Disusun oleh :
NIM : 2001016095
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Pembangunan yang diampu oleh Bapak Erwin Kurniawan A, S.E., M.Si
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
PEMBANGUNAN EKONOMI
Secara umum, ekonomi pembangunan adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang dan
mencari solusi atau cara-cara untuk mengatasi permasalahan tersebut agar pembangunan
ekonomi dapat berkembang dengan lebih cepat.
2) Adam smith. Pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan atau kombinasi antara
pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi.
3) Prof. Meier. Pembangunan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan riil perkapita
dalam jangka waktu yang panjang.
b) Meningkatkan kesempatan kerja dengan menambah bidang – bidang kerja yang bisa
menyerap tenaga kerja.
Pembangunan ekonomi tidak selalu memberikan efek positif bagi negaranya. Bisa saja
memberikan efek negative dalam pembangunan yang sedang berlangsung. Berikut adalah efek
positif serta efek negative dalam pembangunan ekonomi sebagai berikut :
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor
yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah:
a. Akumulasi capital.
b. Pertumbuhan penduduk.
c. Kemajuan teknologi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor sejarah, psikologi, sosiologi dan
pengetahuan politik. Syarat-syarat yang diperlukan agar perkembangn dapat berjalan seperti
yang mereka harapkan menurut Baldwin dan Meier ada enam, yaitu harus ada:
Kekuatan dari dalam adalah kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri
untuk berkembang. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan perkembangan. Kekuatan-
kekuatan yang berasal dari luar masyarakat dapat mendorong dan memberikan fasilitas-
fasilitas pada kehendak untuk berkembang, namun kekuatan dari luar hanya merupakan
pelengkap dan tidak dapat menggantikan kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam
masyarakat itu sendiri. Bantuan luar negeri belum tentu dapat menjamin terus
berkembangnya perekonomian tersebut. Lagi pula bantuan luar negeri yang berupa
investasi asing akan cenderung memanfaatkan modalnya kearah sumber-sumber alam
untuk pasar dunia, dan belum tentu hal ini menguntungkan rakyat setempat.
3. Akumulasi kapital
Akumulasi capital merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi.
Akumulasi dapat berwujud kenaikkan dalam volume tabungan riil, sehingga sumber
uang yang semula untuk tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan produktif.
Untuk mengukur banyaknya capital yang dibutuhkan perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain:
3) angka rasio pertambahan antara investasi dan output atau Incremental Capital
Output Ratio (ICOR).
Apabila pendapatan per kapita hendak dinaikkan maka akumulasi capital harus
semakin bertambah besar. Ini berarti bahwa investasi harus ditingkatkan, dengan cara:
menaikkan tingkat tabungan dengan membatasi konsumsi, pemerintah menjual obligasi,
pembatasan impor barang-barang konsumsi dan barang capital agar ada inovasi didalam
negeri.
Untuk mengalokasikan capital terlebih dulu harus diadakan kriteria untuk arah
investasi. Pemilihan kriteria tidaklah mudah sebab mungkin kriteria yang satu berupa
memaksimumkan total output untuk suatu waktu tertentu, sedangkan kriteria yang lain
mungkin lebih baik untuk memaksimumkan output pada waktu lain. Kriteria
produktivitas sosial marjinal ditafsirkan sesuai dengan perubahan- perubahan faktor-
faktor tersebut dan biasanya menimbulkan perbedaan pendapat.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Teori ini mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak
mengalami perubahan. Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah
penduduk disebut dengan teori penduduk optimal. Menurut teori ini, pada
mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan
perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil
lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu
produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada
keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.
d. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah
ada.
1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan seluruh
aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal inimenyebabkan peningkatan PDB
mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi.
2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept) yaitu perhitungan PDB
mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak
mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam
menghitung PDB memungkinkan seseoranguntuk membandingkan jumlah output pada tahun
ini dengan tahun sebelumnya.
3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal ini
memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan
pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.
PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB
sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara
tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka
perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
PDB (Arsyad, 2004:45).
c. Metode Regresi
Guna memadukan segi efisiensi dengan upaya menangkap gejolak nilai PDB di
antara awal dan akhir periode observasi, maka dikembangkan metode perhitungan
pertumbuhan dengan metode regresi. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan
dihitung dengan membentuk model semi-log seperti di bawah ini:
LnPDBt = A + rt
3. Ekspor
Kegiatan ekspor impor didasari atas kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda baik sumber daya alam, iklim,
geografis, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas
dan kuantitas produk. Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan
adanya perdagangan internasional. Masing-masing negara memiliki keunggulan dan
kekurangan. Komoditas yang dihasilkan suatu negara mungkin juga belum dapat
dipakai langsung karena berupa bahan mentah yang memerlukan pengolahan lebih
lanjut. Bahan mentah tersebut selanjutnya mungkin dibutuhkan negara lain sebagai
bahan baku pabriknya (Asfia, 2006:47).
Transaksi perdagangan luar negeri yang biasa dikenal dengan istilah ekspor dan
impor pada hakikatnya adalah transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari
kegiatan membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat
tinggal dinegara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang
melewati laut dandarat ini tidak jarang menimbulkan berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha pengusaha yang mempunyai perbedaan bahasa, budaya,
adat istiadat dan cara yang berbeda beda. Sukirno (2006:173) menyimpulkan ciri-
ciri khusus dari kegiatan ekspor, yaitu:
2. Terdapat perbedaan mata uang antara negara pembeli dan penjual. Seringkali
pembayaran transakasi perdagangan dilakukan dengan mempergunakan mata uang
asing misalnya dolar Amerika, pounsterling Inggris ataupun yen Jepang
3. Adakalanya antara pembeli dan penjual belum terjalin hubungan lama dan akrab.
Pengetahuan masing-masing pihak yang bertransaksi tentang kualifikasi mitra
dagang mereka termasuk kemampuan membayar atau kemampuan untuk memasok
komoditas sesuai dengan kontrak penjualan sangat minim.
