Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

TENTANG

HAKEKAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12:


1. FIFI PURNAMA SARI
2. DITA FEBRIANTI

DOSEN PENGAMPU :
SOIBATUL ASLAMIAH NASUTION, M.Pd
NIDN. 2130098804

FAKULTAS ILMU TARBIYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Profesionalisme Guru dan Globalisasi. Semoga makalah ini dapat di
pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembacanya. Sekaligus sebagai salah satu syarat dalam mensukseskan
perkulliahan dengan ibunda Dosen pembimbing mata kulliah Sosiologi
Pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Suaibatul
Aslamiah Nasution W, MA yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
laporan selanjutanya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Simpang Empat, 21 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Batasan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Sosialisai..................................................................................2

B. Proses Sosialisasi.......................................................................................3

C. Persyaratan Profesionalisme Guru............................................................6

D. Globalisasi dan tantangan Profesionalisme Guru......................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................12


A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Pendidikan tidak lepas dari peran dari seorang guru. Peran guru
sangat dibutuhkan dalam program pendidikan kita, karena tanpa guru siapa
yang akan mengajar anak-anak disekolah. Menjadi seorang guru adalah
profesi yang tidak mudah, banyak yang belum kita ketahui tentang bagaimana
menjadi seorang guru. Sebagai calon guru kita harus tahu bagaimana menjadi
guru yang profesional dan juga syarat-syarat menjadi seorang guru
profesional. Namun terlebih dahulu kita harus tahu tentang pengertian profesi
keguruan tersebut. Selain itu kita harus tahu tentang kode etik profesi
keguruan seperti apa dan organisasi apa saja yang menjadi wadah
perkumpulan guru-guru di Indonesia.
Jika kita ingin menjadi seorang guru yang benar-benar profesional
kita harus benar-benar memiliki sikap yang profesional untuk menjadi
seorang guru serta saran-saran untuk menjadi guru yang professional tersebut
sampai dengan pngembangan menjadi guru yang prosfesional agar nantinya
kita menjadi guru yang benar-benar menggunakan profesi tersebut secara
baik sesuai aturan yang berlaku. Untuk itulah kami membuat makalah ini agar
menjadi bahan kajian kita semua sebagai calon guru dimasa depan yang
memiliki sikap dan perilaku yang benar-benar mencerminkan seorang tenaga
pengajar.
B. Batasan Masalah
1. Apa Pengertian Sosialisai?
2. Bagaiman Proses Sosialisasi?
3. Apa Saja Persyaratan Profesionaisme Guru?
4. Apa Saja Tantangan Globalisasi Terhadap Profesionalisme Guru?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Tentang Pengertian Sosialisai
2. Mendeskripsikan Tentang Proses Sosialisasi
3. Mendeskripsikan Tentang Persyaratan Profesionaisme Guru

1
4. Mendeskripsikan Tentang Tantangan Globalisasi Terhadap
Profesionalisme guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisai
Sosialisasi menurut Prof. Dr. Nasution, S.H. adalah proses
membimbing individu ke dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang
dewasa).1 Berikut beberapa pengertian sosialisasi lainnya menurut para ahli:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sosialisasi artinya proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
2. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses sosial tempat individu mendapatkan
pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku
orang di sekitarnya.
3. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses pada anak yang sedang belajar menjadi
anggota masyarakat.
4. Sukandar Wiraatmaja
Sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan
memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang
disetujui masyarakat.2
Jadi, dari pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa
sosialisasi adalah suatu proses di mana individu belajar memahami,
menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan nilai, norma dan segala pola
yang ada pada masyarakat.
Proses sosialisasi dapat tercapai melalui komunikasi dengan
anggota masyarakat lainnya. Melalui komunikasi inilah terjadi interaksi
dengan lingkungan yang ada di sekelilingnya. Seorang individu dalam proses
1
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara,2004), hlm.126
2
Hedi Sasrawan, “Pengertian Sosialisasi (artikel lengkap)”,Hedi Sasrawan, diakses
dari  http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/pengertian-sosialisasi-artikel-lengkap, pada tgl 19
Mei 2022, pukul 20.52.

