pendidikan keluarga
terdapat dalam QS. At Tahrim ayat 6 :
ٌ َ َٰٓ َ َ َ َ ۡ َ ُ َ ُ ُ ٗ َ ۡ ُ َۡ ُ ُ َْ ُ ْ َ َ َ َ
‫ار ُة َعل ۡي َها َملئِكة‬ ‫ارا َوقودها ٱنلاس وٱۡل ِج‬ ‫ام ُنوا ق ٓوا أنف َسك ۡم َوأهل ِيكم ن‬‫يََٰٓأ ُّي َها ٱَّلِين ء‬

َ ۡ َ ُ ۡ ُ َٓ َ َ ُ َۡ ٞ َ ٞ َ
٦ ‫ٱَّلل َما أ َم َره ۡم َويَف َعلون َما يُؤ َم ُرون‬ ‫غِٗلظ شِداد َّل يعصون‬

9
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.

Sidi Ghazali mengkategorikan keluarga pada jenis lembaga


pendidikan primer, utamanya untuk masa bayi dan kanak-kanak sampai
dengan sekolah. Keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam nonformal
merupakan tempat pertama yang menanamkan pendidikan rohani sekaligus
pembentukan kepribadian anak dan pendidikan agama bagi anak. Keguanan
pendidikan agama dalam keluarga terbagi menjadi 2 arah, yaitu:
1. Penanaman nilai dalam arti pandangan hidup.
2. Penanaman sikap untuk menghargai seseorang atau guru di sekolah.
Cara meningkatkan kulitas pendidikan di keluarga yaitu dengan
adanya pendidikan yang berjenjang sesuai umur yang dilakuakan oleh orang
tua terhadap anaknya, memberikan fasilitas yang memadai, serta dorongan
moral dan mental agar anak termotivasi untuk terus belajar dan berkembang
dengan kreatif dan invatif. Dalam pendidikan di keluarga, tidak ada
kurikulum namun harus ada; nilai-nilai sikap sosial, pandangan hidup
(agama) dan pendidikan life skill dasar.
Islam mengajarkan pendidikan seumur hidup atau long life
education dari buaian hingga ke liang lahat yang mana menegaskan bahwa
pendidikan di keluarga mesti dilakukan. Maka dari itu orang tua wajib
menjadi penanggung jawab berlangsungnya pendidikan di dalam keluarga
sehingga usaha mencerdaskan anak baik secara emosional, intelektual dan
spiritual dapat terjamin. Tanggung jawab pendidikan dalam keluarga
terdapat dalam QS. At Tahrim ayat 6 sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya.
Peran orang tua sangat dominan dalam proses pendidikan. Maka
Zakiyah Daradjat, menekankan bahwa kondisi jiwa orang tua, hubungan
satu dengan yang lainnya harus benar-benar mencerminkan figure pendidik

10
yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya (Darajat,
1982:65).
Sayyid Qutub memberikan syarat utama kepada orang tua sebagai
penanggung jawab pendidikan yaitu harus memiliki moralitas dan semangat
keagamaan yang tercermin dalam setiap perilaku dan perkataannya sebab
menurutnya orang tua harus menjadi panutan bagi anak-anaknya. Biasanya
anak cepat meniru atau mencontoh apa yang diucapkan atau diperbuat orang
tua di rumah. Lebih jauh lagi menurut Saifudin, keluarga merupakan
lingkaran sekolah utama dan pertama bagi anak yang mendasari jenjang
pendidikan selanjutnya (Saifuddin, 1987:130).
Yusuf Barmawi, sebagai penanggung jawab orang tua berdosa jika
tidak mengemban amanah pendidikan ini, minimal ia harus memberikan
perhatian yang cukup terhadap proses pendidikan anaknya. Dengan
menyadari dirinya dan melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab
pertama maka orang tua telah memuliakan anak-anaknya. Hal ini sejalan
dengan perintah Rasulullah sebagaimana sabdanya dalam HR. Ibnu Majah,
1221 :

‫اكرموا أو َّلدكم واحسنوا ادبهم‬

Sebagai penanggung jawab orang tua tidak boleh membiarkan


pertumbuhan anaknya berjalan tanpa bimbingan atau diserahkan kepada
guru-guru di sekolah. Inilah menurut Zakiah daradjat yang kemudian
menjadi fatal dan banyak terjadi dalam masyarakat.
Keluarga adalah sebuah tatanan fitrah yang Allah tetapkan bagi
manusia. Keluarga disebut juga sebagai institusi suci yang mengandung
hikmah dan memiliki misi ilahiyah secara abadi, sebagaimana tercantum
dalam QS. Al Araf ayat 189 :
ََ ََ َ ُ َ ۡ ُ ََ َ ُ
‫۞ه َو ٱَّلِي خلقكم مِن نف ٖس َوٰح َِدة ٖ َو َج َعل م ِۡن َها َز ۡو َج َها ل ِيَ ۡسك َن إَِلۡ َهاۖ فلما تغشى ٰ َها‬

َ ُ َ َ َ َ ‫ِيفا َف َمر ۡت بهِۦ فَلَما ٓ َأ ۡث َقلَت د َع َوا‬


‫ٱَّلل َرب ُه َما لئ ِ ۡن َءاتيۡ َت َنا صٰل ِٗحا نلَكونن‬
ٗ َ ‫َََ ۡ َۡا‬
‫َحلت َحٗل خف‬
ِۖ
ٰ
١٨٩ ‫م َِن ٱلشك ِِري َن‬

11
189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya
Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan,
dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".

Berikut adalah tujuan dan fungsi keluarga dalam pendidikan Islam:


1. Pemeliharaan dan kesinambungan suku bangsa
2. Perlindungan moral
3. Stabilitas emosional atau cinta dan kebijakan
4. Sosialisasi dan orientasi nilai
5. Kata jaminan sosial dan ekonomi
6. Memperluas ikatan keluarga dan membentuk kesatuan sosial dalam
masyarakat dan dorongan untuk berusaha dan berkorban.
Lainnya, tugas dan tanggung jawab orang tua, yaitu; menambah
aqidah, menanamkan nilai sosial (QS. Luqman ayat 13), membina
pembangunan fisik, psikis dan intelektual merawat fisik anak agar anak
tumbuh berkembang dengan sehat, mengarahkan proses sosialisasi anak
agar anak belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan psikologis dan emosional anak. An
Nahlawi secara garis besar tanggung jawab pendidik ada dua bagian yaitu;
QS. Ali Imran ayat 164 dan QS. Al Baqarah ayat 129.

2.3 Metode Mendidik Anak dalam Keluarga

2.3.1 Metode Mendidik Anak


Islam telah mengedepankan pengembangan potensi-potensi
anak melalui cara-cara yang digunakan dalam proses pendidikan.
Dalam proses mendidik anak dalam pandangan Islam, metode
mempunyai peranan yang penting yang berfungsi mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Berdasarkan hal ini orangtua sebagai

12
orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anaknya harus
memiliki sikap kehati-hatian dalam menentukan metode, sebab jika
salah dalam mengambil suatu metode, tujuan pendidikan tidak akan
tercapai bahkan akan membawa madharat terhadap anak. Berikut
adalah beberapa metode mendidik anak:
1) Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
“pembaharuan atau penyempurna dan usaha berupa tindakan
atau kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efesien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik”. Dalam buku karangan
Abuddin Nata, secara istilah, “akhlak adalah suatu kondisi atau
sifat yang telah meresap pada jiwa dan menjadi kepribadian.
Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan, tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.”12
Jadi pembinaan akhlak merupakan suatu upaya atau usaha yang
dilakukan secara terus menerus dan terarah untuk mengubah dan
membentuk sifat seseorang sehingga dapat menjadi peibadi
yang baik.
2) Mendidik Melalui Keteladanan
Keteladanan adalah cara yang efektif dalam mendidik
anak baik itu dari segi akhlak, membentuk mental, maupun
sosial anak. Bahkan semua bentuk perkataan dan perbuatan
orang tua akan terpati dalam diri anak dan menjadi bagian dari
persepsinya. Satu kali perbuatan yang dicontohkan lebih baik
dari seribu kata yang diucapkan.13 Sebagaimana Allah juga
memberikan contoh-contoh Nabi atau orang yang bisa kita
jadikan suri teladan dalam kehidupan atau peringatan agar kita
jadikan suri teladan dalam kehidupan atau peringatan agar kita
tidak menirunya. Sebagaimana firman-Nya.

12
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 4.
13
Amirulloh Syarbini, dkk, Mencetak Anak Hebat, (Jakarta: PT Gramedia, 2014).

13
ٞ
‫لَقَدۡ ََك َن لَ م ُۡك ِف ِهي ۡم ُأ ۡس َو ٌة َح َس نَة ِل َمن ََك َن يَ ۡر مجو ْا أ ه ََّلل َوألۡ َي ۡو َم أ ۡ أل ٓ ِخ ََۚر َو َمن يَتَ َو هل فَإ هن أ ه ََّلل‬
ِ
‫ه َمو ألۡغ ِ َُِّن ألۡ َح ِميدم‬
“Sesungguhnya pada nereka itu( Ibrahim dan umatnya) ada
teladan yang baik bagimu: yaitu bagi orang-orang yang
mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian.
Dan barangsiapa yang berpaling maka sesungguhnya Allah
dialah yang maha kaya lagi maha terpuji”

Orangtua harus benar-benar menjadi panutan bagi


mereka andalkan untuk mengarungi kehidupan ini. Apabila kita
menginginkan anak kita mencitai Allah dan Rasul-Nya maka
kita sebagai orangtua harus menunjukkan sikap mencintai Allah
dan Rasullnya, sehingga kecintaan itu akan terlihat oleh anak-
anak. Konsep keteladanan ini juga harus mencakup aspek
duniawi dan ukhrawi maka orangtua harus banyak belajar dan
menggali ilmu agar dapat menjadi seorang guru yang terus
semangat untuk transformasi ilmu dan transformasi nilai.
Mereka harus cerdas dan terampil dalam mentransfer ilmu
pengetahuan sekaligus menjadi sosok yang diteladani oleh anak
anaknya.
3) Mendidik Melalui Perhatian/Pengawasan
Anak anak mengalami beberapa fase untuk menjadi
manusia dewasa, anak memerlukan perhatian khusus dalam
masalah emosi. Hal ini sangat beralasan, karena gangguan
atau kekacauan mental dan emosional yang terjadi pada
siapapun, termasuk pada anak-anak yang dapat mengalami
stress. Pada situasi seperti ini peranan dan bimbingan
orangtua menjadi hal yang mutlak mengingat usia anak yang
masih labil dan efek lanjutan yang timbul akibat gangguan

14
tersebut. Perhatian tulus yang diberikan orangtua kepada
anaknya ibarat air hujan yang memadamkan kobaran api.14
Walaupun orangtua sangat sibuk mencari nafkah,
namun mereka harus dapat meluangkan waktu yang
berkualitas. Orangtua juga berkewajiban untuk mencari
sekolah yang mengasung pendidikan positif, pendidikan
positif mengupayakan agar anak kita cerdas, sehat dan
bahagia.15 Disaat seorang anak mendapatkan perhatian yang
cukup dari ayah dan ibunya mereka akan lebih percaya diri
untuk menghadapi lingkungan, mereka akan menjadikan
orangtua sebagai sumber utama untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya dan yang terpenting kita tidak membebani
mereka dengan pengharapan kita agar mereka nyaman dan
terhindar dari stress.
4) Mendidik Melalui Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan hal yang utama yang bisa
menimbulkan rasa kerja sama diantara manusia dan orangtua
wajib menanamkan kasih sayang, ketentraman dan
ketenangan dalam di dalam rumah. Hubungan kasih sayang
ini dapat memperkuat rasa kebersamaan antar anggota
keluarga, kekokohan pondasi keluarga, dan menjaga
keutuhannya. Cinta dan kasih sayang dapat menciptakan rasa
saling menghormati dan saling bekerja sama, bahu-
membahu dalam menyelesaikan setiap problem yang datang
menghadang perjalanan kehidupan mereka.16
Hal ini sangat berperan dalam menciptakan
keseimbangan mental anak. Ditambah lagi bahwa anak yang
menerima cinta dan kasih sayang besar dari orangtuanya
selama pertumbuhan, ternyata lebih cerdas dan lebih sehat

14
H. Amirullah, Op.Cit.,
15
Muhammad Alwi, Anak Cerdas Bahagia dengan Pendidikan Positif, (Jakarta: PT Mizan Publika,
2014), hlm. 11.
16
Ahmad Hafizh Alkif, Pendidikan Menurut Ajaran Islam.www.Al-Gisha.org.

15
daripada anak usia dini yang tumbuh terpisah dari
orangtuanya.17 Orangtua yang telah mendidik dengan kasih
sayang akan memperoleh seorang anak yang menuruti
perkataan orangtuanya. Atmosfer dalam keluarga juga
menjadi hangat dan timbul kemesraan dalam hubungan antar
anggota keluarga sehingga seorang anak juga berusaha dan
berupaya memberikan kehangatan cinta pada lingkungan
keluarganya.
5) Mendidik Dengan Menasehati
Metode mendidik anak dengan cara menasehati dan
memberikan petuah juga termasuk salah satu cara untuk
membentuk karakter seorang anak, emosional, maupun
sosial. Apalagi disaat anak memasuki usia remaja dimana
usia ini menjadi usia yang krusial dan rentan menghadapi
berbagai problema. Nasihat ini dapat dijadikan salah satu
konsep untuk membangun karakter anak dengan
memberikan nasihat dengan waktu yang tepat dan tidak
dalam keadaan marah. Dan yang paling penting lagi nasihat
yang diberikan orangtua kepada anaknya harus dibarengi
dengan keteladanan.
6) Mendidik Melalui Curhat/Sharing
Seorang anak yang mulai menginjak remaja begitu
cepat mengalami perubahan fisik dan psikis sehingga
mengundang kebingungan dan kegelisahan. Disinilah
pentingnya teman curhat bagi anak, saat seperti ini adalah
kesempatan bagi orangtua untuk melatih kemampuan anak
untuk menyampaikan pendapat dengan secara asertif.18 Dan
yang terpenting meskipun secara posisi orangtua lebih tinggi
dari anak, hendaklah sesekali orangtua mengalah dan mau
mendengarkan keluhan anak. Oleh karena itu kita sebagai

17
Munif Chatib, Orang Tuanya Manusia, (Jakarta: Mizan, 2012). hlm. 34.
18
Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga 1001 Jurus Cinta dalam Manajer Rumah Tangga,
(Bekasi: Pustaka Inti 2008), hlm. 97.

16
orangtua yang baik buat anak kita. Mereka menjadikan
orangtua tempat satu satunya dan terpecaya dalam
menyelesaikan kegalauan hatinya. Ada beberapa manfaat
dalam metode mendidik dengan cara curhat, yaitu:19
a. Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak dengan
orangtuanya;
b. Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada
pertanyaan yang dilontarkan sebagai substansi dari
pesan pedidikannya;
c. Jawaban yang menggunakan kalimat negatif merupakan
metode pendidikan yang ilmiah dan realistic serta
menjadi hujjah (alasan) atas pelanggaran terhadap
perbuatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun
kemanusian.
7) Mendidik Melalui Pembiasaan
Orangtua wajib memberikan keteladanan yang baik,
namun juga harus disertai dengan adanya pembiasaan yang
harus dilakukan sebagai cara mengaplikasikan suatu
pengajaran yang sudah dilakukan. Metode pembiasaan
merupakan prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan
metode paling efektif dalam pembentukkan kebaikan dan
pelurusan akhlak anak shalih.20 Dengan demikian,
pembiasaan yang dilakukan sejak dini pada anak-anak akan
berdampak besar terhadap kepribadian atau akhlaknya ketika
mereka dewasa. Sebab pembiasaan yang telah dilakukan
sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi
kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah.
Pembiasaan-pembiasaan yang dapat diaplikasikan orangtua
dalam rumah tangga diantaranya:

19
H. Amirullah. Op.Cit.,
20
Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amini, 2002), hlm. 50.

17
a. Dalam segi pembinaan karakter anak: Salat berjamaah,
salat shunah membaca alquran, puasa, sedekah, menjaga
silahturahmi, sopan bertetangga, hormat pada usia lebih
tua dan lain-lain.
b. Dalam segi pembinaan kebersihan: Membuang sampah
pada tempatnya, kerapian berpakaian, membersihkan
rumah dan menjaga kebesihan lingkungan.
c. Bidang pendidikan: Budaya membaca dirumah dan
semangat tinggi untuk belajar.
8) Mendidik Melalui Cerita
Mendongeng dapat dapat dijadikan ajang tempat
untuk menanamkan nilai moral; mengenalkan cara
berdemokrasi, dan lain-lain. Anak –anak juga menyenangi
kisah-kisah para ulama, kaum salihan, dan para pahlawan.
Orangtua juga bisa mengenalkan anak pola bahasa,
mengembangkan perbendahara kata, mendorong seni
mendengar dan imajinasi. Disaat anak sangat membutuhkan
pengembangan imajinasi justru dibantu dengan kisah-kisah
tersebut yang dikemas lebih apik, dengan tampilan kreatif
imajinatif. Cerita atau dongengpun merupakan media yang
efektif untuk menanamkan berbagai nilai etika pada anak.
Maka dari itu disarankan agar dalam mendongeng orangtua
atau yang lainnya berhadapan dengan anak atau disamping
anak, perhatikan durasi waktu, hindari cerita yang
mengandung konflik bertingkat dan setelah mendongeng
diskusikan ceritanya dengan anak.21 Sebaiknya orangtua
mengakrabkan anak- anaknya dengan kisah para nabi dan
para sahabat. Bukankah Allah telah berfirman dalam Qur’an
Surah Huud ayat 120:

21
Nri. Para Orang Tua Mendongenglah,republika. Diakses 1 Februari 2012 dari
hhtp;//www.republika.co.id/koran detail.asp?id=2257548&kat id=100

18
‫َو م الُك ن ه مق ُّص عَلَ ۡي َك ِم ۡن َأنۢ َبإ ٓ ِء أ ُّلر مسلِ َمإ نمثَب مِت ِب ِهۦ فم َؤاد َََۚك َو َجإ ٓ َءكَ ِِف َه َٰ ِذ ِه ألۡ َح ُّق‬
ٞ
‫َو َم ۡو ِع َظة َو ِذ ۡك َر ٰى لِلۡ مم ۡؤ ِم ِن َي‬
“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan
hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman”.
9) Mendidik Melalui Penghargaan Dan Hukuman
Islam sebagai agama yang mengajarkan kebaikan
dan kemashalatan pada umat manusia, menyarankan
penggunaan kedua metode tersebut sebagai alternatif dalam
mendidik anak. Ajaran islam juga telah memberikan
penjelasan tentang teknik penerapan reward dan punishment.
Berbagai tekhnik penggunaan reward yang dianjarkan Islam
diantaranya adalah:
a. Dengan ungkapan kata (pujian). Penggunaan teknik ini
dilakukan oleh Rasulullah saw., ketika memuji cucunya,
al-Hasan dan al Husein yan menunggangi punggungnya
seraya beliau berkata,”sebaik-baiknya unta adalah unta
kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah kalian.”
b. Dengan memberikan suatu materi. Rasulullah telah
mengajarkan kepada kita,‛Saling memberi hadiahlah
kalian niscaya kalian saling mencintai‛. Dari ajaran
tersebut dapat diaplikasikan oleh orangtua untuk
mengetahui apa yang disukai dan diharapkan oleh
anaknya, sehingga hadiah yang diberikan dapat berbeda-
beda sesuai dengan kondisi dan keadaan anaknya.
c. Dengan memberikan senyuman atau tepukan. Senyuman
merupakan sedekah. Senyuman sama sekali bukan suatu
yang berat, tetapi meskipun tidak berat ia mempunyai
pengaruh yang sangat kuat. Itulah sebaiknya orangtua

19
membagi senyuman dan pandangannya secara merata,
sehingga anak dapat mendengarkan dengan perasaan
cinta dan kasih sayang serta tidak membenci
pembicaraaanya. Menganggap diri kita bagian dari
mereka. Bila orangtua ingin memberikan penghargaan
pada anak anak yang memiliki kelebihan, bisa pula
dengan menyatakan bahwa kita merupakan bagian dari
mereka. Ini akan menjadi penghargaan besar bagi
mereka.

