Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu : Erwin Kurniawan A, S.E., M.Si

Disusun oleh :

Nama : Wijaya Agust Harianto Naibaho

NIM : 2001016095

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Pembangunan yang diampu oleh Bapak Erwin Kurniawan A, S.E., M.Si
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 10 Oktober 2021


BAB 1

PEMBANGUNAN EKONOMI

1.1 Definisi-Definisi Ekonomi Pembangunan

Secara umum, ekonomi pembangunan adalah sebuah cabang ilmu ekonomi yang
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang dan
mencari solusi atau cara-cara untuk mengatasi permasalahan tersebut agar pembangunan
ekonomi dapat berkembang dengan lebih cepat.

Pengertian ekonomi pembangunan menurut para ahli:

1. Menurut Sadono Sukirno, ekonomi pembangunan merupakan proses usaha


meningkatkan pemasukan atau pendapatan perkapita suatu negara dengan cara
mengolah potensi ekonomi menjadi bentuk rill.

2. Menurut Profesor Simon Kuznets, ekonomi pembangunan adalah meningkatnya


kemampuan suatu negara untuk menyediakan beragam barang yang dibutuhkan
penduduknya dalam jangka panjang.

3. Menurut Schumpeter, ekonomi pembangunan adalah perubahan pendapatan perkapita


dan pendapatan nasional yang terjadi secara spontan dan tidak terputus.

1.2 Definisi Definisi Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menaikkan


pendapatan total dan perkapita melalui perhitungan pertambahan penduduk suatu Negara yang
disertai dengan perubahan fundamental terhadap struktur ekonomi Negara serta pemerataan
pendapatan penduduknya.

Definisi pembangunan ekonomi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :

1) Sadono Sukirno (1996). Pembangunan ekonomi adalah upaya meningatkan


pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi real dengan melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen.

2) Adam smith. Pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan atau kombinasi antara
pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi.

3) Prof. Meier. Pembangunan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan riil perkapita
dalam jangka waktu yang panjang.

4) Schumpeter (Suryana, 2000:5). Pembangunan ekonomi adalah perubahan dalam


lapangan industri dan perdagangan yang berkaitan dengan pendapatan perkapita dan
pendapatan nasional dimana proses tersebut terjadi secara spontan dan tidak terputus –
putus.

5) Irawan (2002:5). Pembangunan ekonomi adalah berbagai usaha yang dilakukan


untuk meningkatkan taraf hidup suatu Negara yang dapat diukur dengan tinggi
rendahnya pendapatan riil perkapita.

1.2.1 Tujuan Pembangunan Ekonomi

Adapun tujuan dalam pembanngunan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan terhadap


pendapatan perkapitanya, yaitu sebagai berikut :

a) Untuk meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan pemerataan pendapatan.

b) Meningkatkan kesempatan kerja dengan menambah bidang – bidang kerja yang bisa
menyerap tenaga kerja.

c) Memperbaiki mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

d) Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap budaya nilai – nilai luhur termasuk


social, agama serta kultur agar tidak mudah terpengaruh oleh budaya lainnya.

e) Menghindari kemungkinan inflasi.

1.2.2 Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi tidak selalu memberikan efek positif bagi negaranya. Bisa saja
memberikan efek negative dalam pembangunan yang sedang berlangsung. Berikut adalah efek
positif serta efek negative dalam pembangunan ekonomi sebagai berikut :

Dampak Positif Pembangunan Ekonomi

a) Meningkatkan proses pertumbuhan ekonomi sebuah Negara.

b) Mengurangi pengangguran dengan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan.

c) Keberagaman kegiatan ekonomi negara – negara d) Peningkatan kualitas sumber daya


manusia karena adanya tuntutan pendidikan dan teknologi.

Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi

a) Pembangunan ekonomi yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan


kerusakan lingkungan hidup.

b) Pembangunan di bidang ekonomi sering berorientasi pada pembangunan infrastruktur


serta industry yang dapat menyebabkan berkurangnya lahan pertanian.

1.3 Mengulas Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan dalam pendapatan nasional, tanpa memandang


apakah kenaikkan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertambahan penduduk atau
apakah terjadi perubahan dalam struktur ekonomi atau tidak. Suatu negara dapat dikatakan ada
pertumbuhan ekonomi apabila terdapat lebih banyak output, dan dikatakan terjadi
pembangunan/perkembangan ekonomi apabila tidak hanya terdapat lebih banyak output, tetapi
juga terjadi perubahanperubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik (terjadi
modernisasi) dalam menghasilkan output yang lebih banyak tersebut.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor
yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah:

a. Akumulasi capital.

b. Pertumbuhan penduduk.

c. Kemajuan teknologi.

1.4 Persyaratan Dasar Pembangunan Ekonomi

Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor sejarah, psikologi, sosiologi dan
pengetahuan politik. Syarat-syarat yang diperlukan agar perkembangn dapat berjalan seperti
yang mereka harapkan menurut Baldwin dan Meier ada enam, yaitu harus ada:

1. Indegenous forces (kekuatan dari dalam untuk berkembang).

Kekuatan dari dalam adalah kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri
untuk berkembang. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan perkembangan. Kekuatan-
kekuatan yang berasal dari luar masyarakat dapat mendorong dan memberikan fasilitas-
fasilitas pada kehendak untuk berkembang, namun kekuatan dari luar hanya merupakan
pelengkap dan tidak dapat menggantikan kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam
masyarakat itu sendiri. Bantuan luar negeri belum tentu dapat menjamin terus
berkembangnya perekonomian tersebut. Lagi pula bantuan luar negeri yang berupa
investasi asing akan cenderung memanfaatkan modalnya kearah sumber-sumber alam
untuk pasar dunia, dan belum tentu hal ini menguntungkan rakyat setempat.

2. Mobilitas Faktor-Faktor Produksi.

Ketidak sempurnaan pasar (market imperfections) akan sangat membatasi


mobilitas faktor-faktor produksi dari penggunaan yang kurang produktif ke penggunaan
yang lebih produktif. Untuk mengatasi hal ini maka market imperfections harus
ditiadakan, sehingga faktor-faktor produksi dapat digunakan sepenuhnya. Schulz dalam
bukunya “The role of government in promoting economic growth”, mengatakan bahwa
sebenarnya perkembangan ekonomi negara-negara sedang berkembang tidak cukup
hanya mengatasi kesukaran-kesukaran yang ada. Untuk perkembangan ekonomi perlu
menempatkan usaha-usaha dan capital dalam tiga bentuk:

a. Meningkatkan jumlah barang capital

b. Memperbaiki kualitas penduduk sebagai produsen

c. Menambah tingkat usaha produk

3. Akumulasi kapital
Akumulasi capital merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi.
Akumulasi dapat berwujud kenaikkan dalam volume tabungan riil, sehingga sumber
uang yang semula untuk tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan produktif.
Untuk mengukur banyaknya capital yang dibutuhkan perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain:

1) perkiraan tingkat pertambahan penduduk;

2) target kenaikan pendapatan riil per kapita dan

3) angka rasio pertambahan antara investasi dan output atau Incremental Capital
Output Ratio (ICOR).

Apabila pendapatan per kapita hendak dinaikkan maka akumulasi capital harus
semakin bertambah besar. Ini berarti bahwa investasi harus ditingkatkan, dengan cara:
menaikkan tingkat tabungan dengan membatasi konsumsi, pemerintah menjual obligasi,
pembatasan impor barang-barang konsumsi dan barang capital agar ada inovasi didalam
negeri.

4. Kriteria dan Arah investasi

Untuk mengalokasikan capital terlebih dulu harus diadakan kriteria untuk arah
investasi. Pemilihan kriteria tidaklah mudah sebab mungkin kriteria yang satu berupa
memaksimumkan total output untuk suatu waktu tertentu, sedangkan kriteria yang lain
mungkin lebih baik untuk memaksimumkan output pada waktu lain. Kriteria
produktivitas sosial marjinal ditafsirkan sesuai dengan perubahan- perubahan faktor-
faktor tersebut dan biasanya menimbulkan perbedaan pendapat.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya adalah pendapatan per


kapita, pendapatan nasional, faktor waktu, kepentingan masyarakat, unsur pasar, titik
pertumbuhan, pertumbuhan seimbang atau balance growth, teknik produksi.

5. Penyerapan kapital dan Stabilitas

Setiap masyarakat dalam suatu negara mempunyai batas kemampuan penyerapan


kapital (capital absorption capacity). Kapasitas ini ditentukan pada umumnya oleh dua
hal yaitu disatu pihak ditentukan oleh adanya atau tersedianya faktor-faktor produksi
komplementer yang bekerja sama dengan capital, dan dilain pihak oleh syarat-syarat
yang diperlukan untuk menghindari inflasi dan untuk mempertahankan keseimbangan
neraca pembayaran internasional.

Penyerapan kapital juga dipengaruhi oleh masa perkembangan perekonomian


disitu; misalnya karena waktu yang diperlukan lama maka terjadi inflasi dan deficit
dalam Neraca Pembayaran Internasional. Variansinya sebagai berikut:

a. Jika akumulasi kapital melebihi kemampuan penyerapan, seperti yang terjadi di


negara sedang berkembang, setiap tambahan investasi bahkan cenderung menimbulkan
inflasi. Hal ini terjadi karena fasilitas-fasilitas yang tersedia belum banyak.
b. Jika akumulasi kapital lebih kecil daripada kemampuan negara untuk menyerap
kapital, maka akan timbul kesulitan-kesulitan terutama di bidang neraca pembayaran
karena negara-negara tersebut sangat membutuhkan devisa untuk impor barang-barang
yang diperlukan. Impor terutama untuk waktu dekat berupa barang-barang konsumsi dan
bukan barang kapital. Namun karena harga barang-barang impor ini cenderung naik
sehingga biaya-biaya untuk ekspor dan menghasilkan barang-barang ekspor naik pula.
Akibatnya kemampuan ekspor menurun dan impor barang-barang capital akan semakin
menurun juga.

6. Nilai dan Lembaga-Lembaga yang Ada

Kelima faktor tersebut di atas bersifat ekonomi, sedangkan nilai-nilai dan


lembaga-lembaga bersifat nonekonomi. Namun faktor ini tidak kalah penting dalam
peranan yang dimainkannya untuk perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi
dapat melaju cepat bila diciptakan kebutuhankebutuhan baru, motif-motif baru,
cara/metode-metode produksi baru, demikian pula harus ada perubahan lembaga-
lembaga yang ada dalam masyarakat. Kriteria ekonomi dari investasi (economic criteria
of investment) saja tidaklah cukupuntuk digunkan sebagai patokan kebijaksanaan
investasi.
BAB 2

ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN


PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG

2.1 Hakekat Ilmu Ekonomi Pembangunan


Ilmu ekonomi pembangunan (development economics) mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan ilmu ekonomi tradisional (traditional
economics) atau ilmu ekonomi politik (political economics). Selain mengupas cara-
cara alokasi sumberdaya produktif langka seefisien mungkin serta kesinambungan
pertumbuhannya dari waktu ke waktu, ilmu ekonomi pembangunan juga memberi
perhatian pada mekanisme-mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan,
baik yang yang terkandung dalam sektor swasta maupun yang terkandung dalam
sektor pemerintah atau publik. Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan
“pembangunan”?. Menurut pengertian akademis ilmu ekonomi yang ketat, istilah
pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari
sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih
bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan
mempertahan kenaikan tahunan atas pendapatan nassional bruto atau GNP (gross
national product)nya pada tingkat 5%-7%, atau bahkan lebih tinggi lagi, jika hal itu
memang memungkinkan.

Dalam pembangunan terdapat paling tidak 3 komponen dasar atau nilai


inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami
pembangunan yang paling hakiki.