2
sosialisasinya memilki beberapa tahap.3 Pada tahap awalnya ia akan banyak
belajar pada lingkungan terdekatnya yaitu keluarga (ayah, ibuk, kakek atau
neneknya). Individu akan belajar mengenai perasaan, emosi dan tingkah laku
yang ada sesuai dengan kemampuan biologisnya. Seiring berjalannnya waktu,
individu tersebut mulai mengenal lingkungan sosial yang lebih luas lagi
seperti pada lingkungan sekolah atau pun teman sepermainan atau teman
sebayanya.
B. Proses Sosialisasi
Berdasarkan Pemikiran Mead dan Cooley, sosialiasi merupakan
proses belajar yang dilakukan untuk mengetahui pola dan cara hidup yang
disesuaikan dengan nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat yang ada di suatu
wilayah. Secara sederhana, sosialisasi merupakan proses sosial yang
dilakukan agar seseorang bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan adanya sosialisasi, kita bisa beradaptasi dan bermanfaat dalam
lingkungannya. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan
peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
1. Pemikiran George Herbert Mead tentang Proses Sosialisasi
a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
b. Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh:
Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita
diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat
oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata
makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
c. Tahap Meniru (Play Stage)

3
Wawan Junaidi,”Proses Sosialisasi”,Media Pembelajaran, Referensi dari buku
“Sosiologi” Kelas 1 SMA,Hlm.74,Penerbit Yudhistira,diakses dari http://Wawan-
Junaidi.Blogspot.Com/2010/  04/ Proses-Sosialisasi.html,pada 19 Mei 2022, pukul 20.52.

3
d. Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap
ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang
tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa
yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari
anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebutmerupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari
mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-
orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
e. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
f. Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh
peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk
membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin
kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya
di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
g. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage/Generalized
Other)
h. Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan
kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.

4
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama –bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya–
secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
2. Teori Looking Glass Self (Charles Horton Cooley)
Menurut Charles H. Cooley sosialisasi adalah proses pembentukan
diri (self) Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya.
Menurutnya, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-
glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut:
a. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Contoh:
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang
paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu
menang di berbagai lomba.
b. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Contoh:
dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang
lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini
bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya
selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang
tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa
pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya
hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-
apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak
memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih
hebat dari dia.
c. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat,
timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.

5
C. Persyaratan Profesionalisme Guru
Menurut Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dalam bukunya Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Beliau menuliskan bahwa
standar yang dipersyaratkan menjadi guru yang profesional itu adalah sebagai
berikut:
1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Roestiyah N.K (1989) menginventarisir tugas guru secara garis besar.
Antara lain:
a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empirik, kepada para muridnya;
b. Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara;
c. Mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi
anak didik;
d. Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak dan bersikap;
e. Memungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat lingkungan, baik sekolah negeri atau swasta;
f. Harus mampu mengawali dan menegakkan disiplin baik untuk
dirinya, maupun murid dan orang lain;
g. Memungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang
disenangi;
h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi;
i. Guru diberi tanggung jawabpaling besar dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya;
j. Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi muridnya; dan
k. Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat
yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok studi,
mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka
memperkaya pengalaman.

6
Berdasarkan pada penjelasan Roestiyah N.K tersebut di atas.
Maka dapat ditegaskan bahwa guru bertanggung jawab mencari cara
untuk mencerdaskan kehidupan anak didik dalam arti sempit dan
bangsa dalam arti luas.4
2. Guru Profesional Senantiasa Meningkatkan Kualitasnya
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan
proses belajar mengajar maupun yang tidak terkait langsung, sangatlah
banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Bila peserta didik
mendapatkan nilai nilai tinggi, maka guru mendapat pujian. Pantas
menjadi guru dan harus dipertahankan walaupun tetap disebut sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, yakni para
peserta didik mendapat nilai yang rendah, maka serta merta juga
kesalahan ditumpahkan kepada sang guru. Predikat guru bodoh, tidak bisa
mengajar, tidak memiliki kemampuan menjalankan tugasnya sebagi guru,
lebih baik beralih fungsi menjadi karyawan atau tata usaha juga
dialamatkan kepada guru.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh
bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru. Sehingga
mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan
kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar
mengajar yang baik. Kepada guru perlu diberikan dorongan dan suasana
yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara
mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Agar
dapat meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai
guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil menggunakan
sumber-sumber belajar baru di dirinya. Sumber belajar bukan hanya guru,
apabila guru tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
perubahan. Maka guru tersebut akan mudah ditinggalkan oleh muridnya.5
4
Kemamuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Hlm: 14
5
Ibid. 14

