Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen pengampu : Ibadul Latifah, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Latifah Khirunisa 23050200019


2. M.Aminudin 23050200020
3. Marhatia Maulina 23050200021

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tak kami
curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang senantiasa membimbing dan menyayangi
umatnya hingga akhir zaman.

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “ Ilmu Pendidikan “ selain itu dapat memberikan pengetahuan dasar
tentang “Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan.” Terima kasih kami sampaikan kepada ibu
Ibdaul Latifah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing dan
memberikan materi demi kelancaran dan terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntunan bagi generasi muda
dalam mempelajari Ilmu Pendidikan, Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua. Amiin…

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHLUAN

1. Latar Belakang......................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.................................................................................................1

3. Tujuan Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan keluarga .........................................................................

2. Peran Dan Fungsi Keluarga ................................................................................

3. Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Anak ......................................................

4. Pola Interaksi Edukasi Religius Dalam Keluarga .............................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak luput dari prodi kita yaitu mengenai pendidikan maka dari itu ada strategi dalam
membina kesejahteraan anak dalam keluarga. Pembinaan kesejahteraan anak merupakan pondasi
mendasar untuk mencapai kehidupan anak yang lebh efektif dengan kesehari-hariannya. Dalam
UU No. 4 tahun 1979 Bab 1 pasal 1 (a) ditegaskan bahwa “ Kesejahteraan anak adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan
wajar baik rohani, jasmani, dan sosial”.Kesejahteraan tersebut hyanya akan diperoleh melalui
pendidikan bermutu, karena pendidikan bermutu merupakan hak setiap warga Negara.

Peryataan tersebut diperkuat oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pas 5 ayat (1) bahwa “ setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”. Selanjutnya dalam pasal 5 ayat (5) ditegaska “setiap
warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.
Untuk itu, pendidikan bermutu dan kesempatan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu
upaya strategis dalam meningkatkan kesejahteraan hidup setiap warga negara. Sinergitas antar
pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam masyarakat merupakan
solusi kolektif untuk memperdayakan lingkungan ekologis sebagai suatu system yang dijadikan
wana interaksi edukatif untuk memenuhi harapan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tertulis diatas, maka penulis membuat rumusan masalah
yang membatasi pembahasan makalh ini:

1. Apa itu Pendidikan Keluarga?


2. Bagaimana Peran dan Fungsi Keluarga?
3. apakah Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Anak?
4. Bagaimana Pola Interaksi Edukatif Relegius Dalam Keluarga?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan Keluarga.
2. Untuk Mengetahui Peran dan Fungsi Keluarga.
3. Untuk Mengetahui Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Anak.
4. Untuk Mengetahui Pola Interaksi Edukasi Relegius Dalam Keluargaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Keluarga


 Keluarga adalah kingungan pendidikan paling mendasar bagi anak (Sudardjo
Adiwikarto:1988:65). Disini terjadi saling hubungan antara sub sistem dalam
keluarga, baik hubungan ayah dengan anak, bauk hubungan ibu dengan anak, dan
hubungan anak dengan anak lainnya.
 Sementara itu Sikun Pribadi (1979:1) menyatakan bahwa pendidikan keluarga
adalah pendidikan dilingkungan kehidupan keluarga yang disebut lingkungan
pertama(primer).Artinya bahwa pendidikan yang dilaksanakan terhadap keluarga
yang biasa disebut kehidupan berkeluarga(family life education).
 Soedardjo Adiwikarto(1988:82) menyatakan bahwa keluarga mempunyai potensi
sebagai peletak dasar perkembangan aspek-aspek kognitif,efektif,dan
psikomotorik anak melalui proses pengasuhan.
2. Peran Dan Fungsi Keluarga
 Peran menggambarkan suatu perangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Peran
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Adapun peran yang terdapat di dalam keluarga antara
lain sbb:
1. Peran keluarga : ayah mempunyai peran sebagai pemimpin keluarga,
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman kepada
seluruh anggota keluarga. Selain itu ayah juga berperan sebagai anggota
masyarakat/kelompok sosisal tertentu.
2. Peran ibu: ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh,
pendidik anak, pelindung keluarga, dan juga pencari nafkah tambahan
keluarga.Ibu juga peran sebagai anggota masyarakat.
3. Peran anak : anak berperan sebagai psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
 Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga didalamnya terkait dengan saling mengasihin,saling
mendukung,dan saling menghargai antar anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi
dalam keluarga. Sosialisasa dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

1
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumberdaya manusia.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keuarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga yaitu: makanan,pakaian dan tempat tinggal.
5. Fungsi perawatan keluarga
Fungsi perawatan keluarga adalah menyediakan makanan , pakaian,
perlindungan , dan asuhan keperawatan.kemampuan keluarga untuk
melakukan pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga dan individu.

Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Anak

Lingkungan pertama sebagai wahana sosialisasi anak adalah lingkungan keluarga.


Sosisalisai adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.Oleh karena itu dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh setiap individu. Proses
sosialisai merupakan proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu
menahan, mengumbah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan
masyarakatnya. Di dalam proses sosialisasi sendiri itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide,
pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana dia hidup. Semua sifat dan kecakapan
yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan
sistem dalam diri pribadinya.

Pada dasanya , sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan


seseorang. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi
yang efektif dalam masyarakat. Kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa
sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat
terganggu. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.

Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan utama bagi anak. Dalam lingkungan
keluarga inti (nuclear family) agen sosial meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara
angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah. Sedangkan
pada msyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya semakin luas karena dalam satu rumah terdiri atas beberapa keluarga yang
meliputi kakek,nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.

Tantangan keluarga di era teknologi informasi adalah bagaimana anggota keluarga


mampu mengantisipasi pengaruh negatif agen sosialisasi lainnya terhadap anak.dissamping
kelompok bermain, media massa disadari atau tidak juga memiliki pengaruh yang signifikan

1
dalam bentuk sikap dan perilaku anak. Bagaimana anak bersikap, berkomunikasi dan perilaku
juga diwarnai oleh model figur yang diperankan dan ditampilkan oleh media massa. Dimana
media massa sudah merambah berbagai penjuru tanpa batas termasuk pada lingkugan keluarga,
terutama media elektronik yaitu radio, televisi, video, fillem dll. Besarnya pengaruh media
sangat tergantung pada kuwalitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Seperti contoh
penayangan acara smack dowen di televisi, video porno melalui internet dan hp diyakini telah
menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dan remaja dalam banyak kasus. Tentunya
sikap dan kepribadian seperti itu tidak Suhanya mampu diperbaiki dan diubah hanya melalui
pendidikan disekolah tanpa dukungan pendidikan dalam keluarga. Oleh karena iyu, meurut
ahmmad tafsir (2004: 161) wajib bagi orang tua menyelengarakan pendidikan dalam rumah
tangga dan kewajiban itu wajar (natural) karena Allah menciptakan orang tua yang bersifat
mencintai anaknya. Jadi pertama hukumnya wajib, kedua memang orang tua senang mendidik
anak-anaknya.

Pola Interaksi Edukatif Relegius Dalam Keluarga

Bermakna atau tidaknya interaksi orang tua dengan anak dalam keluarga tergantung
kepada bagaimana sikap dan komunikasi yang dibangun oleh orang tua dalam keluarga. Salah
satu karateristik dari manusia adalah adanya komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana hubungan dialogis yang terjalin tiimbal balik
antara orang tua dengan anak dalam keluarga. Memeperkuat pernyataan itu, Danil(1981:7)
mengemukakan bahwa manusia tidak dapat membebaskan diri dari relasi. Setiap manusia bebas
dari relasi itu karena relasi itu telah ada sebelum kita menolak atau menerimanya. Selanjutnya
Soelaiman (1988:271) mengungkapkan bahwa manusia pertama-tama tampil sebagai makhluk
komunikatif , kehidupannnya sehari-hari selalu terlibat dalam situasi dan interaksi komunikatif.

Pola interaksi disini dimaksudkan bagaimana memperbaiki hubungan sosial dan


komunikasi orang tua dengan anak yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai
agama(edukasi religius) dalam keluarga. Sudardja Adiwikarta(1988:69) menyebutkan bahwa
pengaruh keluarga terhadap kepribadian anak itu besar, meskipun dalam ukuran yang relatif.
Keluarga memegang peranan penting dalam proses pendidikan , akan tetapi sekarang timbul
pertanyaan sejauh mana keluarga atau dalam hal ini orang tua menyadari akan peranan keluarga
(orang tua) itu sendiri.

