Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT ALQUR’AN TENTANG MENGIDENTIFIKASI DAN

MEMBEDAKAN ANTARA LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG BAIK MAUPUN


YANG BURUK YAKNI LINGKUNGAN PENDIDIKAN KELUARGA, PENDIDIKAN
MASYARAKAT, DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

PEMBELAJARAN TAHFIZ Dosen

Pengampu: Syah Wardi,M.H.

Disusun Oleh :

VIVI WAHYUNI

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL AKMAL(STAIRA)

BATANGKUIS

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan tahfiz. saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. saya membuat
makalah ini dari kumpulan buku dan bersumber dari internet sebagai pedoman membuat makalah.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda tercinta nabi muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah yang tentunya kita nanti-
nantikan syafaatnya dihari pembalasan nanti.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen tafsir , teman mahasiswa yang secara langsung
maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu saya dalam pengembangan makalah ini.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah yang telah dibuat.

Lubuk Pakam, 27 September 2023


Penyusun
Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Asbabun Nuzul Surah Ali imron ayat 110................................................. 2
B. Asbabun Nuzul Surah Al-isra ayat 16-17.................................................. 6
C. Asbabun Nuzul Surah Al-hud ayat 100-101.............................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling
mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaran proses dan hasil
pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah upaya yang memang secara sadar terencana
yang dilakukan melalui proses untuk mengembangkan potensi dasar secara jasmani dan
rohani agar bisa menggapai segala tujuan.
Pengaruh serta timbal balik pendidikan disekolah, keluarga, dan masyarakat
sangatlah penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik
dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pemahaman peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan
pendidikan dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang
optimal.utamanya pemahaman itu mengenai keterkaitan dan saling pengaruh antar
ketiganya.
B . Rumusan Masalah
1. Apa asbabun nuzul dari surah ali-imron?
2. Apa asbabun nuzul dari surah al-isra?
3. Apa asbabun nuzul surah al-hud?
C . Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang asbabun nuzul dari surah ali-imron
2. Mengetahui asbabun nuzul dari surah al-isra
3. Mengetahui asbabun nuzul dari surah al-hud
D . Manfaat Penulisan
Untuk memberi wawasan kepada mahasiswa agar mengerti apa itu tafsir ayat
alqur‟an.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

Berbicara ligkungan dalm konteks pendidikan maka tidak akan terlepas dari apa
yang dinamakan ki hajar dewantara dengan penamaan tripusat pendidikan. Kihajar
dewantara mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam tripusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan pendidikan adalah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang menarik perhatian para ahli untuk mengkajinya.
ajaran-ajaran Al-Qur;an, banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan
lingkungan keluarga ini. Al-qur‟an telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan
pendidikan anaknya supaya anaknya terhindar dari kelemahan baik lemah jasmani
maupun rohani .
Dalam konteks sekarang, masjid adalah sekolah. Lingkungan sekolah dalam
kaitannya pembentukan tingkat keberhasilan anak dalam belajar, adalah sebagai lanjutan
dari pendidikan keluarga. Dalam perspektif islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi
pendidikan berdasarkan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri
terhadap Allah dan mentauhidkan manusia terhindar dari dari penyimpangan fitrahnya.
Artinya, perilaku anak diarahkan agar tetap memperoleh naluri keagamaan dan tidak
keluar dari bingkai-bingkai norma-norma islam.
Demikian pula anak disekolah tidak akan lepas dari pergaulan dengan teman
sebayanya dalam zarnuzi menyarankan agar memilih teman tidak sembarangan.
Hendaknya teman itu memiliki sifat yang belajar, dan berwatak istiqomah karena hal itu
secara langsung maupu tidak langung akan mempengaruhi. Teman yang satu akan
terpengaruh dengan teman yang lainnya. Sebagaimana diuraikan Zarnuzi dalam
Syairnya:
Janganlah bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya.
Karena biasanya mengikuti temannya kalau temanmu berbudi buruk maka menjauhlah
segera. Dan bila temanmu berbudi baik maka bertemanlah dengannya, tentu kau akan
mendapat petunjuk.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena
manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal
3

lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir
bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pendidikan Prenatal (pendidikan dalam kandungan)
2. Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
1. Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
2. Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
3. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2. Lingkungan Sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk
mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan
khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang
khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian
fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah
akan pendidikan meliputi:
1. Tanggung jawab formal kelembagaan
2. Tanggung jawab keilmuan
3. Tanggung jawab fungsional
3. Lingkungan masyarakat
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan
sosial yaitu:
1. pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi
2. pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
3. pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
4. pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
5. pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan
masyarakat.
Seperti halnya di atas, yang dimaksud dengan lingkungan masyarakat ialah
semua keadaan, benda-benda, orang-orang, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
yang ada di sekeliling anak yang mempunyai pengaruh pada perkembangan dan
pendidikan anak. Lingkungan seperti yang dimaksud diatas,
4