 Kecukupan (sustance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan


dasar.Kebutuhan dasar ini meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan
keamanan. Jika salah satu saja dari sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak
terpenuhi, maka muncullah “keterbelakangan absolut”.

 Jati Diri (self esteem): menjadi manusia seutuhnya.Komponen universal yang


kedua dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri
sendiri untuk maju, untuk menghasrgai diri sendiri, untuki merasa diri pantas dan
layak melakukan atu mengejar sesuatu, dan seterusnya.
 Kebebasan (freedom) dari sikap menghamba: kemampuan untuk memilih. Nilai
universal yang ketiga dan terakhir yang harus terkandung dalam makna
pembangunan adalah konsep kemerdekaan manusia. Kemerdekaan atau kebebasan
di sini hendaknya diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengajaran aspek-aspek meteriil dalam kehidupan
ini. Sekali saja kita terjebak, maka kita akan terperuk dan semakin lama kita akan
terjerat semakin dalam.

2.2 Aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Untoro (2010:39), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan


kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka
panjang. Sedangkan menurut Kuznets (dalam Sukirno, 2006:132), pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya
yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations,
menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith,beberapa ahli ekonomi klasik lainnya
seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan
ekonomi (Sukirno, 2006:132-137).

a. Teori Pertumbuhan Klasik


Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart
Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam
serta teknologi yang digunakan. Teori ini memberikan perhatiannya pada
pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.

Teori ini mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak
mengalami perubahan. Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah
penduduk disebut dengan teori penduduk optimal. Menurut teori ini, pada
mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan
perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil
lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu
produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada
keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik


Teori Neo-Klasik berkembang sejak tahun 1950- an. Terus berkembang
berdasarkan analisisanalisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut
pandangan ekonomi klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis dalam
mengembangkan teori pertumbuhan tersebut adalah Robert Solow, Edmund
Phelps, Harry Johnson dan J.E. Meade.

Dalam analisa neo klasik pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan


dan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi sebab
perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan
kapasitas alat-alat modal akan digunakan sepenuhnya dari waktu ke waktu.

c. Teori Pertumbuhan Harrod Domar


Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan perkembangan langsung dari teori
pertumbuhan makro John Maynard Keynes. Menurut HarrodDomar, setiap
perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menabung sebagian dari
pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang
modal. Untuk memacu proses pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru
yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital
stock).

d. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah
ada.

2. Produk Domestik Bruto


Menurut Arifin & Gina (2009:11) indikator yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB).
Beberapa alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran
pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan seluruh
aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal inimenyebabkan peningkatan PDB
mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi.

2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept) yaitu perhitungan PDB
mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak
mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam
menghitung PDB memungkinkan seseoranguntuk membandingkan jumlah output pada tahun
ini dengan tahun sebelumnya.

3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal ini
memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang diterapkan
pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.

Menurut Rudriger (2006:112), produk domestik bruto / GDP artinya mengukur


nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang
berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP
juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau
untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Jadi, PDB adalah
pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam
periode tertentu.

PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB
sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara
tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka
perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
PDB (Arsyad, 2004:45).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat


pertumbuhan ekonomi seperti metode sederhana, metode end to end, dan metode
regresi. Pemilihan metode pertumbuhan ekonomi tergantung pada kebutuhan dan
keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dalam melakukan perhitungan (Sukirno,
2006:142-144).
a. Metode Sederhana
Metode sederhana adalah metode yang paling sederhana dalam menghitung
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, metode ini mempunyaikelemahan yaitu
hanya bisa digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan tahunan (hanya
satu tahun saja).

Formulasi dari metode ini adalah sebagai berikut:

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi untuk periode yang lebih


panjang (misalkan selama tiga tahun), maka tingkat pertumbuhan per tahun harus
dihitung terlebih dahulu dan kemudian dirata-ratakan dengan cara berikut:

b. . Metode End to End


Guna mengatasi kelemahan metode sederhana, maka dikembangkan metode end
to end. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan dihitung dengan rumus di bawah
ini:

c. Metode Regresi
Guna memadukan segi efisiensi dengan upaya menangkap gejolak nilai PDB di
antara awal dan akhir periode observasi, maka dikembangkan metode perhitungan
pertumbuhan dengan metode regresi. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan
dihitung dengan membentuk model semi-log seperti di bawah ini:

LnPDBt = A + rt
3. Ekspor
Kegiatan ekspor impor didasari atas kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda baik sumber daya alam, iklim,
geografis, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas
dan kuantitas produk. Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan
adanya perdagangan internasional. Masing-masing negara memiliki keunggulan dan
kekurangan. Komoditas yang dihasilkan suatu negara mungkin juga belum dapat
dipakai langsung karena berupa bahan mentah yang memerlukan pengolahan lebih
lanjut. Bahan mentah tersebut selanjutnya mungkin dibutuhkan negara lain sebagai
bahan baku pabriknya (Asfia, 2006:47).

Transaksi perdagangan luar negeri yang biasa dikenal dengan istilah ekspor dan
impor pada hakikatnya adalah transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari
kegiatan membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat
tinggal dinegara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang
melewati laut dandarat ini tidak jarang menimbulkan berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha pengusaha yang mempunyai perbedaan bahasa, budaya,
adat istiadat dan cara yang berbeda beda. Sukirno (2006:173) menyimpulkan ciri-
ciri khusus dari kegiatan ekspor, yaitu:

1. Antara penjual (eksportir) dan pembeli (importir) komoditas yang


diperdagangkan

dipisahkan oleh batas teritorial kenegaraan

2. Terdapat perbedaan mata uang antara negara pembeli dan penjual. Seringkali
pembayaran transakasi perdagangan dilakukan dengan mempergunakan mata uang
asing misalnya dolar Amerika, pounsterling Inggris ataupun yen Jepang
3. Adakalanya antara pembeli dan penjual belum terjalin hubungan lama dan akrab.
Pengetahuan masing-masing pihak yang bertransaksi tentang kualifikasi mitra
dagang mereka termasuk kemampuan membayar atau kemampuan untuk memasok
komoditas sesuai dengan kontrak penjualan sangat minim.
4. Seringkali terdapat perbedaan kebijaksanan pemerintah negara pembeli dan
penjual dibidang perdagangan internasional, moneter lalu lintas devisa, labeling,
embargo atau perpajakan.

5. Antara pembeli dan penjual kadang-kadang terdapat perbedaan tingkat


penguasaan teknik dan terminologi transaksi perdagangan internasional serta bahasa
asing yang secara populer dipergunakan dalam transaksi itu misalnya bahasa
inggris.

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam


keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Eksportir adalah badan usaha baik berbentuk badan hukum maupun tidak badan
hukum termasuk perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Seiring perputaran
ekonomi adalah menjadi penting bagi kelompok perusahaan manapun untuk mampu
memperoleh penjualan ekspor atau untuk bersaing secara efektif dengan impor yang
tidak lagi harus melompati penganut proteksionisme. Ini secara luas dapat diterima
bagi UKM bahwa untuk berhasil dalam ekspor mereka harus mempunyai beberapa
cara menekan biayabiaya transaksi yang mana cenderung untuk mempunyai suatu
komponen biaya tetap, memperbaiki daya saing ekspor, melakukan pemasaran yang
baik dan lain sebagainya.

Corak perdagangan Indonesia berkembang dari waktu ke waktu yakni dibagi


atas sektor migas dan non migas. Ekspor sektor migas itu terdiri dari minyak bumi
dan hasil minyak, LNG (Liquid Natural Gas), LPG (Liquid Petroleum Gas) dan
lain sebagainya. Ekspor komoditas non migas itu sendiri terutama terpusat pada tiga
kelompok yaitu barang manufaktur, komoditas pertanian dan komoditas
pertambangan. Barang-barang yang termasuk kelompok barang manufaktur adalah
tekstil, kayu, produk kayu, kertas, produk elektronik, minyak kelapa sawit,
kerajinan tangan, dan produk kimia. Komoditas pertanian antara lain meliputi
hewan dan hasil hewan lainnya seperti ikan tuna, sapi, udang, tumbuhan seperti :
karet alam, coklat, lada, kopi, tembakau, cengkeh, rempah-rempah, kopra dan lain
sebagainya, sedangkan yang tergolong dalam komoditas pertambangan non migas
dalah tembaga, emas, timah, nikel, aluminium dan hasil tambang lainnya (Untoro,
2010:71).
Menurut Waluyo (2009:2), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga


atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :

1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah.


2. Pajak dipungut oleh negara baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
3. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat
dipaksakan.
4. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah.
5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaranpengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya
masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai pembangunan yang ditujukan untuk
kepentingan umum.

Pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu (Sukardji, 2005:4):

1. Fungsi anggaran. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran negara. Untuk menjalankan tugastugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini diperoleh dari
penerimaan pajak. Sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan
sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar
negeri.
3. Fungsi stabilitas. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal
ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi. Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.

.4. Nilai Tukar

Nilai tukar menjadi sangat penting, apabila suatu negara harus melakukan
transaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini karena pada proses tersebut digunakan
mata uang berbeda misalnya, antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika
harus membeli rupiah untuk membeli barang atau melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia, dan juga sebaliknya. Secara sederhana nilai tukar (kurs) dapat diartikan
sebagai harga dari suatu mata uang domestic terhadap mata uang negara lain. Harga
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange
rate).

Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting dalam perekonomian terbuka,
karena memiliki pengaruh yang sangat besar bagi neraca transaksi berjalan maupun
variabel makro ekonomi lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang
terhadap mata uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga
(Krugman, 2005:40).

Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Mankiw, 2007:84). Nilai
tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari
satu mata uang rupiah yang ditukarkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar
rupiah terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa suatu negara dengan barang dan
jasa negara lain. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara dengan barang-barang dari negara
lain.

Pergeseran permintaan dan penawaran pada nilai tukar disebabkan oleh


beberapa faktor, baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat persisten. Faktor
tersebut antara lain (Winardi, 2006:115):

1. Kenaikan harga domestik produk ekspor.


Kenaikan harga tersebut akan mendorong kenaikan atau penurunan nilai tukar,
karena keduanya bergantung pada elastisitas permintaan produk dalam negeri.
Apabila bersifat elastis, yang disebabkan keseragaman produk dari negara lain,
kenaikan harga domestik menyebabkan permintaan akan produk tersebut menurun.
Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan menurun sehingga
mendorong nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan mata uang negara lain.
Sedangkan jika permintaan bersifat inelastis yang disebabkan keunikan produk
dalam negeri dibandingkan produk negara lain menyebabkan permintaan akan mata
uang domestic (rupiah) akan meningkat sehingga kurs rupiah akan mengalami
apresiasi.

2. Kenaikan harga luar negeri produk impor.


Sama halnya dengan kenaikan produk ekspor dalam negeri, kenaikan harga dalam
negeri juga bergantung pada elastisitas permintaan produk impor. Jika permintaan
akan barang impor bersifat elastis karena kemudahan substitusi produk dengan
produk negara lain atau produk dalam negeri sendiri. Hal ini menyebabkan
permintaan mata uang dalam negeri akan meningkat, sehingga akan mengalami
apresiasi. Sedangkan jika permintaan akan produk impor bersifat inelastis, hal ini
menyebabkan permintaan akan mata uang dalam negeri menurun, sehingga akan
menyebabkan mata uang dalam negeri terdepresiasi.

3. Perubahan tingkat harga keseluruhan


Perubahan harga terjadi tidak hanya dari produk ekspor atau impor tetapi dari
seluruh harga barang pada suatu negara, hal ini menyebabkan inflasi. Jika terjadi
perubahan tingkat harga pada suatu negara, maka inflasi akan mendorong harga
barang-barang di negara tersebut menjadi lebih mahal dibandingkan harga barang di
negara lain. Hal ini menyebabkan harga akan barang-barang dalam negeri akan
melonjak naik, sedangkan harga barang-barang luar negeri yang masuk ke pasar
domestik akan lebih murah dan menjadi pilihan menarik bagi konsumen. Hal ini
menyebabkan tingkat penurunan permintaan mata uang domestik dan kenaikan
permintaan akan mata uang asing sehingga nilai tukar mata uang domestik akan
melemah atau terdepresiasi.

4. Arus modal
Peningkatan arus modal dapat mempengaruhi nilai tukar, karena arus dana investasi
mengakibatkan apresiasi nilai mata uang negara pengimpor modal dan
mengakibatkan depresiasi nilai mata uang negara pengekspor modal. Hal di atas
berlaku baik dalam modal jangka pendek maupun jangka panjang, dan didorong
oleh motif investor itu sendiri. Pada arus modal jangka pendek motif investor
biasanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan spekulasi tentang nilai tukar mata
uang suatu negara. Sedangkan untuk arus modal jangka panjang motif investor lebih
dipengaruhi oleh harapan jangka panjang mengenai peluang keuntungan di suatu
negara serta nilai jangka panjang mata uangnya.

5. Perubahan-perubahan struktural
Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan pada struktur biaya, penemuan
produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi keunggulan komparatif dari
suatu negara.
BAB 3

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

3.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran aspek dinamis dari suatu


perekonomian , yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian itu berkembang atau dari
waktu ke waktu, sehingga dapat mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara
(Lincolin Arsyad ; 2010).
Pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan dengan kenaikan output perkapita selain itu
juga berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, jadi output kenaikan
perkapita harus dianalisa dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak
atau jumlah penduduk di pihak lain. Ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan
kenaikan bagi output perkapita saja tidak cukup, tapi kenaikan output harus bersumber dari
proses intern perekonomian tersebut. Proses pertumbuhan ekonomi harus menghasilkan
kekuatan bagi timbulnya untuk pertumbuhan ekonomi dari periode ke periode selanjutnya.

2.1 Kurva Pertumbuhan Ekonomi


Gambaran dari kurva Kuznet bahwa pada tahap awal pembangunan masyarakat
lebih tertarik misalnya pada mengonsumsi makanan dari pada lingkungan yang bersih.
Pada masyarakat dengan pendapatan rendah hanya mampu untuk melakukan konsumsi,
dan masyarakat terlalu miskin untuk mampu membayar penurunan pencemaran
lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan degradasi lingkungan meningkat/penurunan
kualitas lingkungan terjadi terus menerus. Pada dasarnya teori pertumbuhan ekonomi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan modern. Pada
teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisanya didasarkan pada kepercayaan akan
efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi klasik merupakan teori yang dicetuskan
oleh para ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga awal abad 20. Para ekonom klasik
tersebut antara lain Adam Smith, David Ricardo dan W.A Lewis. Teori lain yang
menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi modern.

3.2 Teori Ekonomi Klasik

Teori ekonomi klasik adalah sebuah pemikiran yang membahas mengenai keadaan
ekonomi yang benar-benar didesak oleh keadaan masyarakat zamannya. Gagasan-gagasan
Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus menunjukkan bahwa para
pemikir mazhab Klasik menganut pandangan yang luas tentang kegiatan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat (Djojohadikusumo, 1994:27-35). Teori ekonomi klasik timbul
sebagai sintesis dari analisis Karl Marx yang meramal kejatuhan sistem kapitalis yang
bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah. Meskipun seringkali terjadi silang
pendapat mengenai satu pokok permasalahan namun pada dasarnya para ekonom Mazhab
ini mempunyai beberapa persepsi yang sama mengenai tananan ekonomi masyarakat yaitu
:
1. Kebijakan pasar bebas (laissez faire) merupakan “jiwa” bagi suatu perekonomian
oleh karena itu setiap individu maupun unit-unit usaha harus diberi kebebasan
dalam menjalankan kegiatan ekonominya.
2. Kegiatan ekonomi yang dilakukan atas dasar mekanisme pasar akan jauh lebih
bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan dari pada jika ada campur tangan
pemerintah didalamnya. Peran pemerintah hendaknya dibatasi pada bidang
hukum,pertahanan,pendidikan dan penyediaan jasa-jasa publik lainnya.
3. Memperoleh mekanisme tarik-menarik antara permintaan dan penawaran dipasar.
Menurut pandangan Klasik ada tiga syarat mutlak yang diperlukan guna mencapai
keserasian dalam kehidupan ekonomi dan kesejahteraan umum (economic harmony
and general welfare) yaitu spesialisasi,efisiensi serta pasar bebas (Lincolin Arsyad,
2010 ; 71)
3.2.1 Mahzab Historis

Jadi teori jenis ini berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi itu memiliki
tahapan-tahapan tertentu. Jadi untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal, harus
melewati tahapannya dari awal hingga akhir.

A.Frederich List
Menurut List, pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menurut kebiasaan masyarakat dalam
menjaga kelangsungan hidupnya melalui tata cara produksi. Kurang lebih pengelompokan
ini terdiri atas 4, yakni:

1. Berburu dan mengembara (bergantung pada alam)


2. Beternak dan bertani
3. Bertani dan kerajinan
4. Kerajinan, industri, dan perniagaan

B. Werner Sombart
Kalo menurut Werner, pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan
organisasi dan ideologi masyarakat. Kalo menurut Werner ada 3 zaman nih gais, yaitu:

1. Zaman Perekonomian Tertutup, yaitu masyarakat masih terbatas


dalam menghasilkan barang dan dilakukan secara kekeluargaan.
2. Zaman Kerajinan dan Pertukaran, yaitu sudah ada pembagian kerja
dalam masyarakat.
3. Zaman Kapitalis, yaitu ketika sudah ada pemilik modal

C. Walt Whitman Rostow


Menurut Rostow, dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami
tahapan-tahapan berikut:

1. Tradisional, ekonomi didominasi sektor pertanian


2. Transisi (pre take-off), terjadi perubahan struktur tenaga kerja dari pertanian
ke industri
3. Lepas Landas (take-off), ketika hambatan dalam struktur sosial dan politik
dapat diatasi
4. Menuju Kematangan (drive to maturity), serikat buruh dan dagang semakin maju
5. Konsumsi Tinggi (high mass consumption), tenaga kerja didominasi tenaga
kerja terdidik dan penduduk di kota lebih besar dari desa.

Nah, teori yang diungkapkan Rostow ini merupakan teori yang memiliki tahapan paling
banyak loh, yakni memiliki 5 tahapan.

D. Bruno Hildebrand
Bruno memiliki pandangan yang cukup unik nih dibanding tokoh yang lain.
Menurut Bruno, pertumbuhan ekonomi dimulai dari alat tukar-menukar yang dilakukan
masyarakat, yaitu:

1. Masa tukar-menukar barang (barter)


2. Masa tukar-menukar dengan uang (jual beli)
3. Masa tukar-menukar dengan kredit

Karena memiliki pandangan seperti ini, bisa dinyatakan bahwa Bruno memandang
pertumbuhan ekonomi bukan dari segi produksi atau konsumsi, melainkan dari segi
distribusi, ya.

E. Karl Bucher
Terakhir, Bucher mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara
didasarkan oleh hubungan konsumen dengan produsen. Tahapan pada teori ini adalah:

1. Rumah Tangga Tertutup, masyarakat hanya memenuhi kebutuhan


kelompoknya sendiri.
2. Rumah Tangga Kota, sudah muncul hubungan dagang antar desa dan desa
dengan kota.
3. Rumah Tangga Bangsa/Kemasyarakatan, perdagangan antar kota akan
membentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran dagang dalam
negara.
4. Rumah Tangga Dunia , yaitu masa dimana perdagangan telah melewati masa-masa
negara, seperti saat ini.
3.2.2 Mazhab Klasik

Gagasan-gagasan Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus


menunjukkan bahwa para pemikir mazhab Klasik menganut pandangan yang luas tentang
kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat (Djojohadikusumo, 1994: 27-35)2.
Mereka menempatkan fenomena ekonomi dalam suatu sistem ekonomi masyarakat secara
menyeluruh. Lagi pula pengamatannya tentang perkembangan ekonomi biasanya
menjangkau jangka waktu yang cukup panjang.
Kerangka pemikiran dan pola pendekatan para pakar mazhab Klasik tentang fenomena
ekonomi dalam proses perkembangannya ditandai oleh sejumlah pangkal dalil yang
memang masih bersifat sederhana; bahkan dengan ukuran zaman sekarang mungkin sekali
dianggap terlalu sederhana (oversimplified). Perhatiannya ditujukan kepada perkembangan
ekonomi sebagaimana hal itu berlangsung pada masyarakat di negara-negara yang sudah
maju. Negara-negara dimaksud sudah mempunyai landasan industri sehingga
perekonomiannya berlangsung dalam bentuk produksi yang dapat diskemakan dan
menghasilkan pendapatan yang meningkat.
Sistem analisis para pemikir dalam mazhab Klasik didasarkan atas asumsi bahwa
seakan-akan perkembangan ekonomi berjalan dalam keadaan pasar bebas dengan
persaingan yang sempurna tanpa adanya unsur monopoli. Walaupun mempunyai
pandangan dan haluan pemikiran yang mengandung banyak persamaan, tentu saja para
pemikir mazhab Klasik ini mempunyai perbedaan dalam hal pendekatan maupun model
kajiannya.

1. Adam Smith
Adam Smith sering kali disebut sebagai “bapak” dari ilmu ekonomi modern. Dia
sebenarnya lebih dikenal dengan Teori Nilai yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor
yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya yang monumental “An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, dapat dilihat tema pokoknya
mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh. Dalam buku tersebut, teori
pertumbuhan ekonomi untuk pertama kalinya diungkapkan secara panjang lebar dan
sistematis. Oleh karena itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Pertumbuhan ekonomi
menurut Adam Smith di bagi menjadi 5 tahapan yang berurutan, yaitu dimulai dari tahap
perburuan, tahap beternak, tahap bercocok tanam, tahap perdagangan dan yang terakhir
adalah tahap perindustrian.
Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin
terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antarpelaku ekonomi (Kuncoro, 1997: 38-
41)3. Pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori Adam Smith,
dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Terciptanya spesialisasi dari tiap-tiap pelaku ekonomi ini didorong oleh faktor-
faktor :

(1) peningkatan keterampilan pekerja, dan


(2) penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika
tahap pembangunan ekonomi telah menuju ke sistem perekonomian modern yang
kapitalistik. Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan pola produksi
disertai peningkatan kebutuhan hidup di masyarakat, mengharuskan masyarakat
untuk tidak lagi memenuhi semua kebutuhan mereka secara sendiri, namun lebih
ditekankan pada keahlian tertentu untuk menggeluti bidang tertentu.

Secara garis besar, pemikiran Adam Smith bertumpu pada akselerasi sistem
produksi suatu negara. Sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu
(Budiono,1992:7-8)4
a.Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah);
b.Sumber daya manusia (jumlah penduduk);
c.Stok barang kapital yang ada.
Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan
memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja
pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong
kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin pesat. Proses pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu
keterbatasan sumber daya alam dan manusia. Pertumbuhan ekonomi satu Negara akan
mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam dan keterampilan penduduk tidak
mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Keterbatasan
sumber daya merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, bahkan
dalam perkembangannya hal tersebut justru menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Penurunan pertumbuhan ekonomi akan terus terjadi dikarenakan mata rantai
tabungan, akumulasi modal, dan investasi tetap terjalin dan berkaitan erat satu sama lain.
Jika investasi rendah maka kemampuan menabung akan turun sehingga akumulasi modal
akan mengalami penurunan pula. Begitu pula, jika penduduk tidak memiliki keahlian yang
relevan untuk menjalan produksi maka laju investasi juga akan rendah dan akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Akhirnya kapitalisme dalam hal ini akan berada pada
kondisi stasioner, yaitu pada tingkat pertumbuhan sama dengan nol. Semua tahap
pembangunan di atas tidak lepas dari kondisi sosial pasar, yaitu bahwa semua pasar yang
dihadapi adalah persaingan sempurna antar pelaku pasar. Persaingan sempurna
mempunyai karakteristik :
a. Ada banyak penjual dan pembeli di pasar
b. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen
c. Tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli
d. Semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna
e. Baik pembeli maupun penjual memiliki informasi sempurna
mengenai kondisi pasar (Kuncoro 1997: 40-41) 6

Akan tetapi sayangnya, pasar persaingan sempurna pada dasarnya tidak pernah ada
di dunia. Suatu hal yang mustahil adalah bahwa perekonomian berada pada kondisi di
mana semua asumsi pasar persaingan sempurna berlaku. Asumsi pasar persaingan
sempurna pada kenyataannya tidak realistis karena setiap kondisi ekonomi daerah, aturan
dan kebijakan satu wilayah, kesiapan institusi ekonomi serta pola dan macam produksi
berbeda. Asumsi tersebut menjadi titik lemah dari teori pertumbuhan ekonomi Adam
Smith. Tetapi, meskipun demikian, teori pertumbuhan ini merupakan karya klasik dan
monumental pertama yang menjelaskan teori secara gamblang dan sistematis.

2. David Ricardo
Teori pertumbuhan Klasik mengalami perkembangan lebih pesat di tangan David
Ricardo. Pengembangan ini berupa penjabaran di mana model pertumbuhan menjadi lebih
tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses
pertumbuhan itu sendiri. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa garis besar dari proses
pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu
berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada
perpaduan antara laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output. Kesimpulan
umumnya juga masih tetap sama yaitu bahwa dalam perpacuan tersebut penduduk lah
yang akhirnya mencapai posisi stasioner. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak dapat
bertambah sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan suatu masyarakat.
Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisis mengenai distribusi
pendapatan (berdasarkan teori Ricardo yang terkenal itu) dalam penjabaran mekanisme
pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian di antara
sektorsektor lain dalam proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan yang digambarkan
Ricardo ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Terbatasnya jumlah tanah, yang sangat susah untuk diperluas, sebagai


faktor produksi.
b. Peningkatan atau penurunan ketersediaan tenaga kerja (penduduk) sesuai dengan
tingkat upah yaitu apakah di atas atau di bawah tingkat upah minimal, yang oleh
Ricardo disebut tingkat upah alamiah (natural wage).
c. Akumulasi kapital terjadi apabila keuntungan minimal yang diperlukan untuk
menarik mereka melakukan investasi meningkat.
d. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi.
e. Masih dominannya sektor pertanian dalam ekonomi keseluruhan

Ricardo menyimpulkan bahwa akhirnya the Law of Diminishing Return Yang akan
menang. Akhirnya keterbatasan faktor produksi tanah (yang dapat ditafsirkan sebagai
keterbatasan sumber-sumber alam) akan membatasi ekonomi suatu negara. Suatu negara
hanya dapat tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh ketersediaan sumber-sumber
alamnya. Apabila potensi sumber-sumber alam ini telah dieksploitasi secara penuh maka
perekonomian mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri:
a. Tingkat output (GDP) konstan (berhenti berkembang)
b. Jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah),
c. a) dan b) bersama-sama, yang berarti pendapatan per kapita konstan,
d. Tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah (minimal),
e. Akumulasi kapital berhenti (stok kapital konstan), dan
f. Tingkat sewa tanah maksimal.
3. Thomas Robert Malthus
Dalam pandangan mazhab Klasik mengenai perkembangan ekonomi secara umum,
nampak adanya pengaruh dari gagasan Malthus tentang signifikasi masalah pertambahan
penduduk terhadap perkembangan ekonomi. Dengan demikian maka hal ini perlu
diperhatikan karena masalah penduduk mempunyai arti dan relevansi terhadap
perkembangan ekonomi. Menurut Malthus secara alamiah populasi akan terus mengalami
peningkatan lebih cepat daripada suplai makanan. Produksi makanan per kapita, tentu saja
akan mengalami penurunan, sementara populasi mengalami kenaikan. Malthus
berpendapat bahwa tidak menjadi jaminan kalau pertambahan penduduk secara kuantitatif
akan berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan. Malthus membeberkan sejumlah
faktor kendala terhadap kelangsungan pertumbuhan.
Bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali tidak menjadi jaminan
bahwa pendapatan realnya juga akan meningkat dengan sepadan. Pertambahan penduduk
hanya mendukung pertumbuhan terhadap tata susunan ekonomi, apabila perkembangan
ekonomi dapat meningkatkan daya beli real (permintaan efektif) masyarakat secara
menyeluruh. Barulah, dalam keadaan demikian maka akan terlaksana akumulasi modal
sebagai ciri pokok dalam proses pertumbuhan, sekaligus juga akan menimbulkan
permintaan akan tenaga kerja. Kendala terhadap perkembangan tersebut oleh Malthus
diungkapkan dalam teorinya mengenai ketidakmampuan untuk berkonsumsi secara
memadai (theory of underconsumption).

4. Karl Marx
Pola pendekatan dinamika (pattern of dynamic approach)yang menyangkut
perkembangan masyarakat secara menyeluruh dalam jangka panjang, bukanlah cara
pandang yang baru timbul di zaman modern. Haluan pemikiran tersebut telah terkandung
di dalam gagasan-gagasan para pakar mazhab Klasik. Pola pendekatan demikian lebih
menonjol lagi dalam sistem pemikiran Karl Marx, yang dapat dianggap sebagai teori
dinamika yang paling komprehensif. Dalam hubungan itu, pandangan para pakar mazhab
Klasik dan Karl Marx dapat dimasukkan dalam kategori grand theories dan kadang-
kadang, sebagai magnificent dynamics. Karl Marx menyoroti banyak aspek dalam teorinya
yang terkenal sebagai teori konflik. Dalam perspektif pertumbuhan ekonomi, Marx
menonjolkan pendeskripsian tentang perkembangan masyarakat dari polanya yang
sederhana hingga menjadi masyarakat yang berstruktur kompleks dan dengan pembagian
kerja yang ketat dalam masyarakat kapitalis. Sehubungan dengan ekonomi sebagai
pendorong kesadaran manusia, Marx mengungkapkan bahwa dalam produksi sosial,
manusia mulai memastikan kalau hubungan produksi sangat diperlukan dan terlepas dari
keinginan mereka. Hubungan produksi berkaitan dengan tingkatan perkembangan
kekuatan produksi material mereka. Sejumlah hubungan produksi ini merupakan struktur
ekonomi masyarakat dan menjadi landasan yang sesungguhnya. Di atas struktur ekonomi
masyarakat ini berdiri superstruktur hukum dan politik yang kesemuanya ini berpengaruh
terhadap bentuk kesadaran sosial. Modal produksi material mengondisikan proses sosial,
politik dan kehidupan intelektual secara umum. Hal ini berarti bukan kesadaran manusia
yang menentukan kehidupan, tetapi kenyataan sosial yang menentukan kesadaran manusia
(Preston,1996:66-71).8
Dalam gagasannya mengenai konsep materialisme historis, Marx mengungkapkan
bahwa aktivitas produktif manusia merupakan kunci untuk menganalisis kehidupan
manusia. Hal inilah yang menjadi substansi masyarakat kapitalis, yaitu bahwa seluruh
masyarakat harus membuat diri mereka produktif dari tahun ke tahun. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa masyarakat terikat dalam produksi yang bersifat materi. Para kapitalis
merupakan pihak yang memiliki posisi tawar tertinggi, sedangkan kaum buruh hanya dapat
menjual tenaganya kepada majikan sebagai satu input dalam proses produksi. Maka,
terjadilah eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh. Pada masa itu modal merupakan
kunci untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan
keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya.

5. Walt Whitman Rostow


Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow
merupakan garda depan dari linear stage of growth theory (teori linieritas) Pada dekade
1950-1960, teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli
ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan
pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negara-negara maju terutama di
Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan di negara-negara Eropa dari mulai abad
pertengahan hingga abad modern maka kemudian Rostow memformulasikan pola
pembangunan yang akan menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu perkembangan ekonomi
yang dilakukan oleh negara-negara tersebut. Rostow membagi proses pembangunan
ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu:
a. Tahap Perekonomian Tradisional;
b. Tahap Prakondisi Tinggal Landas;
c. Tahap Tinggal Landas;
d.Tahap Menuju Kedewasaan; dan
e. Tahap Konsumsi Massa Tinggi.

3.2.3 Aliran Neo klasik

3.2.3.1 Neo Klasik


Pendekatan Neo-Klasik Kuno atau pemikiran golongan kanan muncul karena
golongan ini tidak setuju dengan terlampau banyaknya campur tangan pemerintah dalam
kehidupan sosial-ekonomi. Kritik utama mereka tujukan kepada praktek-praktek negara
kesejahteraan (welfare state) yang telah begitu banyak mengalokasikan belanja pemerintah
untuk kepentingan kesejahteraan sosial. Golongan pemikir ini mengemukakan pemikiran
agar sistem ekonomi suatu negara kembali ke sistem ekonomi kapitalis abad ke-19 di mana
kebebasan individu berjalan sepenuhnya, dan campur tangan pemerintah dalam kehidupan
ekonomi hendaklah seminimum mungkin. Tugas utama pemerintah adalah
mempertahankan keamanan dan ketertiban. Sistem ekonomi, menurut pemikiran ini,
hendaklah didasarkan sepenuhnya pada pemilikan individu atas faktor-faktor produksi,
mekanisme pasar dan persaingan bebas. Regulator utama dalam kehidupan ekonomi
adalah mekanisme pasar. Mekanisme pasarlah yang akan menentukan optimalisasi alokasi
sumber-sumber ekonomi, memecahkan kompleksitas permasalahan ekonomi dan
menghadapi ketidakpastian karena fluktuasi ekonomi. Sistem mekanisme pasar yang akan
diatur oleh persepsi individu mengenai gejala-gejala dan pengetahuan para individu
dengan sendirinya akan dapat memecahkan kompleksitas dan ketidakpastian ekonomi
sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alat untuk memecahkan masalah sosial.
Pengetahuan para individu untuk memecahkan persoalan masyarakat tidak perlu
ditransmisikan dan dipecahkan melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan (Arif, 1998: 36-
37).

Pemikiran ini menganggap bahwa masyarakat terdiri dari penjumlahan bagian-


bagian masyarakat itu. Atau dengan perkataan lain, masyarakat terdiri dari para individu
sehingga segala sesuatu yang terbaik, menurut pendapat individu, merupakan segala
sesuatu yang terbaik untuk masyarakat secara keseluruhan. Kontrak-kontrak individu yang
dilaksanakan di dalam masyarakat, menurut pandangan golongan pemikiran ini, akan
dengan sendirinya menghasilkan keadilan sosial, asal saja kontrak-kontrak itu
dilaksanakan dalam suasana kebebasan memilih. Milton Friedman seorang tokoh
pemikiran ini mengungkapkan bahwa atas dasar kebebasan memilih, seorang calon pekerja
tidak akan dapat ditekan oleh seorang majikan tertentu oleh karena calon pekerja ini dapat
bebas memilih untuk bekerja dengan majikan lainnya yang memberikan kondisi kerja yang
lebih baik kepada dirinya. Friedman melupakan satu hal penting, bahwa di negara-negara
berkembang dengan kelembagaan masyarakat yang lemah dan pincang, kelompok yang
lemah dalam masyarakat tidak dapat melakukan apa yang disebut dengan kebebasan
memilih. Sebagai akibat dari penitikberatan kepada kebebasan memilih (freedom of
choice) maka pendukung pemikiran ini tidak mempersoalkan masalah ketimpangan
distribusi pendapatan dalam masyarakat. Pertumbuhan konglomerasi dan bentuk-bentuk
unit usaha merger dan pencaplokan perusahaan-perusahaan kecil semata-mata dianggap
sebagai manifestasi dari kegiatan individu atas dasar kebebasan memilih dan persaingan
bebas. Efek sosial yang ditimbulkan oleh konsentrasi kekuasaan ekonomi pada segelintir
kelompok kuat tidak dipersoalkan oleh penganut paham neo-klasik kuno. Demokrasi
ekonomi tidak mengambil tempat di dalam pemikiran neoklasik kuno ini karena kebebasan
individu dan kekayaan menjadi titik tolak paham ini Penganut pemikiran neoklasik kuno
ini memandang bahwa sistem demokrasi politik diperlukan sepanjang sistem demokrasi
politik ini tidak menghalangi manifestasi kebebasan individu. Menurut pemikiran ini,
demokrasi bukanlah merupakan tujuan tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan
yaitu memaksimumkan kemerdekaan individu. Konsep demokrasi politik menurut
pemikiran ini adalah sistem politik yang menjamin terlaksananya kebebasan individu
dalam melakukan pilihan-pilihan dalam transaksi pasar dan yang menjamin tidak adanya
kekerasan politik terbuka (over political coercion), dan bukan sistem politik yang
menjamin aspirasi pluralistik serta partisipasi luas anggota masyarakat dalam keputusan
politik.

Golongan neo klasik kuno ini lebih menyukai suatu sistem demokrasi politik
dengan yang oligarkis oleh karena sistem demokrasi politik dengan partisipasi luas akan
menampung begitu banyak tuntutan sosial sehingga mengundang campur tangan
pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Golongan kanan baru tidak menginginkan
demokrasi politik yang terlampau luas. Malah, seorang tokoh golongan neo klasik kuno
William Niskanen mengemukakan bahwa pemerintah yang terlampau banyak
mengutamakan kepentingan rakyat banyak adalah pemerintah yang tidak diinginkan dan
tidak akan stabil. Bila memang diperlukan atau jika terjadi konflik antara demokrasi
dengan pengembangan usaha yang kapitalistik maka golongan kanan baru memilih untuk
mengorbankan demokrasi.

3.2.3.2 Kritik atas Pemikiran Neo-Klasik


Pemikiran neoklasik mengundang berbagai reaksi dan kritik dari para ahli
ekonomi. Kritik atas pemikiran neoklasik kuno dapat diuraikan dalam dua bentuk pokok.
Pertama, pendekatan atomistik mengenai masyarakat yang menganggap bahwa sistem
terdiri dari para individu sehingga yang terbaik untuk individu menjadi yang terbaik untuk
masyarakat jelas tidak didasarkan pada konsep masyarakat sebagai suatu sistem sosial.
Kedua, kebebasan memilih oleh para individu di masyarakat negara berkembang dalam
situasi kelembagaan masyarakat yang pincang tidak dapat dilakukan oleh pihak-pihak
yang lemah.

Berikut akan diuraikan tokoh-tokoh yang memberikan kritik atas pemikiran Neo-Klasik.

A. Nicholas Kaldor
Kalor tidak seluruhnya menolak pemikiran neo-klasik, tetapi hanya beberapa aspek
tertentu saja. Kaldor mencetuskan pemikiran bahwa asumsi yang dianut dalam pemikiran
neoklasik mengenai akan timbulnya keseimbangan umum (general equilibrium) dalam
proses ekonomi melalui kekuatan pasar adalah suatu kondisi yang tidak realistis. Juga
yang menyangkut asumsi mengenai proses produksi yang bersifat constant returns to
scale. Menurut Kaldor, proses produksi yang menunjukkan sifat increasing returns to
scale terdapat dalam kenyataan proses ekonomi dalam konteks situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) yang timbul secara endogenous dalam sistem ekonomi. Menurut Kaldor,
pemikiran neo-klasik secara berlebihan menekankan betapa pentingnya peranan harga
yang terbentuk di pasar bebas, sebagai petunjuk dalam penentuan tingkat output dalam
pengertian alokasi sumber-sumber ekonomi. Secara makro, Kaldor membuat proposisi
bahwa perusahaan mempunyai tujuan lain selain tujuan untuk memaksimumkan
keuntungan, yang mana penentunya dalam proses produksi ditunjukkan oleh adanya
kesamaan antara biaya batas (marginal cost) dengan penghasilan batas (marginal
revenue), seperti yang diformulasikan dalam pemikiran neoklasik.
B. Ian Livingstone
Menunjukkan berbagai bentuk di mana logika dinamis yang melatarbelakangi skala
ekonomi akan menimbulkan implikasi bagi formulasi kebijakan pembangunan. Implikasi
kebijakan pembangunan ini berkaitan dengan kekuatan monopoli yang muncul dan
penetrasi perusahaan-perusahaan multinasional dalam ekonomi negara-negara
berkembang, memanfaatkan skala ekonomi di pasar internasional. Kaldor dan
Livingstone beranggapan bahwa dalam jangka panjang asumsi dasar pemikiran neoklasik
mengenai sistem ekonomi tidak dapat dianggap akan menghasilkan keseimbangan dan
memaksimumkan kesejahteraan rakyat (welfare-maximizing equilibrium).

C. Amartya Sen
Proposisi pemikiran neo-klasik yang mengantisipasi bahwa akan terjadi proses tetesan
ke bawah dalam proses pembangunan ternyata tidak menjadi kenyataan. Yang terjadi
adalah kenyataan kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang bertambah lebar, di mana
peningkatan pendapatan golongan yang menguasai sumber-sumber ekonomi jauh
melebihi golongan penduduk lemah. Berdasarkan kenyataan ini, Sen berpendapat bahwa
definisi perkembangan ekonomi tidak hanya mengandung pengertian peningkatan
pendapatan per kapita, tetapi juga meningkatnya kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh
meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi di kalangan rakyat. Sen
mengembangkan indikator-indikator pembangunan yang dikenal dengan Indeks Sen di
tahun 1976. Indeks Sen diformulasikan dengan mencakup pendapatan per kapita riil dan
sekaligus indikator ketidakmerataan. Indeks pembangunan ini secara eksplisit
mengandung indikator pemenuhan kebutuhan dasar manusia, indikator pemerataan
pendapatan, serta indikator tingkat pengangguran (terbuka dan terselubung).

D. Chakravarty
Chakravarty memformulasikan pertumbuhan pendapatan per kapita, distribusi
pendapatan yang adil, dan peningkatan kemampuan rakyat untuk berkreasi sebagai unsur-
unsur pokok dalam definisi perkembangan ekonomi. Terjadinya peningkatan kualitas
keseluruhan sistem sosial yang mencakup ekonomi, politik dan struktur sosial yang
merefleksikan keadilan sosial dan partisipasi rakyat secara demokratis merupakan ciri-ciri
pokok dalam definisi perkembangan ekonomi.

E. Dennis Goulet
Goulet mengemukakan dua nilai inti emansipasi kemanusiaan (corevalues of human
development) yaitu harga diri dan kebebasan, di mana dua nilai inti ini harus ada dalam
definisi perkembangan ekonomi. Goulet merinci kedua inti nilai kemanusiaan ini. Harga
diri diperlukan untuk menimbulkan respek seseorang terhadap orang lain, atau respek
suatu bangsa terhadap bangsa lain. Kebebasan mencakup kebebasan dari ketakutan,
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan dari kebodohan dan kebebasan dari
ketergantungan, baik dalam hubungan sesama manusia atau sekelompok manusia maupun
dalam konteks antargangsa. Kebebasan akan menimbulkan kemampuan untuk
mengadakan pilihan secara merdeka.
BAB 4

PERTUMBUHAN EKONOMI KONVENSIONAL DAN SYARIAH ISLAM

4.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Konvensional dan Syariah Islam

1. Ekonomi Syariah Islam

Ekonomi Islam telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sejak abad ke-7 ketika
nabi melakukan transaksi tanpa riba, Gharar, Qimar, Ihtikar. Transaksi yang dilakukan nabi
berupa akad Murabahah, Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah. Transaksi ini sudah
dilakukan nabi dan diajarkan pada umatnya. Ekonomi Islam adalah kumpulan dasar-dasar
umum tentang ekonomi dari Al-qur’an dan Sunnah. Hakikat ekonomi Islam merupakan
penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi di masyarakat. Dikatakan ekonomi islam atau
ekonomi syariah karena berbasis pada aturan dan cara islam. baik dalam hal teknis, sistem
kerja dan dalam menyikapi permasalahan yang muncul.

Perbedaan ekonomi islam dan konvensional bisa ditinjau dari kepentingan. Misalnya
ditinjau dari tujuannya, maka ekonomi islam atau ekonomi syariah lebih mengutakan untuk
mencapai tujuan yang baik untuk urusan di dunia, tetapi juga baik untuk di akhirat. Misalnya
terkait masalah riba, maka dalam ekonomi islam di tiadakan istilah riba. Penerapan sistem
ekonomi Islam pada suatu negara, bertujuan untuk:

 Pertama, membumikan syariah Islam dalam sistem ekonomi, pada suatu negara secara
kaffah.

 Kedua, membebaskan masyarakat Muslim dari belenggu barat yang menganut sistem
ekonomi komunis serta mengakhiri keterbelakangan ekonomi negara-negara Muslim.

 Ketiga, menghidupkan nilai-nilai Islam dalam seluruh kegiatan ekonomi dan


menyelamatkan moral umat dari paham matrealisme-hedonisme.

 Keempat, menegakkan bangunan ekonomi yang mewujudkan persatuan dan solidaritas


negara-negara Muslim salam datu ikatan Islam.
 Kelima, tujuan akhir dari penerapan ekonomi Islam adalah mewujudkan kesejahteraan
secara umum.

Kesejahteraan dalam kehidupan Ekonomi dapat dicapai dengan penerapan prinsip


keadilankapitalis dan timur yang menganut sistem ekonomi. Sehingga mampu mencapai
kesejahteraan dan keadilan bagi rakat secara umum. Sumber perekonomian islam mengacu
pada Al-quran dan hadist. Di mana ada aturan dalam menjalankan roda perekonomian.
Dimana ada aturan dalam peminjaman uang, atau sekedar mengatur tentang hukum riba
dalam sudut pandang islam. karena di Al-quran dan hadist juga akan diberi penjelasan jika
melanggar, maka akan menerima sanksi di akhirat nanti.

Di dasarkan pada kepemilikannya, maka ekonomi islam menetapkan bahwa sumber


kepemilikan kekayaan yang dimiliki individu adalah milik Allah, manusia hanya bersifat
dititipi sementara. Itu sebabnya dalam pembagian hasil berdasarkan pada pengambilan
keuntungan dari prosentase pendapatannya saja.

Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif Islam harus memasukkan aspek aksiologis


(nilai, moral) agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya diorientasikan kepada kesejahteraan
materi saja melainkan memasukkan juga aspek ruhaniyah.

2. Ekonomi Konvensional

Perekonomian konvensional adalah ilmu yang mempelajari perekonomian yang


menekankan pada kebebasan dan menggunakan sistem perekonomian berbasis pada era
global. Perbedaan ekonomi islam dan konvensional jelas saja berbeda. Dilihat dari segi
tujuannya, ekonomi konvensional bertujuan untuk mementingkan dan meraup keuntungan
sebesar-besarnyang yang sifatnya keduniawian. Tujuan lainnya adalah mencapai
kesejahteraan individu itu sendiri. Memang berbeda jauh dengan ekonomi islam. sumber
ekonomi konvensional mengacu pada hal-hal yang sifatnya positivicti. Bagaimana jika
ditinjau dari kepemilikannya, apakah perbedaan ekonomi islam dan konvensional sama?
tentu saja berbeda.

Pada ekonomi konvensional, kepemilikan hanya untuk pribadi yang dibabaskan untuk
memiliki semua kekayaan yang diperolehnya saja. Sedangkan dari segi pengambilan hasil,
bisa di dapatkan dari bunga dari pengambilan keuntungan dari prosentase modal.
Konvensional dan Kapitalisme memiliki lima ciri yang menonjol, antara lain:

 pertama, Ekspensi kekayaan dipercepat, dan produksi maksimal serta pemenuhan


keinginan secara individual merupakan kesejahteraan bagi manusia.

 Kedua, Kebebasan individu bagi kepentingan diri sendiri dan pengelolaan kekayaan
pribadi merupakan hal yang sangat penting bagi inisiatif individu.

 Ketiga, Inisiatif individual ditambah dengan pembuatan keputusan dalam suatu pasar
kompetitif sabagai syarat untuk mewujudkan efesiensi optimum dalam alokasi sumber
daya.

 Keempat, Peran pemerintah dan penilaian kolektif tidak diakui, baik dalam efesiensi
alokasi maupun pemerataan distribusi.

 Kelima, Melayani kepentingan diri sendiri oleh setiap individu secara otomatis
melayani kepentingan sosial kolektif

Dalam pandangan ekonomi konvensional, pertumbuhan ekonomi secara garis besar


ditujukan untuk kesejahteraan materi, yang itu hanya berdimensi jangka pendek, atau dengan
ungkapan lain hanya untuk kesejahteraan duniawi tanpa diimbangi dengan tujuan ukhrawi.

3. Perbedaan Prinsip dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

Selain beberapa yang disinggung di atas. ada perbedaan yang paling mendasar. Salah
satunya perbedaan prinsip. Jika ekonomi konvensional berprinsip pada konsep scarcity
sedangkan ekonomi islam berprinsip pada Goal oriented disiplin.

Konsep scarcity adalah konsep yang menekankan pada mempelajari perilaku manusia
dalam menyikapi kelangkaan. Dengan kata lain, konsep ini membebaskan seseorang untuk
mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara maksimal untuk mencapai tujuan mereka.
sedangkan goal oriented diciplin lebih luas lagi, di sana tidak hanya mempelajari cara
mengalokasikan sumber daya secara maksimal, tetapi juga mempelajari tujuan. Tujuan di
dunia dan di akhirat.
4. Perbedaan Mekanisme Pasar Ekonomi Islam dan Konvensional

Dari segi mekanisme, tentu saja berbeda jauh. Jika ekonomi konvensional
menggunakan mekanisme bebas keluar masuk pasar tanpa intervensi. Padahal jika pasar tidak
di atur, dan dibiarkan bebas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam penawaran dan stok
barang. Salah satu contoh konkrit adalah masalah masker akibat virus corona. Banyak terjadi
penimbunan barang sekaligus terjadi lonjakan harga yang fantastis tinggi. Berbeda
mekanisme pasar pada ekonomi islam, dimana ia meyakini adannya invisible hand yang
mencoba untuk mengefisiensikan pasar.

Jadi ekonomi islam mempertimbangkan proses produksi dan distribusi barangjasa.


Menjadikan pemerintah sebagai unit ekonomi yang berdampingan dengan unit ekonomi lain,
demi menjaga kestabilan.

5. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Distribusi Kekayaan

Perbedaan kedua jenis ekonomi ini juga dapat dilihat dari perbedaan distribusi
kekayaan. Seperti yang disinggung sebelumnya bahwa terjadi dua perbedaan ang cukup jauh
diantara keduannya. Pada ekonomi konvensional, prinsipna mendapatkan keuntungan dan
kekayaan sebesar-besarnya. Lebih condong ke kapitalis, dimana kekayaan hanya berpihak
pada pemilik modal yang paling besar. Sedangkan pada ekonomi islam pemerataan kekayaan
harta atau semacamnya. Salah satu bentuknya dengan mekanisme zakat, sedekah, infaq atau
waqaf.

6. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional Pada Perolehan Keuntungan

Perbedaan yang paling menonjol yang lain dari segi perolehan keuntungan. Pada
ekonomi konvensional, justru seolah menekan seseorang jika ingin mendapatkan keuntungan.
Prinsip yang digunakan pun menggunakan time value of money, dimana nilai uang saat ini
lebih tinggi dibandingkan nilai uang dimasa datang.

Time value of money dalam bahasa umum lebih akrab di kenal dengan bunga.
Masyarakat yang meminjam hutan pun akan dikenai bunga tinggi. Bunga yang tinggi tentu
saja akan semakin mencekik bagi mereka. sedangkan mereka yang memiliki saldo tinggi,
mereka pun akan mendapatkan bunga tersebut. alih-alih uang hilang, justru bertambah. Dari
ini saja sudah dapat dilihat potensi kesenjangan kekayaan pun akan semakin tampak. Berlaku
sebaliknya, perolehan keuntungan pada ekonomi islam dihitung ketika terjadi transaksi
bisnis, maka akan terjadi pembagian keuntungan dari bisnis tersebut. sehingga terjadi
keseimbangan antara usaha dan tindakan. Tidak ada istilah bunga, yang sifatnya merugikan
bagi mereka yang meminjam uang di bank dan semacamnya.

Berbeda dengan pandangan ilmu ekonomi konvensional, ilmu ekonomi Islam


memandang pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah sarana untuk meningkatkan kesejahteraan
materi manusia tanpa memandang ras, agama, dan bangsa. Lebih dari itu, ilmu ekonomi
Islam mempunyai orientasi ganda dalam hal ekonomi yaitu kesejahteraan materi (duniawi)
dan kepuasan batin (ukhrawi).

B. Kesejahteraan di Ekonomi Syariah Islam dan Konvensional

Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam adalah kesejahteraan secara menyeluruh,yaitu


kesejahteraan secara material maupun secara spiritual. Konsep kesejahteraan dalam ekonomi
Islam tidak hanya diukur berdasarkan nilai ekonomi saja, tetapi juga mencakup nilai moral,
spiritual, dan juga nilai sosial. Sehingga kesejahteraan berdasarkan Islam mempunyai konsep
yang lebih mendalam.

Kesejahteraan hidup seseorang pada realitasnya memiliki banyak indikator yang dapat
diukur. Pengukuran tingkat kesejahteraan seseorang juga sering mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1950-an kesejahteraan diukur dari aspek fisik seperti berat
badan, tinggi, dan gizi, harapan hidup serta income. Pada tahun 1980-an terjadi perubahan
dimana kesejahteraan diukur dari income, tenaga kerja dan hak-hak sipil. Pada tahun 1990-an
terjadi perubahan lagi, Mahbub Ul-Haq merumuskan ukuran kesejahteraan dengan Human
Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek
ekonomi saja, tetapi juga pada aspek kualitas sosial individu. HDI merupakan gabungan dari
tiga komponen, yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan per
kapita.

Hakim (2013) mengatakan ekonomi konvensional membuat indikator kesejahteraan


berdasarkan beberapa sudut pandang yang berbeda, diantaranya adalah :
• Adam Smith, dalam buku “TheWealth of Nation” menyatakan bahwa kesejahteraan rakyat
akan tercapai bila dipenuhi empat prinsip ekonomi dasar, yaitu :

(a) Prinsip keseimbangan produksi dan konsumsi;

(b) Prinsip manajemen tenaga kerja;

(c) Prinsip manajemen modal;

(d) Prinsip kedaulatan ada di tangan rakyat.

• Menurut Miles (1985), terdapat empat indikator yang digunkan untuk mengetahui
kesejahteraan suatu keluarga, yaitu :

1. Rasa aman (security)

2. Kebebasan (freedom)

3. Kesejahteraan (welfare)

4. Jati diri (identity)

Dengan demikian, kesejahteraan dalam Islam tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan materi saja, tetapi juga terpenuhinya kebutuhan spiritual.

Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda.
Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah
falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan,
kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan
kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang
antara dimensi:

• Material-spiritual;

• Individual-sosial;

• Kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.


BAB 5

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

5.1 Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Kesenjangan ekonomi atau

ketimpangan distribusi pendapatan merupakan sebuah realita yang ada di tengah-


tengah masyarakat dunia baik di Negara yang maju maupun Negara berkembang yang juga
merupakan isu penting untuk di tinjau dan perlu adanya berbagai upaya dari pemerintah
dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, serta
peningkatan taraf hidup masyarakat melalui berbagai macam usaha dalam rangka
peningkatan distribusi pendapatan dari berbagai macam aspek yang ada.

Distribusi pendapatan adalah pembagian penghasilan di dalam masyarakat. Dalam


proses produksi, para pemilik faktor produksi akan menerima imbalan seharga faktor
produksi yang disumbangkan dalam proses produksi. Proses distribusi pendapatan ini akan
terjadi siklus (perputaran) konsumen yang harus membayar harga barang. Akan tetapi pada
saat lain akan menjadi penyedia faktor modal, tenaga kerja, sumber daya alam, atau faktor
keahlian sehingga, pada saat tertentu akan menerima bagian pendapatan dan pada saat lain
akan membayar harga barang.

Dalam proses produksi, masing-masing penyedia faktor produksi akan menerima


imbalan jasa sebagai berikut:

1. Pemilik faktor sumber alam berupa tanah akan menerima sewa tanah

2. Pemilik faktor tenaga kerja akan menerima upah kerja

3. Pemilik modal akan menerima bunga modal

4. Pengusaha akan menerima laba usaha. Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang
dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
sampai 3 suatu taraf yang dianggap manusiawi (Parwoto, 2001).

Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau asasi manusia
seperti sandang, pangan, papan, afeksi, keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi,
kebebasan, partisipasi, dan waktu luang (Fernandez, 2000). Lebih jauh lagi, kemiskinan
dipandang tidak hanya menyangkut standar pendapatan atau konsumsi yang rendah
melainkan juga rendahnya kebebasan berpolitik dan pengaruhnya terhadap pengambilan
keputusan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat beberapa tipe kemiskinan. Penggolongan tipe
kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki sasaran dan target yang
jelas. Sumodiningrat (1999) membagi kemiskinan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya)

2. Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak
antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas)

3. Kemiskinan struktural (kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat
enggan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong
mereka keluar dari kondisi tersebut).

5.1.1 Kinerja Pemerintah Dalam Menekankan Ketimpangan

“Upaya mendorong ketimpangan dengan memastikan partisipasi masyarakat dalam


konteks social politik, memperluas kesempatan kerja yang berkualitas dan mempermudah
kepemilikan asset financial dan non financial,”jelas Bambang, dalam Forum Merdeka Barat 9
di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2017).

Adapun kinerja pemerintah dalam menekan ketimpangan yaitu :

1. Redistribusi sumber pendapatan negara juga perlu dilakukan secara merata dengan
memanfaatkan penerimaan pajak terhadap hal-hal yang memberikan dampak langsung
terhadap masyarakat.

2. Peningkatan kualitas dan ketersediaan layanan publik yang mampu menjangkau seluruh
kelompok masyarakat juga dilakukan. Investasi juga perlu ditingkatkan untuk menyediakan
lapangan kerja lebih banyak lagi yang juga diikuti dengan pendidikan dan pelatihan vokasi.

3. Beban pengeluaran penduduk kurang mampu juga perlu dikurangi dengan menyalurkan
bantuan berupa subsidi beras, pendidikan, energi, hingga bantuan langsung yang kini dalam
bentuk non tunai
5.1.2 Kinerja Pemerintah dalam Menekan Kemiskinan

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang


terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh
berbagai elemen Pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas
upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu:

 Menyempurnakan program perlindungan sosial

 Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar

 Pemberdayaan masyarakat, dan

 Pembangunan yang inklusif

5.2 Penduduk dan Tenaga Kerja dalam Proses Pembangunan

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara
lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro 5 Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur
meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak
ada kesempatan kerja.

Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan


keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh, dan sekaligus dipengaruhi, oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk


menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang, tanpa harus
mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan
bangsa dari generasi ke generasi sepanjang masa.

Kegiatan ekonomi di masyarakat membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga


kerja itu dapat juga disebut sebagai kesempatan kerja. Kesempatan kerja itu sendiri adalah
suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi pencari
kerja. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27 ayat 2 yang
berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari
bunyi UUD 1945 pasal 7 Kependudukan dan Ketenagakerjaan 27 ayat 2 itu jelas bahwa
pemerintah Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat karena hal
ini berhubungan dengan usaha masyarakat untuk mendapat penghasilan.

Angkatan kerja banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan, namun umumnya


baik di Negara berkembang maupun Negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih
besar dari pada laju pertumbuhan lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak
angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur.

Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran berhubungan erat dengan


ketersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia
di suatu Negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya,
sehingga semakin kecil tingkat penganggurannya. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja
di suatu 6 Negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya.

Dengan demikian, semaki tinggi tingkat penganggurannya. Dengan demikian,


mengintegrasikan kependudukan dalam strategi ekonomi dan pembangunan nasional akan
mempercepat laju pembangunan yang berkelanjutan dengan menambah jumah angkatan
kerja. Hasilnya akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kependudukan, seperti
peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting.


Makin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia makin mudah dan tepat rencana
pembangunan itu dibuat. Sebagai contoh, dalam perencanaan pendidikan, diperlukan data
mengenai jumlah penduduk dalam usia sekolah, dan para pekerja dalam bidang kesehatan
masyarakat memerlukan informasi tentang tinggi rendahnya angka kematian dan angka
moribiditas penduduk. Banyak lagi contoh-contoh lain di mana data kependudukan sangat
diperlukan dalam perencanaan pembangunan.

5.3 Pendidikan Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengembangkan misi yang
cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau
keimanan. Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam
setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan
pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.

1. Pendidikan ( Informal ) adalah pendidikan di lingkungan keluarga, Di dalam


keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu sopan
santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari keluarga,
pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau
lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan.

2. Pendidikan ( Formal ) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa


rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya SD, SMP, SMA dan PT
(Perguruan Tinggi). Pendidikan formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau
skill guna terjun ke masyarakat.

3. Pendidikan ( Non Formal ) adalah kesempatan dimana setiap individu mendapat


komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah.

5.3.1 Fungsi Pendidikan untuk Membentuk SDM yang Baik


Serangkaian proses belajar yang harus dilalui oleh setiap orang melalui pendidikan
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hasil yang nantinya dicapai adalah terciptanya
sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai dengan tuntutan pembangunan. Di mana
dirinya memiliki soft skill dan hard skill yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lapangan pekerjaan. Melalui pendidikan tidak hanya membekali dengan materi pelajaran dan
skill saja, tetapi juga menanamkan nilai-nilai dan etika yang juga tidak kalah berperan
penting untuk diterapkan dalam dunia kerja.

Dengan begitu, terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak hanya didukung oleh modal
yang besar saja, tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga akan membuat
pertumbuhan ekonomi menjadi semakin baik. Bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM
(sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program
pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat
mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu. Jadi,
pendidikan tidaklah bisa dikesampingkan begitu saja. Karena dari pendidikanlah,
pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan melalui sumber daya manusia yang handal.
BAB 6

FAKTOR KAPITAL DALAM PEMBANGUNAN DAN TEORI INVESTASI

6.1 Faktor kapital dalam pembangunan

6.1.1 Pengertian

Pengertian kapital dalam pembangunan ekonomi kapital adalah semua bentuk


kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses
produksi untuk menambah output. Pada umumnya juga dapat dikatakan bahwa kapital
itu merupakan hasil daripada sebab perkembangan ekonomi.

6.1.2 Pentingnya tabungan dalam faktor kapital pembangunan

Menyikapi lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun


belakangan ini, beberapa ekonom menuding akibat melonjaknya tabungan
masayarakat. Perubahan preferensi untuk menabung tersebut menurunkan belanja
masyarakat yang selama ini menjadi motor pertumbuhan. Dugaan tersebut didukung
statistik yang menunjukkan turunnya pertumbuhan konsumsi masyarakat dan pada
saat yang sama tingkat tabungan menunjukkan kenaikan.

Namun, menyalahkan tabungan seperti membongkar pepatah lama ‘hemat pangkal


kaya’ menjadi ‘hemat pangkal resesi’. Perilaku menabung yang tentu akan
mengurangi konsumsi dianggap sebagai suatu kekeliruan yang justru akan berakibat
negatif terhadap kesejahteraan masyarakat. Benarkah demikian?

Melihat sejarah panjang ekonomi dunia, banyak ekonom yang percaya bahwa
konsumsilah yang akan menjadi mendorong permintaan (demand side) yang akan
diikuti dengan peningkatan output melalui efek multiplier. John Maynard Keyness
adalah seorang ekonom yang berpengaruh di pertengahan abad 20 dari Amerika
Serikat, dan para pengikutnya yang sering disebut sebagai Keynesian adalah mereka
yang mempopulerkan pandangan tersebut.

Namun pada perkembangannya sebagian ekonom termasuk sebagian Keynesian


menyadari bahwa konsumsi mendorong pertumbuhan hanya dapat terjadi pada jangka
pendek. Dalam jangka panjang pertumbuhan produksi akan lebih dipengaruhi oleh
kapasitas produksi yang ditentukan oleh investasi pada sumber daya manusia dan
modal.

Sederhananya coba kita bayangkan pada masyarakat yang cenderung konsumtif.


Awalnya produsen akan dengan senang hati meningkatkan output untuk memenuhi
permintaan tersebut dan ekonomi tumbuh (jangka pendek). Saat permintaan terus
meningkat tentu sang produsen mulai kewalahan dan memerlukan tambahan modal
dan keterampilan dari karyawannya untuk memenuhi permintaan tersebut (jangka
panjang). Tanpa tambahan modal dan peningkatan SDM maka produksi tidak dapat
meningkat lagi sehingga naiknya permintaan hanya berakibat pada kenaikan harga
barang (inflasi).

Jadi dalam jangka panjang agar output perekonomian bisa terus tumbuh
dibutuhkan investasi yang akan meningkatkan kapasitas produksi. Dari manakah
sumber investasi itu? Tentu tidak lain dari tabungan masyarakat baik domestik
maupun international. Jadi tabungan justru memiliki peran positif sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Secara empiris, kita bisa melihat pada pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh
fantastis dari level yang lebih rendah dari Indonesia hingga menjadi perekonomian
dengan produk domestik bruto terbesar di dunia. Meski mengalami sedikit
perlambatan belakangan ini, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dapat
berlangsung secara konsisten dalam beberapa dekade terakhir. Menariknya,
sumbangan konsumsi domestik pada produk domestik China rata-rata kurang dari
40% PDB negara tersebut. Jauh lebih rendah dari Indonesia dan negara lain yang
umumnya pada kisaran 60% dari total PDB.

Dengan konsumsi domestik yang relatif rendah dan tentu tingkat tabungan yang
tinggi, perekonomian China banyak didorong oleh investasi baik bersumber dari
tabungan lokal maupun global. Output perekonomian pun lebih menyasar pasar
internasional dengan menggenjot ekspor. Maka produksi China terus membanjiri
pasar international dan mengalami surplus perdagangan yang luar biasa dengan
cadangan devisa yang sangat melimpah.

Untuk menghindari jebakan middle income trap yaitu perekonomian yang stagnan
pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, semestinya pemerintah lebih fokus
dengan upaya peningkatan kapasitas produksi perekonomian. Upaya peningkatan
konsumsi masyarakat dengan berbagai program populis hanya akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi secara temporer dan tidak akan benar-benar mengarahkan
perekonomian ini ke jalur cepat menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita
yang tinggi.

Berbagai permasalahan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia mestinya


manjadi selalu fokus perhatian dan alokasi sumber daya yang memadai. Salah satu
fokus penting dalam menggenjot output ekonomi adalah pembangunan industri
manufaktur. Sudah lama Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi yakni turunnya
peran industri dalam perekonomian. Hal ini tentu sangat menghawatirkan karena
Indonesia akhirnya masih bergantung pada komoditi sumber daya alam yang harganya
sangat fluktuatif dan nilai tambah yang relatif rendah.

Pembangunan infrastruktur yang belakangan menjadi fokus pemerintah Jokowi


adalah salah satu program yang positif dalam kerangka mendorong pertumbuhan
jangka panjang. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih mengintegrasikan
pembangunan infrastruktur tersebut dengan strategi pengembangan industri nasional.
Prioritas pembangunan infrastruktur semestinya lebih pada infrastruktur yang
membuat industri semakin efisien. Dengan demikian anggaran pemerintah yang
terbatas tersebut akan lebih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tentu masih banyak permasalahan besar lainnya yang menghambat bangsa ini
menjadi bangsa yang sejajar dengan negara-negara maju. Semisal perbaikan iklim
usaha, yang untuk saat ini peringkat Indonesia masih dibawah negara tetangga.
Kemudian penyiapan SDM berkualitas yang dapat mendukung industri teknologi
tinggi juga masih jauh dari harapan. Ini terlihat dari masih banyaknya pekerja yang
berijasah pendidikan dasar pada angkatan kerja.

Sayangnya di saat tahun politik, konsentrasi pemerintah menjadi terbagi dengan


perhelatan besar tersebut. Tekanan politik yang tinggi dapat membuat pemerintah
terdorong untuk lebih bertindak populis dan lebih fokus pada sasaran jangka pendek.

Tentu kita masih bisa berharap setidaknya pemerintah dapat selalu menjaga irama
untuk selalu fokus pada arah jangka panjang pembangunan dengan tetap
memperhatikan aspek jangka pendek. Tidak mudah memang, namun itulah pilihan
yang harus diambil untuk membawa bangsa ini terus maju.

6.1.3 Penyebab faktor kapital dalam pembangunan


Penyebab faktor kapital dalam pembangunan terbagi menjadi dua, yaitu faktor
ekonomi dan non-ekonomi. Berikut adalah penjelasannya:

a. Faktor ekonomi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi:
1) Sumber alam atau tanah
Pada sumber alam atau tanah mencakup mengenai kesuburan tanah, letak dan
susunanya, kekayaan alam. Selain itu mencakup mineral, iklim, sumber air,
atau sumber laut.
2) Akumulasi modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat di reproduksi.
Apabila stok modal naik dalam waktu tertentu, maka disebut akumulasi modal
atau pembentukan modal. Makna pembentuk modal adalah masyarakat tidak
melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak. Tetapi mengarahkan
sebagian untuk pembuatan barang, modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin
dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.
3) Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan
ekonomi. Organisasi bersikap melengkapi modal, buruh, dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
4) Kemajuan teknologi
Perubahan teknologi dianggap faktor paling penting di dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan di
dalam metode produksi sebagai hasil pembaharuan atau teknik penelitian baru.
Pada perubahan teknologi menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor
produksi lainnya.