4. Seringkali terdapat perbedaan kebijaksanan pemerintah negara pembeli dan
penjual dibidang perdagangan internasional, moneter lalu lintas devisa, labeling,
embargo atau perpajakan.
1. Fungsi anggaran. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran negara. Untuk menjalankan tugastugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini diperoleh dari
penerimaan pajak. Sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan
sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar
negeri.
3. Fungsi stabilitas. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal
ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi. Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Nilai tukar menjadi sangat penting, apabila suatu negara harus melakukan
transaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini karena pada proses tersebut digunakan
mata uang berbeda misalnya, antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika
harus membeli rupiah untuk membeli barang atau melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia, dan juga sebaliknya. Secara sederhana nilai tukar (kurs) dapat diartikan
sebagai harga dari suatu mata uang domestic terhadap mata uang negara lain. Harga
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange
rate).
Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting dalam perekonomian terbuka,
karena memiliki pengaruh yang sangat besar bagi neraca transaksi berjalan maupun
variabel makro ekonomi lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang
terhadap mata uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga
(Krugman, 2005:40).
Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Mankiw, 2007:84). Nilai
tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari
satu mata uang rupiah yang ditukarkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar
rupiah terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa suatu negara dengan barang dan
jasa negara lain. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara dengan barang-barang dari negara
lain.
4. Arus modal
Peningkatan arus modal dapat mempengaruhi nilai tukar, karena arus dana investasi
mengakibatkan apresiasi nilai mata uang negara pengimpor modal dan
mengakibatkan depresiasi nilai mata uang negara pengekspor modal. Hal di atas
berlaku baik dalam modal jangka pendek maupun jangka panjang, dan didorong
oleh motif investor itu sendiri. Pada arus modal jangka pendek motif investor
biasanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan spekulasi tentang nilai tukar mata
uang suatu negara. Sedangkan untuk arus modal jangka panjang motif investor lebih
dipengaruhi oleh harapan jangka panjang mengenai peluang keuntungan di suatu
negara serta nilai jangka panjang mata uangnya.
5. Perubahan-perubahan struktural
Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan pada struktur biaya, penemuan
produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi keunggulan komparatif dari
suatu negara.
BAB 3
Teori ekonomi klasik adalah sebuah pemikiran yang membahas mengenai keadaan
ekonomi yang benar-benar didesak oleh keadaan masyarakat zamannya. Gagasan-gagasan
Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus menunjukkan bahwa para
pemikir mazhab Klasik menganut pandangan yang luas tentang kegiatan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat (Djojohadikusumo, 1994:27-35). Teori ekonomi klasik timbul
sebagai sintesis dari analisis Karl Marx yang meramal kejatuhan sistem kapitalis yang
bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah. Meskipun seringkali terjadi silang
pendapat mengenai satu pokok permasalahan namun pada dasarnya para ekonom Mazhab
ini mempunyai beberapa persepsi yang sama mengenai tananan ekonomi masyarakat yaitu
:
1. Kebijakan pasar bebas (laissez faire) merupakan “jiwa” bagi suatu perekonomian
oleh karena itu setiap individu maupun unit-unit usaha harus diberi kebebasan
dalam menjalankan kegiatan ekonominya.
2. Kegiatan ekonomi yang dilakukan atas dasar mekanisme pasar akan jauh lebih
bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan dari pada jika ada campur tangan
pemerintah didalamnya. Peran pemerintah hendaknya dibatasi pada bidang
hukum,pertahanan,pendidikan dan penyediaan jasa-jasa publik lainnya.
3. Memperoleh mekanisme tarik-menarik antara permintaan dan penawaran dipasar.
Menurut pandangan Klasik ada tiga syarat mutlak yang diperlukan guna mencapai
keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum (economic harmony
and general welfare) yaitu spesialisasi,efisiensi serta pasar bebas (Lincolin Arsyad,
2010 ; 71)
3.2.1 Mahzab Historis
Jadi teori jenis ini berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi itu memiliki
tahapan-tahapan tertentu. Jadi untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal, harus
melewati tahapannya dari awal hingga akhir.
A.Frederich List
Menurut List, pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menurut kebiasaan masyarakat dalam
menjaga kelangsungan hidupnya melalui tata cara produksi. Kurang lebih pengelompokan
ini terdiri atas 4, yakni:
B. Werner Sombart
Kalo menurut Werner, pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan
organisasi dan ideologi masyarakat. Kalo menurut Werner ada 3 zaman nih gais, yaitu:
Nah, teori yang diungkapkan Rostow ini merupakan teori yang memiliki tahapan paling
banyak loh, yakni memiliki 5 tahapan.
D. Bruno Hildebrand
Bruno memiliki pandangan yang cukup unik nih dibanding tokoh yang lain.
Menurut Bruno, pertumbuhan ekonomi dimulai dari alat tukar-menukar yang dilakukan
masyarakat, yaitu:
Karena memiliki pandangan seperti ini, bisa dinyatakan bahwa Bruno memandang
pertumbuhan ekonomi bukan dari segi produksi atau konsumsi, melainkan dari segi
distribusi, ya.