B. Lingkungan Pendidikan yang buruk


Seperti halnya dengan adanya banyak group-group pada akhir-akhir ini, yang
gerak tingkah lakunya sebagian besar lebih mendekati dengan “gang-gang” di luar
negeri.Sedang yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah, segala
macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan baik, tidak
baik dan merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak sendiri.
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam
masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak ,
dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah
mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan. Oleh karena
itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-
putrinya. Orang tua harus tahu dan mengawasi selalu, dengan siapa anaknya itu
bercampur gaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru
untuk menjaga, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak
menginginkan.
Ayat yang Membahas Tentang Lingkungan Pendidikan yang baik dan buruk
A. Asbabun Nuzul Surah Ali imron ayat 110

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi meraka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Allah Ta‟ala memberitahukan ihwal umat ini bahwa meraka adalah umat terbaik.
Allah beriman, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.” Al-bukhari
meriwyatkan dari Abu Hurairah sehubungan dengan dengan ayat, “ Kamu adalah umat
terbaik yang dilahirkan bagi manusia,” dia berkata, “kamu adalah sebaik-baik manusia
atas manusia lainnya. Dahulu kamu datang kepada mereka, sedang lehermu masih
5

dibelenggu, sebelum kamu masuk islam.” Demikian pula menurut riwayat Ibnu Abbas
dan sejumlah tabi‟in. adapun maksud ayat ii adalah umat yang paling baik dan paling
berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Kamu menyuruh kepada
yang makruf, melarang dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. “Imam Ahmad
meriwayatkan dari Durrah Bimti Abu Lahab, dia berkata,”Seseorang bangkit dan
menuju Nabi SAW. Ketika beliau berada dalam mimbar,lalu bertanya,”Ya
Rasulullah,siapakah manusia yang paling baik?‟Beliau bersabda,‟Manusia yang paling
baik ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh epad yang makruf,
paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin bersilaturrahmi.” Ayat diatas
mencakup seluruh umat pada setiap abad. Sebaik-baiknya era manusia ialah era manusia
pada saat Nabi SAW. Diutus, kemudian era generasi sesudahnya. Sebagaimana Allah
berfirman dalam ayat lain,”Demikianlah, kamu telah menjadikan kamu menjadi umat
pilihan agar kamu menjadi para saksi bagi umat manusia.1[1]
Kata )‫ (كنتم‬kuntum yang digunakan ayat diatas, ada yang memahaminya sebagai
kata kerja yang sempurna, )‫ (كان تامة‬kana tammah sehingga ia diartikan wujud, yakni
kamu wujud dalm keadaan sebaik-baik umat. Da juga yang memahaminya dalam arti
kata kerja yang tidak sempurna )‫ (كان نا قصة‬kana naqishah dan dengan demikian ia
mengandung makna wujudnya sesuatu pada masa lampau tanpa diketahui kapan itu
terjadi dan tidak juga mengandung isyarat bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika
akan tiada. Jika demikian, maka ayat ini berarti kamu dahulu dalam ilu Allah adalah
sebaik-baik umat2[2].
6

B. Asbabun Nuzul Surah Al-isra ayat 16-17

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.”

Artinya: “Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan
cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”

Para ahli qira-at masih berbeda pendapat tentang bacaan: amarnaa (“Kami
perintahkan.”) Tetapi yang masyhur adalah bacaan takhfif. Dan para ahli tafsir juga
masih berbeda pendapat tentang arti kata tersebut. Ada yang menyatakan bahwa kata
tersebut berarti, “Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
suatu perintah yang sudah menjadi takdir, tetapi justru mereka berbuat kedurhakaan di
negeri tersebut. Yang demikian itu
seperti firman-Nya: “Tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu malam dan
siang.” (QS. Yunus: 24)

Sesungguhnya Allah tidak menyuruh berbuat hal yang keji. Lebih lanjut mereka
mengatakan, kalimat itu berarti bahwa Allah menarik mereka untuk melakukan
perbuatan keji sehingga mereka layak mendapatkan adzab. Ada juga yang berpendapat,
kalimat itu berarti, Kami (Allah) telah perintahkan mereka supaya berbuat ketaatan,
namun mereka justru mengerjakan perbuatan keji, sehingga mereka layak untuk
mendapatkan siksaan. Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij, dari Ibnu `Abbas.
Dan dikemukakan pula oleh Said bin Jubair.

Sedangkan Ibnu Jarir mengemukakan: “Mungkin juga berarti, Kami jadikan mereka itu
sebagai umara‟ (penguasa), lalu mereka berbuat durhaka.” Berkenaan dengan hal
tersebut, penulis (Ibnu Katsir) katakan: “Pengertian itu didasarkan pada bacaan orang
yang membaca: amarnaa mutra fiiHaa (“Kami perintahkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu.”)

