OLEH KELOMPOK 9 :
RABIATUL ADAWIYAH (2020130106)
AJIZATUL AULIA (2020130109)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita semua dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benderang, yang bercahayakan Iman, Islam dan Ihsan.
Terima kasih pula kepada dosen, Ibu : Ainur Rahmah, S. Sos. I. yang telah
memberikan tugas kepada penulis untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan
Konseling Anak Usia Dini. Penulis telah berupaya dengan daya dan kemampuan
yang penulis miliki guna menyelesaikan makalah ini. Namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan masih perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan. Oleh karena itu, penulis harapkan akan adanya kritik dan
saran yang membangun penulis butuhkan guna untuk menulis Makalah-makalah
selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi
para pembaca dan khususnya penulis pribadi. Semoga usaha penulis ini diridhoi
oleh Allah SWT.
KELOMPOK 9
ii
DAFTAR ISI
A. Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak Usia Dini ........... 3
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah atau di masyarakat. Tulis dan
tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anak lebih
bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, serta latihan keterampilan dan
pendidikan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak Usia Dini?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyesuaian Diri Dan Perilaku Sosial Anak
Usia Dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, ( Jakarta:Kencana),
2015 h. 124.
3
didasarkan pada tingkat kepribadian seseorang. Anak yang memiliki kepribadian
yang baik akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding dengan anak
yang tidak memiliki kepribadian yang baik. Jadi, kepribadian seseorang
merupakan dasar bagi terbentuknya pe- nyesuaian diri seseorang yang baik.
Sedangkan pengertian perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan
dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-
saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa
yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang membentuk kepribadiannya,
yang membantu berkembang menjadi manusia sebagaimana adanya.
Menurut Johnson, Eisenberg menyatakan bahwa perilaku sosial adalah tingkah
laku seseorang yang bermaksud mengubah keadaan psikis atau fisik penerima
sedemikian rupa, sehingga penolong akan merasa bahwa penerima menjadi lebih
sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Dari definisi Eisenberg
tersebut dapat dipahami bahwa perilaku sosial lebih menitikberatkan pada
perbuatan anak yang dimaksudkan untuk membantu temannya yang melalui
kemampuannya dalam menunjukkan empati, murah hati, kerjasama dan kasih
sayang.
4
tersimpan. Di dalam hatinya, pemikirannya, perasaannya dan angan-angan
yang ingin dicapainya. Ini semua dapat membantu individu dalam
memahami pola dan Ciri dirinya yang berbeda dari orang lain. Semakin
mengerti tentang dirinya Maka akan semakin meningkat kebutuhannya
pula. Dan berusaha menerima Dirinya dan mengetahui kelemahannya
sendiri.
2. Jenis atau tipe hubungan anak dengan teman sekelas (teman dekat, hanya
kenal,atau teman baru)
Peran hubungan antara teman sekelas dalam penyesuaian diri di TK
Atau di sekolah, hal ini juga sangat efektif bagi pengembangan dan
Penyesuaian diri anak, yaitu:
a. Sebagai sumber dukungan tetapi bisa juga sebagai sumber stres.
Anak akan merasa nyaman apabila ia merasa nyaman dan
diterima di Sekolahnya dan mengenal hal-hal di sekitarnya.”
namun sebaliknya apabila dia hanya mengenal sedikit teman, dan
merasa tidak diterima, teman bisa menjadi sumber stres bagi
anak.
b. Membentuk prespesi anak tentang sekolah. anak yang
mempunyai Banyak teman, akan merasa nyaman dan
menganggap bahwa Aktivitas yang dilakuan menyenangkan.
c. Menentukan tingkat keterlibatan anak dalam kegiatan di
sekolah. Anak yang diterima oleh teman akan terlibat dalam
kegiatan sekolah lebih banyak daripada yang hanya punya sedikit
teman atau bahkan tidak diterima.
d. Menentukan penampilan/pencapaian anak di sekolah. Sekolah
yang menyenangkan akan membantu anak dalam memperoleh
atau bahkan meningkatkan pencapaian hasil belajar di sekolah.
e. Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada
masalah Pengetahuan dan informai saja akan tetapi juaga
mencakup tanggung Jawab pendidikan secara luas. Demukian
pula dengan guru, Tugasnya tidak hanya sekedar mengajar, akan
tetapi juga berperan Dalam membentuk masa depan anak
5
didiknya.2
2
Ibid h.132.
3
Istifadatul Ghoziyah, Efektivas Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penyusuaian Diri Aud Di Tk Sekecamatan Bungkal Ponorogo, V.03, Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, h.12
6
yang Kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri,
perasaan rendah diri, rasa Ketergantungan, perasaan ingin
dikasihani, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri seperti Pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-
kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dan Sebagainya.
4) Faktor lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,
kebudayaan, dan agama Berpengaruh kuat terhadap penyesuaian
diri seseorang.
7
untuk melihat sesuatu dari perspektif orang lain. Dengan demikian anak yang
lebih berusia dapat lebih komparatif dan murah hati karena mereka mampu
untuk mengambil sudut pandang orang lain dan memahami apa yang
dibutuhkan orang lain.
Secara lebih rinci, Landy menggambarkan tahap perkembangan perilaku
sosial pada anak-anak, sebagai berikut:
a) Dari 0-1 tahun; pada bulan-bulan pertama bayi mulai menunjukkan
ketertarikan terhadap raut wajah manusia dan mulai belajar melakukan
kontak mata dengan orang lain. Ketika mereka tumbuh, mereka mulai
merespon lebih banyak, memperlihatkan tanda-tanda perilaku sosial
lebih awal.
b) usia 1-2 tahun; anak menikmati keberadaannya bersama anak-anak lain
dan bermain namun kadang-kadang berebut tempat dan mainan mereka.
Mereka masih benar-benar membutuhkan rasa aman dari pengasuh
mereka dan seringkali kembali untuk mengadu. Beberapa anak mulai
meniru perilaku sosial orang lain mungkin dengan cara memberikan
rasa aman kepada orang lain atau bahkan orang dewasa yang terlihat
mengalami kesulitan. Anak-anak yang lain mungkin akan mengalami
prestasi terhadap seorang anak yang sedang menangis dan memukul
anak tersebut untuk membuatnya berhenti menangis. Selain itu,
membagi suatu seperti makanan atau mainan akan terlihat lebih mudah
ketika didukung oleh orang-orang dewasa.
c) usia 2-3 tahun; pada tahap ini, anak-anak menjadi lebih mudah
melakukan permainan dengan teman sebayanya dan memiliki
pemahaman yang lebih baik terhadap perspektif orang lain. Anak-anak
pada usia ini akan memungkinkan untuk menunjukkan cara-cara yang
berbeda dalam memberikan kenyamanan bagi orang lain.anak-anak
pada usia ini juga menjadi lebih peduli terhadap perilaku dan standar
sosial dan akan mudah marah ketika aturan-aturan ini dilanggar.
d) usia 3-4 tahun; pada usia ini anak-anak lebih cenderung untuk menjalin
persahabatan yang kuat. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bermain dan mereka dapat pula menyelesaikan konflik-konflik
kecil yang terjadi di antara mereka. Anak-anak mendapatkan sebuah
8
teori pemikiran atau kesadaran diri di mana mereka memiliki ide
mereka masing-masing dan mampu membedakan ide-ide tersebut
dengan ide orang lain.
e) usia 4-6 tahun; pada tahun ini bermain dengan permainan yang
terorganisir dan bekerjasama dengan aturan-aturan tertentu menjadi
lebih umum terjadi. Anak-anak mulai mengidentifikasi orang-orang di
luar keluarga mereka. Permainan yang lebih sering dilakukan seperti
dokter-dokteran dan dagang dagangan. Emosi mereka menjadi lebih
jelas terhadap kepribadian, mereka berpikir dan bertindak seperti apa
adanya mereka.
9
ini adalah: yang dimilikinya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Keterbatasan atau kekurangan mental, misalnya anak yang idiot,
imbisil, dan sebahagianya atau yang memiliki tingkat inteligensi yang
rendah.
b. Keterbatasan keadaan fisik, misalnya buta, tuli, dan adanya cacat pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu aktivitas.
c. Ketidakseimbangan emosi, misalnya marah-marah yang meluap dan
tidak beralasan, pencemburu, dan sebagainya.
d. Sikap dan kebiasaan tertentu yang bisa merugikan diri sendiri, misalnya
bila mengerjakan tugas hanya yang mudah saja yang sukar
ditinggalkan, suka mengurung diri, dan sebagainya.
e. Tidak berbakat dalam suatu bidang misalnya tidak punya bakat dan
sebagainya.
10
untuk meningkatkan penyesuaian diri anak usia dini ini ditempuh dengan
berbagai cara yang dapat ditempuh orangtua atau guru, antara lain; pertama,
dengan memberi perlakuan yang wajar dan jangan sekali-kali menakuti anak
dengan gurunya sehingga menimbulkan kesan pada anak bahwa guru itu galak,
suka menghukum, dan sebagainya. Sebaliknya buatlah suasana menyenangkan,
misalnya melalui permainan sekolah-sekolahan di rumah sehingga anak merasa
tertarik dan tidak takut untuk sekolah.
Kedua, libatkan anak dalam menyiapkan keperluan sekolah, misal nya
dalam pemilihan tas yang akan dipakai ke sekolah. Bawa anak ke sekolah dan
biasakan anak bertemu dengan teman-teman sebayanya.
Ketiga, latih anak untuk dapat melakukan sendiri apa yang sudah dapat
dilakukannya, misalnya mencuci tangan sebelum makan, mem- bereskan
mainannya walaupun kadang-kadang masih dengan bantuan orang lain dan
sebagainya.
Keempat, gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menambah
pengetahuan maupun keterampilan motorik anak, misalnya dengan bercerita,
bermain dengan mewarnai gambar, dan melipat kertas.
Kelima, perhatian, pengertian, kesabaran, serta doa orang tua maupun
guru-guru di sekolah niscaya membuat anak mampu mele- wati hari-hari
sekolahnya dengan senang, penuh semangat dan tanpa beban.
Keenam, dalam memberikan pelayanan dan penanganan kepada anak
yang mengalami gangguan penyesuaian diri perlu memperhati- kan hal-hal
sebagai berikut:
1) Menerima anak dengan baik termasuk kekurangan dan kele mahannya.
2) Mampu memberikan pujian.
3) Memperlakukan anak secara bijaksana yang diwarnai dengan kejujuran.
4) Menciptakan suasana yang aman.
5) Menciptakan suasana hidup yang penuh toleransi.
6) Memberi anak perhatian secara khusus setiap anak melakukan tugas-
tugasnya.
7) Menempatkan anak pada kegiatan kelompok.
8) Memberi kesempatan pada anak untuk maju kedepan untuk menyiapkan
doa.
11
9) Melalui permainan yang membuat anak senang.
12
umum. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan
individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan
mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang meng atur kehidupan
sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari
segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang
disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
Adapun bagi anak yang tidak memiliki kemampuan penyesuaian diri
atau sosial yang baik, biasanya anak memiliki kelemahan-kelemahan yang
tampak, seperti:
a. Sering menunjukkan perasaan khawatir dan cemas yang
berlebihan.
b. mudah tersinggung dan menjadi sedih.
c. Pengendalian diri lemah.
d. Bersikap kasar dan cenderung emosinal
e. Memiliki kebiasaan kebiasaan buruk seperti merusak.
f. Penyimpangan tingkah laku dari perkembangannya, seperti
eburesis (masih ngompol walaupun usianya sudah besar).
13
sosial, anak perlu dibiasakan dan di- ajarkan bagaimana cara mereka
berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam
lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak-anak menjadi pribadi
yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, teng gang rasa, saling
menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik Dengan mempunyai bekal
melalui pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya
Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang
mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan
mengharumkan bangsa dan negaranya.
Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang nega tif
yang dilakukan oleh beberapa anak yang masih berada dalam ren tang usia 4
tahun. Sebagai contoh: seorang anak yang suka merokok, hal itu ia lakukan,
karena interaksi sosial dilingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan
hal tersebut. Tidak ada larangan, la terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia
dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan berbicara agak kasar. Hal itu
terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang membentuknya Anak
tidak bisa disalahkan, tapi orangtua dan proses pembentukan dari lingkungan
keluarga yang kurang baik.
Contoh lainnya lagi adalah anak-anak yang masih usia dini yang yang
baru berusia 3-4 tahun banyak berada di jalanan untuk men- cari nafkah dengan
cara mengamen, menjadi peminta-minta, pemu- ngut sampah, pencuri, dan
bahkan ada yang menjadi korban kejahat- an seksual. Ada yang memang
karena keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang memang
sengaja dieksploitasi oleh para orangtua mereka sebagai ladang mencari uang.
Hal itu bila dibiarkan. maka akan menjadikan mereka menjadi anak-anak yang
berperilaku tidak sosial. Banyak pengaruh negatif, karena lingkungan
membentuk mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif, mencuri, memaksa
mencopet, dan sebagainya.
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua,
anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai
mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut
Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk perilaku sosial itu seba gai berikut:
14
1. Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan.
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau
tuntutan orangtua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak
anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira- kira usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku
negativisme pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia
empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat
tahun dan enam ta hun, sikap membangkang atau melawan secara fisik
beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata).
Sikap orangtua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini tidak
memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal keras kepala, tolol
atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya orangtua mau
memahami tentang proses perkem bangan anak.. yaitu bahwa secara
naluriah anak itu mampunyai dorongan untuk berkembang dari posisi
"dependent" (ketergan tungan) ke posisi "independent" (bersikap mandiri).
Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses
perkembangan tersebut.
2. Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan sa- lah satu bentuk reaksi
terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau
keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku
menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-
marah, dan mencaci maki. Orangtua yang menghukum anak yang agresif,
menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena itu, sebaiknya
orangtua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut
dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan
atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak mem bahayakan
keselamatannya), atau upaya lain yang bisa meredam agresivitas anak
tersebut.
3. Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak me- rasa
tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti
diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau
mainannya. Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi, sebentar kemudian
15
mereka berbaikan kembali. Anak laki-laki ba- nyak melakukan tindakan
agresif dan menantang.
4. Menggoda (reasing yaitu sebagai bentuk lan dari agresif. Meng godu
merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam ben tak verbal ata-
kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbul kan reak marah pada
orang yang diserangnya.
5. Persaingan (rivally), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selain
didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaing amateur pada usia
empat tahun, yaitu persaingan un tak prestise dan pada usia enam tahun,
semangat bersaing in Berkembang dengan lebih baik.
Istilah persaingan secara lebih luas dapat dimaknai sebagai proses
sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan
berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan ter tentu. Persaingan dapat
terjadi jika beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau
sesuatu yang menajadi pusat perhatian umum. Persaingan berlangsung
tanpa ancaman atau kekerasan. Persaingan yang baik adalah persaingan
yang dilakukan dengan wajar dengan mematuhi aturan main tertentu.
Persaingan seperti ini sering disebut dengan persaingan sehat dan memberi
dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, yaitu adanya motivasi un
tuk lebih baik. Namun jika persaingan sudah tidak sehat, maka persaingan
akan memberi dampak buruk bagi kedua belah pihak.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan perilaku bagi anak
usia dini, masalah persaingan tidak selamanya negatif dan bahkan bisa jadi
sewaktu-waktu akan diperlukan. Anak perlu di- dorong untuk memiliki
mental pesaing (competiter) dalam dirinya sejak dini, terutama dalam hal-
hal yang positif. Karena pada prin- sipnya persaingan merupakan kondisi
real yang harus dihadapi setiap orang di masa sekarang. Kompetisi dan
persaingan tersebut bisa dihadapi secara positif atau negatif, bergantung
kepada sikap dan mental persepsi kita dalam memaknai persaingan
tersebut. Hampir tiada hal yang tanpa kompetisi/persaingan, kompetisi/
persaingan dalam berprestasi, dunia usaha bahkan dalam proses belajar.
Persaingan untuk mendapat pekerjaan di era globalisasi ini semakin sengit.
Jika kita mencoba untuk melihat dari segi usa- ha pemerintah dapat
16
dikatakan pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi masalah ini,
salah satunya melalui jalur pendidikan Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa ketika ingin masuk dalam dunia kerja salah satu modal penting yang
dibutuhkan adalah keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang kita
inginkan. Permasalahan yang berkembang sekarang yakni era pasar bebas
(AFTA) dari seluruh dunia untuk bersaing secara global.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah ad-
justment atau personal adjustment. Penyesuaian diri merupakan faktor penting
dalam kehidupan manusia. Dalam penyelesaian diri, dapat ditemui banyak
karakteristik yang membentuk kepribadian seseorang. Tentu saja banyak
perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap individu. Dari beragamnya
karakteristik seseorang ini, seseorang dituntut supaya mampu dalam
menyesuaikan diri dan masuk ke dunia yang dipenuhi berbagai perbedaan itu.
Sedangkan pengertian perilaku sosial merupakan aktivitas dalam
hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi
peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang
membentuk kepribadiannya, yang membantu berkembang menjadi manusia
sebagaimana adanya.
maka upaya pemberian bimbingan dan konseling untuk meningkatkan
penyesuaian diri anak usia dini ini ditempuh dengan berbagai cara yang dapat
ditempuh orangtua atau guru, antara lain; pertama, dengan memberi perlakuan
yang wajar dan jangan sekali-kali menakuti anak dengan gurunya sehingga
menimbulkan kesan pada anak bahwa guru itu galak, suka menghukum, dan
sebagainya. Sebaliknya buatlah suasana menyenangkan, misalnya melalui
permainan sekolah-sekolahan di rumah sehingga anak merasa tertarik dan tidak
takut untuk sekolah.
Kedua, libatkan anak dalam menyiapkan keperluan sekolah, misal nya
dalam pemilihan tas yang akan dipakai ke sekolah. Bawa anak ke sekolah dan
biasakan anak bertemu dengan teman-teman sebayanya.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu para pembaca
disarankan untuk membaca tentang merancang dan mengelola saluran
pemasaran teritegrasi pada referensi–referensi lainnya, agar pengetahuan
pembaca semakin banyak sehingga memperluas khazanah keilmuan kit
18
DAFTAR PUSTAKA
19