Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Metode Pendidikan Anak Dalam Keluarga

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PAI Dalam Keluarga

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS

Disusun Oleh:

Indri Febriani : 1202020070


Jawwad Ahsan : 1202020076
Linda Ismayanti : 1202020087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt.
Yangatas limpahan nikmatnya kami dapat merampungkan makalah ini dengan
judul “Metode Pendidikan Anak Dalam Keluarga” sebagai syarat dan tugas dalam
memenuhi mata kuliah PAI Dalam Keluarga. Sholawat teriring salam
semogatetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kepada keluarga, sahabat,
juga pengikutnya hingga hari akhir.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya.Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yangtelah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun demikian kami menyadari masih banyaknya kekurangan


dankesalahan dalam penyususunan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa
danaspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demimemperbaiki makalah ini.Besar harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembacasekalian.

Bandung, 29 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Konsep dasar metode pendidikan anak dalam keluarga..........................3
2.2 Fungsi dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak.................4
2.3 Metode yang digunakan dalam mendidik anak dalam keluarga.............10
2.4 Faktor yang mempengaruhi metode pendidikan anak dalamkeluarga....13
2.5 Implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga.....................................16
BAB III PENUTUP ....................................................................................18
3.1 Simpulan ................................................................................................18
3.2 Saran ......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah amanah yang terindah diberikan oleh Allah, mahakaryadari
Allah yang maha sempurna. Seorang wanita akan mendapat gelar baru sebagai,
ibu ketika dia sudah memiliki anak, seorang laki-laki lebih bersemangat bekerja
saat dia menjadi seorang ayah, dia bekerja tanpa henti sebah masih harus
mencapai sesuatu yang harus mereka capai. Tetapi terdapat sebagaian orangtua
menganggap anak adalah beban, mereka harus membiayai sekolah, membesarkan
mereka, dan banyak lagi. Tetapi yang harus kita yakini Allah telah menitipkan
kepada kita pastilah dia akan memberikan rezeki bagi orangtuanya, oleh karena
itu, dalam Alquran, kataanak (aulad ) seringkali disandingkan dengan kata harta
(amwal). Sehingga anak diturunkan untuk menyenangkan manusia.

Oleh sebab itu, untuk menghindari terwujudnya atau hadirnya seorang


anak yang bermasalah maka perlu dilakukannya pendidikaan sebagaimana telah
Allah ajarkan melalaui wahyu yang diturunkannya. Mendidik anak merupakan
kewajiban awal dan utama bagi orang tua. Orangtua sebagai tripusat pendidikan
yang berada dalam tahap awal memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk
mewujudkan output anak yang bernafaskan insan kamil sehingga menjadi
abdullah dan khalifatul fil ard yang sesuai denagn tujuan pendidikan Islam.
Walaupun keluarga termasuk ke dalam lembaga terkecil dari segi pergaulannya
namun keluarga merupakan lembaga utama. Orang tua pun disini sebagai seorang
pendidi harus memiliki beberapa kriteria yang mumpuni sehingga ia dapat
membimbing anak-anaknya menuju alur yang sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam makalah ini, kami akan mengakaji mengenai konsep dasar dari
metode pendidikan anak dalam keluarga yang meliputi fungsi dan tanggung jawab
keluarga, berbagai macam metode pendidikan anak dalam keluarga, faktor yang
mempengaruhi metode pendidikan anak dalamkeluarga serta implikasi dari
pendidikan anak dalam keluarga. Hal apa sajakah yang dapat diterapkan dan hal
apa saja yang tertanam dalam diri seorang anak setelah menempuh pendidikan

1
dalam keluarga sebelum ia melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya,
yaitu sekolah dengan lingkup pergaulan yang lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar metode pendidikan anak dalam keluarga ?
2. Apa fungsi dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak ?
3. Apa metode yang digunakan dalam mendidik anak dalam keluarga ?
4. Apa faktor yang mempengaruhi metode pendidikan anak dalamkeluarga ?
5. Apa implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar metode pendidikan anak dalam keluarga.
2. Mengetahui fungsi dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak.
3. Mengetahui metode yang digunakan dalam mendidik anak dalam keluarga.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi metode pendidikan anak dalam
keluarga.
5. Mengetahui implikasi dari pendidikan anak dalam keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dasar metode pendidikan anak dalam keluarga
Dalam KBBI metode adalah cara teratur yang digunakan
untukmelaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yangdikehendaki.
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini
terdiri dari dua suku kata yaitu:“metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan”.

