Anda di halaman 1dari 18

PERANAN KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT

DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Mustajab, M.Pd.I

Oleh : Kelompok 6

Farihatul Isnainiyah (T20186007)


Bella Amelia Resmanto (T20186010)
Zahrotul Elmi (T20186031)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peranan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pendidikan” ini dengan
baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada :

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M., selaku Rektor IAIN Jember.
2. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Suparwoto Sapto Wahono, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa.
4. As’ari, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
5. Dr. Mustajab, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing pembuatan makalah.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka dari
itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengharap kritik dan saran
demi perbaikan makalah mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jember, 20 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2


2.1 Peranan keluarga dalam pendidikan ......................................................... 2
2.2 Peranan sekolah dalam pendidikan........................................................... 5
2.3 Peranan masyarakat dalam pendidikan..................................................... 9

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri individu. Lingkungan
adalah segala yang meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
proses/perjalanan hidup. Lingkungan pendidikan adalah suatu tempat dengan situasi
dan kondisi sosial budaya yang ada dimana pergaulam pendidikan berlangsung.
Dimanapun seseorang berada dia tidak akan mungkin pernah terlepas dari
lingkungannya. Pendidikan merupakan bagian yang inhern dengan kehidupan. Itu
berarti bahwa pendidikan pun tidak dapat dipisahkan dari situasi lingkungan.
Dengan kata lain, pendidikan senantiasa berhubungan dengan lingkungan. Faktor
lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat penting menjadi perhatian para
pendidik, karena disadari atau tidak, manusia senantiasa dipengaruhi oleh
lingkungannya. Lingkungan pendidikan yang tepat, menjadikan pendidikan dapat
berlangsung secara efektif.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan adalah tempat
berlangsungnya proses atau kegiatan pendidikan. Secara garis besar, lingkungan
pendidikan dapat dikelompokkan pada tiga, oleh Ki Hajar Dewantara disebutnya
dengan istilah tri pusat pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan
tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
organisasi pemuda (jika diperluas menjadi lingkungan sosial masyarakat).

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimanakah peranan keluarga dalam pendidikan?
2) Bagaimanakah peranan sekolah dalam pendidikan?
3) Bagaimanakah peranan masyarakat dalam pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk men getahui peranan keluarga dalam pendidikan
2) Untuk mengetahui peranan sekolah dalam pendidikan
3) Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peranan keluarga dalam pendidikan


Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan
pun sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Pendidikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah faktor keluarga. Latar belakang keluarga akan
mempengaruhi karakter dan pendidikan anaknya. Keluarga berasal dari bahasa
Sansekerta kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok”
“kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah bersatu. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak mereka. Menurut Novan Ardy Wiyani dan Barnawi keluarga adalah suatu
lingkungan kecil yang terdiri dari ibu dan bapak beserta anak-anaknya. Keluarga
juga berarti orang seisi rumah yang menjadi tanggungan. 1 Berdasarkan Departemen
Kesehatan RI Tahun 1998, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah
anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan
lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga. Oleh karena itu, peranan orang tua sangatlah penting untuk mendukung
kelangsungan pendidikan anak.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Sebagaimana
dikemukakan terdahulu, bahwa pendidikan keluarga adalah yang pertama dan
utama. Pertama, maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan
hubungan orang tuanya. Mengingat orang tua adalah orang dewasa, maka
merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak. Kewajiban orang tua tidak
hanya sekadar memelihara eksistensi anak untuk menjadikannya kelak sebagai
seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang

1
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan
Monokotomik-Holistik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). hal. 55

2
tumbuh dan berkembang. Kata utama, maksudnya adalah bahwa orang tua
bertanggung jawab pada pendidikan anak. Hal itu memberikan pengertian bahwa
seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan penuh
ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak
mampu menolong dirinya sendiri. Dengan demikian terserah kepada orang tua
untuk memberikan corak warna yang dikehendaki terhadap anaknya. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa kehidupan seorang anak pada saat itu benar-benar
tergantung kepada kedua orang tuanya.2
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik utama di keluarga harus saling
bekerja sama untuk mendidik anaknya. Diantara anggota keluarga, peranan ibu
adalah yang paling penting terhadap anak-anaknya. Hal tersebut disebabkan sejak
anak dilahirkan, ibu adalah orang yang selalu disampingnya. Pendidikan seorang
ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama
sekali. Oleh karena itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai
mendidik anak-anaknya. Baik dan buruknya pendidikan ibu terhadap anak-anaknya
berpengaruh besar terhadap perkembangan watak anaknya di kemudian hari.3 Dapat
disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai
berikut:4 Sumber dan pemberi kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat
mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pembimbing
hubungan pribadi, dan pendidik dalam segi-segi emosional. Di samping ibu,
seorang ayah juga memegang peranan yang penting pula. Dalam ilmu pendidikan,
peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya antara lain sebagai berikut:5 Sumber
kekuasaan didalam keluarganya, penghubung intern keluarga dengan masyarakat
atau dunia luar, pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, pelindung
terhadap ancaman luar, hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan
pendidik dalam segi-segi rasional.

