Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PROBLEM PENDIDIKAN DALAM KELUARGA DAN MASALAH-


MASALAH DALAM KELUARGA”
Dosen Pengampu : Bapak Aep Saepulloh, S.H., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Ana Melki (0503201031)
Mamba’ul Hikam (0503201009)
Bintang Fajri (0503201002)

PRODI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah
Nya lah. kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Problem Pendidikan
Dalam Keluarga Dan Masalah-masalah Yang Ada Dalam Keluarga” ini tepat
pada waktunya.

Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut mendukung
proses pembuatan makalah ini hingga selesai. Yaitu:
1. Bapak Aep Saepulloh, S.H., M.Pd.I
2. Orang tua penulis sebagai pendukung utama segala kegiatan yang penulis lakukan.
3. Seluruh pihak-pihak yang terkait lainnya juga yang sudah mendukung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para
pembaca.

Cirebon, 20 Juni 2022


Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasa Percaya Diri ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1

C. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga................................................................ 2

B. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mendidik Anak...................................... 4

C. Hal-hal Yang Dapat Menyebabkan Keluarga Bermasalah ................................... 5

D. Dampak Dari Keluarga Yang Bermasalah.............................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................9

B. Saran ......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan wadah bagi seseorang untuk bisa bertumbuh kembang
pertama kalinya. Lingkungan keluarga, terutama orangtua, memiliki pengaruh yang
besar bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Peran pola asuh orangtua jugalah
yang menentukan seberapa baiknya seseorang bisa beradaptasi dan terlibat penuh
dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun tidak ada keluarga yang sempurna, namun
beberapa keluarga atau orangtua tidak dapat menjalankan fungsi yang seharusnya
karena satu dan lain hal. Masalah keluarga ini kemudian akan berdampak terhadap
kesejahteraan anak di masa depan.
Keluarga dikatakan bermasalah ketika rumah tidak dapat menjadi tempat
berlindung bagi semua anggota keluarga. Selain itu, pola asuh orangtua di keluarga
bermasalah cenderung menimbulkan aura negatif dan kurang memperhatikan
kesehatan mental anak sehingga berdampak terhadap proses tumbuh kembang anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang ada dalam keluarga
2. Seperti apa pendidikan dalam keluarga
3. Apa keterkaitan antara kesehatan mental dengan masalah yang ada dalam
keluarga.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui masalah yang ada dlm keluarga.
2. Mengetahui pendidikan yang ada dalam keluarga.
3. Mengetahui keterkaitan antara kesehatan mental dengan masalah yang ada dalam
keluarga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga


Pendidikan mempunyai banyak arti. Emil Durkheim mendefinisikan pendidikan
sebagai pengaruh yang dilaksanakan oleh orang dewasa atas generasi yang belum
matang untuk penghidupan sosial. Dictionary of Education menyatakan bahwa
pendidikan merupakan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,
dan bentuk-bentuk perilaku lainnya di dalam masyarakat dimana yang bersangkutan
hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses timbal
balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan
hidupnya.
Menurut George F. Kneller mengatakan: bahwa pendidikan memiliki arti luas
dan sempit, pendidikan arti sempit maksutnya sebagai tindakan atau pengalaman
yang mempengaruhi perkembangan jiwa,watak ataupun kemampuan fisik individu,
sedangkan pendidikan arti luas maksutnya suatu proses mentransformasikan
pengetahuan nilai-nilai, dan ketrampilan dari generasi kegenerasi, yang dilakukan
oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan misal sekolah, pendidikan
tinggi atau lembaga lainnya.
Sementara itu, keluarga adalah kasatuan unit terkecil di dalam masyarakat. Jadi,
pendidikan dalam keluarga adalah proses pembentukan mental dan tingkah laku
seorang anak manusia secara berkesinambungan dalam unit terkecil di dalam
masyarakat.
Sejatinya, pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada orang yang
tidak dilahirkan dalam keluarga. Jauh sebelum ada lembaga pendidikan yang disebut
sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam
pendidikan yakni sebagai peletak dasar. Dalam dan dari keluarga orang mempelajari
banyak hal, dimulai dari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan
keinginan dan perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap,
berperilaku, hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam
hidup. Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang.
Secara praktis, pendidikan dalam keluarga tidak mempunyai suasana seperti
pendidikan di sekolah. Kita tidak akan menemukan ruangan yang dipenuhi fasilitas