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodas” metha berarti melalui dan hodas berarti jalan
atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti suatu caraatau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, metode dapat diartikansebagai


jalan untuk menanamkan pribadi objek sasaran, yaitu pribadi islam, selain itu
metode dapat diartikan sebagai “cara untuk memahami, menggali,dan
mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.”

Pendidikan dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba.
Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah ta’lim dengan kata kerja ‘allama.
Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa ta’lim sedangkan
Pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah Tarbiyah Islamiyah. Jadi secara
umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian
muslim.

Sedangkan dalam KBBI pendidikan berasal dari kata didik-mendidik yaitu


memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Jadi, pendidikan dalam KBBI dapat diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

3
dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.

Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak ke


arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani,

Menurut Mufidah dalam bukunya Psikologi keluarga IslamBerwawasan


Gender, “Anak adalah generasi penerus bangsa yang akansangat menentukan
nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan dimasa yang akan datang. Anak
harus dijamin hak kehidupannya untuktumbuh berkembang sesuai dengan fitrah
dan kodratnya, oleh karena itusegala bentuk perlakuan yang mengganggu dan
merusak hak-hak anakdalam berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi dan
eksploitasi yang tidak berprikemanusiaan harus dihapuskan tanpa kecuali.

Menurut Qaimi keluarga merupakan organisasi atau komunitassosial yang


terbentuk dari hubungan absah antara pria dengan wanita, dimana para anggota
keluarga itu, suami-istri dan anak-anak, terkadangkakek, nenek, cucu, paman, atau
bibi hidup bersama berdasarkan rasa salingmencintai, toleransi, menyayangi,
menolong dan bekerjasama.

Keluarga merupakan pondasi yang sangat fundamental di


dalammemepersiapkan anak bagi perannya di masa depan. Lingkungan
keluargayang baik mempunyai ciri-ciri, diantaranya yaitu:

 a. Keluarga memberikan suasanan emosional yang baik bagi anak-


anakseperti perasaan senang, aman, disayang dan dilindungi. 

b. Mengetahui dasar-dasar kependidikan, terutama berkenaan dengankewajiban


dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anakserta tujuan dan isi
pendidikan yang diberikan kepadanya.

2.2 Konsep dan tanggung jawab keluarga


a. Konsep dalam Keluarga

Konsep atau variabel yang baik apabila konsep tersebut mempunyai


penjelasan secara teori dan mempunyai suatu kreteria atau indikator pengukuran

4
yang valid. Pengukuran dan penjelasan indikator keberfungsian keluarga ini bisa
dipergunakan sebagai pijakan dalam menyusun instrumen dan juga dalam
pelaksanaan program pembangunan keluarga pada masa mendatang.

Para pakar studi keluarga meyakini bahwa sesungguhnya sukar dalam


membuat indikator keberfungsian keluarga. Tiada ukuran keluarga yang telah
menjalankan fungsi dan peranan dapat dikatakan sebagai keluarga yang berfungsi.
Persoalannya, kita dihadapkan pada kebutuhan untuk mengukur keberfungsian
keluarga.

Ada banyak model atau teori mengenai keberfungsian keluarga namun


sangat sedikit penjelasan mengenai ukuran keberfungsian keluarga. Walsh (1982)
memberikan model penilaian komprehensif proses keluarga yang normal.
Menurutnya normalitas keluarga bisa dilihat dalam empat terima yaitu; kesehatan
atau ketiadaan penyakit (health or the absence of patology), visi ideal atau optimal
keberfungsian keluarga, statistik rata-rata, proses normal termasuk siklus
kehidupan keluarga.

Ahli studi keluarga seperti Brock dan Barnard (1999) dan Walsh (1982)
melihat keberfungsian keluarga sebagai sistem keluarga yang sehat yang bisa
dilihat dari struktur dan proses interaksi dalam keluarga. Penelitian tentang
keluarga yang sehat merujuk kepada keberfungsian primer keluarga tersebut.
Penelitian mengenai konsep dan instrumentasi keberfungsian keluarga telah
memperoleh perhatian luas sejak kebelakangan ini, dan penjelasan konsep serta
indikator keberfungsian tersebut kini oleh Walker (1978) telah dibagi ke dalam
enam area keberfungsian yaitu:

1. Peranan keluarga (roles)

Peranan adalah pola perilaku individu yang berulang dan dijalankan sesuai
dengan fungsi dalam kehidupan keluarga hari ke hari. Peranan menggambarkan
stuktur keluarga dan memelihara proses interaksi dalam keluarga.

a) Wujud diferensiasi yang jelas antara peranan orang tua, anak, dan
pasangan.

5
b) Peranan mungkin dibagi, kebalikan atau perubahan, tergantung pada
situasi.
c) Peranan baru dapat dicoba dan peranan lama dimodifikasi.
d) Peranan ini juga selaras merentasi situasi dan anggota-anggota keluarga.
e) Orang tua berbagi dalam perawatan dan pengasuhan anak.

2. Ekspresi emosi keluarga (emotional-expression)


Ekspresi emosi merujuk kepada ide bahwa setiap keluarga mempunyai
suasana emosi yang akan menentukan derajat emosi yang ekspresif, sensitivitas,
dan kebertanggungjawaban anggota keluarga dengan anggota yang lainnya.
Keluarga juga menciptakan norma timbal balik yang mengatur pola refleksi dari
ekspresi emosi.

a) Keseluruhan suasana emosi keluarga adalah positif.


b) Anggota keluarga sensitif dengan perasaan anggota keluarga yang lain.
c) Aturan untuk mengekspresikan emosi adalah jelas, dan ekspresi emosi
cenderung bersifat spontan.
d) Ekspresi emosi yang negatif dibenarkan sepanjang sensitif terhadap orang
lain.
e) Rasa ekspresi adalah tinggi, dengan ketawa, humor dan hangat.
f) Keluarga toleransi dan mendorong ekspresi perasaan anggotanya

3.Saling ketergantungan/ individuasi keluarga


(interdependence/individuation)

Saling ketergantungan/individuasi merujuk kepada besarnya otonomi atau


individuasi yang diberikan kepada invididu oleh keluarga.

a) Setiap individu mempunyai aktivitas social dan rekreasi sendiri.


b) Anggota keluarga mendiskusikan masalah individu dan memahami serta
memberi dukungan kepada yang lain.
c) Perbedaan sistem nilai ditoleransi oleh keluarga; bagaimanapun nilai
utama berkaitan dengan seks, uang, agama, etika kerja, kesetiaan keluarga
dipegang bersama.

6
d) Kerjasama bukan kompetisi adalah nilai keluarga.
e) Hubungan interpersonal dengan anggota bukan keluarga dihargai
sepanjang rutinitas keluarga tidak terganggu.
f) Anggota keluarga mengambil alih tanggungjawab bagi perasaan dan
tingkah laku.
g) Perbedaan opini dihargai, dan kesepakatan bersama selalunya hasil dari
diskusi.

4. Distribusi kekuasaan keluarga

Kekuasaan dapat diartikan sebagai derajat pengaruh atau kontrol anggota


keluarga terhadap anggota keluarga yang lain. Penggunaan kekuasaan dan
distibusi dikalangan anggota keluarga sangat penting untuk memahami dan
perubahan pola-pola interaksi yang dysfunctional. Semua orang dapat memberi
input dalam keputusan keluarga.

a) Anggota keluarga melihat dan mengambilkepemimpinan dalam aspek


kehidupan keluarga yang berbeda dan anggota keluarga yang lain
mengikuti kepemimpinan itu.
b) Kekuasan dalam keluarga adalah terpusat pada kedua orang tua.
c) Peraturan keluarga dilaksanakan melalui persuasi daripada intimidasi.
Kekerasan tidak ditoleransi.
d) Konflik cenderung terbuka dan penyelesaian perlu diambil secepatnya

5. Komunikasi Keluarga

Komunikasi berkaitan dengan penyampaian dan penerimaan informasi


verbal dan non verbal antara anggota - anggota keluarga. Ini termasuk
keterampilan -keterampilan dalam pola-pola pertukaran informasi dalam sistem
keluarga Informasi didapat dan dibagi antara anggota keluarga.

a) Pesan verbal dan non verbal adalah congruent dan intensitas setiap pesan
jelas dan terbuka.
b) Konflik diselesaikan melalui diskusi.
c) Kebanyakan komunikasi keluarga dengan nada yang positif.

7
d) Semua anggota keluarga mempunyai kemampuan menggunakan
pemecahan masalah yang dapat menyelesaikan konflik secara efisien.

