Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN EKONOMI DI INDONESIA

Oleh Kelompok III:

1. SOSIA SUWEDIN
2. FARADILA
3. TITIN
4. SYARIFUDIN

KELAS X BAHASA

MADRASAH ALIYAH NEGERI

ENDE

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini
kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Strategi dan Perencanaan
Pembangunan Ekonomi", yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita guna memilih strategi yang tepat untuk pembangunan ekonomi yang tepat untuk Negara.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat

Ende, September 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Seiring perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh karena
itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Perubahan
yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu negara seperti
inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan sebagainya. Jika hal ini
ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang stabil,
mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada negara tersebut.

            Sudah hampir 66 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi kondisi perekonomian
Indonesia tidak juga membaik. Masih terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan
dan pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita yang masih rendah. Untuk
dapat memperbaiki sistem perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah
tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan, orde lama, orde baru hingga masa
reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui kebijakan-kebijakan
ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia serta dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalah
ekonomi yang ada

1.2.PERUMUSAN MASALAH

      Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka rumusan masalah yang dikaji dalam
pembuatan makalah ini difokuskan tentang Perkembangan Perekonomian Indonesia.
Adapun perumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.   Bagaimana perkembangan perokonomian Indonesia hingga saat ini ? 


1.3.TUJUAN

Untuk memberikan suatu wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah perekonomian


Indonesia, dan agar lebih memahami perkembangan ekonomi di Indonesia secara luas.
Selain itu, makalah ini dibuat sebagai bahan penyelesaian tugas makalah mata kuliah
softskill mengenai Perekonomian Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Pustaka


Sejak tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Sejak tahun tersebut
muncul pandangan baru yaitu tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi
tidak lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya, melainkan
penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan
pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus
berkembang (Todaro 2004: 21)
Sementara itu Swasono (2004 a.: 13) dalam bukunya berjudul Kebersamaan dan Asas
Kekeluargaan mengatakan Pembangunan ekonomi berdasarkan Demokrasi Ekonomi
adalah pembangunan yang partisipatori dan sekaligus emansipatori. Selanjutnya
Swasono mengatakan bahwa pembangunan ekonomi bukan saja berarti kenaikan
pendapatan, tetapi juga kenaikan pemilikan (entitlement).
Menurut Human Development Report (2000: 3 b.) menyatakan: “Development should
begin with the fulfillment of the basic material needs of an individual including food,
clothing, and shelter, and gradually reach the highest level of self-fulfillment. The most
critical form of self-fulfillment include leading a long and healthy life, being educated,
and enjoying a decent standard of living. Human development is a multidimensional
concept comparising four demension, economic, social-psyhological, political and
spiritual.

2.2.Teori Pembangunan Ekonomi


A. Teori Klasik
Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu
pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka
akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam
bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations.
David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar
sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja
melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah
tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga
perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini
dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.

B. Teori Neoklasik
Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian
kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi
modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak
positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow
pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga
membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja

2.2. Indikator Pembangunan Ekonomi


Pembangunan Ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu
bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (Irawan
dan M. Suparmoko, 6:2002). Di samping itu, pembangunan ekonomi juga dapat
dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang berskala
besar, yakni skala sebuah Negara. Oleh karena skala yang besar tersebut, dalam rangka
melakukan evaluasi keberhasilan pembangunan ekonomi masih sering mengalami
kesulitan. Ditambah lagi ukuran tingkat kesejahteraan yang tidak sederhana karena
meliputi banyak hal atau multidimensi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, ahli ekonomi
pembangunan menyusun dan mengidentifikasikan berbagai indicator pembangunan.
Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta obyektif yang hampir setiap
hari beberapa surat kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah.
Indicator adalah sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal.
Pemerintah misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk
mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa
adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya
akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara survey oleh pemerintah
ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi
dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator pembangunan
ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang
dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi beberapa aspek.
Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Memantau perilaku perekonomian
2. Kepentingan analisis ekonomi
3. Dasar pengambilan keputusan
4. Dasar perbandingan internasional

Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
A. Indikator Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima
oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur,
yakni :
1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita seringkali digunakan pula sebagai indicator pembangunan selain
untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara Negara-negara nmaju dengan
Negara sedang berkembang. Pendapatan per kapita selain dapat memberikan gambaran
tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara juga dapat
menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
sudah terjadi di antara berbagai Negara.
Melalui indikator pendapatan perkapita ini Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan
negara menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)
Negara-negara ini memiliki Pendapatan perkapita Kurang atau sama dengan US$ 745
pada tahun 2001.
2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)
Kelompok Negara ini memiliki Pendapatan perkapita lebih dari US$ 745 namun kurang
dari US$ 8.626 pada tahun 2001. kelompok Negara ini dibagi menjadi :
1) Negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income
economies)dengan GDP perkapita antara US$ 746 sampai US$2.975.
2) Negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies)
dengan GDP perkapita antara US$2.976 sampai US$ 9.025.
3. Negara berpenghasilan tinggi (high- income economies)
Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita sebesar US$ 9.206 atau lebih
pada tahun 2001.
Dalam metode Purchasing Power Parity dikenal dua versi yaitu versi absolut dan versi
relatif (Kuncoro, 2001: bab 10).Versi absolut menjelaskan bahwa kurs spot ditentukan
oleh harga relative dari sejumlah barang yang sama (ditunjukkan oleh indeks
harga).Sedangkan, versi relatif mengatakan bahwa persentase perubahan kurs nominal
akan sama dengan perbedaan inflasi di antara kedua negara.
Dalam menggunakan pendapatan per kapita sebagai indicator pembangunan, kita harus
senantiasa hati-hati dan teliti. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapat yang mengatakan
pembangunan itu bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, akan tetapi
kenaikan tersebut haruslah berkesinambungan yang disertai dengan perubahan sikap-
sikap dan kebiasaan-kebiasaan social yang sebelumnya menghambat kemajuan-
kemajuan ekonomi.
B. Indikator Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator
memiliki beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.
1. Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai penelitian
tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan
yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara
memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini
dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat
yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap
Negara.
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari
setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah
kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan,
dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara yang
dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan memperbaiki metode
pembanding dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.
Dengan cara-cara diatas memiliki kelemahan pada Negara sedang berkembang. Pada
dasarnya Negara berkembang tidak memiliki data-data tentang cara-cara diatas. Sehingga
Beckerman mengemukakan lagi cara yang lain dalam membandingkan tingkat
kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara yaitu dengan menggunakan data yang
bukan bersifat moneter untuk menentukkan indeks kesejahteraan masyarakat disetiap
Negara. Cara ini sering disebut dengan Indikator Non-Moneter Disederhanakan. Untuk
itu, berikut adalah data yang dapat digunakan untuk memperoleh indikator tersebut.
a. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)
b. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton)
c. Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.
d. Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.
e. Jumlah persediaan telpon dikalikan 10.
f. Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan.
g. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha lain juga dilakukan oleh United Nations Research Institute for Social
Development (UNRISD) untuk menentukan dan membandingkan tingkat kesejahteraan
suatu Negara. Untuk menciptakan indeks taraf pembangunan, ada 18 jenis data yang
harus diperoleh yakni :
a. Tingkat harapan hidup.
b. Konsumsi protein hewani perkapita.
c. Presentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
d. Persentase jumlah anak yang bersekolah di kejuruan.
Apabila indeks pembangunan yang diusulkan oleh UNRISD ini digunakan sebagai
indicator kesejahteraan atau pembangunan ekonomi, maka perbedaan tingkat
pembangunan antara negara maju dan negara sedang berkembang tidak terlalu besar
seperti yang digambarkan berdasarkan pendapatan perkapita masing-masing Negara.
2. Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada sebuah indeks gabungan yang
dikenal dengan Physical Quality of Line Index (PQLI) dan Indeks Kualitas Hidup (IKH).
Indeks ini diperkenalkan oleh Morris D. Morris. Indeks Kulaitas Hidup (IKH) terdiri dari
3 indikator yakni, tingkat harapan hidup, angka kematian, dan tingkat melek huruf.
Sejak tahun 1990, United Netions for Development Program (UNDP) mengembangkan
indeks yang sering dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (HDI).
Sedangkan indicator yang digunakan untu mengukur indeks ini adalah :
1. Tingkat harapan hidup.
2. Tingkat melek huruf masyarakat.
3. Pendapatan riil perkapita berdasarkan daya beli masing-masing Negara.
Indeks HDI ini besarannya antara 0 sampai dengan 1,0. Apabila angka indeks yang
diperoleh dari suatu Negara mendekati 1, maka HDI di Negara tersebut semakin tinggi.
Sedangkan, apabila angka indeks mendekati 0, maka Negara tersebut memiliki indeks
pembangunan manusia yang rendah.
C. Indikator Campuran
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan
ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata
tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat
memperhatikan tingkat pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang
berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti
tingkat melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga,
dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat
pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya
kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari
sakit dan ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan
ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa
indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang
tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.
3. Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing
penduduk. Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk
yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.
4. Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64 tahun.
Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari
pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan
angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan
utama, dan status pekerjaan.
5. KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran
tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
6. Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni
tingkat pendapatan dan konsumsi per kapita.
7. Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini
disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara
tersebut. Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB,
banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor seperti adanya cultural
shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari
suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per
tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.
8. Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wiata per tahun.
9. Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu
sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.
D. Berikut beberapa perbandingan indikator pembangunan ekonomi indonesia dengan
beberapa negara lainya :Jika di lihat dari tingkat PDB ( Pendapatan domestik Bruto )
Indonesia berada pada peringkat 18 dunia. Data ini di dapatkan dari world bank tahun
2009, namun apabila mengacu pada data world bank tahun 2010 Indonesia Indonesia
menduduki peringkat ke 16 dunia, naik dua tingkat dari peringkat tahun 2009.
2.3.Perkembangan Ekonomi di indonesia

