MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kajian Pedagogik
Dosen Pengampu:
Dr. H. Babang Robandi, M.Pd.
Disusun Oleh:
Burhan Kurniansyah (2013072)
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wata’ala. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkat
ridho dan rahmat-Nya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat
memberi manfaat khususnya bagi mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan tidak luput dari
berbagai kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik,
sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang mendukung dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang telah diberikan menjadi nilai ibadah
dimata Allah Subhanahu wata’ala. Aamiin.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................1
1.4 Manfaat..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Empiris Terhadap Pendidikan Keluarga Dari Latar Budaya Tertentu........3
2.2 Kajian Empiris Terhadap Pendidikan Sekolah Dari Latar Mazhab Tertentu.........9
2.3 Kajian Empiris Terhadap Pendidikan Masyarakat Dari Latar Budaya Dan Organisasi
..............................................................................................................................13
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
Daftar Pustaka .....................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana Kajian empiris terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya tertentu,
2. Bagiamana Kajian empiris terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab tertentu,
3. Bagaimana Kajian empiris terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya dan
organisasi
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kajian empiris terhadap pendidikan keluarga dari latar budaya
tertentu,
1
2. Untuk Mengetahui Kajian empiris terhadap pendidikan sekolah dari latar mazhab
tertentu,
2
2
3. Untuk Mengetahui Kajian empiris terhadap pendidikan masyarakat dari latar budaya
dan organisasi
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
3
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribbadi, dan lingkungan. Adapun fungsi keluarga
menurut M.I. Soelaeman (Sadulloh, 2010, hlm. 188-192) adalah sebagai berikut:
4
4
a. Fungsi Edukasi
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak di mana tanggung jawabnya
dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan. Fungsi edukasi dalam
keluarga menyangkut penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya
pendidikan, penyediaan sarananya, pengayaan wawasan, dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan upaya pendidikan keluarga. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan
dan mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan
dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial
yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan keluarga bertugas tidak
hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian yang utuh, namun juga
mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan
masyarakatnya. Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan
pembiasaan nilai-nilai norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Fungsi Proteksi (perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai dan tentram
bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik
keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
Nilai suatu perlindungan yang diberikan keluarga tidak saja terletak pada materi dan kualitas
serta frekuensinya, melainkan tergantung pada iklim perasaan yang menyertai pemberian
lindungan itu dengan kesungguhan dan penerimaan lindungan oleh pihak yang bersangkutan
(anak).
d. Fungsi Afeksi (Perasaan)
Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan rasa
cinta dan kasih saying antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin
yang kuat antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam
kehidupan keluarga.
e. Fungsi Religius
Keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
ajaran agamanya. Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada
5
kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religious sehingga dapat
dihayati oleh anggota keluarganya.
f. Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materil yang
sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional. Fungsi ekonomi meliputi
pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan pembelajarannya. Pada dasarnya laki-
laki sebagai pemimpin rumah tangga yang menanggung nafkah keluarga, seperti firman Allah
SWT: “Laki-laki itu menjadi tulang punggung (pemimpin, pengayom) perempuan, sebab
Allah melebihkan setengah mereka dari yang lain dank arena mereka (laki-laki) memberi
belanja dari hartanya (bagi perempuan).
g. Fungsi Rekreasi
Keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat,
dan penuh semangat. Keadaan ini dapat dibangun melalui kerja sama di antara anggota
keluarga yang diwarnai oleh hubungan insani yang didasari oleh adanya saling mempercayai,
saling menghormati dan mengagumi, saling mengerti serta adanya “take and give”.
h. Fungsi Biologis
Keluarga menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
kebutuhan akan keterlindungan fisik seperti kesehatan, pangan, sandang, dan papan, dengan
syarat-syarat tertentu sehingga keluarga memungkinkan seluruh anggotanya dapat hidup di
dalamnya, sekurang-kurangnya dapat mempertahankan hidup.
1.1.2 Peranan Pendidikan Keluarga
Menurut J. J. Rousseau (Hasbulloh, 2009, hlm. 79) sebagai salah seorang pelopor
ilmu jiwa anak, mengutarakan betapa pentingnya pendidikan keluarga. Ia menganjurkan agar
pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecilnya.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga di
mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga merupakan wadah bagi anak dalam
proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam ungsi sosialnya. Di
samping itu keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti
kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.