2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: (Umum dan Agama Islam) (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), hal. 39-41.
3
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, op. cit, hal. 61
4
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.
82.
5
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, op. cit, hal. 62

3
Berikut contoh peranan keluarga dalam pendidikan anak :
1) Menunjukkan perilaku positif
Anak-anak tidak melihat orang tuanya melalui kata-kata, melainkan perilaku.
Inilah penyebab utama anak kita sulit berubah menjadi lebih baik. Karena
orang tua menganggap, memberikan nasihat saja sudah cukup. Kita lupa bahwa
mereka adalah cerminan diri kita sebagai orang tua. Jadi, menunjukkan
kebaikan pada anak melalui perilaku kita sehari-hari.
2) Mencurahkan perhatian dan kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa dicintai dan dihargai. Dengan
melimpahkan perhatian dan kasih sayang pada anak, maka kebutuhan dasar
mereka akan terpenuhi. Ketiadaan cinta mampu membunuh manusia lebih
cepat daripada kuman. Karena tanpa cinta, kita merasa tak dianggap dan tak
dibutuhkan. Inilah penyebab utama gangguan mental pada manusia yang
selanjutnya juga akan menggerogoti fisik.
3) Menjalankan fungsi pendidik
Tidak hanya sebatas melahirkan dan menyediakan sandang pangan. Orang tua
wajib memberikan pendidikan untuk anaknya agar tumbuh menjadi manusia
berkualitas. Pendidikan ini meliputi, pengetahuan umum, penanaman nilai-nilai
moral, keagamaan, hubungan sosial dengan manusia lainnya, mengajarkan
kebudayaan dan adat istiadat. Intinya, pendidikan yang Anda sediakan bagi
anak harus mampu menjadi bekal bagi mereka untuk bertahan dan berproses
dalam hidup.
4) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Agar terhindar dari pengaruh negatif, orang tua wajib menyediakan lingkungan
yang aman dan nyaman dalam proses perkembangan anak. Misalnya,
menyediakan lingkungan fisik yang sehat agar tubuh anak tumbuh secara
optimal. Dan, menghadirkan situasi kebersamaan yang berkualitas dengan
sesama anggota keluarga untuk mendukung aspek sosial dan psikologi anak.
Dengan demikian, fungsi keluarga dalam pendidikan anak ini harus dilakukan
sejak anak masih di dalam kandungan. Apabila orang tua tidak berperan secara
optimal dalam mendidik, akan muncul berbagai masalah dalam kehidupan anak,
seperti Terjerumus pergaulan yang salah; emosi labil; tidak memiliki tujuan hidup

4
atau cita-cita; malas beraktivitas; menentang dan membantah orang tua; performa
belajar menurun; tidak berprestasi; sering berkhayal, tapi tak bisa
membuat plan untuk mewujudkannya; perilaku seks menyimpang (menyukai
sesama jenis/seks bebas); dan melakukan tindak kekerasan. Maka sepuluh masalah
tersebut paling umum yang akan dialami oleh anak-anak kita apabila kita sebagai
orang tua tidak berperan baik dalam mendidik anak-anak.