MASA PASCA KEMERDEKAAN (1945-1950)

Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :

– Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan
tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.

–     Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.

–     Kas Negara kosong

–     Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi,antara lain :

1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR. Surachman pada
bulan Juli 1946.
2. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke, mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu :
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan
perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).

      ORDE BARU (1966-1997)

            Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas
utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak
dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata
pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak
memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem
ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori Keynes tentang
campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi
dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam
penentuan UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian. Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk
rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
Berikut penjelasan singkat ten tang beberapa REPELITA:

1. REPELITA I (1967-1974)

Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan
ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup
sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti
oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah
sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

1. REPALITA III (1979-1984)

Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector pertanian
menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi
bahan jadi.

1. REPALITA IV (1984-1989)

Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki


kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata,
memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri sendiri.

Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri
bertahap.

MASA REFORMASI

Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan
mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya
dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan
banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun 1998 merupakan
tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia
yang dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp.
2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan
nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan
500 US$ namun setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang
jatuh tempo saat itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali
lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar
Amerika. Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara
Indonesia sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF).
Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah
hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai sekarang sudah
mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu :

1. Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)

Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. Kebijakan-
kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J
Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-timor dari Wilayah
Indonesia melalui jejak pendapat

2. Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)

Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang cukup
berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman
Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar
agama.

3. Ibu Megawati (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)

Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus


diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :

–     Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun

–     Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan
politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena
BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan
tengah dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan
tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai
asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
4. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)

Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu :

–     Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan
masyarakat.

–     Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke
tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.

–     Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan


ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006
lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan
faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor
asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak
investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

–     Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada
pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari
jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya
SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi
money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat
dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini
perekonomian Negara tidak stabil.

–     Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan
bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.

–     Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga
gabah menjadi anjlok atau turun drastis

Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary
Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri
kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk
kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan
Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat
kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang
dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak
dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang menimpa negeri ini.
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Perekonomian Indonesia sejak masa penjajahan, pemerintahan masa orde lama hingga
masa reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh
bangun. Hal itu dapat dilihat dari :

 Kemiskinan yang masih ada


 Pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia
tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja
 Maraknya para koruptor karena hukum di negeri ini kurang tegas (Indonesia termasuk
dalam 5 terbesar Negara terkorup didunia)
 Masih terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang miskin dan yang kaya
 Masih memiliki hutang ke luar negeri

3.2.SARAN

Dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing dalam
mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa Indonesia
adalah mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan buat anak cucu
kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi
kesejahteraan masyarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-
orde.html
2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/sejarah-perekonomian-indonesia-8/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
4. Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai