Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENINGKATAN


PENYESUAIAN DIRI DAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA
DINI”
MATA KULIAH: BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI
DOSEN PENGAMPU: AINUR RAHMAH, S. SOS. I

OLEH KELOMPOK 9 :
RABIATUL ADAWIYAH (2020130106)
AJIZATUL AULIA (2020130109)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ULUM KANDANGAN
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita semua dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benderang, yang bercahayakan Iman, Islam dan Ihsan.
Terima kasih pula kepada dosen, Ibu : Ainur Rahmah, S. Sos. I. yang telah
memberikan tugas kepada penulis untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan
Konseling Anak Usia Dini. Penulis telah berupaya dengan daya dan kemampuan
yang penulis miliki guna menyelesaikan makalah ini. Namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan masih perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan. Oleh karena itu, penulis harapkan akan adanya kritik dan
saran yang membangun penulis butuhkan guna untuk menulis Makalah-makalah
selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi
para pembaca dan khususnya penulis pribadi. Semoga usaha penulis ini diridhoi
oleh Allah SWT.

BALANGAN, 30 April 2023

KELOMPOK 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ........... 3

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Anak .................... 4

C. Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ......................................... 7


D. Bimbingan dan konseling dalam Penyesuaian Diri Anak .......................... 9
E. Penerapan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kemampuan Perilaku
Sosial .......................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

A. Kesimpulan .......................................................................................... 18

B. Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam perkembangan
hidup Manusia karena masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam
rentang kehidupan Yang akan menentukan perkembangan pada tahap-tahap
selanjutnya. Pada tahap Perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai
menguasai berbagai ketrampilan fisik, Bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa
percaya diri untuk mengeksplorasi Kemandiriannya.
Tugas perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah
memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi
anggota “kelompok” dalam akhir Masa kanak-kanak. Selain itu, kebutuhan anak
usia TK ini harus disesuaikan dengan hakikat anak, antara lain ingin bermain,suka
bergerak, ingin tahu,jujur, ingin berteman, suka hal yang baru, suka disanjung,
ingin mencoba, ingin meniru, dan ingin menang.
Saat anak mulai sekolah, mereka pasti akan berhadapan dengan banyak
permintaan baru, tantangan baru, mempelajari sekolah baru, harapan guru, dan
terlebih lagi penerimaan lingkungan sekolah terutama teman baru untuk dapat
menjadi bagian dari kelompok teman sebaya yang baru. Oleh karena itu
penyesuaian diri merupakan salah satu hal yang penting dalam menentukan
keberhasilan seseorang dalam berkelompok memenuhi tuntutan lingkungan
sekitarnya.
Menurut Ahmadi penyesuaian diri diartikan mengubah diri sesuai dengan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan lingkungan sendiri.
Harlock mengungkapkan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan diri terhadap orang lain yang berarti sejauh mana
individu mampu bereaksi secara efektif terhadap hubungan, situasi dan kenyataan
sosial.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan serta pendidik yang pertama
dan utama bagi anak. Karena dari keluargalah anak dilahirkan, kemudian mereka
menjadi dewasa bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh kembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-
tiap manusia. Pendidikan dalam keluarga akan digunakan oleh anak sebagai dasar

1
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah atau di masyarakat. Tulis dan
tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anak lebih
bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, serta latihan keterampilan dan
pendidikan sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak Usia Dini?

2. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Anak?

3. Bagaimana Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini?

4. Bagaimana Bimbingan dan konseling dalam Penyesuaian Diri Anak?

5. Bagaimana Penerapan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kemampuan


Perilaku Sosial?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak
Usia Dini

2. Untuk Mengetahui Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penyesuaian Diri Anak

3. Untuk Mengetahui Tentang Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini

4. Untuk Mengetahui Tentang Bimbingan Dan Konseling Dalam Penyesuaian


Diri Anak

5. Untuk Mengetahui Tentang Penerapan Bimbingan Untuk Meningkatkan


Kemampuan Perilaku Sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak Usia Dini


Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah ad-justment
atau personal adjustment. Penyesuaian diri merupakan faktor penting dalam
kehidupan manusia. Dalam penyelesaian diri, dapat ditemui banyak karakteristik
yang membentuk kepribadian seseorang. Tentu saja banyak perbedaan sifat yang
dimiliki oleh setiap individu. Dari beragamnya karakteristik seseorang ini,
seseorang dituntut supaya mampu dalam menyesuaikan diri dan masuk ke dunia
yang dipenuhi berbagai perbedaan itu. Dalam psikologis klinis, sering ditemui
pernyataan para ahli yang menyebutkan bahwa “kelainan-kelainan kepribadian
tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri.” adapun kelainan-kelainan
kepribadian seseorang itu sering dikenal dengan sebutan maladjustmen, yang
artinya tidak ada penyesuaian atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Bagi seseorang anak yang mengalami hambatan-hambatan emosional
sehingga ia menjadi anak nakal, anak itu sering disebut maladjustmen child. Pada
dasarnya maladjustmen terjadi pada setiap individu. Namun pada sebagian orang,
maladjustmen, tersebut keras dan menetap sehingga menghancurkan dan
mengganggu kehidupan yang efektif. Dalam melakukan penyelesaian diri,
seseorang mempunyai cara dan sifat masing-masing. Ada sebagian orang yang
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial tempat ia hidup dengan sukses,
sebagian lainnya tidak sanggup melakukannya. Bisa jadi, mereka mempunyai
kebiasaan yang tidak serasi untuk berperilaku demikian, sehingga menghambat
penyesuaian diri sosial baginya atau dapat juga dikatakan, orang tersebut gagal
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Upaya penyelesaian diri dengan
lingkungannya bisa disebut dengan penyesuaian sosial (sosial adjustment).1
Menurut Lazarus penyesuaian diri merupakan keseimbangan dan integrasi
struktur kepribadian sebagai well balanced personality. Dalam hal ini kepribadian
dan penyesuaian diri merupakan suatu ikatan yang tidak mungkin terpisahkan.
Dalam pema- haman pengertian yang dikemukakan oleh Lazarus, penyesuaian
diri adalah kemampuan seseorang dalam menerima keadaan sesuatu yang

1
Ahmad susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, ( Jakarta:Kencana),
2015 h. 124.

3
didasarkan pada tingkat kepribadian seseorang. Anak yang memiliki kepribadian
yang baik akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding dengan anak
yang tidak memiliki kepribadian yang baik. Jadi, kepribadian seseorang
merupakan dasar bagi terbentuknya pe- nyesuaian diri seseorang yang baik.
Sedangkan pengertian perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan
dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-
saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa
yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang membentuk kepribadiannya,
yang membantu berkembang menjadi manusia sebagaimana adanya.
Menurut Johnson, Eisenberg menyatakan bahwa perilaku sosial adalah tingkah
laku seseorang yang bermaksud mengubah keadaan psikis atau fisik penerima
sedemikian rupa, sehingga penolong akan merasa bahwa penerima menjadi lebih
sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Dari definisi Eisenberg
tersebut dapat dipahami bahwa perilaku sosial lebih menitikberatkan pada
perbuatan anak yang dimaksudkan untuk membantu temannya yang melalui
kemampuannya dalam menunjukkan empati, murah hati, kerjasama dan kasih
sayang.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Anak


Penyesuaian diri merupakan masalah yang esensial dalam hidup Mausia dan
memiliki ketergantungan dengan berbagai faktor-faktor yang Mempengaruhi
diantaranya.

1. Atribut anak (umur mental, gender, dan pengalaman berteman


Sebelumnya)
Anak yang siap masuk sekolah akan melalui proses peyesuaian diri.
Dengan mudah. Begitupun sebaliknya, ketika anak belum siap masuk
Sekolah atau tingkat kematangnnya belum cukup, juga akan
Mempengaruhi pada proses penyesuaian diri pada anak terebut. Perbedaan
gender dalam hal kepribadian dan hubungan sosial belum Dapat dipahami
oleh anak usia dini dan akan muncul dalam tahap Selanjutnya.
Adapun yang berkaitan dengan pengalaman temen sebaya, dalam
Kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara
Teman-Teman itu sangat penting diantara mereka mencurahkan apa yang

4
tersimpan. Di dalam hatinya, pemikirannya, perasaannya dan angan-angan
yang ingin dicapainya. Ini semua dapat membantu individu dalam
memahami pola dan Ciri dirinya yang berbeda dari orang lain. Semakin
mengerti tentang dirinya Maka akan semakin meningkat kebutuhannya
pula. Dan berusaha menerima Dirinya dan mengetahui kelemahannya
sendiri.
2. Jenis atau tipe hubungan anak dengan teman sekelas (teman dekat, hanya
kenal,atau teman baru)
Peran hubungan antara teman sekelas dalam penyesuaian diri di TK
Atau di sekolah, hal ini juga sangat efektif bagi pengembangan dan
Penyesuaian diri anak, yaitu:
a. Sebagai sumber dukungan tetapi bisa juga sebagai sumber stres.
Anak akan merasa nyaman apabila ia merasa nyaman dan
diterima di Sekolahnya dan mengenal hal-hal di sekitarnya.”
namun sebaliknya apabila dia hanya mengenal sedikit teman, dan
merasa tidak diterima, teman bisa menjadi sumber stres bagi
anak.
b. Membentuk prespesi anak tentang sekolah. anak yang
mempunyai Banyak teman, akan merasa nyaman dan
menganggap bahwa Aktivitas yang dilakuan menyenangkan.
c. Menentukan tingkat keterlibatan anak dalam kegiatan di
sekolah. Anak yang diterima oleh teman akan terlibat dalam
kegiatan sekolah lebih banyak daripada yang hanya punya sedikit
teman atau bahkan tidak diterima.
d. Menentukan penampilan/pencapaian anak di sekolah. Sekolah
yang menyenangkan akan membantu anak dalam memperoleh
atau bahkan meningkatkan pencapaian hasil belajar di sekolah.
e. Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada
masalah Pengetahuan dan informai saja akan tetapi juaga
mencakup tanggung Jawab pendidikan secara luas. Demukian
pula dengan guru, Tugasnya tidak hanya sekedar mengajar, akan
tetapi juga berperan Dalam membentuk masa depan anak

5
didiknya.2

3. Pengalaman pertemanan yang dimiliki anak pada awal masuk Sekolah.


Pengalaman pertemanan yang dimiliki anak pada awal masuk
Sekolah. Pengenalan awal atau pengalaman pertama kali anak masuk
Sekolah akan sangat menentukan anak dalam merasa nyaman pada
Sekolah tersebut melalui guru, keadaan sekolah serta teman anak. Dalam
Sekolah banyak sekali pengaruh yang sangat penting karena menentukan
Jenis perilaku anak juga dalam hidupnya. Sehingga penyesuaian diri pada
Anak akan terbentuk dari lingkungan sosial barunya.

4. Suport dari guru, orang tua, dan teman sekelas.


Dukungan dari guru, orang tua dan teman kelas. Salah satu hal yang
Diharapkan dari orang tua kepada guru adalah bagaimana keahlian
ataupun Kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat bagi Anaknya. Metode yang digunakan akan mengembangkan
kemampuan Sosial anak. Tidak terlepas dari guru peran orang tua dalam
penyesuaian Diri anak juga sangat penting mengingat setiap hari waktu
yang paling Banyak dilalui anak dengan orang tua sehingga ketika anak
merasa Memiliki rasa dekat dengan keluarga maka anak akan mudah
memiliki Penyesuaian diri yang baik.3
Adapun Fatimah mengemukakan bahwa proses penyesuaian diri
dipengaruhi oleh Faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri,
baik internal maupun eksternal.

Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :


1) Faktor fisiologis
Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berpengaruh terhadap
penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat
dicapai dalam kondisi kesehatan Jasmaniah yang baik pula. Ini
berarti bahwa gangguan jasmaniah yang diderita oleh Seseorang
akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit

2
Ibid h.132.
3
Istifadatul Ghoziyah, Efektivas Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penyusuaian Diri Aud Di Tk Sekecamatan Bungkal Ponorogo, V.03, Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, h.12

6
yang Kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri,
perasaan rendah diri, rasa Ketergantungan, perasaan ingin
dikasihani, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri seperti Pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-
kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan Sebagainya.

3) Faktor perkembangan dan kematangan


Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang
dicapai individu berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian
dirinya juga akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kematangan yang dicapai.

4) Faktor lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,
kebudayaan, dan agama Berpengaruh kuat terhadap penyesuaian
diri seseorang.