6. Sub sistem Keluarga

Sub sistem keluarga (subsystem). Komponen yang juga penting adalah sub
sistem atau sub kelompok dalam keluarga dan bagaimana mereka memelihara
sistem keluarga. Jenis-jenis sub sistem termasuk orang tua ,pasangan (suami atau
isteri), dan kelompok adik beradik, dan aliansi antara dan di kalangan anggota
kelompok. Kejelasan sempadan antara sub sistem orang tua, pasangan dan adik
beradik.

a) Setiap sub sistem melaksanakan fungsinya dengan tepat.


b) Ikatan emosional yang kuat antara sub sistem - sub sistem dan antara
individuindividu dalam sub sistem tersebut.
c) Sub sistem orang tua memimpin keluarga dan kebanyakannya memegang
kuasa.
d) Individu-individu dalam sub sistem berpartisipasi dalam aktivitas bersama.
e) Koalisi antara sub sistem terjalin tetapi jangka pendek sifatnya.

b. Tanggung jawab dalam keluarga

Kelahiran anak dalam suatu keluarga selain memberikan kebahagiaan


tersendiri juga menimbulkan tugas baru bagi kedua orang tuanya, tanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan pendidikannya. Islam memandang anak adalah
amanah Allah yang harus di pelihara dengan baik dari segala sesuatu yang
membahayakan baik yang berhubungan dengan badaniah maupun rohaniah" (Q.S
An-Nisa': 9).

Beberapa hal penting dalam menegakkan tanggung jawab orang tua


terhadap anak diantaranya sebagai berikut:

1. Ibu di dorong untuk mengasuh anak-anaknya.

Pengasuhan ini terlihat pada saat mulai kehamilan, yang berarti keamanan
anak dan segala sesuatu yang bersifat keduniawian pada saat dalam kandungan.

8
Dari sini bisa ditarik kesimpulan seorang ibu pada dasarnya seorang pengasuh
anak. Bahwa dia tidak secara langsung di tugaskan untuk mengasuh anak
sendirian akan tetapi peran seorang ibu juga memberikan pendidikan dari usia dini
hingga ke jenjang Pendidikan formal.

2. Ayat ini juga menjelaskan tanggung jawab seorang bapak untuk


menghidupi anak-anaknya.

seorang suami adalah orang yang bertanggung jawab bagi kesejahteraan


anggota keluarganya & untuk menyediakan alat untuk memenuhi pangan,
pakaian, tempat berteduh, & kebutuhan lain untuk istrinya atau mereka yang
menjadi tanggung jawabnya & anak-anaknya. Jadi ayah berperan penting dalam
kehidupan, juga bertanggung jawab untuk membiayai dan memelihara anak-
anaknya.

3. Pendidikan yang menyangkut anak sebaiknya dirundingkan oleh


kedua orang tua.

Kejujuran ibu, ayah sekalipun seorang ibu/ayah angkat angat penting


dalam memelihara anak. Ketika keseimbangan antara hak dan tanggung jawab
orang tua atas anak tercapai, Dengan cara memberikan pendidikan aqidah
(keimanan) pendidikan agama dan pendidikan akhlak yang tepat dalam seluruh
aspek pada diri anak, merupakan tanggung jawab utama setiap orang tua sehingga
mereka tidak mudah dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang bagaimana pun.
Dalam hal ini kedua orang tua harus memberikan pendidikan dilingkungan
keluarga serta menyerahkan kelembagaan tertentu dalam bidang pendidikan.

Mendidik anak-anak dengan pengetahuan agama. aqidah muamalah dan


sejarah serta sesuai dengan tingkat usianya. Begitu juga dalam melaksanakan
kewajiban agama dan mengamalkan serta mengembangkan sikap agama yang
betul, dimulai dari iman kepada Allah malaikat, rasul-rasul hari kiamat
kepercayaan agama yang kuat takut kepada Allah dan selalu mendapat
pengawasan-NYA dalam segala perbuatan dan perkataan. Kewajiban pendidik
dalam hal ini adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar

9
iman dan ajaran Islam, sebagai Aqidah maupun ibadah dan hanya mengambil
Islam sebagai agamanya al-Qur' an sebagai imannya dan rasul sebagai pemimpin
dan teladannya. Pembinaan dan pembiasaan ajaran agama pada anak sejak kecil,
sangat penting karena dengan demikian akan dapat mengetahui dan menangkap
bahasa dan pengertian yang berhubungan dengan agama secara berlahan-lahan
karena kecerdasannya belum sampai ke taraf untuk mendapat hal-hal yang sifat
abstrak.