2.2 Peranan sekolah dalam pendidikan


Menurut Tu’u (2004:18) sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses
pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah, nilai-nilai etik, moral, mental,
spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan keterampilan ditabur, ditanam,
disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana
yang sangat dominan bagi prestasi belajar. Menurut Depdiknas (2013: 1144) dalam
kamus besar bahasa Indonesia, pengertian sekolah adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.6
Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang utama setelah lingkungan
keluarga. Sekolah adalah suatu organisasi atau wadah kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber daya
secara selektif, efektif dan efisien, karena adanya persamaan motif untuk membantu
peserta didik mencapai kedewasaanya. Kesamaan motif itulah yang mendorong
terbentuknya wadah “sekolah”. Bagaimanapun juga, pendidikan yang diberikan di
lingkungan keluarga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Oleh karena itu,
keberadaan sekolah merupakan penunjang utama pendidikan anak setelah
pendidikan di lingkungan keluarga. Banyak aspek yang kemudian tidak dapat
dipenuhi pendidikan di lingkungan keluarga, tetapi dapat dipenuhi melalui
pendidikan sekolah, misalnya dalam hal pengembangan wawasan ilmu pengetahuan
dan keterampilan.7
Zakiah Daradjat (2008) dalam bukunya, membedakan antara rumah dengan
sekolah yaitu:8

6
Rahmat Hidayat & Abdillah, Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya” (Medan: LPPPI, 2019),
cet. 1, hal. 118
7
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018),
cet. 1, hal. 52
8
Abdul Kholik, dkk., Pengantar Ilmu Pendidikan, (Bogor: UNIDA PRESS, 2019), hal. 92

5
1) Suasana rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi anggota baru
dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut oleh orang tuannya dengan
gembira dan malahan kerap kali dirayakan dengan mengadakan
selamatan/tasyakuran. Sedangkan sekolah adalah tempat anak belajar. Ia
berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-
berganti.
2) Tanggung Jawab. Dalam pembentukan rohani dan keagamaan orang tua
menjadi teladan bagi anak. Telah dikatakan bahwa orang tua atau keluarga
menerima tanggung jawab mendidik anak-anak atau karena kodratnya.
Keluarga, yaitu orang tua bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-
anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas
pendidikan watak anak-anaknya. Sedangkan sekolah lebih merasa bertanggung
jawab terhadap pendidikan intelektual serta pendidikan keterampilan yang
berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat
nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Akan tetapi
ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga
mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-
muridnya dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan
dan akhlak sesuai dengan ajaran islam. Bahkan di luar sekolahpun ia harus
bertindak sebagai pendidik.
3) Kebebasan. Di rumah, anak bebas dalam gerak geriknya, ia boleh makan
apabila lapar, tidur apabila mengantuk. Ia boleh bermain. Ia tidak dilarang
mengeluarkan isi hatinya selama tidak melanggar kesopanan. Sedangkan di
sekolah, suasana bebas seperti itu tidak ada. Disana ada aturan-aturan tertentu.
Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu
itu pada tempat yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau
menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Jadi, ia harus menyesuaikan diri
dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
4) Pergaulan. Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan keluarga senantiasa
diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggota anggotanya. Biarpun kadang-
kadang terjadi perselisihan-perselisihan diantara anggota-anggota keluarga itu,
namun perselisihan itu tidak akan memutuskan tali kekeluargaan mereka.

6
Sedangkan kehidupan atau pergaulan di sekolah bersifat lebih lugas. Di
sekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus ditaati
oleh tiap-tiap murid dan guru.
Untuk memberikan pendidikan yang teratur, terencana, terpadu, dan
berkesinambungan. Maka sekolah dikelompokkan dan disusun berdasarkan jenis
dan jenjangnya. Adapun jenjang pendidikan di sekolah antara lain: Pendidikan
Anak Usia Dini (PIAUD), Pendidikan Dasar (SD/MI), Pendidikan Menengah
(SMP/MTS dan SMA/MA/SMK), dan Perguruan Tinggi. Komponen sekolah antara
lain terdiri dari: tujuan pendidikan; sumber daya manusia seperti guru/pendidik,
murid/siswa, laboran, pustakawan, tenaga administrasi, petugas kebersihan, dst.;
kurikulum; media pendidikan dan teknologi pendidikan; sarana, prasarana, dan
fasilitas; dan pengelola sekolah. Tiga komponen utama sekolah yaitu: peserta didik,
guru dan kurikulum. Sedangkan fungsi pendidikan sekolah: fungsi transmisi
(konservasi) kebudayaan masyarakat; fungsi sosialisasi (memilih dan mengajarkan
peranan sosial); fungsi integrasi sosial; fungsi mengembangkan kepribadian anak
didik; fungsi mempersiapkan anak didik untuk suatu pekerjaan; fungsi
inovasi/mentransformasi masyarakat dan kebudayaannya. Lalu karakteristik
pendidikan di sekolah antara lain: a) Secara factual, pendidikan di sekolah lebih
menekankan kepada pengembangan kemampuan intelektual. b) Peserta didiknya
bersifat homogen. c) Isi pendidiknya terprogram secara formal/kurikulumnya
tertulis. d) Berjenjang dan berkesinambungan. e) Waktu pendidikan terjadwal
secara ketat, relatif lama. f) Cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan
artificial. g) Evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis.9
Seperti dikemukakan Fraenkel (1977), sekolah tidaklah semata-mata tempat di
mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah
juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang
berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Pembentukan karakter yang
merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah
merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita
berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam
mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi

9
Munir Yusuf, op. cit, hal. 54-56

7
juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.10 Berikut ini contoh peran sekolah
dalam mendidik anak dilihat dari karakternya:
1) Moral. Terkadang tidak sekolah saja, banyak remaja dan anak-anak tak hanya
di Indonesia namun di seluruh dunia mengalami krisis mental. Jelas bahwa
pendidikan di sekolah bisa mencoba untuk membangun karakter anak-anak
yang lebih baik. Meskipun belum tahu apakah pasti spesial atau tidak namun
dengan cara mencoba mengajarnya.
2) Memberikan Penghargaan. Percayakah kamu bahwa dengan menyekolahkan
mereka berarti kamu memberikan penghargaan? memberikan waktu untuk
percaya dan bisa mandiri untuk mengembangkan diri mereka sendiri.
Mengajarkan anak bukan hal yang mudah, maka sekolah bisa memberikan hal
yang berbeda yang terkadang tidak bisa dilakukan orang tua untuk anaknya
apapun alasannya.
3) Mensosialisasikan Peraturan Sosial. Dalam psikologi kita mengenal ada hal
yang subjektif antara keluarga sehingga terkadang mengajarkan seseroang yang
sama dengan kita atau dalam keluarga yang sama tidak akan berhasil. Untuk itu
dibutuhkan sekolah yang bisa mendidik tanpa melihat siapa anak anda dan
sejenisnya. Mengingat bahwa lingkungan keluarga juga kecil, maka ada
peraturan yang bisa diterapkan jika lingkungan sosialnya lebih besar dan salah
satunya adalah sekolah dengan anggota yang lebih banyak dan beragam.
4) Konseling. Tak jarang kan anak justru membawa masalah dari rumah dan
bukan sebaliknya, disini sekolah bisa masuk dan mengajarkan hal lain yang
mereka butuhkan. Mengingat anak-anak tak senang digurui, sehingga sulit
mengajarkan karakter tanpa trik pada mereka. Konseling merupakan salah satu
hal yang bisa dilakukan oleh banyak sekolah untuk mendidik mereka. Dimana
anak-anak terkadang ingin mengungkapkan hal yang menyebabkan mereka
sulit menerapkan pendidikan karakter atau menjadi pribadi yang baik. tak
jarang nyatanya anak-anak justru memiliki masalah di rumah yang
mengganggu jam belajar dan juga masalah untuk mereka. Sehingga bukan hal
yang buruk konseling dibarengi penerapan karakter.

10
Jito Subianto, “Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam Pembentukan karakter berkualitas”,
LPPG (Lembaga Peningkatan Profesi Guru), Jawa Tengah, 2013. Vol. 8, No. 2

8
5) Melatih Mental. Karena akan ada banyak masalah dan juga orang serta
karakter, anak akan dilatih mentalnya untuk menyelesaikan itu semua. Tanpa
bantuan keluarga atau orang tua kecuali sudah kelewat batas dan pihak sekolah
mengharuskan adanya pelaporan. Namun karena di sekolah banyak jenis emosi
yang berbeda dan kontra dengan anak, belajar di sekolah nyatanya tak harus
secara langsung namun juga bisa tidak langsung.
6) Kepercayaan pada orang lain. Karena masih berada di dekat orang tuanya anak
jarang mendakatkan tugas yang dipercayakan pada mereka sehingga anak tidak
percaya pada orang lain. Padahal bisa saja anak handal dalam melakukan apa
yang anda katakan. Di sekolah kembali lagi semua orang diperlakukan sama
dan diberikan kesempatan, anak yang memang memiliki rasa kepercayaan
sejak awalah yang akan berhasil menerima rasa kepercayaan dan mereka juga
akan menaruh kepercayaan pada orang lain dengan bijaksana.
7) Rasa menghormati. Kita mungkin tak bisa menyalahkan bagaimana mereka
bersikap nontoleran terhadap perbedaan, terutama jika keluarga yang
membesarkan anak-anak inipun melakukan hal yang sama. Dimana mereka
tidak terbiasa mengunakan sopan santun apalagi yang berbahasa yang buruk.
Untuk itu anda yang menyekolahkan anaknya di sekolah jelas akan
dipertimbangkan pendidikan terkait rasa menghormati dan menghargai
perasaan orang lain. Penerapannya akan lebih mudah karena lebih banyak
orang lain dalam lingkungan sekolah. Sehingga anak terbiasa untuk tidak
mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan,
hinaan dan perselisihan.