2
seperti bangku dan meja, papan tulis, dan media pembelajaran lainnya. Kita juga
tidak akan menemukan oknum pendidik yang mengenakan uniform tertentu yang
biasa dipanggil dengan sebutan ‘guru’ atau ‘dosen’. Pendidikan dalam keluarga
memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini dimungkinkan karena pendidikan dalam keluarga
bukanlah pendidikan yang ‘diorganisasikan’ melainkan pendidikan yang ‘organik’,
yang didasarkan pada spontanitas, intuisi, pembiasaan dan improvisasi. Meski
demikian, dalam pendidikan keluarga kita menemukan oknum yang fungsinya tidak
jauh berbeda dengan guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi yaitu mentransfer
pengetahuan. Sosok orang tua dalam konteks pendidikan keluarga bertugas
mentransfer pengetahuan tetapi bukan pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu,
melainkan pengetahuan tentang kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dalam
keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan pembiasaan
dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anggota keluarga yang
disebut anak.

Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga


Pendidikan dalam keluarga penting, sama pentingnya dengan pendidikan di
sekolah. Jika diibaratkan, pendidikan seperti koin yang memiliki dua sisi dimana pada
sisi yang satu terdapat pendidikan dalam keluarga sedangkan pada sisi yang lain ada
pendidikan di sekolah. Mengapa pendidikan dalam keluarga penting?? Faktanya,
setiap orang yang bersosialisasi dalam masyarakat berasal dari keluarga. Kemampuan
bersosialisasi tidak datang secara tiba-tiba melainkan hasil dari suatu pembelajaran
panjang dalam keluarga. Sosialisasi dalam keluarga bertujuan membentuk:
1. Penguasaan Diri
Setiap anak perlu diajarkan tentang self controlled sebab masyarakat menuntut hal
ini. Orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa masyarakat umum memiliki
kepribadian berbeda-beda. Karena itu diperlukan cara yang berbeda pula untuk
mendekati atau membangun relasi sosial dengan mereka. Dan penguasaan diri
merupakan cara yang ampuh. Anak perlu diajar untuk menguasai diri ketika
berhadapan dengan orang lain. Tidak mungkin anak dapat menguasai diri apabila
tidak diajarkan dalam keluarga. Cara praktis yang bisa dilakukan adalah pada waktu
orang tua meminta anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Memang, ini bukanlah
cara yang mudah. Tetapi justru karena itulah penguasaan diri anak dapat terbentuk,
baik secara emosional maupun secara fisik.
3
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak secara bersamaan dengan penguasaan
diri adalah mengajarkan anak untuk meminjamkan mainannya kepada temannya.
Nilai yang terkandung di sini adalah berbagi alias tidak pelit/kikir. Bisa juga,
mengajarkan anak kepada anak supaya tidak bermain sebelum pekerjaan rumahnya
selesai dikerjakan. Hal ini mengajarkan tentang disiplin dan kesuksesan. Usia 6 tahun
merupakan usia yang paling baik untuk mengajarkan nilai-nilai kepada anak. Dan
keluarga bertanggung jawab penuh dalam usia ini.
3. Peran-peran Sosial
Interkasi dalam keluarga bermanfaat untuk pengenalan peran-peran sosial. Anak
dapat mengenali peran orang tua (ayah dan ibu), kakak, adik, dan perannya sendiri.
Dengan mengenali peran-peran sosial, anak dapat berinteraksi dengan dunia luar
tanpa mengesampingkan perannya tersebut.

B. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mendidik Anak


Pendidikan dalam keluarga memang berlangsung secara spontanitas, namun ada
hal-hal penting yang perlu diperhatikan orang tua:
1. Tunjukan Teladan
Anak-anak suka meniru perilaku orang tua, baik perkataan, sikap maupun
perbuatan. Pendidikan dalam keluarga hanya akan berhasil manakala orang tua
mendidik dengan menunjukkan teladan. Pendidikan tentang penguasaan diri, nilai-
nilai, dan peran-peran sosial akan gagal apabila orang tua tidak mampu menguasai
diri, tidak memiliki nilai-nilai yang diajarkan, dan tidak melaksanakan peran
sosialnya. Dalam pendidikan keluarga, orang tua tidak hanya berperan sebagai
pendidik tetapi juga sebagai model tentang segala sesuatu yang diajarkan. Ada
ungkapan kuno: “orang mungkin ragu dengan apa yang Anda katakan, tetapi mereka
akan percaya dengan apa yang Anda lakukan“
Anak bisa saja ragu dengan apa yang orang tua ajarkan apabila orang tua tidak
menunjukkannya terlebih dahulu dalam perilakunya. Namun sebaliknya anak tidak
akan ragu dengan segala hal yang diajarkan apabila orang tua mampu
menunjukkannya dalam perbuatan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, tanpa kata-
kata pun suatu teladan dapat ditransfer kepada anak.

4
2. Konsisten
Hasil dari pendidikan dalam keluarga akan sesuai harapan manakala dilakukan
secara konsisten. Inkonsistensi sama sekali tidak konstruktif terhadap pendidikan
dalam keluarga. Sejatinya, sikap konsisten tidak hanya baik bagi pendidikan dalam
keluarga tetapi juga mengajarkan tentang ketegasan, dan keteguhan dalam berprinsip.
3. Kesepahaman Pendapat Ayah dan Ibu (0rang tua)
Sudah menjadi rahasia umum, ayah dan ibu sering tidak sepaham dalam
pendidikan keluarga. Sebenarnya, realitas ini merupakan penyebab gagalnya
pendidikan dalam keluarga. Anak menjadi bingung dalam menentukan sikap. Ayah
dan ibu boleh saja tidak sepaham, namun hal itu tidak boleh ditunjukkan di depan
anak. Di depan anak, seharusnya, orang tua menunjukkan kekompakkan sehingga
pendidikan dalam keluarga mendatangkan hasil yang membanggakan.