Metode selanjutnya adalah hukuman, pelaksanaan


hukuman yang diberikan kepada anak-anak mempunyai
bebera syarat yaitu:
a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan
kasih sayang.
b. Harus didasarkan pada alasan yang jelas.
c. Harus menimbulkan kesan di hati anak.
d. Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada
anak.
e. Harus diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta
kepercayaan.
Rasululah saw. juga memberikan beberapa tahapan
dalam menjalankan hukuman kepada anak, termasuk anak
usia remaja:
a. Melalaui teguran langsung
b. Melalui pukulan, terdapat beberapa aturan yang mampu
melindungi efekmnegatif yang mungkin ditimbulkan,
yaitu:
• Jangan terlalu cepat memukul anak jika kesalahan itu
baru pertama kali dilakukan, tetapi anak harus diberi
kesempatan untuk bertaubat dari perbuatannya;

20
• Pukulan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat
yang berbahaya, seperti kepala, dada, perut atau
muka.
10) Mendidik Melalui Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, ungkapan ini
menunjukkan bahwa bermain dapat dijadikan salah satu
metode dalam mendidik anak. Ditambah lagi bagi anak-anak
kecil, permainan mempunyai arah yang jelas merupakan
bagian yang hakiki dan subur bagi proses pembelajaran.22
Ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung
pembelajaran anak, yaitu bermain fungsional atau
sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
Dalam metode ini dibutuhkan peran orang dewasa atau
orangtua dalam mendampingi anak-anaknya, berperan
dalam mengawasi atau ikut serta dalam bermain. Konsep ini
dapat menjadi sarana untuk menciptakan ikatan antara anak
dan orangtua dan yang pasti kesabaran dan memberikan
kesempatan anak bermain dan berkreatifitas harus dimiliki
orangtua.

2.2.2 Metode Mendidik Anak dalam Islam

Terdapat dua tahap, yaitu sebleum dan sesudah tamyiz.


Tamyiz yaitu masa keitka anak sudah dapat membedakan mana yang
baik dan buruk. Pencapaian usia tamyiz akan sangat dipengaruhi
dengan pelajaran, peringatan, dan arahan dari kedua orang tua yang
dapat dipahami oleh anak seiring dengan pertumbuhan akal si anak
(Prabowo, 2017: 30). Metode pendidikan bagi anak usia sebelum
tamyiz maupun sesudah tamyiz adalah dengan jalan mendengar dan
menyimak. Karena pada usia dini seorang anak memiliki ingatan
yang sangat kuat terhadap segala hal yang dilihat dan
didengarkannya.

22
Neville Bennet dkk, Mengajar Lewat Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2005). hlm. 23.

21
1) Metode Mendidik Anak Baru Lahir
Dalam Islam pendidikan telah dimulai sejak dalam
kandungan. Selama sembilan bulan lebih janin yang berada
di dalam kandungan ibunya. Dan ketika bayi telah lahir maka
berakhirlah sudah masa hidup sebagai janin dan mulailah
masa hidup sebagai bayi.
➢ Pemberitahuan dan ucapan selamat atas kelahiran bayi
Masyarakat Islam dengan kekeluargaan sebagai ciri
utamanya tidak akan meninggalkan peristiwa kelahiran
baik kabar yang membahagiakan atau kabar yang
menyedihkan. Hal ini bertujuan untuk menyambung tali
silaturrahmi dan membangun masyarakat Islam menjadi
kokoh dan kuat.Terhadap bayi yang baru dilahirkan dan
mulai terhitung sebagai bagian dari masyarakat Islami,
seluruh anggota masyarakat hendaknya memeberikan
ucapan selamat kepada orangtuanya untuk meneladani
ucapan selamat dari para malaikat kepada rasul-rasul
Allah.
َٰ‫ح‬
‫َي‬ ۡ ‫ّش َك ب َي‬ َ ‫ح َراب أَن‬
ُ ِ َ‫ٱَّلل يُب‬ ۡ ‫م يُ َصّل ِف ٱلۡم‬ٞ ‫ك ُة َو ُه َو قَآئ‬
َ َٰٓ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫فنادته ٱلملئ‬

َ ‫ٱلصلِح‬ ٗ َ ٗ ُ َ َ ٗ ََ َ َۢ َ
‫ني‬ ِ ٰ ‫ورا َونبِيا م َِن‬‫ُم َصدِقا بِكل َِمةٖ م َِن ٱَّللِ وسيِدا وحص‬

“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya,


sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab
(katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang
membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan
seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh”.
➢ Azan di telinga kanan, iqamat di telinga kiri
Hikmah dibalik azan ini adalah dikatakan
sebagaimana dikaakan oleh ad-Dahlawi rahimahullah
sebagai berikut:

22
a) Azan adalah salah satu syiar Islam
b) Pemberitahuan tentang agama Muhammad
c) Harus membaca azan tersebut ditelinga si bayi
d) Salah satu keutamaan azan adalah mengusir setan
dan setan ini mengganggu di awal masa kelahiran
bayi.
➢ Metode Mendidik Anak Pada Hari Ke Tujuh Kelahiran
Setelah masa kelahiran bayi maka dimulailah masa
dimana bayi mendapatkan hak-haknya yang nantinya
akan menjadi awal perubahan dan perkembangan
aktivitas bayi dimulai. Hak-hak yang harus diketahui
oleh para orangtua adalah:
a) Memberi nama bayi
b) Mencukur rambut
c) Aqiqah
d) Khitan
➢ Metode Mendidik Anak Dengan Menyusu dan
Menyapih
Seorang bayi terbentuk dari makanan yang dimakan
ibunya ketika dia masih berbentuk janin. Setelah
dilahirkan si bayi melanjutkan dengan meminum ASI.
Oleh karena itu, ASI merupakan makanan lanjutan untuk
pembentukannya.Inilah penyebab dianjurkannya ASI.
Ada beberapa hikmah dibalik meminum ASI
diantaranya:
1) Sibayi meminum susu yang sangat bersih dan
higenis
2) Tidak dingin dan tidak panas
3) Selalu ada setiap saat
4) Tidak rusak karena disimpan
5) Sesuai dengan lambung bayi
6) Memenuhi segala kebutuhan gizi bayi

23
7) Membentuk sisitem imun bagi bayi dalam melawan
kuman penyakit
8) Meminum susu langsung dari payudara ibu
mencegah obesitas bagi ibu dan anak
9) Meminum susu langsung dari payudara ibu
menimbulkan kasih sayang.dan memperkuat ikatan
antara ibu dengan anaknya.