2.3 Peranan masyarakat dalam pendidikan


Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah keluarga dan
pendidikan di lingkungan sekolah. Bila dilihat dari ruang lingkup masyarakat,
banyak dijumpai keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun, justru
keanekaragaman inilah dapat memperkaya budaya bangsa Indonesia. Pendidikan
dalam masyarakat bertujuan menyejajarkan status kehidupan masyarakat. Peran
masyarakat di era sekarang adalah menjadi fasilitator dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan nasional, ikut serta dalam menyelenggarakan pendidikan
swasta, membantu pengadaan tenaga, sarana dan prasarana serta membantu

9
mengembangkan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (PSM) memang sangat erat berkaitan
dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Hal ini tentu
saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, bila tidak sekarang
dilakukan dan dimulai, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran
aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat diperoleh dunia pendidikan.
Selama ini, penyelenggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia dalam
kenyataannya masih terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam
implementasi atau penerapan program-program pembangunan saja. Kegiatan
partisipasi masyarakat masih lebih dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk
kepentingan pemerintah atau negara. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia,perlu ditumbuhkan adanya kemauan dan kemampuan
warga atau kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan
pendidikan. Sebaliknya juga pihak penyelenggara negara atau penyelenggara
pemerintahan perlu memberikan ruang dan kesempatan dalam hal lingkup apa,
seluas mana, melalui cara bagaimana, seintensif mana, dan dengan mekanisme
bagaimana partisipasi masyarakat itu dapat dilakukan. Dalam konteks
penyelenggaraan, pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun
kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran
serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masarakat, jangan
diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang
diharapkan.
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bagian
ketiga tentang Hak dan Kewajiban Pasal 8 menyebutkan bahwa “Masyarakat
berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi progam
pendidikan”. Sedangkan dalam pasal 9 menyebutkan, “Masyarakat berkewajiban
memberikan dukungan sumber daya dalam penyelanggaraan pendidikan.” Undang-
Undang tersebut menegaskan pentingnya pendidikan bagi masyarakat sejak dini
.Sistem pendidikan di masyarakat harus mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan duniawi maupun ukhrawi ”.11

11
Hamdani. Dasar-Dasar Kependidikan. (Bandung: Pustaka Bansung, 2011), hal. 45

10
Peranan masyarakat tersebut dilaksanakan melaui jalur perguruan swasta,
dunia usaha, kelompok profesi, dan lembaga nasional lainnya. Proses pendidikan
sering mengalami perubahan sehingga dapat disimpulkan pengaruh dan peranan
masyarakat terhadap pendidikan adalah : sebagai arah dalam mentukan tujuan,
sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar, sebagai sumber
belajar, sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya, dan sebagai laboratium guna
pengembangan dan penelitian sekolah. Pendidikan dalam masyarakat ini juga tidak
saja terbatas kepada yang muda akan tetapi yang tua pun perlu. Seperti
pemberantasan buta aksara bagi orang-orang tua melalui kejar paket A dan B,
mengadakan Penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) dan
tak kalah penting lagi pembinaan dalam masyarakat melalui KB. 12
Apabila tugas pendidikan telah tercerabut dari program lingkungannya atau
masyarakatnya, dapat dipastikan akan menghasilkan suatu capaian yang tidak
memuaskan bagi masyarakat itu sendiri. Memperhatikan hal tersebut, maka
diperlukan reaktualisasi partisipasi masyarakat dalam rangka perbaikan mutu
layanan dan output pendidikan. Karena sebenarnya dalam usaha pendidikan pada
dasarnya sudah menjadi bagian dari tugas mereka (yaitu para orang tua dan
kelompok-kelompok masyarakat lain). Berikut ini akan diuraikan beberapa peran
dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah) :
1) Masyarakat berperan serta dalam pendidikan dan membiayai sekolah.
2) Masyarakat dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan
mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
3) Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung
museum, perpustakaan.
4) Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
5) Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar.
Adapun tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi
terendah ke tinggi), yaitu peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang
tersedia. Pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk
mendidik anak-anak mereka.
1) Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga.