5) Faktor budaya dan agama


Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi
konflik, frustasi, dan Ketegangan lainnya. Agama juga
memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama ini
merupakan sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola-pola
tingkah Laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan
kstabilan hidup anak-anak. Oleh karena itu, agama memegang
peran penting dalam proses penyesuaian diri Seseorang. 4

C. Perkembangan Perilaku Sosial Anak usia dini


Pada umumnya ketika anak usia anak semakin bertambah, keterampilan
kognitif mereka pun menjadi lebih tinggi. Anak-anak yang berusia dini
cenderung lebih egosentris, atau kurang mampu berpikir menuntut perspektif
orang lain menjadi bandingkan anak yang lebih besar. Sejalan dengan
bertambah usia, edosentris mulai berkurang dan anak perlahan-lahan mampu
4
Ani Susanti, Erlina Listyanti Widuri, Penyesuaian Diri Pada Taman Kanak-Kanak,V.1,
Jurnal Fakultas Psikologi, h.21

7
untuk melihat sesuatu dari perspektif orang lain. Dengan demikian anak yang
lebih berusia dapat lebih komparatif dan murah hati karena mereka mampu
untuk mengambil sudut pandang orang lain dan memahami apa yang
dibutuhkan orang lain.
Secara lebih rinci, Landy menggambarkan tahap perkembangan perilaku
sosial pada anak-anak, sebagai berikut:
a) Dari 0-1 tahun; pada bulan-bulan pertama bayi mulai menunjukkan
ketertarikan terhadap raut wajah manusia dan mulai belajar melakukan
kontak mata dengan orang lain. Ketika mereka tumbuh, mereka mulai
merespon lebih banyak, memperlihatkan tanda-tanda perilaku sosial
lebih awal.
b) usia 1-2 tahun; anak menikmati keberadaannya bersama anak-anak lain
dan bermain namun kadang-kadang berebut tempat dan mainan mereka.
Mereka masih benar-benar membutuhkan rasa aman dari pengasuh
mereka dan seringkali kembali untuk mengadu. Beberapa anak mulai
meniru perilaku sosial orang lain mungkin dengan cara memberikan
rasa aman kepada orang lain atau bahkan orang dewasa yang terlihat
mengalami kesulitan. Anak-anak yang lain mungkin akan mengalami
prestasi terhadap seorang anak yang sedang menangis dan memukul
anak tersebut untuk membuatnya berhenti menangis. Selain itu,
membagi suatu seperti makanan atau mainan akan terlihat lebih mudah
ketika didukung oleh orang-orang dewasa.
c) usia 2-3 tahun; pada tahap ini, anak-anak menjadi lebih mudah
melakukan permainan dengan teman sebayanya dan memiliki
pemahaman yang lebih baik terhadap perspektif orang lain. Anak-anak
pada usia ini akan memungkinkan untuk menunjukkan cara-cara yang
berbeda dalam memberikan kenyamanan bagi orang lain.anak-anak
pada usia ini juga menjadi lebih peduli terhadap perilaku dan standar
sosial dan akan mudah marah ketika aturan-aturan ini dilanggar.
d) usia 3-4 tahun; pada usia ini anak-anak lebih cenderung untuk menjalin
persahabatan yang kuat. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bermain dan mereka dapat pula menyelesaikan konflik-konflik
kecil yang terjadi di antara mereka. Anak-anak mendapatkan sebuah

8
teori pemikiran atau kesadaran diri di mana mereka memiliki ide
mereka masing-masing dan mampu membedakan ide-ide tersebut
dengan ide orang lain.
e) usia 4-6 tahun; pada tahun ini bermain dengan permainan yang
terorganisir dan bekerjasama dengan aturan-aturan tertentu menjadi
lebih umum terjadi. Anak-anak mulai mengidentifikasi orang-orang di
luar keluarga mereka. Permainan yang lebih sering dilakukan seperti
dokter-dokteran dan dagang dagangan. Emosi mereka menjadi lebih
jelas terhadap kepribadian, mereka berpikir dan bertindak seperti apa
adanya mereka.

Dari uraian landy di atas terlihat bahwa perkembangan perilaku sosial


pada anak berkembang semakin baik seiring dengan bertambahnya usia
mereka. Anak-anak yang lebih tua usianya cenderung lebih mampu
menunjukkan perilaku sosial dimenangkan anak yang lebih muda.