E. Karl Bucher
Terakhir, Bucher mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara
didasarkan oleh hubungan konsumen dengan produsen. Tahapan pada teori ini adalah:
1. Adam Smith
Adam Smith sering kali disebut sebagai “bapak” dari ilmu ekonomi modern. Dia
sebenarnya lebih dikenal dengan Teori Nilai yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor
yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya yang monumental “An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, dapat dilihat tema pokoknya
mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh. Dalam buku tersebut, teori
pertumbuhan ekonomi untuk pertama kalinya diungkapkan secara panjang lebar dan
sistematis. Oleh karena itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Pertumbuhan ekonomi
menurut Adam Smith di bagi menjadi 5 tahapan yang berurutan, yaitu dimulai dari tahap
perburuan, tahap beternak, tahap bercocok tanam, tahap perdagangan dan yang terakhir
adalah tahap perindustrian.
Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin
terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antarpelaku ekonomi (Kuncoro, 1997: 38-
41)3. Pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori Adam Smith,
dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Terciptanya spesialisasi dari tiap-tiap pelaku ekonomi ini didorong oleh faktor-
faktor :
Secara garis besar, pemikiran Adam Smith bertumpu pada akselerasi sistem
produksi suatu negara. Sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu
(Budiono,1992:7-8)4
a.Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah);
b.Sumber daya manusia (jumlah penduduk);
c.Stok barang kapital yang ada.
Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan
memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja
pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong
kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin pesat. Proses pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu
keterbatasan sumber daya alam dan manusia. Pertumbuhan ekonomi satu Negara akan
mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam dan keterampilan penduduk tidak
mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Keterbatasan
sumber daya merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, bahkan
dalam perkembangannya hal tersebut justru menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Penurunan pertumbuhan ekonomi akan terus terjadi dikarenakan mata rantai
tabungan, akumulasi modal, dan investasi tetap terjalin dan berkaitan erat satu sama lain.
Jika investasi rendah maka kemampuan menabung akan turun sehingga akumulasi modal
akan mengalami penurunan pula. Begitu pula, jika penduduk tidak memiliki keahlian yang
relevan untuk menjalan produksi maka laju investasi juga akan rendah dan akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Akhirnya kapitalisme dalam hal ini akan berada pada
kondisi stasioner, yaitu pada tingkat pertumbuhan sama dengan nol. Semua tahap
pembangunan di atas tidak lepas dari kondisi sosial pasar, yaitu bahwa semua pasar yang
dihadapi adalah persaingan sempurna antar pelaku pasar. Persaingan sempurna
mempunyai karakteristik :
a. Ada banyak penjual dan pembeli di pasar
b. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen
c. Tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli
d. Semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna
e. Baik pembeli maupun penjual memiliki informasi sempurna
mengenai kondisi pasar (Kuncoro 1997: 40-41) 6
Akan tetapi sayangnya, pasar persaingan sempurna pada dasarnya tidak pernah ada
di dunia. Suatu hal yang mustahil adalah bahwa perekonomian berada pada kondisi di
mana semua asumsi pasar persaingan sempurna berlaku. Asumsi pasar persaingan
sempurna pada kenyataannya tidak realistis karena setiap kondisi ekonomi daerah, aturan
dan kebijakan satu wilayah, kesiapan institusi ekonomi serta pola dan macam produksi
berbeda. Asumsi tersebut menjadi titik lemah dari teori pertumbuhan ekonomi Adam
Smith. Tetapi, meskipun demikian, teori pertumbuhan ini merupakan karya klasik dan
monumental pertama yang menjelaskan teori secara gamblang dan sistematis.
2. David Ricardo
Teori pertumbuhan Klasik mengalami perkembangan lebih pesat di tangan David
Ricardo. Pengembangan ini berupa penjabaran di mana model pertumbuhan menjadi lebih
tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses
pertumbuhan itu sendiri. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa garis besar dari proses
pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu
berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada
perpaduan antara laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Kesimpulan
umumnya juga masih tetap sama yaitu bahwa dalam perpacuan tersebut penduduk lah
yang akhirnya mencapai posisi stasioner. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak dapat
bertambah sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan suatu masyarakat.
Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisis mengenai distribusi
pendapatan (berdasarkan teori Ricardo yang terkenal itu) dalam penjabaran mekanisme
pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian di antara
sektorsektor lain dalam proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan yang digambarkan
Ricardo ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Ricardo menyimpulkan bahwa akhirnya the Law of Diminishing Return Yang akan
menang. Akhirnya keterbatasan faktor produksi tanah (yang dapat ditafsirkan sebagai
keterbatasan sumber-sumber alam) akan membatasi ekonomi suatu negara. Suatu negara
hanya dapat tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh ketersediaan sumber-sumber
alamnya. Apabila potensi sumber-sumber alam ini telah dieksploitasi secara penuh maka
perekonomian mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri:
a. Tingkat output (GDP) konstan (berhenti berkembang)
b. Jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah),
c. a) dan b) bersama-sama, yang berarti pendapatan per kapita konstan,
d. Tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah (minimal),
e. Akumulasi kapital berhenti (stok kapital konstan), dan
f. Tingkat sewa tanah maksimal.
3. Thomas Robert Malthus
Dalam pandangan mazhab Klasik mengenai perkembangan ekonomi secara umum,
nampak adanya pengaruh dari gagasan Malthus tentang signifikasi masalah pertambahan
penduduk terhadap perkembangan ekonomi. Dengan demikian maka hal ini perlu
diperhatikan karena masalah penduduk mempunyai arti dan relevansi terhadap
perkembangan ekonomi. Menurut Malthus secara alamiah populasi akan terus mengalami
peningkatan lebih cepat daripada suplai makanan. Produksi makanan per kapita, tentu saja
akan mengalami penurunan, sementara populasi mengalami kenaikan. Malthus
berpendapat bahwa tidak menjadi jaminan kalau pertambahan penduduk secara kuantitatif
akan berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan. Malthus membeberkan sejumlah
faktor kendala terhadap kelangsungan pertumbuhan.
Bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali tidak menjadi jaminan
bahwa pendapatan realnya juga akan meningkat dengan sepadan. Pertambahan penduduk
hanya mendukung pertumbuhan terhadap tata susunan ekonomi, apabila perkembangan
ekonomi dapat meningkatkan daya beli real (permintaan efektif) masyarakat secara
menyeluruh. Barulah, dalam keadaan demikian maka akan terlaksana akumulasi modal
sebagai ciri pokok dalam proses pertumbuhan, sekaligus juga akan menimbulkan
permintaan akan tenaga kerja. Kendala terhadap perkembangan tersebut oleh Malthus
diungkapkan dalam teorinya mengenai ketidakmampuan untuk berkonsumsi secara
memadai (theory of underconsumption).
4. Karl Marx
Pola pendekatan dinamika (pattern of dynamic approach)yang menyangkut
perkembangan masyarakat secara menyeluruh dalam jangka panjang, bukanlah cara
pandang yang baru timbul di zaman modern. Haluan pemikiran tersebut telah terkandung
di dalam gagasan-gagasan para pakar mazhab Klasik. Pola pendekatan demikian lebih
menonjol lagi dalam sistem pemikiran Karl Marx, yang dapat dianggap sebagai teori
dinamika yang paling komprehensif. Dalam hubungan itu, pandangan para pakar mazhab
Klasik dan Karl Marx dapat dimasukkan dalam kategori grand theories dan kadang-
kadang, sebagai magnificent dynamics. Karl Marx menyoroti banyak aspek dalam teorinya
yang terkenal sebagai teori konflik. Dalam perspektif pertumbuhan ekonomi, Marx
menonjolkan pendeskripsian tentang perkembangan masyarakat dari polanya yang
sederhana hingga menjadi masyarakat yang berstruktur kompleks dan dengan pembagian
kerja yang ketat dalam masyarakat kapitalis. Sehubungan dengan ekonomi sebagai
pendorong kesadaran manusia, Marx mengungkapkan bahwa dalam produksi sosial,
manusia mulai memastikan kalau hubungan produksi sangat diperlukan dan terlepas dari
keinginan mereka. Hubungan produksi berkaitan dengan tingkatan perkembangan
kekuatan produksi material mereka. Sejumlah hubungan produksi ini merupakan struktur
ekonomi masyarakat dan menjadi landasan yang sesungguhnya. Di atas struktur ekonomi
masyarakat ini berdiri superstruktur hukum dan politik yang kesemuanya ini berpengaruh
terhadap bentuk kesadaran sosial. Modal produksi material mengondisikan proses sosial,
politik dan kehidupan intelektual secara umum. Hal ini berarti bukan kesadaran manusia
yang menentukan kehidupan, tetapi kenyataan sosial yang menentukan kesadaran manusia
(Preston,1996:66-71).8
Dalam gagasannya mengenai konsep materialisme historis, Marx mengungkapkan
bahwa aktivitas produktif manusia merupakan kunci untuk menganalisis kehidupan
manusia. Hal inilah yang menjadi substansi masyarakat kapitalis, yaitu bahwa seluruh
masyarakat harus membuat diri mereka produktif dari tahun ke tahun. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa masyarakat terikat dalam produksi yang bersifat materi. Para kapitalis
merupakan pihak yang memiliki posisi tawar tertinggi, sedangkan kaum buruh hanya dapat
menjual tenaganya kepada majikan sebagai satu input dalam proses produksi. Maka,
terjadilah eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh. Pada masa itu modal merupakan
kunci untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan
keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya.
Golongan neo klasik kuno ini lebih menyukai suatu sistem demokrasi politik
dengan yang oligarkis oleh karena sistem demokrasi politik dengan partisipasi luas akan
menampung begitu banyak tuntutan sosial sehingga mengundang campur tangan
pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Golongan kanan baru tidak menginginkan
demokrasi politik yang terlampau luas. Malah, seorang tokoh golongan neo klasik kuno
William Niskanen mengemukakan bahwa pemerintah yang terlampau banyak
mengutamakan kepentingan rakyat banyak adalah pemerintah yang tidak diinginkan dan
tidak akan stabil. Bila memang diperlukan atau jika terjadi konflik antara demokrasi
dengan pengembangan usaha yang kapitalistik maka golongan kanan baru memilih untuk
mengorbankan demokrasi.
Berikut akan diuraikan tokoh-tokoh yang memberikan kritik atas pemikiran Neo-Klasik.
A. Nicholas Kaldor
Kalor tidak seluruhnya menolak pemikiran neo-klasik, tetapi hanya beberapa aspek
tertentu saja. Kaldor mencetuskan pemikiran bahwa asumsi yang dianut dalam pemikiran
neoklasik mengenai akan timbulnya keseimbangan umum (general equilibrium) dalam
proses ekonomi melalui kekuatan pasar adalah suatu kondisi yang tidak realistis. Juga
yang menyangkut asumsi mengenai proses produksi yang bersifat constant returns to
scale. Menurut Kaldor, proses produksi yang menunjukkan sifat increasing returns to
scale terdapat dalam kenyataan proses ekonomi dalam konteks situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) yang timbul secara endogenous dalam sistem ekonomi. Menurut Kaldor,
pemikiran neo-klasik secara berlebihan menekankan betapa pentingnya peranan harga
yang terbentuk di pasar bebas, sebagai petunjuk dalam penentuan tingkat output dalam
pengertian alokasi sumber-sumber ekonomi. Secara makro, Kaldor membuat proposisi
bahwa perusahaan mempunyai tujuan lain selain tujuan untuk memaksimumkan
keuntungan, yang mana penentunya dalam proses produksi ditunjukkan oleh adanya
kesamaan antara biaya batas (marginal cost) dengan penghasilan batas (marginal
revenue), seperti yang diformulasikan dalam pemikiran neoklasik.