C. Hal-hal Yang Dapat Menyebabkan Keluarga Bermasalah


Masalah keluarga secara langsung berkaitan dengan kondisi dan perilaku
kedua atau salah satu pihak ortu, yang kemudian jadi berdampak langsung terhadap
perkembangan anak. Berikut beberapa hal yang berisiko menyebabkan suatu keluarga
bermasalah, di antaranya:
1. Orangtua yang ketergantungan narkoba atau alkohol
Ketergantungan zat terlarang merupakan masalah serius karena dapat
menyebabkan hilangnya figur orang tua dalam keluarga, munculnya perilaku
kekerasan, dan kesulitan finansial.
2. Kekerasan dalam rumah tangga
KDRT menyebabkan situasi keluarga jadi tidak kondusif dan tidak aman bagi
anak-anak serta dapat menyebabkan seorang anak tumbuh menjadi seseorang yang
kasar ketika dewasa.
3. Konflik antara kedua orangtua
Selain berpotensi pada perceraian, konflik antar orangtua dapat menimbulkan
dampak serius ketika pertengkaran jadi melibatkan anak dan salah satu pihak secara
sengaja membatasi hubungan anak dengan yang lain.
4. Tinggal bersama orang tua dengan gangguan mental
Orangtua yang depresi akan membatasi kontak fisik dan komunikasi antar
orangtua-anak, sehingga perkembangan emosional anak jadi ikut terganggu.
5. Pola asuh yang terlalu mengekang
5
Pola asuh yang terlalu mengendalikan aktivitas anak dapat menyebabkan anak
tidak berkembang sebagaimana mestinya. Anak-anak yang tinggal dengan ortu
“diktator” juga cenderung berperilaku memberontak atau bersikap antisosial terhadap
keluarga dan orang lain di sekitarnya.
6. Kepribadian toxic
Annette Nuñez, seorang psikoterapis menerangkan, ada kemungkinan
kepribadian yang bentrok dalam keluarga. Misalnya, perbedaan antarsaudara kandung
atau anak dengan salah satu atau kedua orangtuanya. Tapi, Spineli mengingatkan
bentrokan kepribadian bisa diperparah jika berhadapan dengan seseorang yang narsis
atau toxic.
7. Komunikasi yang buruk
Nuñez dan Spinelli sama-sama mencatat, kurangnya komunikasi yang terbuka
dan sehat adalah akar dari banyak masalah keluarga. Jika seseorang sulit berbicara
dengan salah satu atau beberapa anggota keluarga, Spinelli menduga masalah
komunikasi adalah biangnya.
8. Pola pengasuhan yang berbeda
Salah satu rintangan terbesar yang dihadapi pasangan saat mengasuh anak
adalah mencari tahu bagaimana menggabungkan gaya pengasuhan dengan cara yang
efektif. "Ini dapat menyebabkan banyak ketegangan ketika orang tua tidak berada di
halaman yang sama dengan mengasuh anak," kata Nuñez. Dan jika mereka berurusan
dengan keluarga besar, Spinelli menambahkan, masukan dari mertua soal pola
mengasuh anak juga dapat menyebabkan beberapa masalah.
9. Uang
Uang sering menjadi sumber masalah, terutama di dalam keluarga. Begitu
banyak keluarga yang menghadapi masalah keuangan dan pekerjaan. Spinelli
menyampaikan, masalah uang dapat mencakup siapa orang tua yang harus bekerja,
tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi butuhan, hingga kemiskinan. Uang
menyentuh sebagian besar dari kehidupan manusia. Dan, jika tidak diatur dengan baik
efeknya akan terasa dalam keluarga mana pun.
10. Mengelola rumah tangga
Nuñez menyebut masalah keluarga lainnya bisa dipicu oleh tidak seimbangnya
tugas dalam keluarga. Harus ada pembagian tugas yang jelas dalam mengatur rumah
dan anak seharusnya dididik secara adil sesuai usia untuk mengurus diri mereka
sendiri.
6
11. Perdebatan
Merupakan hal yang lumrah bila dalam keluarga terjadi perdebatan. Tapi, jika
terjadi terus menerus, ini tanda hubungan tidak sehat. "Beberapa orang tidak
menyadari bahwa pertengkaran yang terus-menerus sebenarnya adalah masalah,
karenamereka sudah terbiasa," jelas Spinelli. "Mereka tidak menyadari bahwa ketika
ada teriakan dalam pertengkaran, itu sebenarnya menciptakan stres dan ketegangan."
12. Perceraian
Kebahagiaan dalam keluarga bisa buyar karena keinginan bercerai. "Kita akan
terkejut betapa banyak orang yang belum memproses perceraian dalam keluarga,"
kata Spinelli. "Itu benar-benar memengaruhi cara melihat hubungan dan membuat
ketakutan dalam hubungan, dan seringkali orang bahkan tidak membicarakannya di
dalam keluarga," sambung dia.
13. Jarak
Meskipun sulit untuk dihindari, jarak dalam keluarga dapat menyebabkan
banyak masalah. Misalnya, menjelang hari raya, sering kali terjadi pertengkaran
seputar siapa keluarga yang harus dikunjungi.
14. Rutinitas
Rutinitas yang padat hingga membuat salah satu anggota keluarga tidak
memiliki waktu bagi keluarganya bisa menjadi masalah.