Interaksi orang tua dengan anaknya dalam keluarga terutama bertuan untuk membantu
anak memecahkan sosial mereka.Ada dua tahapan yang perlu dilakukan orang tua dalam
berkomunikasi, sebagaimana dikemukakan oleh Norton (1988:7) yaitu: tahapan pertama, hadapi
persoalan itu anak itu seolah-olah sama serius dan besar seperti persoalan Anda, jawaban ini
sebagai alasan membantu anak menangani masalahnya. Selanjutnya tahapan kedua, memberi
petunjuk bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah, karena setiap persoalan anak
dengan lingkungan sosialnya itu tidak dapat dipecahkan.

1
Melihat kecenderungan yang tidak baik dalam komunikasi antara orang tua dan anak,
maka perlu dilakukan suatu pola interaksi dan komunikasi yang bersifat edukasi religius yang
memungkinkan anak dapat memberikan dan menerima ide dan saran orang tuanya. Ada beberapa
prinsip dari pola tersebut yaitu :

1. Orang tua dapat merencanakan sendiri percakapan yang baik;


2. Perlu memperhatikan ucapan yang di keluarganya dalam interaksi dengan anaknya
sehari-hari.
Orang tua hendaknya mengevaluasi perkataannnya dan diarahkan untuk
memeperbaiki tindakan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Selanjutnya
orangtua harus bersifat terbuka dan jujur dalam kehidupan sehari-hari, contohnya
percakapan orang tua akan dipegang oleh anak. Selanjutnya jika orangtua mengancam
anak dan menghukum anak bila anak melakukan sesuatu yang dilarang, maka hukuman
tersebut perlu dilaksanakan untuk mengetahui bahwa orangtua itu memang berkata benar.
Konsep tersebut dipertegas oleh ungkapan Dorothy (Rachmad 2001:102-103)
yang menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupannya, yaitu :
 Jika anak dibesarkan dengan celaan , dia belajar memati;
 Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,dia belajar berkelahi
 Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ,dia belajar rendah diri
 Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
 Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.

Memperkuat rumusan tersebut, Adiwikarta (1988:82) menegaskan bahwa keluarga


mempunyai potensi sebagai peletak dasar perkembangan aspek-aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik anak melalui proses pengasuhan. Maka daei itu perhatian serius dari
keluarga terhadap anak sangat diharapkan, dan setiap perilaku dalam keluarga diusahakan
mengandung nilai-nilai edukasi religius.

Aziz Saleh (dalam Ilyas, 2005:92) mengemukakan tiga jenis pendekatan yang
dapat dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anaknya dalam era globalisasi sekarang
yaitu;

1. Pendekatan dialog secara terbuka dengan anak-anak


2. Pendekatan berpikir kritis dan kreatif
3. Pendekatan klarifikasi nilai.

Disamping itu, menurut Adiwikarta (dalam Ilyas,2005:92) bahwa orangtua perlu;


1. Menerapkan gaya pendidikan yang bersifat moderat dengan anak-anak
2. Menumbuhkan suasana keakraban antara orangtua dengan anak
3. Mengembangkan budaya rasa salah pada anak-anak
4. Memeberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk bergaul dengan
lingkungan sekitarnya secara positif.

1
KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dikemukakan terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa; Pertama,
lingkungan keluaraga sebagai wahana sosialisasi dan interaksi edukatif merupakan strategi
pembinaan kepribadian dan kesejahteraan anak secara optimal. Kedua, diantara fungsi keluaraga
adalah fungsi edukatif, sosialisasi, protektif, efeksional, relegius, rekreatif, biologis, dan fungsi
ekonom. Ketiga, interaksi orang tua dengan anak dalam keluarga yang bersifat edukatif terbentuk
dengan adanya hubungan dengan timbal balik yang dinamis antara orang tua dengan anak yang
bersuasana mendidik dalam keluarga. Kemudian interaksi edukatif dalam dalam mendidik anak
agar tercapainya tujuan pendidikan. Penedekatan yang dilakukan oleh orangtua dalam mendidik
anak-anaknya dalam era globalisasi yaitu (1) pendekatan dialog secara terbuka dengan anak-
anak; (2) pendekatan berpikir kritis serta kreatif; (3) pendekatan klarifikasi nilai. Untuk itu orang
tua perlu menerapkan; (1) menerapkan gaya mendidik yang bersifat moderat(cukup/layak)
dengan anak-anak; (2) menumbuhkan suasana keakraban orang tua dengan anak; (3)
mengembangkan budaya rasa bersalah pada anak-anak (4) memberi kesempatan kepada anak
untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya secara positif dan baik.

Anda mungkin juga menyukai