B. Ian Livingstone
Menunjukkan berbagai bentuk di mana logika dinamis yang melatarbelakangi skala
ekonomi akan menimbulkan implikasi bagi formulasi kebijakan pembangunan. Implikasi
kebijakan pembangunan ini berkaitan dengan kekuatan monopoli yang muncul dan
penetrasi perusahaan-perusahaan multinasional dalam ekonomi negara-negara
berkembang, memanfaatkan skala ekonomi di pasar internasional. Kaldor dan
Livingstone beranggapan bahwa dalam jangka panjang asumsi dasar pemikiran neoklasik
mengenai sistem ekonomi tidak dapat dianggap akan menghasilkan keseimbangan dan
memaksimumkan kesejahteraan rakyat (welfare-maximizing equilibrium).
C. Amartya Sen
Proposisi pemikiran neo-klasik yang mengantisipasi bahwa akan terjadi proses tetesan
ke bawah dalam proses pembangunan ternyata tidak menjadi kenyataan. Yang terjadi
adalah kenyataan kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang bertambah lebar, di mana
peningkatan pendapatan golongan yang menguasai sumber-sumber ekonomi jauh
melebihi golongan penduduk lemah. Berdasarkan kenyataan ini, Sen berpendapat bahwa
definisi perkembangan ekonomi tidak hanya mengandung pengertian peningkatan
pendapatan per kapita, tetapi juga meningkatnya kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh
meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi di kalangan rakyat. Sen
mengembangkan indikator-indikator pembangunan yang dikenal dengan Indeks Sen di
tahun 1976. Indeks Sen diformulasikan dengan mencakup pendapatan per kapita riil dan
sekaligus indikator ketidakmerataan. Indeks pembangunan ini secara eksplisit
mengandung indikator pemenuhan kebutuhan dasar manusia, indikator pemerataan
pendapatan, serta indikator tingkat pengangguran (terbuka dan terselubung).
D. Chakravarty
Chakravarty memformulasikan pertumbuhan pendapatan per kapita, distribusi
pendapatan yang adil, dan peningkatan kemampuan rakyat untuk berkreasi sebagai unsur-
unsur pokok dalam definisi perkembangan ekonomi. Terjadinya peningkatan kualitas
keseluruhan sistem sosial yang mencakup ekonomi, politik dan struktur sosial yang
merefleksikan keadilan sosial dan partisipasi rakyat secara demokratis merupakan ciri-ciri
pokok dalam definisi perkembangan ekonomi.
E. Dennis Goulet
Goulet mengemukakan dua nilai inti emansipasi kemanusiaan (corevalues of human
development) yaitu harga diri dan kebebasan, di mana dua nilai inti ini harus ada dalam
definisi perkembangan ekonomi. Goulet merinci kedua inti nilai kemanusiaan ini. Harga
diri diperlukan untuk menimbulkan respek seseorang terhadap orang lain, atau respek
suatu bangsa terhadap bangsa lain. Kebebasan mencakup kebebasan dari ketakutan,
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan dari kebodohan dan kebebasan dari
ketergantungan, baik dalam hubungan sesama manusia atau sekelompok manusia maupun
dalam konteks antargangsa. Kebebasan akan menimbulkan kemampuan untuk
mengadakan pilihan secara merdeka.
BAB 4
Ekonomi Islam telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sejak abad ke-7 ketika
nabi melakukan transaksi tanpa riba, Gharar, Qimar, Ihtikar. Transaksi yang dilakukan nabi
berupa akad Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah. Transaksi ini sudah
dilakukan nabi dan diajarkan pada umatnya. Ekonomi Islam adalah kumpulan dasar-dasar
umum tentang ekonomi dari Al-qur’an dan Sunnah. Hakikat ekonomi Islam merupakan
penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi di masyarakat. Dikatakan ekonomi islam atau
ekonomi syariah karena berbasis pada aturan dan cara islam. baik dalam hal teknis, sistem
kerja dan dalam menyikapi permasalahan yang muncul.
Perbedaan ekonomi islam dan konvensional bisa ditinjau dari kepentingan. Misalnya
ditinjau dari tujuannya, maka ekonomi islam atau ekonomi syariah lebih mengutakan untuk
mencapai tujuan yang baik untuk urusan di dunia, tetapi juga baik untuk di akhirat. Misalnya
terkait masalah riba, maka dalam ekonomi islam di tiadakan istilah riba. Penerapan sistem
ekonomi Islam pada suatu negara, bertujuan untuk:
Pertama, membumikan syariah Islam dalam sistem ekonomi, pada suatu negara secara
kaffah.
Kedua, membebaskan masyarakat Muslim dari belenggu barat yang menganut sistem
ekonomi komunis serta mengakhiri keterbelakangan ekonomi negara-negara Muslim.
2. Ekonomi Konvensional
Pada ekonomi konvensional, kepemilikan hanya untuk pribadi yang dibabaskan untuk
memiliki semua kekayaan yang diperolehnya saja. Sedangkan dari segi pengambilan hasil,
bisa di dapatkan dari bunga dari pengambilan keuntungan dari prosentase modal.
Konvensional dan Kapitalisme memiliki lima ciri yang menonjol, antara lain:
Kedua, Kebebasan individu bagi kepentingan diri sendiri dan pengelolaan kekayaan
pribadi merupakan hal yang sangat penting bagi inisiatif individu.