Adapun peranan pendidikan keluarga bagi anak adalah (Hasbulloh, 2009, hlm. 39-43)
a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan
faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga sangat
penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu
6
masyarakat baik masyrakat Sunda maupun luar Sunda. Hal ini didukung dan digemari
masyarakat karena seringnya dilakukan pagelaran dan pameran budaya Sunda. Sehingga
masyarakat semakin tertarik dengan kekayaan budaya Sunda. Acara pementasan ini pun
tidak hanya dilakukan di dalam negeri tapi sudah mendunia. Sehingga bangsa luar
pun mengenal dan menyukai kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam bahasa, Sunda
memiliki 3 penggunaan,yaitu bahasa loma (dengan sesama), sedeng (sedang), dan lemes
(halus).
Bahasa tersebut dipergunakan dengan siapa lawan bicara kita lebih tua, lebih
muda, atau sesama dengan kita. Bahasa Sunda pun unik, enak didengar dan menarik sekali
jika bukan orang Sunda asli yang mengucapkannya. Bahasa Sunda sering digunakan
dalam acara-acara di media elektronik sehingga banyak masyarakat yang ingin
mempelajari bahasa Sunda. Selain itu dalam budaya Sunda dikenal bahwa orang Sunda
ramah tamah dan tidak suka dengan kekerasan. Sehingga masyarakat semakin banyak yang
menyukai kebudayaan Sunda.
Kebudayaan Sunda tersebut bisa memiliki kekayaan kearifan lokal yang sangat
tinggi sehingga menjadi langkah dalam rangka terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
Menempatkan pendidikan berbasis budaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang
semakin terinernalisasi pendidikan berbasis budaya dalam setiap aktivitas hidupnya.
Tujuan pendidikan pengajaran nasional untuk mencapai peningkatan nasional,
pembangunan nasional, pendidikan nasional (tanpa mengabaikan keimanan dan
ketakwaan), institusional, kulikuler, maupun instruksional dapat terwujud jika seluruh
lapisan masyarakat ikut membangun pendidikan berbasis budaya demi terciptanya
manusia Indonesia yang seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang seluruhnya.
Pola hidup dan pola pikir yang dijalani oleh masyarakat suku sunda itu
memiliki sifat yang seimbang, contohnya saja dalam hal beradaptasi. Mereka harus bisa
beradaptasi dengan baik apalagi bila mereka sudah tinggal di dalam lingkungan yang
berbeda-beda suku secara otomatis mereka akan berpola pikir bahwa mereka harus
bersifat ramah-tamah dan saling menghargai antara sesama. Pola pikir yang telah
mengalami perkembangan pada suku sunda ini sangat amat berdampak positif terhadap
pola hidup mereka. Dengan pengetahuan dan juga pendidikan yang sudah cukup banyak
didapat oleh masyarakat suku sunda tersebut dan juga dengan teknologi yang semakin
berkembang menyebabkan pola hidup yang begitu baik bagi mereka, misalnya saja jika
mereka bersekolah tinggi dan mendapat nilai yang baik dan bagus secara otomatis mereka
akan bekerja dan di tempatkan pada posisi yang tinggi dan mendapatkan gaji cukup
9
pula dan itu menyebabkan pola hidup mereka akan jauh lebih baik. Tetapi jika mereka
hanyalah mengenyam pendidikan yang kurang baik maka pola hidup mereka pun akan serta-
merta tidak baik pula. Jadi pada intinya pola hidup dan pola pikir itu sangatlah berpengaruh
bagi kehidupan mereka.
1.2 Pendidikan Sekolah Dari Latar Mazhab Tertentu
1.2.1 Konsep Pendidikan Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam
keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di
samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.
Menurut Hasbulloh (2009, hlm. 46) pendidikan sekolah adalah pendidikan yang
diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi).
Sedangkan menurut Sadulloh (2010, hlm. 197) pendidikan di sekolah merupakan proses
pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya
perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan
keterampilan yang selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu sebagai berikut
(Wens Tanlain, dkk dalam Hasbulloh, 2009, hlm. 46-47):
a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarkis
b. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen
c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan
d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan
di masa yang akan datang.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara
efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara.
Sekolah dikelola secara formal, hierarkis, dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan
tujuan nasional pendidikan.
10
Fungsi lain dari seklah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam
masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada
generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.
Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba mengantungkan diri pada orang tua,
maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan
tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
Pandangan empirisme dari John Locke mengatakan bahwa keadaan manusia saat
dilahirkan diumpamakan sebagai “tabula rasa” yaitu sebuah meja yang dilapisi lilin, yang
digunakan di sekolah dalam rangka belajar menulis. Teori tabula rasa mengatakan bahwa
anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum
ditulisi. Sejak lahir anak tidak memiliki bakat dan pembawaan apa-apa, anak dapat dibentuk
semaunya pendidik. Menurut aliran empirisme, lingkungan menjadi penentu perkembangan
seseorang, karena baik buruknya perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan
oleh lingkungan atau pendidikan.
masuk kedalam kesadaran, yaitu jiwa (Syah, 2008:28). Faktor bawaan dari orang tua (faktor
turunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan
lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik: sebagai faktor
luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan
bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut
akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan
Misalnya: suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis.
Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karna bakat melukis
pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami
kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir
dipisahkan dan dibesarkan dilingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh
keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup
di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama.
Kelemaha aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawah anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil
meskipun lingkungan tidak mendukung.
Pendidikan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Hasbulloh, 2009, hlm. 56):
a. Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
b. Pserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah atau drop out
c. Pendidikan tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka waktu
pendek
d. Peserta tidak perlu homogen
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
g. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan
meningkatkan taraf hidup
Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan
berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota masyarakat. Pola kelakuan yang
secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi
keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat.
Aturan-aturan pendidikan dalam masyarakat merupakan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, yang akan membentuk manusia sesuai dengan kebudayaan yang
dipakai dalam masyarakat tersebut. Pendidikan setiap kelompok masyarakat akan berbeda.
Pendidikan akan tercermin pada perbuatan-perbuatan atau tingkah laku individu.
1.3.4 Pendidikan Masyarakat Dalam Latar Organisasi
Manusia adalah makhluk sosial, karenanya setiap manusia akan saling memerlukan
dalam memenuhi kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling bekerja
sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan hidupnya di muka bumi
ini. Adanya alasan sosial di atas menjadi salah satu pendorong bagi manusia
untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut "organisasi". Organisasi ini amat
dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita yang disepakati oleh anggota organisasi
secara bersama. Oleh karena itu, organisasi tumbuh dan berkembang begitu pesat
di tengah-tengah masyarakat.
Organisasi itu juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
pemerintahan, perusahaan, politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan.
Organisasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap
manusia hidup dalam sebuah organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah di mana
orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini
menunjukkan bahwa di mana pun dan kapan pun manusia berada atau berinteraksi maka
disitu muncul organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari orang-orang yang
berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud
tertentu.
Keberadaan manusia di dunia ini tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi.
Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa dimana pun dan
kapan pun manusia berada (berinteraksi) maka disitu muncul
organisasi. Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari orang-orang
yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud
17
tertentu. Kemestian manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan lebih efektif dan efesien, bukan semata-mata suatu kondisi
kebetulan. Efektifitas dan efesiensi ini dapat digambarkan sebagai 100 sapu lidi yang
diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk membersihkan
satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara
terpisah untuk membersihkan halaman.
Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM)
merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga,
masyarakat, sekolah atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus
dicapai yang disebut tujuan pendidikan. Pada level negara, tujuan ini disebut tujuan
pendidikan nasional, pada level propinsi disebut tujuan pendidikan provinsi, pada level
kabupaten/kota dikenal dengan tujuan pendidikan kab./kota, dan pada sekolah dikenal
dengan pendidikan dengan tujuan pendidikan sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih
efektif dan efesien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam
perkembangan zaman saat ini, dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai
pendidikan, proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi
pendidikan formal ( sekolah/madrasah ).
Sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan
dan organisasi pendidikan formal. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama yang
dinamakan tujuan pendidikan sekolah. Misal tujuan pendidikan Sekolah Dasar A.
Pertanyaannya, apakah tujuan tersebut tujuan pendidikan atau organisasi sekolah?
Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa keberadaan
organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efesien. Tujuan pendidikan dan tujuan sekolah sebagai organisasi pendidikan
formal tidaklah terpisah. Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses
pendidikan. Dan proses pendidikan ini berada dalam organisasi.
Dengan demikian, keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi
penetapan tujuan sekolah (sebagai suatu organisasi). Apakah mungkin penyelenggaraan
pendidikan dilakukan di luar organisasi? Jawabnya pasti tidak mungkin. Mengapa
demikian? Di awal telah diungkapkan bahwa keberadaan manusia saat ini tidak
memungkinkan untuk berada di luar sebuah organisasi. Dalam konteks dari suatu Negara.
Dan suatu negara memiliki sistem pendidikan tersendiri. Artinya setiap orang yang menjadi
warga suatu negara dan tinggal di negara tersebut akan menjadi bagian dari
pendidikan negara tersebut. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan dimanapun saat ini harus
18
18
DAFTAR PUSTAKA
19