Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO


Tentang
TEORI KONSUMSI, INVESTASI, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN
EKSPOR IMPOR SECARA KARO EKONOMI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. SOFRINAL AMELIN EFENI
2. AGUNG PUTRA AR-RAHMAN
3. IMMA LAILATUNIL KHOIROH

DOSEN PENGAMPU:
YOSSI ERIAWATI, S. E, M. E
NIDN. 2111018901

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Pengantar Ekonomi Makro. Semoga makalah ini dapat di pergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya. Sekaligus
sebagai salah satu syarat dalam mensukseskan perkulliahan dengan Ibu Yossi
Eriawati, S. E, M. E.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Teori Ekonomi
Makro yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, 7 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Konsep Teori Konsumsi ........................................................................... 2
B. Konsep Teori Investasi ............................................................................. 6
C. Konsep Pengeluaran Pemerintah .............................................................. 8
D. Konsep Ekspor Impor ............................................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan
keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang di lakukan oleh rumah tangga
untuk membeli berbagai kebutuhan dalam satu tahun tersebut. Pembelanjaan
masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang
lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi
untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan
barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi,
kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi
muncul karena ada jarak antara konsumsi dan produksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi
diantaranya pendapatan, tingkat harga, tingkat bunga dan sebagainya.
Pendapatan rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat
konsumsi.
B. Batasan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Teori konsumsi?
2. Bagaimanakah Konsep Teori Investasi?
3. Bagaimanakah Konsep Teori Pengeluaran Pemerintah?
4. Bagaimanakah Konsep Teori Ekspor Impor?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang Konsep Teori konsumsi
2. Mendeskripsikan tentang Konsep Teori Investasi
3. Mendeskripsikan tentang Konsep Teori Pengeluaran Pemerintah
4. Mendeskripsikan tentang Konsep Teori Ekspor Impor

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Konsumsi
1. Pengertian Konsumsi
Konsumsi adalah membeli barang dan jasa untuk memuaskan
keinginan memiliki dan menggunakan barang tersebut.1 Konsumsi yang
tinggi meningkatkan aliran kas dari perusahaan-perusahaan dan
mengakibatkan kenaikan return pada Ibovespa (Indeice da Bolsa de Valores
de Sao Paulo).” Arus kas mengekspresikan laba bersih ditambah depresiasi,
yang secara aktual didistribusikan kepada investor, yakni setelah
perusahaan menanamkan investasi di fixed asset dan modal kerjanya yang
penting untuk kelanjutan operasi. Jadi nilai perusahaan berhubungan
dengan kemampuannya menghasilkan arus kas. Sehingga jika arus kasnya
meningkat nilai perusahaan akan naik, yang selanjutnya juga akan
menaikkan harga saham.
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel
makro ekonomi. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan
pendapatannya. Hal ini berarti semakin besar pendapatan semakin besar
pula pengeluran konsumsinya. Perilaku tabungan juga dipengaruhi oleh
faktor pendapatan. Dengan demikian maka jika pendapatan bertambah baik
konsumsi maupun tabungan akan sama-sama bertambah.
Pebedaan antara masyarakat negara yang sudah maju dengan negara
yang sedang berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan oleh
perbandingan relatif besar kecilnya angka MPC atau MPS, akan terjadi juga
dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang sedang
berkembang didominasi oleh konsumsi kebutuhan pokok atau kebutuhan
primer. Sedang pada masyarakat yang sudah maju cenderung lebih banyak
teralokasi kebutuhan sekunder atau tersier.

1
Priyono Teddy Chandra, Esensi Ekonomi Makro, (Sidoarjo: PT Zifatama Publisher.
2016), hlm. 45

2
Secara lebih jelas perbedaan pola konsumsi negara sedang
berkembang dengan negara maju dalam kaitannya dengan gambar berikut
ini:

A A
B B
C C
Y = Negara berkembang Y = Negara Maju
Keterangan:
A Kebutuhan Primer
B Kebutuhan Sekunder
C Kebutuhan Tersier