Ketiga, Inisiatif individual ditambah dengan pembuatan keputusan dalam suatu pasar
kompetitif sabagai syarat untuk mewujudkan efesiensi optimum dalam alokasi sumber
daya.
Keempat, Peran pemerintah dan penilaian kolektif tidak diakui, baik dalam efesiensi
alokasi maupun pemerataan distribusi.
Kelima, Melayani kepentingan diri sendiri oleh setiap individu secara otomatis
melayani kepentingan sosial kolektif
Selain beberapa yang disinggung di atas. ada perbedaan yang paling mendasar. Salah
satunya perbedaan prinsip. Jika ekonomi konvensional berprinsip pada konsep scarcity
sedangkan ekonomi islam berprinsip pada Goal oriented disiplin.
Konsep scarcity adalah konsep yang menekankan pada mempelajari perilaku manusia
dalam menyikapi kelangkaan. Dengan kata lain, konsep ini membebaskan seseorang untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara maksimal untuk mencapai tujuan mereka.
sedangkan goal oriented diciplin lebih luas lagi, di sana tidak hanya mempelajari cara
mengalokasikan sumber daya secara maksimal, tetapi juga mempelajari tujuan. Tujuan di
dunia dan di akhirat.
4. Perbedaan Mekanisme Pasar Ekonomi Islam dan Konvensional
Dari segi mekanisme, tentu saja berbeda jauh. Jika ekonomi konvensional
menggunakan mekanisme bebas keluar masuk pasar tanpa intervensi. Padahal jika pasar tidak
di atur, dan dibiarkan bebas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam penawaran dan stok
barang. Salah satu contoh konkrit adalah masalah masker akibat virus corona. Banyak terjadi
penimbunan barang sekaligus terjadi lonjakan harga yang fantastis tinggi. Berbeda
mekanisme pasar pada ekonomi islam, dimana ia meyakini adannya invisible hand yang
mencoba untuk mengefisiensikan pasar.
Perbedaan kedua jenis ekonomi ini juga dapat dilihat dari perbedaan distribusi
kekayaan. Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa terjadi dua perbedaan ang cukup jauh
diantara keduannya. Pada ekonomi konvensional, prinsipna mendapatkan keuntungan dan
kekayaan sebesar-besarnya. Lebih condong ke kapitalis, dimana kekayaan hanya berpihak
pada pemilik modal yang paling besar. Sedangkan pada ekonomi islam pemerataan kekayaan
harta atau semacamnya. Salah satu bentuknya dengan mekanisme zakat, sedekah, infaq atau
waqaf.
Perbedaan yang paling menonjol yang lain dari segi perolehan keuntungan. Pada
ekonomi konvensional, justru seolah menekan seseorang jika ingin mendapatkan keuntungan.
Prinsip yang digunakan pun menggunakan time value of money, dimana nilai uang saat ini
lebih tinggi dibandingkan nilai uang dimasa datang.
Time value of money dalam bahasa umum lebih akrab di kenal dengan bunga.
Masyarakat yang meminjam hutan pun akan dikenai bunga tinggi. Bunga yang tinggi tentu
saja akan semakin mencekik bagi mereka. sedangkan mereka yang memiliki saldo tinggi,
mereka pun akan mendapatkan bunga tersebut. alih-alih uang hilang, justru bertambah. Dari
ini saja sudah dapat dilihat potensi kesenjangan kekayaan pun akan semakin tampak. Berlaku
sebaliknya, perolehan keuntungan pada ekonomi islam dihitung ketika terjadi transaksi
bisnis, maka akan terjadi pembagian keuntungan dari bisnis tersebut. sehingga terjadi
keseimbangan antara usaha dan tindakan. Tidak ada istilah bunga, yang sifatnya merugikan
bagi mereka yang meminjam uang di bank dan semacamnya.
Kesejahteraan hidup seseorang pada realitasnya memiliki banyak indikator yang dapat
diukur. Pengukuran tingkat kesejahteraan seseorang juga sering mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1950-an kesejahteraan diukur dari aspek fisik seperti berat
badan, tinggi, dan gizi, harapan hidup serta income. Pada tahun 1980-an terjadi perubahan
dimana kesejahteraan diukur dari income, tenaga kerja dan hak-hak sipil. Pada tahun 1990-an
terjadi perubahan lagi, Mahbub Ul-Haq merumuskan ukuran kesejahteraan dengan Human
Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek
ekonomi saja, tetapi juga pada aspek kualitas sosial individu. HDI merupakan gabungan dari
tiga komponen, yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan per
kapita.
• Menurut Miles (1985), terdapat empat indikator yang digunkan untuk mengetahui
kesejahteraan suatu keluarga, yaitu :
2. Kebebasan (freedom)
3. Kesejahteraan (welfare)
Dengan demikian, kesejahteraan dalam Islam tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan materi saja, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan spiritual.
Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda.
Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah
falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan,
kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan
kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang
antara dimensi:
• Material-spiritual;
• Individual-sosial;
1. Pemilik faktor sumber alam berupa tanah akan menerima sewa tanah
4. Pengusaha akan menerima laba usaha. Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang
dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
sampai 3 suatu taraf yang dianggap manusiawi (Parwoto, 2001).
Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau asasi manusia
seperti sandang, pangan, papan, afeksi, keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi,
kebebasan, partisipasi, dan waktu luang (Fernandez, 2000). Lebih jauh lagi, kemiskinan
dipandang tidak hanya menyangkut standar pendapatan atau konsumsi yang rendah
melainkan juga rendahnya kebebasan berpolitik dan pengaruhnya terhadap pengambilan
keputusan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat beberapa tipe kemiskinan. Penggolongan tipe
kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki sasaran dan target yang
jelas. Sumodiningrat (1999) membagi kemiskinan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya)
2. Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak
antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas)
3. Kemiskinan struktural (kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat
enggan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong
mereka keluar dari kondisi tersebut).