7
3. Standar Profesional di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia standar berarti antara lain
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran,
takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria
minimal yang harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai
kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta
dilengkapi dengan sertifikasi profesi.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Beliau mendefinisikan sertifikasi sebagai
proses yang harus dilalui seorang guru untuk mendapatkan sertifikat
mengajar sebagai tanda bahwa ia telah memenuhi kualifikasi guru ideal
sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan pemerintah, baik yang
berhubungan dengan akadeik, sosial, kan akuntabilitas publik.
D. Globalisasi dan tantangan Profesionalisme Guru
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai
warga masyarakat dan warga bangsa. Tidak seorang pun dapat menghindari
dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan: pertama,
dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan
globalisasi; dan kedua, dia menjadi korban globalisasi. Arus globalisasi juga
masuk dalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya,
positif dan negatif. Dalam konteks ini, tugas dalam peranan seorang
pendidikan/guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan di sekolah/madrasah
sangat terdepan dalm menciptakan SDM yang dapat berkompetitif dengan
negara bangsa lain dalam suatu mayarakat dunia.
Sejalan dengan berkembang sains-teknologi dan meluasnya pengaruh
globalisasi, pendidik senantiasa dituntut dapat mengimbangi perkembangan
sains-teknologi yang terus berkembang. Seorang pendidik diharapkan mampu
pula menghasilkan anak didik sebagai SDM yang memiliki kompetensi tinggi
dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh percaya diri. Untuk
mencipatakan SDM berkualitas tersebut, seperti diungkapkan Louis V.

8
Gerstner, Jr, dkk(1995), dibutuhkan “sekolah unggul” atau sekolah
berkualitas yang memiliki ciri-ciri:
1. Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan
memimpin menuju visi keunggulan pendidikan.
2. Memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dengan jelas.
3. Pendidik yang kompeten yang senantiasa bergairah dalam melaksanankan
tugas dengan profesional dengan inovatif.
4. Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan kerja keras dalam proses
pembelajaran.
5. Masyarakat dan orang tua yang berperan dalam menunjang pendidikan.6
Sejumlah kecenderungan dan tantangan globalisasi yang harus
diantisipasi pendidik dengan pentingnya mengedepankan profesionalisme.
Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat
dan mendasar. Dengan kondisi ini, seorang pendidik diharapkan dengan
menyesuaikan diri dengan responsif, arief, dan bijaksana. Responsif artinya
pendidik harus bisa mengusai dengan baik produk iptek, terutama yang
berkaitan dengan dunua pendidikan, seperti pembalajaran dengan
menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan iptek yang baik, pendidik akan
tertinggal dan menjadi korban iptek.
Kedua, krisis “moral” yang melanda bangsa dan negara Indonesia
akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah menjadi penggeseran nilai-nilai
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat
menjungjung tinggi moralitas bisa saja dapat bergeser dengan seiring dengah
pengaruh iptek dan globalisasi. Di kalangan remaja sangat begitu terasa akan
pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik berasal dari meedia
cetak maupun media elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah
menjadikan sebagian remaja tergoda dalam suatu “pilihan” kehidupan yang
menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya

6
Tips mejadi guru inspiratif kreatif, dan inovatif. Hlm; 194-195

9
menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan,
kesenangan balaka (hedonisme) dan budaya cepat saji (instant).
Ketiga, krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran,
dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dunia. Akibat perkembangan
industri dan kepitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada
dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan
menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara
pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industralisasi
dan kapitalisme, ini merupakan tentangan bagi guru dalam merespons realitas
ini, terutama dalam kaitannya dengan unia pendidikan. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan (trust)
dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup
dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi
solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas,kekerasan, penganggura, dan
kemiskinan)bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial
tersebut.
Keempat, krisis identitas sebagai bangsa, sebagai bangsa dan negara
di tengah bangsa lain di dunia membutuhkan identitas kebangsaan
(nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat
nasionalisme dibutuhkan tetep eksisnya bangsa dan negara Indonesia.
Nasionalisme tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa berkorban untuk
bangsa dan negara sehingga akan membuat perilaku positif dan terbaik
untuuk bangsa dan negara. Dalam dekade terakhir, ada kecenderungan
menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang apresiasinya generasi muda
terhadap “kebudayaan asli” bangsa Indonesia, pola dan hidup remaja yang
kebarat-baratan, dan beberapa idikator lainnya. Melihat realitas perilaku
generasi muda ini, pendidik/guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai
nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda
akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

10
Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia
Pasifik, maupun dunia. Kondisi ini membutuhkan kesiapan yang matang
terutama dari segi SDM. Indonesia, ke depan, membutuhkan SDM yang
andal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dunia
pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategi dalam menciptakan
SDM yang berkualitas.dibutuhkan pendidik/guru yang visioner, kompeten,
berdedikasi tinggi dan berkomitmen agar mampu membekali peserta didik,
output, dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di
tengah masyarakat sedang dan terus berubah.
Bertalian dengan perubahan paradigma tersebut, setidaknya terdapat
tiga acuan dasar pendidikan nasional:
1. Acuan filosofis, yakni yang mampu mengembangkan kreativitas,
kebudayaan, dan peradaban; mendukung desiminitas nilai keunggulan
mengembangkan nilai-nilai demokrassi, kemanusian,keadilan, dan
keagamaan; dan mengembangkan secara berkelanjutan kinerja dan kreatif
dan produktif yang koheren dengannilai-nilai moral.
2. Acuan nilai kultural, yakni nilai inti ideal acuan pendidikan yaitu nilai
pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan; pada tingkat
instrumental, ekonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi, kreativitas,
daya saing, estetika, kearifan, moral, harkat martabat, dan kebanggan;
pada tingkat operasioal pentingnya kerja keras, sportivitas, kesiapan
bersaing, bekerja sama, dan disiplin diri. Ketiga, acuan lingkungan
strategis yakni masih berlangsungnya beragam krisis, reformasi total
terhadap birokrasi, ekonomi, sosial, politik, huku, dan kehidupan
beragama; pendidikan dengan standar global; dan penggunaan berbagai
cara belajar dengan mendaya gunakan beragam sumber belajar.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa sosialisasi adalah
suatu proses di mana individu belajar memahami, menghayati, menyesuaikan
dan melaksanakan nilai, norma dan segala pola yang ada pada masyarakat.
Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian. Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, pendidik dituntut
untuk memiliki beberapa persyaratan untuk menjadi guru yang profesional
yaitu, sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya
yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun
elektronik. Tantangan profesionalisme guru dalam globalisasi: 1.
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan
mendasar. 2. krisis “moral”. 3. krisis sosial. 4. krisis identitas sebagai bangsa.
5. adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun
dunia..
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah yang
kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat

12
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
dating berupa kritik dan saran.

13
DAFTAR KEPUSTAKAAN
S. Nasution, 2004. Sosiologi PendidikanJakarta; Bumi Aksara

Hedi Sasrawan, “Pengertian Sosialisasi (artikel lengkap)”,Hedi Sasrawan, diakses


dari  http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/pengertian-
sosialisasi-artikel-lengkap, pada tgl 19 Mei 2022, pukul 20.52.

Wawan Junaidi,”Proses Sosialisasi”,Media Pembelajaran, Referensi dari buku


“Sosiologi” Kelas 1 SMA,Hlm.74,Penerbit Yudhistira,diakses
dari http://Wawan-Junaidi.Blogspot.Com/2010/  04/ Proses-
Sosialisasi.html,pada 19 Mei 2022, pukul 20.52.

14

Anda mungkin juga menyukai