2.2.3 Metode Mendidik Anak Ala Nabi

Banyak metode Islam yang membuat para orangtua dan


pendidik dapat menerapkan dalam setiap aspek kehidupan anak, baik
dari sisi akal maupun kejiwaannya.Karena dengan metode ala nabi
mampu menerangi jalan mereka. Metode metode tersebut
diantaranya adalah :
1) Menampilkan suri teladan yang baik
2) Mencari waktu yang tepat untuk member nasihat, Rasululah
shallallahu ‘alai wa sallam mengatakan bahwa ada tiga waktu
mendasar dalam memberikan pengarahan kepada anak.
a. Dalam perjalanan
b. Waktu makan
c. Waktu anak sakit
3) Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak, yaitu
dengan menyamakan pemberian untuk anak-anak. Karena
kedua hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali dalam
sikap berbakti dan ketaatan anak.
4) Menunaikan hak anak. Menunaikan hak anak dan menerima
kebenaran darinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam
dirinya dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah
memberi dan menerima.
5) Mendoakan, bagaimanapun doa orangtua selalu dikabulkan
disisi Allah swt
6) Membelikan mainan anak dalam Islam tidak memiliki larangan
bahkan Rasululah shallallahu alai wa sallam memberi

24
pengakuan terhadap mainan Aisyah radhiyallahuanha. Hal ini
menjadi bukti tentang pentingnya mainan bagi anak-anak dan
kecintaan mereka pada benda-benda kecil berbentuk dan
memiliki rupa. Orangtua membelikan mainan anak sesuai
dengan usia dan kemampuannya.
7) Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan.
Orangtua mempersiapkan segala macam sarana dan prasarana
agar anak berbakti kepada kedua orangtua dan menaati perintah
Allah.
8) Membantu anak berbakti. Mempersiapan segala macam sarana
agar anak selalu berbakti kepada orangtua dan menaati perintah
Allah serta membantu anak untuk selalu menurut dan
mengerjakan ketaatan serta mendorongnya mengerjakan
perintah.
9) Tidak suka marah dan mencela. Rasululah shallallahu alai wa
sallam memiliki seorang pembantu namun beliau tidak pernah
mencela atau marah pada pembantunya dalam mengerjakan
pekerjaan.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Metode Pendidikan Anak dalam


Keluarga

Dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluaga tidak jarang kita


dapatkan fenomena-fenomena atau problematika yang sedikit banyak
mempengaruhi pendidikan dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi
dalam pendidikan dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua
disebabkan oleh faktor ; (a). Tingkat pendidikan orang tua, (b). Faktor social
dan (d). Faktor agama. Berikut adalah pemaparan dari faktor-faktor yang
mempengaruhi metode dalam keluarga:23

23
Jariati. Skripsi : Metodologi Mendidik Anak Dalam Keluarga Muslim Di Lingkungan II
Kelurahan Mulyosari Kecamatan Metro Barat Kota Metro Tahun 2016. FTK Jurusan Pendidikan
Agama Islam. IAIN Metro. 2017

25
2.4.1 Tingat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan yang diperoleh orang tua dalam melaksanakan
kegiatan pengajaran dalam rumah tangga sangat penting bagi
keberhasilan pendidikan anggota keluarganya (anak-anaknya).
Karena apabila orang tua tidak memiliki ilmu pengetahuan baik
tentang tata cara mendidik, mengasuh, membimbing anak maupun
lainnya, niscaya pelaksanaan pendidikan dalam rumah tangga
sebagaimana yang diharapkan sulit diwujudkan (gagal).
Dalam hal ini Sunartana dalam bukunya Masalah dan
Kesulitan Belajar, menjelaskan bahwa ; “cara orang tua mendidik
anaknya dapat merupakan sebab dari kegagalan anak-anak dalam
belajar”. Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pendidikan
yang diperoleh orang tua baik mengenai metode atau cara orang tua
mendidik, maupun pengetahuan lainnya sangat mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga (rumah tangga)
terutama dalam membentuk sikap toleransi siswa.
2.4.2 Faktor Sosial
Faktor social ini juga akan mempengaruhi pelaksanaan
pendidikan anak dalam rumah tangga (keluarga), Karena di dalam
rumah tangga terdapat beberapa anggota keluarga teman bermain
seperti anak; kakek dan nenek, kakak dan adik, serta teman bergaul
seperti tetangga di sekitar rumah tempat mereka tinggal. Dalam
kaitannya dengan faktor social (teman bergaul) ini sering kali
mengatakan bahwa; “tempat bergaul yang kurang baik (malas
belajar, peminum, penjudi dan sebagainya) akan mempengaruhi
tingkah laku anak, ia akan mudah pula ikut-ikutan untuk
menunjukkan solidaritasnya, hal ini akan membawa anak malas
belajar”.
Dalam bukunya yang lain juga menjelaskan bahwa:
“pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk kedalam jiwanya
dari pada yang kita duga. Maka bergaul yang baik akan berpengaruh