Zakiah Darajat mengatakan "apabila latihan-latihan keagamaan dil alaikan


diwaktu kecil atau di berikan dengan cara yang kaku, salah dan tindakan cocok
dengan kemampuan anak-anak, maka ketika dewasa akan kurang peduli terhadap
ajaran agama". Dari uraian ini dapat dipahami bahwa kedua orang tualah sebagai
pendidik pertama dan utama dalam setiap keluarga, dan bertanggung jawab penuh
terhadap kelangsungan pendidikan anak-anaknya terutama sekali dalam bidang
aqidah (Keimanan), sehingga menjadi anak yang taat bertaqwa kepada Allah
SWT. berguna kepada kedua orang tuanya, agama, nusa dan bangsa.

2.3 Metode mendidik anak dalam keluarga.


Masa depan kualitas kehidupan suatu generasi, terkait dan sangat
dipengaruhi oleh suasana kehidupan keluarga masa kini. Mutu moral kehidupan
yang telah melembaga dalam suatu rumah tangga akan sangat memengaruhi moral
anak turunannya (karakter anak-anaknya). Bila kualitas moral dan karakter suatu
keluarga tinggi, akan tinggi pula peluang keberhasilan anak turunannya, demikian
juga sebaliknya.

Keluarga merupakan pendidikan pertama dan yang utama bagi anak.


Karena dalam keluargalah anak mengawali perkembangannya. Baik itu
perkembangan jasmani maupun perkembangan ruhani. Peran keluarga dalam
pendidikan bagi anak yang paling utama ialah dalam penanaman sikap dan nilai
hidup, pengembangan bakat dan minat, serta pembinaan kepribadian.

Orang tua harus memerhatikan perkembangan jasmani, akal, dan ruhani


anak-anaknya, dengan tujuan agar anak dapat berkembang secara maksimal. Perlu

10
disadari pula bahwa anak dilahirkan dengan membawa bakat, potensi,
kemampuan serta sikap dan sifat yang berbeda.

Setiap anak adalah individu yang tidak dapat diibaratkan sebagai tanah liat
yang bisa ”dibentuk” sesuka hati oleh orang tua. Namun harus disesuaikan dengan
perkembangan jiwa dan potensi anak sebagai tanda kasih sayang dan tanggung
jawab moral orang tua yang secara konsisten dilandasi oleh sikap dipercaya dan
mempunyai suatu pola relasi hubungan antara kesadaran kewajiban dengan
kepatuhan terhadap orang tua atas kesadaran tersebut.

Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif


Islam, ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam keluarga.
Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak mewarnai
perkembangan jasmani akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi
basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya sangatlah besar, terutama dalam pendidikannya. Pendidikan agama
dalam keluarga telah disyariatkan oleh Allah SWT dalam al-Quran dan
diinterpretasikan melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Al-Quran Surat At-Tahrim ayat 6, artinya.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari


api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”

2. Al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 46, artinya.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-


amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan.”

11
3. Al-Quran Surat Al-Furqon ayat 74-75, artinya.

“Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada


kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang
dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan
mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.”

4. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“Kewajiban orang tua kepada anaknya ialah memberi nama yang baik,
mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, memberi
makan dengan makanan yang baik serta mengawinkannya apabila ia telah
mencapai dewasa” (HR. Muslim).

Dari beberapa keterangan di atas, baik al-Quran maupun al- Hadits


mengisyaratkan bahwa pendidikan dalam keluarga itu sangat penting terutama
dalam pendidikan agama. Pendidikan yang ditanamkan orang tua pada anak
merupakan landasan dasar berpijak anak dalam berpikir dan berkembang secara
jasmani, ruhani dan mental anak.

Banyak metode Islam yang membuat para orangtua


dan pendidik dapat menerapkan dalam setiap aspek kehidupan anak, baik dari sisi
akal maupun kejiwaannya. Karena dengan metode ala nabi mampu menerangi
jalan mereka. Metode metode tersebut diantaranya adalah:

a) Menampilkan suri teladan yang baik.


b) Mencari waktu yang tepat untuk member nasihat,
Rasululahshallallahu‘alai wa sallam mengatakan bahwa ada tiga waktu
mendasar dalam memberikan pengarahan kepada anak. Dalam perjalanan,
Waktu makan, Waktu anak sakit.
c) Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak, yaitu dengan
menyamakan pemberian untuk anak-anak. Karena kedua hal ini memiliki
pengaruh yang sangat besar sekali dalam sikap berbakti dan ketaatan anak.