12
Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK. (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hal. 87-88

11
Masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah
dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga.
2) Peran serta secara pasif.
Masyarakat menyetujui dan menerima apa yang diputuskan pihak sekolah,
misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi
anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan
mematuhinya.
3) Peran serta melalui adanya konsultasi.
Pada tingkatan ini, orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang
masalah pembelajaran yang dialami anaknya.
4) Peran serta dalam pelayanan.
Orang tua/masyakarat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut
membantu sekolah ketika ada studi tur, pramuka.
5) Peran serta sebagai pelaksana kegiatan.
Misalnya sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk memberikan
penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah jender, gizi, dsb.
6) Peran serta dalam pengambilan keputusan.
Orang tua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik
akademis maupun non akademis, dan ikut dalam proses pengambilan
keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
Disisi lain, peranan masyarakat dilaksanakan melalui jalur-jalur sebagai
berikut:
1) Perguruan swasta; usaha-usaha dari masyarakat yang secara langsung
mengelola dan menyelenggarakan secara formal.
2) Dunia usaha; mempunyai kaitan erat dengan unsur-unsur masyarakat lainnya
termasuk dalam pendidikan, misalnya melaksanakan sistem magang,
penataran, kerja sama dengan sekolah-sekolah lain dan sebagainya.
3) Kelompok profesi; pembinaan keterampilan dan keahlian.
4) Lembaga swasta; pelaksanaan pendidikan kemasyarakatan melalui kegiatan-
kegiatan pendidikan yang mempunyai efek sosial.
Sebagian dari peran masyarakat yang sedang terjadi di Indonesia dalam
pendidikan baru-baru ini adalah masyarakat diajak untuk kerja bakti bersama dalam

12
menyiapkan media belajar kreatif bagi puluhan ribu anak SD di daerah pelosok
Tanah Air. Kerja bakti yang digerakkan relawan Gerakan Indonesia Mengajar yang
dapat diikuti individu dari anak-anak hingga orang dewasa, keluarga, dan
perusahaan.

13
BAB III
KESIMPULAN

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan adalah tempat


berlangsungnya proses atau kegiatan pendidikan. Secara garis besar, lingkungan
pendidikan dapat dikelompokkan pada tiga, oleh Ki Hajar Dewantara disebutnya
dengan istilah tri pusat pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan tersebut
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda
(jika diperluas menjadi lingkungan sosial masyarakat).
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan
lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga. Oleh karena itu, peranan orang tua sangatlah penting untuk mendukung
kelangsungan pendidikan anak.
Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang utama setelah lingkungan keluarga.
Sekolah adalah suatu organisasi atau wadah kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber daya secara selektif,
efektif dan efisien karena adanya persamaan motif untuk membantu peserta didik
mencapai kedewasaanya. Kesamaan motif itulah yang mendorong terbentuknya wadah
“sekolah”. Banyak aspek yang tidak dapat dipenuhi pendidikan di lingkungan keluarga,
tetapi dapat dipenuhi melalui pendidikan sekolah.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah keluarga dan
pendidikan di lingkungan sekolah. Bila dilihat dari ruang lingkup masyarakat, banyak
dijumpai keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun, justru keanekaragaman
inilah dapat memperkaya budaya bangsa Indonesia. Pendidikan dalam masyarakat
bertujuan menyejajarkan status kehidupan masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Bandung.


Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: (Umum dan Agama Islam). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Hidayat, R., & Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”.
Medan: LPPPI.
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kholik, A., dkk. 2019. Pengantar Ilmu Pendidikan. Bogor: UNIDA Press.
Purwanto, Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Subianto, J. 2013. “Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam Pembentukan
karakter berkualitas”, LPPG (Lembaga Peningkatan Profesi Guru), Jawa Tengah.
Wiyani, N.A. & Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep
Pendidikan Monokotomik-Holistik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yusuf, M. 2018. Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN
Palopo.

15

Anda mungkin juga menyukai