D. Dampak Dari Keluarga Yang Bermasalah


Dampak dari masalah keluarga terhadap anak bersifat jangka panjang, yang
akan baru muncul ke permukaan ketika ia tumbuh menjadi remaja atau dewasa.
Dampak tersebut cenderung sulit dikenali, ditambah lagi dengan faktor sangat
sedikitnya upaya orangtua untuk mengatasi hal tersebut.
Hidup di tengah keluarga bermasalah juga menyebabkan anak jadi kehilangan
kesempatan untuk berkembang secara optimal sebagaimana mestinya, sehingga
mereka jadi memiliki kemampuan sosial, emosional dan coping skill yang lebih
rendah dibandingkan individu seusianya. Hambatan ini kemudian bisa berwujud pada
munculnya beberapa masalah berikut:
1. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang umum
ditemui dan sudah sejak lama diketahui berkaitan dengan kondisi keluarga yang
bermasalah. Kecemasan berlebih pada seseorang dapat dipicu oleh perilaku orangtua
7
atau kondisi keluarga yang selalu menimbulkan masalah atau kekhawatiran anggota
keluarga.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh perilaku orangtua yang teralu keras
sehingga menimbulkan tekanan mental dengan cara memarahi atau meremehkan hal
yang dilakukan anak atau kecemasan berlebih orang tua sehingga mereka melarang
anak untuk beraktivitas merupakan penyebab utama munculnya gangguan kecemasan
pada anak ketika dewasa.
2. Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
Apapun masalah yang menyebabkan suatu keluarga jadi bermasalah, efek
kecemasan yang timbul sebagai akibatnya juga akan memengaruhi kemampuan anak
untuk berinteraksi dan membentuk suatu hubungan dengan orang lain. Hal tersebut
dapat dipicu oleh pemikiran atau pandangan negatif dari orangtua yang “ditularkan”
terhadap anak bahwa setiap orang tidak dapat dipercaya, ataupun rasa cemas jika
orang lain mengetahui kondisi keluarganya.
3. Kesulitan menerima kenyataan
Hal ini dapat disebabkan oleh konflik yang muncul dari perbedaan pandangan
antara orangtua dan anak, serta orangtua yang memaksakan pendapatnya pada anak
alias cuci otak. Akibatnya, anak tumbuh besar sulit mempercayai hal yang dialaminya
dan cenderung kurang mempercayai emosi milik sendiri bahkan apa yang ditangkap
oleh indera mereka.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar pemaparan materi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwasannya
dalam pen ddikan keluarga perlu adanya pengetahuan dasar tentang cara mendidik
anak agar bisa mencapai tumbuh kembang secara optimal bukan hanya melalui
sekolah tapi melalui pendidikan dasar yang ada dalam keluarga, peran orang tua baik
ibu ataupun bapak sangat penting bagi proses tumbuh kembang anak.
Keluarga yang baik tentu akan mencetak generasi yang baik, dan jika keluarga itu
bermasalah maka akan menjadikan lingkungan keluarga juga lingkungan masyarakat
ikut bermasalah, tentu dalam kehidupan berkeluarga pasti menemui banyak tantangan
dan rintangan yang baru, dalam hal ini kemampuan untuk bisa berpikir matang dari
kedua orang tua berpengaruh besar terhadap penyelesaian maslah ang ada dalam
keluarga.

B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat memberi pengetahuan bagi pembaca dan
dipergunakan sebagaimana mestinya. Dan pembaca dapat memberikan kritik juga
saran yang membangun untuk penulis agar dapat memberikan informasi yang lebih
baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko.(2012).Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Engkoswara, d.

Djamarah, S B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hasan, M. (2010). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : Diva press.

10

Anda mungkin juga menyukai