Berdasarkan gambar diatas nampak jelas perbedaan pola konsumsi


masyarakat negara sedang berkembang dengan negara maju digambarkan
dalam piramid yang tebalik. Pada negara yang sedang berkembang sebagian
besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau
primer, sedang sebagian kecil digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tersier.2 Pada negara maju sebagian besar pendapatan justru dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan tersier sedangkan sebagian kecil pendapatan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
2. Macam-macam Teori Konsumsi
a. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)
Teori konsumsi dengan hipotesis ini dikemukakan oleh Ando,
Brimberg, dan Modigliani 3 ekonomi besar yang hidup di abad 18.
Menurut teori ini factor social ekonomi seseorang sangat mmpengaruhi
pola konsumsi orang tersebut. Teori ini membagi pola konsumsi
menjadi 3 bagian berdasarkan umur seseorang, yaitu:

2
Ibid, 46.

3
1) Dari seseorang berumur 0 tahun sampai usia dimana orang tersebut
bisa menghasilkan pendapatan sendiri maka ia mengalami Disaving
(berkonsumsi tetapi tidak menghasilkan pendapatan).
2) Dimana usia seseorang yang sudah bisa bekerja kemudian
menghasilkan pendapatan sendiri dan lebih besar dari pengeluaran
konsumsinya maka ia mengalami saving.
3) Dimana seseorang berada pada usia yang sudah tidak bisa bekerja
lagi ia mengalami dissaving.
Secara spesifik bentuk persamaan konsumsi yang dikemukakan
oleh AMB adalah sebagai berikut:
C = a At + a Y1 L + a (T-1) Y1 LE
Keterangan:
C = Pengeluaran Konsumsi
a = MPC
A = Kekayaaan
YL = Penghasilan dari kerja
YLE = Penghasilan yan diharapkan seumur hidup sejak tahun ini
T = Sisa umur seseorang dihitung pada saat ini
Permasalahan yang sering timbul dalam upaya menghitung
persamaan diatas adalah mengistimasi penghasilan yang diharapkan
pada masa yang akan datang. Salah satu cara yang digunakan oleh AMB
adalah dengan membuat asumsi bahwa: Yt LE = b yt L dan 0>b
b. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relatif Income
Hypotesis)
Teori dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif ini
dikemukakan oleh James Duesenberry, dalam teorinya duesenberry
membuat 2 asumsi yaitu:
1) Selera semua rumah tangga atas barang konsumsi adalah
independent yaitu terpengaruh atas pengeluaran yang dilakukan oleh
tetangganya.

4
2) Pengeluaran Konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran
pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada
saat penghasilan mengalami penurunan.
Sebagai misal sebuah rumah tangga yang berpenghasilan Rp. 3
juta setiap bulan dan tinggal di daerah masyarakat yang rata-rata
berpenghasilan Rp. 500.000. Ia akan cenderung untuk menabung lebih
banyak dan berkonsumsi lebih sedikit, sebab penghasilannya relatif
lebih tinggi dari masyarakat sekitarnya. Sebaliknya apabila rumah
tangga tersebut tinggal di daerah yang rata-rata penghasilan masyrakat
sebesar Rp5 juta, maka rumah tangga dengan penghasilan Rp 3 juta
cenderung akan mempunyai pengeluaran konsumsi yang lebih besar
dari tabungan yang lebih sedikit, sebab penghasilanya relatif lebih
rendah dari penghasilan masyarakat sekitarnya.
c. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent
Income Hypothesis)
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ini
dikemukakan oleh M Friedman berdasarkan teori ini pendapatan yang
diterima masyarakat dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) pendapatan permanen (permanent income) dan
2) pendapatan sementara (transitory income). Adapun yang dimaksud
dengan pendapatan permanen adalah:
• Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan
dapat diperkirakan terlebih dahulu, misalnya pendapatan dari
upah, gaji.
• Hasil dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang
(yang menciptakan kekayaan). Kekayaan sebuah rumah tangga
terdiri dari dua kategori, yaitu kekayaan non-manusia dan
kekayaan manusia. Kekayaan non manusia misalnya kekayaan
fisik (barang konsumsi tahan lama, gedung dan sebagainya) dan
kekayaan financial (saham, sumbangan berharga), sedangkan