26
yang baik terhadap diri anak, begitu juga teman bergaul yang
sebaliknya pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga”.
Dari kedua pendapat diatas dipahami bahwa anak dapat
belajar dengan baik manakala memiliki teman bergaul yang baik
serta pengawasan yang bijaksana dari kedua orang tuanya, begitu
juga sebaliknya jika anak didalam interaksi (hubungan sosial)
dengan teman-temannya baik dalam rumah tangganya maupun
teman bergaul di luar lingkungan keluarganya akan mempengaruhi
pola pada tingkah lakunya. Oleh sebab itulah interaksi social anak di
perhatikan, dan diawasi dengan baik terutama terhadap teman
bergaulnya yang memiliki akhlak dan moralitas yang baik.
2.4.3 Faktor Agama
Ilmu pengetahuan yang tinggi, tanpa disertai oleh keyakinan
beragama akan gagal dalam memberikan kebahagiaan kepada yang
memilikinya. Dalam kenyataan sehari-hari kita menyaksikan banyak
kaum inteligensi, yaitu orang yang banyak pengetahuannya, tidak
mampu memanfaatkan kemampuannya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya, keluarganya maupun bagi
masyarakat umum. Artinya apabila bagi orang tua selaku pendidik
tak pernah mengamalkan ajaran-ajaran agama terutama
membiasakannyakepada anak- anaknya, niscaya akan sulit
dicapainya suatu kebahagiaan dalam keluarganya.
Dalam hal ini Zakiah Daradjat dalam bukunya peranan
Agama Dalam Kesehatan Mental, menjelaskan bahwa : “Orang-
orang yang tidak mengindahkan agama, jiwanya kosong, hatinya
kasar seolah-olah ia senang melihat orang menderita di sampingnya.
Orang-orang yang gelisah jiwanya pada umumnya akan mencari
kesenangan dalam menggelisahkan orang lain. Kekacauan,
kemiskinan dan kebodohan orang banyaklah yang akan memberikan
kepuasaan hatinya yang gelisah itu, disini pulalah letak kesengsaraan
suatu masyarakat (keluarga) yang ekonominya dikendalikan oleh
orang-orang yang tidak beragama”.

27
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa apabila
kehidupan rumah tangga (keluarganya) janganlah tidak beragama,
beragama tetapi tidak melaksanakan ajaran agamanya dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari, niscaya kebahagiaan dan
ketentraman akan sulit didapatkan dan diwujudkan. begitu juga
halnya dalam pelaksanaan pengajaran (pendidikan) dalam keluarga
(rumah tangganya) terhadap anak-anaknya jika tidak dilandasi oleh
nilai-nilai agama niscaya pelaksanaan pendidikan akan sia-sia,
karena dengan agamalah anak akan patuh dan taat akan perintah
orang tuanya. Begitu juga sebaliknya jika ajaran agama telah
dimiliki maka masing-masing anggota keluarga baik ayah dan ibu
ataupun anak-anak akan terjalin hubungan yang harmonis dimana
antara yang satu dengan yang lainnya saling menghormati,
mempunyai sikap toleransi yang baik dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya masing-masing.

2.5 Implikasi Pendidikan Anak dalam Keluarga

Mendidik anak dengan penuh kasih sayang, yaitu sejak awal anak
dilahirkan sudah harus disikapi dengan lembut, dekapan, ciuman dan
disusui. Karena hal itu akan menciptakan ikatan batin yang kuat antara ibu
dan anak akan menciptakan rasa nyaman pada bayi dan akan menjadi bayi
yang tidak rewel atau gampang diatur karena kepercayaan dasar (basic
trust), bayi sudah terbentuk pada kesan awal bayi dilahirkan. Kepercayaan
dasar yang kuat pada anak, maka ia akan menemukan harga dirinya (self-
estem) sehingga tumbuh harapan atau keyakinan untuk sukses (self-
effecacy), dan akhirnya anak tidak perlu mendapat dukungan dari luar,
karena anak sudah menemukan kebahagiaan manakala ia menemukan
keberhasilan (self-reward). Setelah anak diberikan kepercayaan dasar yang
kuat sehingga tumbuh potensi-potensi, kebaikan pada dirinya maka ada dua
hal lagi yang harus dilakukan orang tua, yaitu memberikan keyakinan
kepada anak bahwa ia mempunyai keunggulan yang pantas ditonjolkan
(sense of competence). Dalam hal ini ada 4 hal yang harus dilakukan orang

28
tua, yaitu: pertama, menerima apa dilakukan oleh anak tanpa
membandingkan dengan anak tetangga yang mungkin lebih cepat daripada
perkembangan anaknya. Kedua, memaafkan yang menyulitkan,
maksudnya, memaafkan semua tingkah laku anak yang dipandang orang
dewasa/orang tua mungkin salah dan sulit untuk dimaafkan. Ketiga, tidak
membebani anak dengan pekerjaan-pekerjaan atau pelajaran tambahan
sehingga kededasan anak dalam bermain kurang. Keempat, jangan memaki/
memarahi anak baik dalam bentuk verbal maupun fisik.24
Menurut Suharsono pada pengasuhan anak kepribadian dan
kecerdasan anak terbangun melalui transmisi spiritual, intelektual dan moral
ibunya saat mengandung anak-anaknya. Karena itu ibu-ibu yang sedang
mengandung sangat dianjurkan untuk meningkatkan bobot spiritual,
intelektual dan moralitasnya. Peningkatan ini bisa ditempuh dengan
memperbanyak ibadah, salat malam, membaca Al-Qur'an, dan buku-buku,
menjaga tutur kata, mengedepankan sikap dermawan dan perilaku yang
terpuji lainnya.25
Anak yang memperoleh pendidikan iman sejak dini akan membekas
dalam sanubarinya. Ibarat kain yang dicelup dalam pewarna dan dibiarkan
berhari-hari di dalamnya, sehingga tidak ada pori-pori sekecil apapun yang
tidak terwarnai. Bukan seperti kapur yang dicelup ke dalam segelas air tinta,
lalu segera diangkat . Hanya pinggirnya yang tipis yang terwarnai. Celupan
pendidikan imani semenjak kecil akan sangat berpengaruh dalam kehidupan
dia selanjutnya. Ia hanya akan menerima Islam sebagai pengatur
kehidupannya, al-Qur'an sebagai pedomannya, dan Rasulullah sebagai
teladannya. Keimanan yang terpatri dalam hati akan menghiasi lisan serta
jasadnya, islam akan melekat menjadi baju. Bagi dirinya sehingga dia akan
malu menanggalkannya.26

24
Erny Tyas Rudati (NIM. 3103126), Konsep Positive Parenting Menurut Muhammad Fauzil
Adhim dan implikasinya bagi pendidikan Anak(Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo2008).
Hal. 70.
25
Ibid, hal. 73.
26
Ibid, hal. 73.

29
BAB 3
PENUTUP

1.4 Kesimpulan
Metode pendidikan anak dalam keluarga merupakan suatu cara yang
dilakukan orang tua sebagai komponen utama dalam lingkungan keluarga
sebagai tripusat yang paling dasar dalam urutan lembaga pendidikan.
Keluarga merupakan pondasi yang sangat fundamental di dalam
memepersiapkan anak bagi perannya di masa depan. Lingkungan keluarga
yang baik mempunyai ciri-ciri, diantaranya yaitu: a). Keluarga memberikan
suasanan emosional yang baik bagi anak-anak seperti perasaan senang,
aman, disayang dan dilindungi. b). Mengetahui dasar-dasar kependidikan,
terutama berkenaan dengan kewajiban dan tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan anak serta tujuan dan isi pendidikan yang diberikan
kepadanya.
Orangtua sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan
kepada anaknya harus memiliki sikap kehati-hatian dalam menentukan
metode, sebab jika salah dalam mengambil suatu metode, tujuan pendidikan
tidak akan tercapai bahkan akan membawa madharat terhadap anak. Berikut
metode mendidik anak diantaranya: 1) Metode pembinaan akhlak, 2)
Mendidik melalui keteladanan, 3) Mendidik melalui perhatian/pengawasan,
4) Mendidik melalui kasih sayang, 5) Mendidik dengan menasehati, 6)
Mendidik melalui curhat/sharing, 7) Mendidik melalui pembiasaan berbuat
baik, 8) Mendidik malalui cerita-cerita tauladan, 9) Mendidik melalui
penghargaan dan hukuman, 10) Mendidik melalui bermain

1.5 Saran
Telah kami susun makalah ini dengan usaha sebaik mungkin. Kami
kaji dari beberapa sumber dan aplikasi yang cukup berbobot. Kami harap
apa yang telah disajikan ini sesuai dengan ekspektasi para pembaca.

30
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran
yang sangat bermafaat dan dapat membantu para pembaca dengan
rekomendasi materi mengenai:
1. Takhrij hadis mengenai metode pendidikan anak dalam keluarga
2. Perbandingan antara metode pendidikan anak dalam keluarga dalam
budaya Islam dan Barat..

31
DAFTAR PUSTAKA

Ashfahani, Jihan Alfirda. 2018. Skripsi: Metode Mendidik Anak Dalam Islam
Menurut Mohmaad Takdir Ilahi Dalam Buku Quantum Parenting. FTK
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo.
Erzad, Azizah Maulina. Jurnal: Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Sejak
Dini di Lingkungan Keluarga. Vol. 5 | No. 2 | Jul-Desember 2017. STAIN
Kudus.
Furqon, Alya Azzahra. 2020. Resume Ilmu Pendidikan Islam Pertemuan 8:
Penanggung Jawab Pendidikan Menurut Ajaran Islam.
Furqon, Alya Azzahra. 2020. Resume Ilmu Pendidikan Islam Pertemuan 10 :
Kedudukan dan Peranan Guru Dalam Pendidikan Islam.
Furqon, Alya Azzahra. Resume Ilmu Pendidikan Islam Pertemuan 11 : Lingkungan
dan Lembaga Pendidikan Islam Dalam Pandanagn Islam. 2020.
Jariati. 2017. Skripsi: Metodologi Mendidik Anak Dalam Keluarga Muslim Di
Lingkungan II Kelurahan Mulyosari Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. IAIN
Metro.
Rudati, Erny Tyas. 2008. Konsep Positive Parenting Menurut Muhammad Fauzil
Adhim dan implikasinya bagi pendidikan Anak. Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo.
Sopian, Ahmad. Jurnal Tarbiyah Islamiyah: Tugas, Peran, dan Fungsi guru Dalam
Pendidikan. Volume 1 Nomor 1 Edisi Juni 2016.
Siregar, Fitri Rayani. Jurnal: Metode Mendidik Anak Dalam Pandangan Islam.
Forum Paedagogik Vol. 08 No. 02 Juli 2016.

32

Anda mungkin juga menyukai