12
d) Menunaikan hak anak. Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran
darinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan sebagai
pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima.
e) Mendoakan, bagaimanapun doa orangtua selalu dikabulkan disisi Allah
swt.
f) Membelikan mainan anak dalam Islam tidak memiliki
larangan bahkan Rasululah shallallahu alai wa sallam memberi
pengakuan terhadap mainan Aisyah radhiyallahuanha. Hal ini menjadi
bukti tentang pentingnya mainan bagi anak-anak dan kecintaan mereka
pada benda-benda kecil berbentuk dan memiliki rupa. Orangtua
membelikan mainan anak sesuai dengan usia dan kemampuannya.
g) Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan.Orangtua
mempersiapkan segala macam sarana dan prasarana agar anak berbakti
kepada kedua orangtua dan menaati perintah Allah.
h) Membantu anak berbakti. Mempersiapan segala macam sarana agar anak
selalu berbakti kepada orangtua dan menaati perintah Allah serta
membantu anak untuk selalu menurut dan mengerjakan ketaatan serta
mendorongnya mengerjakan perintah.
i) Tidak suka marah dan mencela. Rasululah shallallahu alai wasallam
memiliki seorang pembantu namun beliau tidak pernah mencela atau
marah pada pembantunya dalam mengerjakan pekerjaan

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pendidikan anak dalam


keluarga
Dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluaga tidak jarang kita dapatkan
fenomena-fenomena atau problematika yang sedikit banyak mempengaruhi
pendidikan dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi dalam pendidikan dalam
keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua disebabkan oleh faktor:

a. Tingat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan yang diperoleh orang tua dalam melaksanakan kegiatan


pengajaran dalam rumah tangga sangat penting bagi keberhasilan pendidikan

13
anggota keluarganya (anak-anaknya). Karena apabila orang tua tidak memiliki
ilmu pengetahuan baik tentang tata cara mendidik, mengasuh, membimbing anak
maupunlainnya, niscaya pelaksanaan pendidikan dalam rumah tangga
sebagaimana yang diharapkan sulit diwujudkan (gagal). Dalam hal ini Sunartana
dalam bukunya Masalah dan Kesulitan Belajar, menjelaskan bahwa ; “cara orang
tua mendidik anaknya dapat merupakan sebab dari kegagalan anak-anak dalam
belajar”.

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pendidikan yang diperoleh


orang tua baik mengenai metode atau cara orang tua mendidik, maupun
pengetahuan lainnya sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam
keluarga (rumah tangga) terutama dalam membentuk sikap toleransi siswa.

b. Faktor Sosial

Faktor social ini juga akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak


dalam rumah tangga (keluarga), Karena di dalamrumah tangga terdapat beberapa
anggota keluarga teman bermain seperti anak: kakek dan nenek, kakak dan adik,
serta teman bergaul seperti tetangga di sekitar rumah tempat mereka tinggal.
Dalam kaitannya dengan faktor social (teman bergaul) ini sering kali mengatakan
bahwa; “tempat bergaul yang kurang baik (malas belajar, peminum, penjudi dan
sebagainya) akan mempengaruhi tingkah laku anak, ia akan mudah pula ikut-
ikutan untuk menunjukkan solidaritasnya, hal ini akan membawa anak malas
belajar”.

Dalam bukunya yang lain juga menjelaskan bahwa: “pengaruh dari teman
bergaul lebih cepat masuk kedalam jiwanya dari pada yang kita duga. Maka
bergaul yang baik akan berpengaruh yang baik terhadap diri anak, begitu juga
teman bergaul yang sebaliknya pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga”

Dari kedua pendapat diatas dipahami bahwa anak dapat belajar dengan
baik manakala memiliki teman bergaul yang baik serta pengawasan yang
bijaksana dari kedua orang tuanya, begitu juga sebaliknya jika anak didalam
interaksi (hubungan sosial) dengan teman-temannya baik dalam rumah tangganya