5
kekayaan manusia adalah kekayaan yang melekat pada diri
manusia itu sendiri, seperti keahlian, keterampilan, pendidikan.3
B. Konsep Teori Investasi
1. Pengertian
Investasi merupakan salah satu indikator penting didalam kaitannya
dengan pendapatan nasional. Hubungan antara investasi dan pendapatan
nasional itu sedemikian pentingnya, sehingga dapatlah dimengerti mengapa
dalam semua teori ekonomi makro investasi dibahas dalam bagian
tersendiri. Berbagai kegoncangan dalam investasi (melalui proses
multiplier) out-put nasional. Multiplier adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya perubahan pendapatan nasional sebagai akibat berubahnya
investasi.4
Perubahan investasi yang sering menyebabkan mengapa tingkat
pendapatan nasional turun dibawah kapasitas produksi potensial, dan sering
pula menyebabkan mengapa pendapatan nasional pada suatu waktu
meningkat jauh diatas kapasitas potensial dalam masyarakat, sehingga
meningalkan gejala-gejala investasi.
2. Macam-macam Teori Investasi
Mengenai persoalan kapan atau dalam keadaan bagaimana seorang
pengusaha akan melakukan investasi, ada dua teori yang membahasnya, (I)
teori konvensional (klasik) dan (II) teori dari Keynes, yaitu:
a. Teori Konvensional (Klasik)
Teori konvensional (klasik) tentang investasi pada pokoknya
didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal productive) dari
faktor produksi modal (capital). Berdasarkan teori ini besarnya modal
yang akan di investasikan dalam proses produksi ditentukan oleh
produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga, sehinga

3
Ibid, 50.
4
Farah Rizky Fauzia Affandi, JURNAL ILMIAH (Hubungan Keterkaitan Tingkat
Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Dan Net Ekspor Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan). Vol. 07111015. BANK%20UANG/teori%20Konsumsi. Hlm. 15.

6
investasi itu akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari
investasi masih lebih tinggi dari tingkat bunga yang akan diterima.5
Kenyataan menunjukkan bahwa berbagai bentuk kekayaan itu
memberikan hasil yang berbeda-beda, dan juga mengandung resiko
yang tidak sama, maka haruslah dipilih cara mana yang lebih baik, yang
menguntungkan dan memberikan kepuasan secara maksimal bagi
seorang yang memiliki kekayaan. Pemilik kekayaan harus memilih dan
menentukan putusan tentang manakan yang lebih menguntungkan
antara membeli saham, obligasi jangka panjang, obligasi jangka pendek,
atau di investasikan dalam perusahaan.
Adapun secara garis besar teori klasik tentang investasi adalah
sebagai berkut:
• Investasi akan dijalankan bilamana pendapatan dari investasi itu
(prospected yield) lebih besar dari tingkat bunga.
• Investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan
bilamana baiaya (ongkos) plus bunga lebih kecil dari hasil
pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.
b. Teori Dari JM. Keynes
Menurut pandangan dari JM. Keynes, masalah investasi, baik
penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi
didasarkan atas konsep Marginal Effeciency of Investment (MEI).
Dengan mendasarkan atas konsep pemikiran tersebut investasi akan
dilaksanakan apabila MEI masih lebih tinggi daripada tingkat bunga.

5
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). (Yogyakarta:
Kanisius. 2010), hlm. 42.

7
Pada bagian berikut menunjukkan skedul MEI pada Gambar
berikut ini.

Menurut teori Keynes tentang investasi, pertimbangan pokok


untuk terlaksananya investasi adalah faktor efisiensi marginal dari
investasi itu sendiri. Efisiensi marginal dari investasi ini sangat
tergantung pada perkiraan-perkiraan dan perhitungan pengusaha
terhadap pekembangan situasi ekonomi masa depan. Oleh sebab itu
tingkat MEI tidak dapat ditentukan dengan pasti.6
C. Konsep Pengeluaran Pemerintah
Menurut Bekher dan Othman (2012), kebijakan fiskal dapat memacu
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan belanja pemerintah atau
memotong pajak. Hal ini berarti bahwa ada korelasi negatif antara T (pajak) dan
GDP dan korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dan PDB. Setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan dari
masyarakat.7
Oleh karena itu dunia usaha akan berupaya meningkatkan produksinya
untuk mengimbangi permintaan tersebut. Jika produksi meningkat, diharapkan
penjualan dan laba juga akan meningkat sehingga akan mempengaruhi harga
sahamnya. Razin (1987) dalam Scott dan Ovuefeyen (2014), mengatakan
bahwa Pengeluaran Pemerintah memengaruhi pasar modal melalui efek dari

6
Zaenal Abidin dan Abd. Muhaemin, Pengantar Ekonomi Makro, (Sulawesi Selatan: CV
Latinulu. 2020), hlm. 10-13.
7
Ibid, 44.