Sementara itu, Eisenberg mengungkapkan bahwa perkembangan


perilaku sosial pada anak terjadi sejalan dengan perkembangan kognitif oleh
karena itu, Eisenberg kemudian menyatakan bahwa perkembangan perilaku
siswa terbagi menjadi beberapa level penalaran moral perilaku sosial.

D. Bimbingan dan konseling dalam Penyesuaian Diri Anak


Masalah kehidupan secara umum merupakan masalah sesuatu yang sangat
kompleks. Berbagai aspek kehidupan dapat menimbulkan masalah, demikian
juga penyebab masalah itu sendiri, ada yang ber- sumber dari diri sendiri
(internal) dan ada yang bersumber dari luar diri sendiri (eksternal). Sama
halnya dengan masalah penyesuaian diri bagi anak, dapat menjadi masalah
yang kompleks apabila tidak dita ngani dengan benar dan sungguh-sungguh.
Sebagai mana disampai kan oleh Syahril dan Rizka Ahmad (1986: 34-39)
bahwa masalah yang dihadapi seseorang, termasuk di dalamnya masalah
penyesuaian diri dan sosial dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

1. Penyebab Masalah berasal dari diri sendiri (internal)


Penyebab masalah dari diri sendiri menyangkut segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan diri baik fisik maupun psikis yang selalu
mengganggu perasaannya baik berupa kekurangan maupun kekuatan egori

9
ini adalah: yang dimilikinya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Keterbatasan atau kekurangan mental, misalnya anak yang idiot,
imbisil, dan sebahagianya atau yang memiliki tingkat inteligensi yang
rendah.
b. Keterbatasan keadaan fisik, misalnya buta, tuli, dan adanya cacat pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu aktivitas.
c. Ketidakseimbangan emosi, misalnya marah-marah yang meluap dan
tidak beralasan, pencemburu, dan sebagainya.
d. Sikap dan kebiasaan tertentu yang bisa merugikan diri sendiri, misalnya
bila mengerjakan tugas hanya yang mudah saja yang sukar
ditinggalkan, suka mengurung diri, dan sebagainya.
e. Tidak berbakat dalam suatu bidang misalnya tidak punya bakat dan
sebagainya.

2. Penyebab Masalah dari luar diri (eksternal)


Penyebab yang berasal dari luar diri sendiri dibagi dalam beberapa
faktor yaitu:
a. Faktor keluarga, tempat tinggal atau rumah tangga yang tidak
menyenangkan, misalnya cara mendidik anak yang tidak, ketidak
mengertian orang tua terhadap kebutuhan anak dan sebagainya.
b. Faktor lingkungan sekolah/lingkungan belajar. Misalnya mi nimnya
fasilitas belajar, kurangnya profesional guru mengajar, dan sarana dan
prasarana yang minim serta kurikulum yang tidak jelas dan sebagianya.
c. Faktor lingkungan masyarakat. Misalnya lingkungan tempat tinggal
yang tidak nyaman, banyak kriminalitas, pengangguran, dan
sebagainya.
Ketiga faktor di atas sama-sama berpengaruh terhadap diri individu
tetapi tidak dapat ditentukan faktor yang mana yang lebih kuat
pengaruhnya terhadap masalah yang dihadapi. Ketiga faktor ini saling
menunjang dan tidak bisa berdiri sendiri artinya perma- salahan yang
berasal dari dalam diri bisa jadi akan berpengaruh terhadap masalah di luar
diri individu begitu pula sebaliknya.
Dari uraian tentang gambaran masalah penyesuaian diri dan sosial yang
telah dikemukakan di atas, maka upaya pemberian bimbingan dan konseling