14
maupun teman bergaul di luar lingkungan keluarganya akan mempengaruhi pola
pada tingkah lakunya. Oleh sebab itulah interaksi social anak di perhatikan, dan
diawasi dengan baik terutama terhadap teman bergaulnya yang memiliki akhlak
dan moralitas yang baik.

c. Faktor Agama

Ilmu pengetahuan yang tinggi, tanpa disertai oleh keyakinan beragama


akan gagal dalam memberikan kebahagiaan kepada yang memilikinya. Dalam
kenyataan sehari-hari kita menyaksikan banyak kaum inteligensi, yaitu orang
yang banyak pengetahuannya, tidak mampu memanfaatkan kemampuannya untuk
menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya, keluarganya maupun bagimasyarakat
umum. Artinya apabila bagi orang tua selaku pendidik tak pernah mengamalkan
ajaran-ajaran agama terutama membiasakannya kepada anak- anaknya, niscaya
akan sulit dicapainya suatu kebahagiaan dalam keluarganya.

Dalam hal ini Zakiah Daradjat dalam bukunya peranan Agama Dalam
Kesehatan Mental, menjelaskan bahwa : “Orang-orang yang tidak mengindahkan
agama, jiwanya kosong, hatinya kasar seolah-olah ia senang melihat orang
menderita di sampingnya.Orang-orang yang gelisah jiwanya pada umumnya akan
mencarikesenangan dalam menggelisahkan orang lain. Kekacauan, kemiskinan
dan kebodohan orang banyaklah yang akan memberikan kepuasaan hatinya yang
gelisah itu, disini pulalah letak kesengsaraan suatu masyarakat (keluarga) yang
ekonominya dikendalikan oleh orang-orang yang tidak beragama.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa apabila kehidupan rumah


tangga (keluarganya) janganlah tidak beragama, beragama tetapi tidak
melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari,
niscaya kebahagiaan dan ketentraman akan sulit didapatkan dan diwujudkan.
begitu jugahalnya dalam pelaksanaan pengajaran (pendidikan) dalam
keluarga(rumah tangganya) terhadap anak-anaknya jika tidak dilandasi oleh nilai-
nilai agama niscaya pelaksanaan pendidikan akan sia-sia, karena dengan agamalah

15
anak akan patuh dan taat akan perintah orang tuanya. Begitu juga sebaliknya jika
ajaran agama telah dimiliki maka masing-masing anggota keluarga baik ayah dan
ibu ataupun anak-anak akan terjalin hubungan yang harmonis dimana antara yang
satu dengan yang lainnya saling menghormati, mempunyai sikap toleransi yang
baik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing.

2.5 Implikasi pendidikan anak dalam keluarga


Mendidik anak dengan penuh kasih sayang, yaitu sejak awal anak
dilahirkan sudah harus disikapi dengan lembut, dekapan, ciuman dan disusui.
Karena hal itu akan menciptakan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak akan
menciptakan rasa nyaman pada bayi dan akan menjadi bayi yang tidak rewel atau
gampang diatur karena kepercayaan dasar (basictrust ), bayi sudah terbentuk pada
kesan awal bayi dilahirkan. Kepercayaan dasar yang kuat pada anak, maka ia akan
menemukan harga dirinya (self-estem) sehingga tumbuh harapan atau keyakinan
untuk sukses (self-effecacy), dan akhirnya anak tidak perlu mendapat dukungan
dari luar,karena anak sudah menemukan kebahagiaan manakala ia menemukan
keberhasilan (self-reward ). Setelah anak diberikan kepercayaan dasar yang kuat
sehingga tumbuh potensi-potensi, kebaikan pada dirinya maka ada duahal lagi
yang harus dilakukan orang tua, yaitu memberikan keyakinan kepada anak bahwa
ia mempunyai keunggulan yang pantas ditonjolkan (sense of competence).

Dalam hal ini ada 4 hal yang harus dilakukan orang tua, yaitu: pertama,
menerima apa dilakukan oleh anak tanpa membandingkan dengan anak tetangga
yang mungkin lebih cepat daripada perkembangan anaknya. Kedua, memaafkan
yang menyulitkan, maksudnya, memaafkan semua tingkah laku anak yang
dipandang orang dewasa/orang tua mungkin salah dan sulit untuk dimaafkan.
Ketiga, tidak membebani anak dengan pekerjaan-pekerjaan atau pelajaran
tambahan sehingga kededasan anak dalam bermain kurang. Keempat, jangan
memaki/memarahi anak baik dalam bentuk verbal maupun fisik

Menurut Suharsono pada pengasuhan anak kepribadian dan kecerdasan


anak terbangun melalui transmisi spiritual, intelektual dan moralibunya saat
mengandung anak-anaknya. Karena itu ibu-ibu yang sedang mengandung sangat

16
dianjurkan untuk meningkatkan bobot spiritual, intelektual dan moralitasnya.
Peningkatan ini bisa ditempuh dengan memperbanyak ibadah, salat malam,
membaca Al-Qur'an, dan buku-buku, menjaga tutur kata, mengedepankan sikap
dermawan dan perilaku yang terpuji lainnya.

Anak yang memperoleh pendidikan iman sejak dini akan membekas dalam
sanubarinya. Ibarat kain yang dicelup dalam pewarna dan dibiarkan berhari-hari di
dalamnya, sehingga tidak ada pori-pori sekecil apapun yang tidak terwarnai.
Bukan seperti kapur yang dicelup ke dalam segelas air tinta,lalu segera diangkat .
Hanya pinggirnya yang tipis yang terwarnai. Celupan pendidikan imani semenjak
kecil akan sangat berpengaruh dalam kehidupandia selanjutnya. Ia hanya akan
menerima Islam sebagai pengatur kehidupannya, al-Qur'an sebagai pedomannya,
dan Rasulullah sebagai teladannya. Keimanan yang terpatri dalam hati akan
menghiasi lisan serta jasadnya, islam akan melekat menjadi baju. Bagi dirinya
sehingga dia akan malu menanggalkannya.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Metode pendidikan anak dalam keluarga merupakan suatu
cara yangdilakukan orang tua sebagai komponen utama dalam lingkungan
keluargasebagai tripusat yang paling dasar dalam urutan lembaga pendidikan.
Keluarga merupakan pondasi yang sangat fundamental di dalammemepersiapkan
anak bagi perannya di masa depan. 

Metode-metode pendidikan anak dalam keluarga yaitu: Menampilkan suri


teladan yang baik, Mencari waktu yang tepat untuk member nasihat, Bersikap adil
dan menyamakan pemberian untuk anak, Menunaikan hak anak, Mendoakan,
Membelikan mainan anak dalam Islam, Membantu anak untuk berbakti dan
mengerjakan ketaatan, Membantu anak berbakti dan Tidak suka marah dan
mencela.

Faktor yang mempengaruhidalam pendidikan dalam keluarga yang


dilaksanakan oleh orang tuadisebabkan oleh faktor ; (a). Tingkat pendidikan
orang tua, (b). Faktor socialdan (d). Faktor agama. 

Dari implikasi ada 4 hal yang harus dilakukan orang tua, yaitu: pertama,
menerima apa dilakukan oleh anak tanpa membandingkan dengan anak tetangga.
Kedua, memaafkan yang menyulitkan, maksudnya, memaafkan semua tingkah
laku. Ketiga, tidak membebani anak dengan pekerjaan-pekerjaan. Keempat,
jangan memaki/memarahi anak baik dalam bentuk verbal maupun fisik

3.2 Saran
Kami selaku penyusun masih merasa banyak kekurangan mengenai
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca

18
sekalian menjadi hal yang amat penting agar makalah ini dan makalah-makalah
yang lainnya bisa menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta,2001).

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005).

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, 51.


Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Jakarta: Gema Insani, 2000), 46.
Erny Tyas Rudati (NIM. 3103126), Konsep Positive Parenting Menurut
Muhammad FauzilAdhim dan implikasinya bagi pendidikan Anak
(Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo2008).

Fahrudin, A. (2005). Ketahanan institusi keluarga dan kesejahteraan anak.


(diakses 05 April 2023)
Fahrudin, A. (2005b). Pengukuran indicator keberfungsian keluarga. (diakses 05
April 2023)
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2008).

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna


Baru, 2003).
Heri Noor Aly, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalimah,1999).

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, Pustaka Pelajar Yogyakarta (diakses 05


April 2023)
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender,(Yogyakarta: UIN
MalangPress,2008).

Munawiroh. Jurnal : Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Volume 14,


Nomor 3, Desember 2016.

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar “MENGAJAR”, Jakarta: Rajawali Pres,


2010).

19
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Timur : Bumi Aksara,2018).

20

Anda mungkin juga menyukai