8
keputusan dan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh sektor perusahaan swasta
dan rumah tangga.
Lalu Scott dan Ovuefeyen (2014) menambahkan bahwa omset
perusahaan yang menikmati perlindungan pemerintah yang tinggi, mungkin
mengalami dorongan, yang bisa diterjemahkan ke dalam peningkatan
profitabilitas dan meningkatkan dividen untuk pemegang saham perusahaan,
meningkatkan daya tarik perusahaan yang terdaftar di bursa efek, dan
mendorong permintaan untuk perusahaan di lantai bursa. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan harga saham dan kapitalisasi pasar perusahaan.
Selain melalui keputusan dan aktifitas-aktifias yang dilakukan oleh
sektor perusahaan swasta dan rumah tangga, Scott dan Ovuefeyen (2014) juga
berpendapat bahwa pengeluaran pemerintah juga dapat mempengaruhi pasar
modal melalui upah atau gaji pegawai. Pegawai pemerintah dapat
menginvestasikan sebagian dari pendapatan mereka pada efek pasar saham,
tergantung pada persepsi mereka tentang pasar, harapan pengembalian investasi
dan tingkat pengembalian investasi alternatif.
Upah dan gaji merupakan bagian dari government recurrent
expenditure. Jika persepsi pekerja dari pasar saham yang menguntungkan, dan
harapan pengembalian yang tinggi atas investasi di dalamnya tinggi, ceteris
paribus, ini bisa menimbulkan partisipasi mereka di pasar, menyebabkan
peningkatan transaksi pasar saham. Pengeluaran Pemerintah memengaruhi
pasar modal melalui efek dari keputusan dan aktifitas-aktifitas yang dilakukan
oleh sektor perusahaan swasta dan rumah tangga.
Selain melalui keputusan dan aktifitas-aktifias yang dilakukan oleh
sektor perusahaan swasta dan rumah tangga, Scott dan Ovuefeyen (2014) juga
berpendapat bahwa pengeluaran pemerintah juga dapat mempengaruhi pasar
modal melalui upah atau gaji pegawai. Pegawai pemerintah dapat
menginvestasikan sebagian dari pendapatan mereka pada efek pasar saham,
tergantung pada persepsi mereka tentang pasar, harapan pengembalian investasi
dan tingkat pengembalian investasi alternatif.

9
Pada hasil estimasi VECM, dihasilkan adanya hubungan yang positif
pada jangka panjang antara pengeluaran Pemerintah dengan IHSG. Sedangkan
dalam jangka pendek dihasilkan hubungan yang negatif tidak signifikan antara
pengeluaran Pemerintah dengan IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
pengeluaran Pemerintah tidak langsung direspon oleh IHSG. Hal ini dapat
terjadi karena adanya pengaruh tidak langsung yakni melalui keputusan
aktivitas konsumsi masyarakat dan investasi swasta.
Adanya lag waktu antara kebijakan pengeluaran Pemerintah dengan
konsumsi masyarakat dan investasi perusahaan yakni melalui besaran gaji
pegawai yang akan diterima oleh masyarakat dan besaran pengeluaran untuk
kebutuhan infrastruktur pembangunan guna mempermudah kegiatan investasi
perusahaan.
D. Konsep Ekspor Impor
Net Ekspor diperoleh dari pengurangan ekspor dengan impor atau dapat
dikatakan net ekspor adalah kelebihan ekspor atas impor. Menurut Amir dalam
Nugrahani (2011), net ekspor yang meningkat akan berpengaruh pada neraca
pembayaran. Neraca pembayaran akan memberikan informasi mengenai nilai
dan perkembangan ekspor dan impor suatu negara yang dapat diamati melalui
neraca perdagangan (Sukirno, 2011). Saat net ekspor mengalami peningkatan
dengan nilai ekpor melebihi total impor maka akan menyebabkan surplus
neraca pembayaran.8
Neraca pembayaran mencerminkan keunggulan kompetitif produk
barang dan jasa dan peluang investasi (Yusgiantoro, 2004). Neraca pembayaran
yang baik akan menciptakan kondisi perekonomian dalam negeri yang semakin
meningkat pula. Perekonomian yang meningkat ini merupakan faktor penting
dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
Salah satu sarana penanaman modal yaitu di pasar saham. Sarbapriya Ray
(2013) mengatakan bahwa ketika sebuah negara lebih banyak mengimpor

8
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2011), hlm. 57.