10
untuk meningkatkan penyesuaian diri anak usia dini ini ditempuh dengan
berbagai cara yang dapat ditempuh orangtua atau guru, antara lain; pertama,
dengan memberi perlakuan yang wajar dan jangan sekali-kali menakuti anak
dengan gurunya sehingga menimbulkan kesan pada anak bahwa guru itu galak,
suka menghukum, dan sebagainya. Sebaliknya buatlah suasana menyenangkan,
misalnya melalui permainan sekolah-sekolahan di rumah sehingga anak merasa
tertarik dan tidak takut untuk sekolah.
Kedua, libatkan anak dalam menyiapkan keperluan sekolah, misal nya
dalam pemilihan tas yang akan dipakai ke sekolah. Bawa anak ke sekolah dan
biasakan anak bertemu dengan teman-teman sebayanya.
Ketiga, latih anak untuk dapat melakukan sendiri apa yang sudah dapat
dilakukannya, misalnya mencuci tangan sebelum makan, mem- bereskan
mainannya walaupun kadang-kadang masih dengan bantuan orang lain dan
sebagainya.
Keempat, gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menambah
pengetahuan maupun keterampilan motorik anak, misalnya dengan bercerita,
bermain dengan mewarnai gambar, dan melipat kertas.
Kelima, perhatian, pengertian, kesabaran, serta doa orang tua maupun
guru-guru di sekolah niscaya membuat anak mampu mele- wati hari-hari
sekolahnya dengan senang, penuh semangat dan tanpa beban.
Keenam, dalam memberikan pelayanan dan penanganan kepada anak
yang mengalami gangguan penyesuaian diri perlu memperhati- kan hal-hal
sebagai berikut:
1) Menerima anak dengan baik termasuk kekurangan dan kele mahannya.
2) Mampu memberikan pujian.
3) Memperlakukan anak secara bijaksana yang diwarnai dengan kejujuran.
4) Menciptakan suasana yang aman.
5) Menciptakan suasana hidup yang penuh toleransi.
6) Memberi anak perhatian secara khusus setiap anak melakukan tugas-
tugasnya.
7) Menempatkan anak pada kegiatan kelompok.
8) Memberi kesempatan pada anak untuk maju kedepan untuk menyiapkan
doa.

11
9) Melalui permainan yang membuat anak senang.

Dengan demikian, pemberian bimbingan dan konseling yang baik dan


tepat diharapkan anak dapat memiliki penyesuaian diri dan sosial yang baik.
Kriteria penyesuaian diri dan sosial yang baik, yaitu:
1. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya,
apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai
dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai
dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab,
dongkol. Kecewa. atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan
kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian diri ditandai dengan keguncangan
emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terha dap nasib yang
dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara indi- vidu dan tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya
konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga
untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat
tersebut terdapat proses saling memengaruhi satu sama lain silih berganti.
Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi,
demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-
hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses
penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan
sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-
hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara

12
umum. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan
individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan
mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang meng atur kehidupan
sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari
segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang
disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
Adapun bagi anak yang tidak memiliki kemampuan penyesuaian diri
atau sosial yang baik, biasanya anak memiliki kelemahan-kelemahan yang
tampak, seperti:
a. Sering menunjukkan perasaan khawatir dan cemas yang
berlebihan.
b. mudah tersinggung dan menjadi sedih.
c. Pengendalian diri lemah.
d. Bersikap kasar dan cenderung emosinal
e. Memiliki kebiasaan kebiasaan buruk seperti merusak.
f. Penyimpangan tingkah laku dari perkembangannya, seperti
eburesis (masih ngompol walaupun usianya sudah besar).

Adapun dampak dari anak yang mengalami gangguan penye suaian


diri ini sangat merugikan, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, yakni:
a. Anak pasif dalam setiap kegiatan.
b. Anak ragu-ragu dan takut mengatakan gagasan-gagasannya.
c. Anak sulit diarahkan.
d. Anak takut menerima kritik.
e. Anak akan memperoleh pengetahuan yang terbatas.

E. Penerapan Bimbingan Untuk Meningkatkan Kemampuan Perilaku Sosial


Berbicara mengenai bimbingan perilaku sosial pada anak usia dini,
banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini
masih berada di rentang usia kelompok bermain, mem- punyai karakteristik
tersendiri dalam perkembangannya. Khususnya dalam perkembangan perilaku