Dan mengenai firman Allah: amarnaa mutra fiiHaa fafasaquu fiiHaa (“Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu [supaya mentaati Allah] tetapi
mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,”) „Ali bin Abi Thalhah menceritakan
dari Ibnu `Abbas, ia mengatakan, artinya, Kami jadikan orang-orang jahat di negeri itu
berkuasa, sehingga mereka berbuat durhaka di negeri tersebut. Dan jika mereka telah
melakukan hal itu, maka Allah akan membinasakan mereka dengan adzab. Itulah makna
7

firman Allah: “Dan demikianlah Kami adakan pada setiap negeri penjahat penjahat yang
terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.” (QS. Al-An‟aam: 123)

Demikian pula yang dikemukakan oleh Abul `Aliyah, Mujahid dan ar-Rabi‟ bin Anas,
dan dari Malik dari az-Zuhri, mengenai firman-Nya: amarnaa mutra fiiHaa (“Kami
perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu,”) hal itu berarti, Kami
perbanyak mereka yang mendapatkan kemewahan.

Merangkum buku Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an oleh Imam
As-Suyuthi, asbabun nuzul surat Al Israt ayat 17 ini adalah karena umat-umat kafir
terdahulu seperti kaum „Aad melakukan kekufuran mereka serta berdusta terhadap Nabi
Hud AS.

Kaum 'Aad merupakan kaum yang pertama kali menyembah berhala setelah bencana
banjir yang turun pada zaman Nabi Nuh AS. Mereka menyembah berhala yang diberi
nama Shamud, Shada, dan Al-Haba.

Setelah kekafiran kaum 'Aad semakin menjadi-jadi, Allah SWT mengutus seorang dari
kalangan mereka sendiri untuk menjadi rasul-Nya dan mengajak mereka kembali ke
jalan yang benar. Rasul yang diutus oleh Allah SWT adalah Nabi Hud AS.

Nabi Hud AS mengajak kaum 'Aad untuk menyembah Allah dan taat kepada setiap
perintah-Nya. Ia juga menjanjikan kebaikan-kebaikan yang akan diperoleh di dunia
maupun di akhirat apabila mereka mengikutinya.

Namun, bukannya kembali ke jalan Allah SWT, kaum 'Aad justru mendustakan Nabi
Hud AS. Dengan sombongnya, kaum 'Aad menantang Nabi Hud AS untuk bisa
menunjukkan kekuatan Allah SWT.

Para pemuka kaum 'Aad pun menganggap Nabi Hud AS sebagai orang yang berdusta.
Mereka bahkan mengatakan beliau telah kekurangan akal atau gila.

Karena kekufuran para pemuka kaum 'Aad, Allah SWT pun murka. Kemudian, Allah
mengirimkan azab berupa badai besar yang menghempas dan membinasakan seluruh
kaum 'Aad. Sikap kaum 'Aad yang mendustakan rasul Allah SWT dan berpaling dari
rahmat-Nya merupakan bukti keingkaran yang nyata.
8

C. Asbabun Nuzul Surah Al-hud ayat 100-101

Surah Hud Ayat 100

Terjemahan: Itu adalah sebahagian dan berita-berita negeri (yang telah dibinasakan)
yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang
masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.

Surah Hud Ayat 101

Terjemahan: Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang


menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada
mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu
datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali
kebinasaan belaka.

Ini adalah penutup kisah-kisah para Rasul dan kaum mereka yang diuraikan oleh
surah ini, sekaligus pengantar bagi kelompok uraian baru tentang hari kemudian.
Sungguh kandungan berita-berita yang lalu serta susunan redaksinya yang
demikian mempesona menjadikan ia wajar ditunjuk oleh ayat ini dengan isyarat jauh
yakni “itu”. Selengkapnya ayat ini menyatakan: itulah yang sungguh tinggi nilainya
sebagian dari berita-berita penting negeri-negeri yang telah kami binasakan yang kami
sedang ceritakan kepadamu, wahai Muhammad, agar engkau menyampaikannya kepada
umatmu kiranya mereka mengambil pelajaran. Diantara negeri-negeri itu ada yang
masih tertinggal peninggalan- peninggalannya, seperti tanaman yang berdiri tegak dan
ada pula, yakni sebagiab lainnya, telah musnah, hilang.
9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa
catatan penutup sebagai berikut:
1. Lingkungan pendidikan adalah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
menarik perhatian para ahli untuk mengkajinya.
2. lingkungan pendidikan Islam merupakan suatu lingkungan yang di dalamnya
terdapatciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam
dengan baik
Ada 3 lingkungan pendidikan yaitu:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan Masyarakat keluarga merupakan awal pembentukan karakter manusia,
khususnya peran orang tua, yakni ayah dan ibu.
10

DAFTAR PUSTAKA

Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi.


Tafsir Jalalain jilid 2
Iman Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi.
Tafsir Jalalain jilid 1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 2,
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7
Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 1,
Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 3

3[1] Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 1, hlm.564

4[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 2, hlm. 185


5[3] Iman Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain jilid 1.
Hlm. 261
6[4] M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah volume 7. Hlm. 432
7[5] Iman Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain jilid 2.
Hlm. 1134
8[6] Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 3, hlm.42
9[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7. Hlm 431
10[8] Iman Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain jilid
2.hlm. 1135
11[9] Ibid.hlm 932
12[10] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 6.hlm. 342

Anda mungkin juga menyukai