1. Redistribusi sumber pendapatan negara juga perlu dilakukan secara merata dengan
memanfaatkan penerimaan pajak terhadap hal-hal yang memberikan dampak langsung
terhadap masyarakat.
2. Peningkatan kualitas dan ketersediaan layanan publik yang mampu menjangkau seluruh
kelompok masyarakat juga dilakukan. Investasi juga perlu ditingkatkan untuk menyediakan
lapangan kerja lebih banyak lagi yang juga diikuti dengan pendidikan dan pelatihan vokasi.
3. Beban pengeluaran penduduk kurang mampu juga perlu dikurangi dengan menyalurkan
bantuan berupa subsidi beras, pendidikan, energi, hingga bantuan langsung yang kini dalam
bentuk non tunai
5.1.2 Kinerja Pemerintah dalam Menekan Kemiskinan
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu:
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara
lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro 5 Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur
meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak
ada kesempatan kerja.
Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengembangkan misi yang
cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau
keimanan. Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam
setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan
pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.
Dengan begitu, terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak hanya didukung oleh modal
yang besar saja, tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga akan membuat
pertumbuhan ekonomi menjadi semakin baik. Bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM
(sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program
pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat
mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu. Jadi,
pendidikan tidaklah bisa dikesampingkan begitu saja. Karena dari pendidikanlah,
pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan melalui sumber daya manusia yang handal.
BAB 6
6.1.1 Pengertian
Melihat sejarah panjang ekonomi dunia, banyak ekonom yang percaya bahwa
konsumsilah yang akan menjadi mendorong permintaan (demand side) yang akan
diikuti dengan peningkatan output melalui efek multiplier. John Maynard Keyness
adalah seorang ekonom yang berpengaruh di pertengahan abad 20 dari Amerika
Serikat, dan para pengikutnya yang sering disebut sebagai Keynesian adalah mereka
yang mempopulerkan pandangan tersebut.
Jadi dalam jangka panjang agar output perekonomian bisa terus tumbuh
dibutuhkan investasi yang akan meningkatkan kapasitas produksi. Dari manakah
sumber investasi itu? Tentu tidak lain dari tabungan masyarakat baik domestik
maupun international. Jadi tabungan justru memiliki peran positif sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Secara empiris, kita bisa melihat pada pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh
fantastis dari level yang lebih rendah dari Indonesia hingga menjadi perekonomian
dengan produk domestik bruto terbesar di dunia. Meski mengalami sedikit
perlambatan belakangan ini, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dapat
berlangsung secara konsisten dalam beberapa dekade terakhir. Menariknya,
sumbangan konsumsi domestik pada produk domestik China rata-rata kurang dari
40% PDB negara tersebut. Jauh lebih rendah dari Indonesia dan negara lain yang
umumnya pada kisaran 60% dari total PDB.
Dengan konsumsi domestik yang relatif rendah dan tentu tingkat tabungan yang
tinggi, perekonomian China banyak didorong oleh investasi baik bersumber dari
tabungan lokal maupun global. Output perekonomian pun lebih menyasar pasar
internasional dengan menggenjot ekspor. Maka produksi China terus membanjiri
pasar international dan mengalami surplus perdagangan yang luar biasa dengan
cadangan devisa yang sangat melimpah.
Untuk menghindari jebakan middle income trap yaitu perekonomian yang stagnan
pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, semestinya pemerintah lebih fokus
dengan upaya peningkatan kapasitas produksi perekonomian. Upaya peningkatan
konsumsi masyarakat dengan berbagai program populis hanya akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi secara temporer dan tidak akan benar-benar mengarahkan
perekonomian ini ke jalur cepat menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita
yang tinggi.
Tentu masih banyak permasalahan besar lainnya yang menghambat bangsa ini
menjadi bangsa yang sejajar dengan negara-negara maju. Semisal perbaikan iklim
usaha, yang untuk saat ini peringkat Indonesia masih dibawah negara tetangga.
Kemudian penyiapan SDM berkualitas yang dapat mendukung industri teknologi
tinggi juga masih jauh dari harapan. Ini terlihat dari masih banyaknya pekerja yang
berijasah pendidikan dasar pada angkatan kerja.
Tentu kita masih bisa berharap setidaknya pemerintah dapat selalu menjaga irama
untuk selalu fokus pada arah jangka panjang pembangunan dengan tetap
memperhatikan aspek jangka pendek. Tidak mudah memang, namun itulah pilihan
yang harus diambil untuk membawa bangsa ini terus maju.
a. Faktor ekonomi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi:
1) Sumber alam atau tanah
Pada sumber alam atau tanah mencakup mengenai kesuburan tanah, letak dan
susunanya, kekayaan alam. Selain itu mencakup mineral, iklim, sumber air,
atau sumber laut.
2) Akumulasi modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat di reproduksi.
Apabila stok modal naik dalam waktu tertentu, maka disebut akumulasi modal
atau pembentukan modal. Makna pembentuk modal adalah masyarakat tidak
melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak. Tetapi mengarahkan
sebagian untuk pembuatan barang, modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin
dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.
3) Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan
ekonomi. Organisasi bersikap melengkapi modal, buruh, dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
4) Kemajuan teknologi
Perubahan teknologi dianggap faktor paling penting di dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan di
dalam metode produksi sebagai hasil pembaharuan atau teknik penelitian baru.
Pada perubahan teknologi menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor
produksi lainnya.