10
barang daripada mengekspornya dalam waktu yang berkelanjutan, maka akan
menyebabkan utang.
Seiring waktu, investor akan melihat bahwa adanya penurunan belanja
barang jasa dalam negeri yang akhirnya akan berefek pada produsen dalam
negeri dan harga saham mereka. Dalam jangka pendek, kenaikan net ekspor
akan menyebabkan kenaikan harga saham. Hal ini terbukti dari adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara net ekspor dan IHSG. Net ekspor
yang meningkat akan berpengaruh pada neraca pembayaran. Neraca
pembayaran akan memberikan informasi mengenai nilai dan perkembangan
ekspor dan impor suatu negara yang dapat diamati melalui neraca perdagangan.9
Saat net ekspor mengalami peningkatan dengan nilai ekspor melebihi
total impor maka akan menyebabkan surplus neraca pembayaran. Neraca
pembayaran yang baik akan menciptakan kondisi perekonomian dalam negeri
yang semakin meningkat pula. Perekonomian yang meningkat ini merupakan
faktor penting dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di
dalam negeri. Hasil estimasi VECM jangka panjang, menunjukkan hubungan
negatif signifikan antara net ekspor dan IHSG.
Penurunan net ekspor menyebabkan kenaikan harga saham. Hubungan
yang negatif signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh seringnya terjadi
pertumbuhan impor barang dan jasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan ekspor barang dan jasa. Hal ini menyebabkan net ekspor
menyebabkan penurunan dan memengaruhi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran.

9
Ibid, 61.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1. Konsumsi masyarakat dan Indeks Harga Saham
Gabungan memiliki hubungan keterkaitan dalam jangka pendek secara negatif
signifikan, hal ini dikarenakan peningkatan konsumsi menyebabkan penurunan
tabungan. Tabungan yang merupakan sumber investasi, menyebabkan investasi
menurun akibat dari turunnya tingkat tabungan. Saham yang merupakan salah
satu bentuk investasi juga akan ikut menurun. Sedangkan dalam jangka
panjang, konsumsi memiliki hubungan keterkaitan secara positif tidak
signifikan. Hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan tingkat impor barang
konsumsi oleh Indonesia. 2. Investasi oleh swasta dan Indeks Harga Saham
Gabungan memiliki hubungan dalam jangka pendek dan jangka panjang secara
negatif signifikan. Banyaknya pembelian barang modal dari luar negeri yang
akan berdampak pada tingkat biaya modal yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan. Tingkat biaya modal akan menentukan keuntungan yang diperoleh
perusahaan, dan berdampak pada nilai harga saham perusahaan. 3. Pengeluaran
Pemerintah dan Indeks Harga Saham Gabungan memiliki hubungan keterkaitan
dalam jangka pendek secara negatif tidak signifikan. Sedangkan dalam jangka
panjang pengeluaran Pemerintah memiliki hubungan keterkaitan secara positif
signifikan. Pengeluaran Pemerintah memiliki pengaruh secara tidak langsung
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yakni melalui keputusan konsumsi
masyarakat dan investasi swasta. 4. Net ekspor dan Indeks Harga Saham
Gabungan memiliki hubungan keterkaitan dalam jangka pendek secara positif
signifikan dan jangka panjang secara negatif signifikan. Hubungan yang negatif
signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh seringnya terjadi pertumbuhan
impor barang dan jasa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan
ekspor barang dan jasa dan juga nilai kurs Rupiah terhadap mata uang asing
yang terdepresiasi menyebabkan tergerusnya cadangan devisa.

12
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa Kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt.
Di samping itu barangkali makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka pemakalah sangat mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari
rekan mahasiswa semua untuk berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan
kami di pertemuan yang akan dating berupa kritik dan saran.

13
DAFTAR PUSTAKA
Eduardus Tandelilin, 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Kanisius.
Farah Rizky Fauzia Affandi, JURNAL ILMIAH (Hubungan Keterkaitan Tingkat
Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Dan Net Ekspor
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan). Vol. 07111015.
BANK%20UANG/teori%20Konsumsi.
Priyono Teddy Chandra, 2016. Esensi Ekonomi Makro. Sidoarjo: PT Zifatama
Publisher.
Sadono Sukirno, 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Zaenal Abidin dan Abd. Muhaemin, 2020. Pengantar Ekonomi Makro. Sulawesi
Selatan: CV Latinulu.

14

Anda mungkin juga menyukai