13
sosial, anak perlu dibiasakan dan di- ajarkan bagaimana cara mereka
berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam
lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak-anak menjadi pribadi
yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, teng gang rasa, saling
menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik Dengan mempunyai bekal
melalui pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya
Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang
mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan
mengharumkan bangsa dan negaranya.
Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang nega tif
yang dilakukan oleh beberapa anak yang masih berada dalam ren tang usia 4
tahun. Sebagai contoh: seorang anak yang suka merokok, hal itu ia lakukan,
karena interaksi sosial dilingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan
hal tersebut. Tidak ada larangan, la terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia
dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan berbicara agak kasar. Hal itu
terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang membentuknya Anak
tidak bisa disalahkan, tapi orangtua dan proses pembentukan dari lingkungan
keluarga yang kurang baik.
Contoh lainnya lagi adalah anak-anak yang masih usia dini yang yang
baru berusia 3-4 tahun banyak berada di jalanan untuk men- cari nafkah dengan
cara mengamen, menjadi peminta-minta, pemu- ngut sampah, pencuri, dan
bahkan ada yang menjadi korban kejahat- an seksual. Ada yang memang
karena keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang memang
sengaja dieksploitasi oleh para orangtua mereka sebagai ladang mencari uang.
Hal itu bila dibiarkan. maka akan menjadikan mereka menjadi anak-anak yang
berperilaku tidak sosial. Banyak pengaruh negatif, karena lingkungan
membentuk mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif, mencuri, memaksa
mencopet, dan sebagainya.
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua,
anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai
mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut
Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk perilaku sosial itu seba gai berikut:

14
1. Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan.
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau
tuntutan orangtua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak
anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira- kira usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku
negativisme pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia
empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat
tahun dan enam ta hun, sikap membangkang atau melawan secara fisik
beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata).
Sikap orangtua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini tidak
memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal keras kepala, tolol
atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya orangtua mau
memahami tentang proses perkem bangan anak.. yaitu bahwa secara
naluriah anak itu mampunyai dorongan untuk berkembang dari posisi
"dependent" (ketergan tungan) ke posisi "independent" (bersikap mandiri).
Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses
perkembangan tersebut.
2. Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan sa- lah satu bentuk reaksi
terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau
keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku
menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-
marah, dan mencaci maki. Orangtua yang menghukum anak yang agresif,
menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena itu, sebaiknya
orangtua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut
dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan
atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak mem bahayakan
keselamatannya), atau upaya lain yang bisa meredam agresivitas anak
tersebut.
3. Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak me- rasa
tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti
diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau
mainannya. Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi, sebentar kemudian

15
mereka berbaikan kembali. Anak laki-laki ba- nyak melakukan tindakan
agresif dan menantang.
4. Menggoda (reasing yaitu sebagai bentuk lan dari agresif. Meng godu
merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam ben tak verbal ata-
kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbul kan reak marah pada
orang yang diserangnya.
5. Persaingan (rivally), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selain
didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaing amateur pada usia
empat tahun, yaitu persaingan un tak prestise dan pada usia enam tahun,
semangat bersaing in Berkembang dengan lebih baik.
Istilah persaingan secara lebih luas dapat dimaknai sebagai proses
sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan
berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan ter tentu. Persaingan dapat
terjadi jika beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau
sesuatu yang menajadi pusat perhatian umum. Persaingan berlangsung
tanpa ancaman atau kekerasan. Persaingan yang baik adalah persaingan
yang dilakukan dengan wajar dengan mematuhi aturan main tertentu.
Persaingan seperti ini sering disebut dengan persaingan sehat dan memberi
dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, yaitu adanya motivasi un
tuk lebih baik. Namun jika persaingan sudah tidak sehat, maka persaingan
akan memberi dampak buruk bagi kedua belah pihak.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan perilaku bagi anak
usia dini, masalah persaingan tidak selamanya negatif dan bahkan bisa jadi
sewaktu-waktu akan diperlukan. Anak perlu di- dorong untuk memiliki
mental pesaing (competiter) dalam dirinya sejak dini, terutama dalam hal-
hal yang positif. Karena pada prin- sipnya persaingan merupakan kondisi
real yang harus dihadapi setiap orang di masa sekarang. Kompetisi dan
persaingan tersebut bisa dihadapi secara positif atau negatif, bergantung
kepada sikap dan mental persepsi kita dalam memaknai persaingan
tersebut. Hampir tiada hal yang tanpa kompetisi/persaingan, kompetisi/
persaingan dalam berprestasi, dunia usaha bahkan dalam proses belajar.
Persaingan untuk mendapat pekerjaan di era globalisasi ini semakin sengit.
Jika kita mencoba untuk melihat dari segi usa- ha pemerintah dapat

16
dikatakan pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi masalah ini,
salah satunya melalui jalur pendidikan Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa ketika ingin masuk dalam dunia kerja salah satu modal penting yang
dibutuhkan adalah keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang kita
inginkan. Permasalahan yang berkembang sekarang yakni era pasar bebas
(AFTA) dari seluruh dunia untuk bersaing secara global.

Penerapan bimbingan yang dianggap efektif dalam meningkatkan


kemampuan perilaku sosial anak usia dini adalah bimbingan yang
dilakukan oleh guru. Peranan guru sebagai pembimbing merupakan salah
satu tugas pokok dalam melakukan pembinaan dan pembelajaran di kelas.
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang harus diketa- But, dipahami
dan dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran Keterlibatan guru
secara aktif dalam program pelayanan bimbingan di taman kanak-kanak
menjadi suatu keharusan. Dalam pelaksanaannya. guru adalah juga
pembimbing yang harus dilaksanakan secara terpadu dan integral dengan
pengelolaan pembelajaran bidang-bidang pengem bangan yang telah
diprogramkan. Pelaksanaan pelayanan bimbingan kepada anak guru perlu
bekerja sama dengan orangtua dan pihak-pihak lain yang terkait seperti
dokter ahli psikologi anak, dan ahli pendidikan.
Jadi, guru sebagai pembimbing di taman kanak-kanak, dalam
melaksanakan pembimbingannya di samping langsung kepada anak itu
sendiri, tetapi apabila menemukan kendala yang cukup berarti perlu bekerja
sama dengan orangtua Orangtua merupakan pihak yang perlu didekati dan
diajak kerja sama, diberi pengarahan dan pembinaan dalam membantu
mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak, memecahkan masalah dan
hambatan yang dialami anak, terutama yang sumbernya diperoleh dari
lingkungan keluarga.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah ad-
justment atau personal adjustment. Penyesuaian diri merupakan faktor penting
dalam kehidupan manusia. Dalam penyelesaian diri, dapat ditemui banyak
karakteristik yang membentuk kepribadian seseorang. Tentu saja banyak
perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap individu. Dari beragamnya
karakteristik seseorang ini, seseorang dituntut supaya mampu dalam
menyesuaikan diri dan masuk ke dunia yang dipenuhi berbagai perbedaan itu.
Sedangkan pengertian perilaku sosial merupakan aktivitas dalam
hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi
peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang
membentuk kepribadiannya, yang membantu berkembang menjadi manusia
sebagaimana adanya.
maka upaya pemberian bimbingan dan konseling untuk meningkatkan
penyesuaian diri anak usia dini ini ditempuh dengan berbagai cara yang dapat
ditempuh orangtua atau guru, antara lain; pertama, dengan memberi perlakuan
yang wajar dan jangan sekali-kali menakuti anak dengan gurunya sehingga
menimbulkan kesan pada anak bahwa guru itu galak, suka menghukum, dan
sebagainya. Sebaliknya buatlah suasana menyenangkan, misalnya melalui
permainan sekolah-sekolahan di rumah sehingga anak merasa tertarik dan tidak
takut untuk sekolah.
Kedua, libatkan anak dalam menyiapkan keperluan sekolah, misal nya
dalam pemilihan tas yang akan dipakai ke sekolah. Bawa anak ke sekolah dan
biasakan anak bertemu dengan teman-teman sebayanya.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu para pembaca
disarankan untuk membaca tentang merancang dan mengelola saluran
pemasaran teritegrasi pada referensi–referensi lainnya, agar pengetahuan
pembaca semakin banyak sehingga memperluas khazanah keilmuan kit

18
DAFTAR PUSTAKA

Susanto Ahmad. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta,


Kencana, 2015.
Ghoziyah Istifadatul, Efektivas Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penyusuaian Diri Aud Di Tk Sekecamatan Bungkal Ponorogo,
V.03, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Susanti Ani, Erlina Listyanti Widuri, Penyesuaian Diri Pada Taman Kanak-
Kanak, V.1, Jurnal Fakultas Psikologi,

19

Anda mungkin juga menyukai