Kriteria kedua ini berarti bahwa investasi itu hendaknya digunakan pada
proyek-proyek yang dapat diharapkan dapat memberikan hasil tertinggi atau
digunakan pada proyek-proyek yang paling menguntungkan.
Menurut kriteria ini, penggunaan kapital dalam suatu proyek ada 3 faktor yang
perlu diperhatikan yaitu: tingkat perputaran kapital (capital turnover) dari 58
Endang Mulyani investasi itu, keuntungan sosial yang ada (social profitability),
dan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran nasional.
Menurut teori ini, suatu usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran. Karena kalau
suatu usaha untuk menaikkan pendapatan hanya dilakukan secara kecil-kecilan atau dengan
menggunakan kapital yang sedikit hal ini justru hanya akan mendorong pertumbuhan
penduduk. Pertambahan penduduk akan melebihi tambahan pendapatan. Oleh karena itu, agar
tambahan pendapatan melebihi tambahan penduduk maka investasi harus dilakukan secara
besarbesaran. Karena investasi yang dilakukan besar-besaran akan dapat memperoleh
pendapatan yang besar sehingga dapat menghilangkan kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan teknologi yang paling produktif, konsumsi harus ditekan, sehingga
investasi dapat terus ada dan meningkat.
Teori dorongan kuat sangat berkaitan dengan teori dorongan perlahan. Yang mana teori
dorongan perlahan meyakini bahwa usaha yang dilakukan oleh negara terbelakang hendaknya
dilakukan secara perlahan-lahan. Negara yang terbelakang sebaiknya jangan mengadakan
industrialisasi secara cepat, sebab resiko kekeliruan-kekeliruan akan terlalu besar untuk
dipikul oleh negara yang miskin. Teori ini cocok untuk dilakukan di negara sedang
berkembang. Investasi ini hendaknya diusahakan untuk memajukan industri-industri kecil,
pembangunan masyarakat desa dan lain-lain yang menggunakan kelebihan tenaga kerja.
Penggunaan kapital yang banyak diusahakan untuk proyek yang dapat memberikan
keuntungan lebih besar dari kegiatan yang sifatnya padat karya (Labor Intensive).
Lalu kedua teori di atas, mengilhami munculnya dua model pembangunan yaitu
pembangunan seimbang dan pembangunan tidak seimbang.
2. Teori dorongan seimbang dalam kaitan investasi
Teori pertumbuhan seimbang adalah teori ekonomi yang dipelopori oleh ekonom Ragnar
Nurkse (1907–1959). Teori ini berhipotesis bahwa pemerintah negara terbelakang mana pun
perlu melakukan investasi besar di sejumlah industri secara bersamaan. Ini akan
memperbesar ukuran pasar, meningkatkan produktivitas, dan memberikan insentif bagi sektor
swasta untuk berinvestasi.
Nurkse mendukung tercapainya pertumbuhan yang seimbang baik di sektor industri dan
pertanian dalam perekonomian. Dia menyadari bahwa perluasan dan keseimbangan antar-
sektor antara pertanian dan manufaktur diperlukan agar masing-masing sektor ini
menyediakan pasar untuk produk yang lain dan pada gilirannya, memasok bahan baku yang
diperlukan untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor tersebut lainnya.
Nurkse dan Paul Rosenstein-Rodan adalah pelopor teori pertumbuhan seimbang dan
sebagian besar pemahamannya saat ini berasal dari pekerjaan mereka.
Ukuran pasar menentukan insentif untuk berinvestasi terlepas dari sifat ekonomi. Hal ini
karena pengusaha selalu mengambil keputusan produksi mereka dengan mempertimbangkan
permintaan produk yang bersangkutan. Misalnya, jika produsen mobil mencoba memutuskan
negara mana yang akan mendirikan pabriknya, ia secara alami hanya akan berinvestasi di
negara-negara di mana permintaannya tinggi. Dia lebih suka berinvestasi di negara maju, di
mana meskipun populasinya lebih sedikit daripada di negara-negara terbelakang, orang-
orangnya sejahtera dan ada permintaan yang pasti.
Hans Singer percaya bahwa program investasi yang diinginkan selalu ada di suatu negara
yang mewakili investasi yang tidak seimbang untuk melengkapi ketidakseimbangan yang
ada. Investasi ini menciptakan ketidakseimbangan baru, membutuhkan investasi
penyeimbang lainnya. Satu sektor akan selalu tumbuh lebih cepat dari yang lain, sehingga
kebutuhan akan pertumbuhan yang tidak seimbang akan terus berlanjut karena investasi harus
melengkapi ketidakseimbangan yang ada. Hirschman menyatakan "Jika ekonomi ingin terus
bergerak maju, tugas kebijakan pembangunan adalah untuk menjaga ketegangan, disproporsi
dan disekuilibrium". Situasi ini ada untuk semua masyarakat, maju atau terbelakang.
DAFTAR PUSTAKA
STIM YKPN
Media Arsyad,Lincolin.2010.Ekonomi
Pembangunan.Jakarta:PT Gramedia
(Arifin, 2013; Roficoh, 2018; Sardar & Nafik H.R, 2017)Arifin, B. (2013). Ekonomi
Pembangunan Pertanian (Issue 1).
Sardar, Z., & Nafik H.R, M. (2017). Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada
Karyawan Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 3(5), 391.
https://doi.org/10.20473/vol3iss20165pp391-401
Pentingnya Pendidikan Berkualitas Demi Tingkatkan SDM yang Handal. hal. 1-2.
Sutrisno, G. d. (2017). Kependudukan dan Ketenagakerjaan . Sumedang: Fakultas
Manajemen Pemerintahan IPDN.