5) Pembagian kerja dan skala produksi


Pada bagian tersebut spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan
peningkatan produktivitas.
b. Faktor non-ekonomi
Berikut ini adalah faktor-faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi:
1) Lembaga dan budaya
Pendidikan dan kebudayaan barat membawa arah penalaran dan skeptisisme
menanamkan semangat baru serta memunculkan kelas pedagang baru. Dimana
menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial.
2) Sumber daya manusia
Pengembangan faktor manusia berkaitan dengan efisiensi dan
produktivitasnya. Para ahli ekonomi menyebutnya pembentukan modal insani,
yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.
Jumlah penduduk yang melonjak cepat merupakan penghambat bagi
pembangunan di negara berkembang.
3) Faktor politik dan administrasi
Stabilitas politik dan administrasi yang kokoh membantu pertumbuhan
ekonomi modern. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup sangat
penting bagi pembangunan ekonomi. Struktur politik dan administrasi yang
lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi di negara
berkembang.

6.1.4 Kriteria penggunaan kapital dalam pembangunan


Kriteria penggunaan kapital dalam ekonomi pembangunan terbagi menjadi 5 macam,
yaitu:

a. Kriteria Neraca Pembayaran (Balance of Payments Criteria)

Menurut kriteria ini, penggunaan kapital hendaknya digunakan pada sektor-


sektor yang dapat mengurangi kesulitan-kesulitan dari neraca pembayaran
internasional diwaktu yang akan datang. Penggunaan kapital untuk investasi
jangan sampai menyebabkan terjadinya kenaikan impor dan hendaknya digunakan
pada sektor-sektor yang tidak membutuhkan barang-barang kapital dari luar
negeri. Kapital hendaknya digunakan untuk menaikkan volume ekspor dengan
cara memproduksi barang-barang substitusi impor maupun menaikkan produksi
barang-barang untuk diekspor. Bichanan menyebutkan, apabila ada kenaikan
impor akan disertai dengan kenaikan pendapatan sebagai akibat adanya investasi-
investasi tersebut.

b. Kriteria Produktivitas Sosial Marginal (Social Marginal Productivity Criteria)

Kriteria kedua ini berarti bahwa investasi itu hendaknya digunakan pada
proyek-proyek yang dapat diharapkan dapat memberikan hasil tertinggi atau
digunakan pada proyek-proyek yang paling menguntungkan.

c. Kriteria Intensitas Faktor-faktor Produksi (Faktor Intensity Criteria)

Kapital hendaknya digunakan pada proyek yang dapat menghemat


penggunaan kapital, karena kapital merupakan faktor yang langka di suatu negara.
Dengan perkataan lain, kapital hendaknya digunakan pada proyek dengan
intensitas kapital rendah atau kapital yang sedikit tetapi dapat menghasilkan
output yang banyak.

d. Kriteria Bagian Investasi Kembali (Reinvesment Quotient Criteria)


Investasi harus digunakan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan investasi
per kapita untuk masa yang akan datang makin bertambah. Kriteria ini
mengusahakan supaya tingkat investasi semakin lama semakin bertambah besar
sehingga dapat mengimbangi pertambahan penduduk. Dalam arti pertambahan
kapital harus lebih besar dari pada tambahan penduduk, sehingga income per
kapita dapat menjadi bertambah besar.

e. Kriteria Operasional (Operational Criteria)

Menurut kriteria ini, penggunaan kapital dalam suatu proyek ada 3 faktor yang
perlu diperhatikan yaitu: tingkat perputaran kapital (capital turnover) dari 58
Endang Mulyani investasi itu, keuntungan sosial yang ada (social profitability),
dan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran nasional.

6.2 Teori investasi


1. Teori Dorongan Kuat Dalam Investasi
Teori Dorongan Kuat (Big push theory) menyatakan bahwa perlu dibangun dulu
infrastruktur, semua yang lain berkembang kemudian mengalir, (trickle down effect).38 Teori
ini selanjutnya menyatakan bahwa untuk menanggulangi hambatan pembangunan ekonomi
negara terbelakang dan untuk mendorong ekonomi tersebut ke arah kemajuan diperlukan
suatu “dorongan kuat’ atau suatu program besar yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah
minimum suatu investasi. Ada sejumlah sumber minimum yang harus disediakan jika suatu
program pembangunan diharapkan berhasil. Teori ini secara jelas menyatakan bahwa cara
kerja “sedikit demi sedikit” tidak akan mendorong ekonomi dengan berhasil pada lintasan
pembangunan; tetapi jumlah investsai infrastruktur yang besar merupakan syarat mutlak
dalam hal ini.

Rosenstein-Rodan melalui teori Dorongan kuat (big push theory) (Todaro,2000:325;


Jhingan,2003:177; Irawan & Suparmoko, 2002:151) menyatakan bahwa arah industrialisasi
yang cepat sangat diperlukan bagi berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional.

Menurut teori ini, suatu usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran. Karena kalau
suatu usaha untuk menaikkan pendapatan hanya dilakukan secara kecil-kecilan atau dengan
menggunakan kapital yang sedikit hal ini justru hanya akan mendorong pertumbuhan
penduduk. Pertambahan penduduk akan melebihi tambahan pendapatan. Oleh karena itu, agar
tambahan pendapatan melebihi tambahan penduduk maka investasi harus dilakukan secara
besarbesaran. Karena investasi yang dilakukan besar-besaran akan dapat memperoleh
pendapatan yang besar sehingga dapat menghilangkan kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan teknologi yang paling produktif, konsumsi harus ditekan, sehingga
investasi dapat terus ada dan meningkat.

Teori dorongan kuat sangat berkaitan dengan teori dorongan perlahan. Yang mana teori
dorongan perlahan meyakini bahwa usaha yang dilakukan oleh negara terbelakang hendaknya
dilakukan secara perlahan-lahan. Negara yang terbelakang sebaiknya jangan mengadakan
industrialisasi secara cepat, sebab resiko kekeliruan-kekeliruan akan terlalu besar untuk
dipikul oleh negara yang miskin. Teori ini cocok untuk dilakukan di negara sedang
berkembang. Investasi ini hendaknya diusahakan untuk memajukan industri-industri kecil,
pembangunan masyarakat desa dan lain-lain yang menggunakan kelebihan tenaga kerja.
Penggunaan kapital yang banyak diusahakan untuk proyek yang dapat memberikan
keuntungan lebih besar dari kegiatan yang sifatnya padat karya (Labor Intensive).

Lalu kedua teori di atas, mengilhami munculnya dua model pembangunan yaitu
pembangunan seimbang dan pembangunan tidak seimbang.
2. Teori dorongan seimbang dalam kaitan investasi
Teori pertumbuhan seimbang adalah teori ekonomi yang dipelopori oleh ekonom Ragnar
Nurkse (1907–1959). Teori ini berhipotesis bahwa pemerintah negara terbelakang mana pun
perlu melakukan investasi besar di sejumlah industri secara bersamaan. Ini akan
memperbesar ukuran pasar, meningkatkan produktivitas, dan memberikan insentif bagi sektor
swasta untuk berinvestasi.

Nurkse mendukung tercapainya pertumbuhan yang seimbang baik di sektor industri dan
pertanian dalam perekonomian. Dia menyadari bahwa perluasan dan keseimbangan antar-
sektor antara pertanian dan manufaktur diperlukan agar masing-masing sektor ini
menyediakan pasar untuk produk yang lain dan pada gilirannya, memasok bahan baku yang
diperlukan untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor tersebut lainnya.

Nurkse dan Paul Rosenstein-Rodan adalah pelopor teori pertumbuhan seimbang dan
sebagian besar pemahamannya saat ini berasal dari pekerjaan mereka.

Teori Nurkse membahas bagaimana ukuran pasar yang buruk di negara-negara


terbelakang melanggengkan negara terbelakangnya. Nurkse juga telah mengklarifikasi
berbagai faktor penentu ukuran pasar dan menempatkan fokus utama pada produktivitas.
Menurutnya, jika tingkat produktivitas meningkat di negara yang kurang berkembang, ukuran
pasarnya akan meluas dan dengan demikian pada akhirnya bisa menjadi ekonomi yang maju.
Selain itu, Nurkse juga dijuluki pesimis ekspor, karena merasa dana untuk melakukan
investasi di negara-negara terbelakang harus berasal dari dalam negeri sendiri. Tidak ada
kepentingan yang harus diberikan untuk mempromosikan ekspor.

Ukuran pasar menentukan insentif untuk berinvestasi terlepas dari sifat ekonomi. Hal ini
karena pengusaha selalu mengambil keputusan produksi mereka dengan mempertimbangkan
permintaan produk yang bersangkutan. Misalnya, jika produsen mobil mencoba memutuskan
negara mana yang akan mendirikan pabriknya, ia secara alami hanya akan berinvestasi di
negara-negara di mana permintaannya tinggi. Dia lebih suka berinvestasi di negara maju, di
mana meskipun populasinya lebih sedikit daripada di negara-negara terbelakang, orang-
orangnya sejahtera dan ada permintaan yang pasti.

3. Teori dorongan tidak seimbang dalam kaitan investasi


Pertumbuhan yang tidak seimbang adalah jalan alami pembangunan ekonomi. Situasi di
mana negara-negara berada pada satu titik waktu tertentu mencerminkan keputusan dan
perkembangan investasi mereka sebelumnya. Oleh karena itu, setiap saat program investasi
yang diinginkan yang tidak berimbang dengan paket-paket investasi masih dapat memajukan
kesejahteraan. Investasi yang tidak seimbang dapat melengkapi atau memperbaiki
ketidakseimbangan yang ada. Begitu investasi semacam itu dilakukan, ketidakseimbangan
baru kemungkinan akan muncul, yang membutuhkan investasi kompensasi lebih lanjut. Oleh
karena itu, pertumbuhan tidak perlu berlangsung secara seimbang. Pendukung doktrin
pertumbuhan yang tidak seimbang termasuk Albert O. Hirschman, Hans Singer, Paul
Streeten, Marcus Fleming, Prof. Rostov dan J. Sheehan.

Jalur pertumbuhan yang tidak seimbang digambarkan oleh tiga fase: 

a. Yang saling melengkapi


b. Investasi terinduksi
c. Ekonomi eksternal

Hans Singer percaya bahwa program investasi yang diinginkan selalu ada di suatu negara
yang mewakili investasi yang tidak seimbang untuk melengkapi ketidakseimbangan yang
ada. Investasi ini menciptakan ketidakseimbangan baru, membutuhkan investasi
penyeimbang lainnya. Satu sektor akan selalu tumbuh lebih cepat dari yang lain, sehingga
kebutuhan akan pertumbuhan yang tidak seimbang akan terus berlanjut karena investasi harus
melengkapi ketidakseimbangan yang ada. Hirschman menyatakan "Jika ekonomi ingin terus
bergerak maju, tugas kebijakan pembangunan adalah untuk menjaga ketegangan, disproporsi
dan disekuilibrium". Situasi ini ada untuk semua masyarakat, maju atau terbelakang.
DAFTAR PUSTAKA

Endang Mulyani. Edisi Pertama, September 2017: Ekonomi Pembangunan. UNY


Press

Arif, Sritua. (1998). Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan. Jakarta:

CIDES Arsyad, Lincoln. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP

STIM YKPN

Bank Indonesia and Central Planning Bureau Netherlands.(1995). Macro Economic


Research for Indonesia. Jakarta:Bank Indonesia.

Budiono. (1992). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: PBFE.


Djojohadikusumo, Sumitro. (1994).

Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan


Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Kuncoro, Mudrajad. (1997). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Laeyendecker, L. (1991). Tata, Perubahan dan Ketimpangan. Suatu Pengantar


Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia.

Preston, P.W. (1996). Development Theory. An Introduction. Oxford: Blackwell


Publishers Ltd.

Syafrizal. (20080). Ekonomi Regional. Padang: Baduose

Media Arsyad,Lincolin.2010.Ekonomi

Pembangunan.Jakarta:PT Gramedia

Boediono. 2001. Seri Sinopsis PengantarIlmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro.


Edisi ke- 4.Yogyakarta;BPFE

Deliarnov.2015.Perkembangan Pemikiran Ekonomi.Jakarta;PT

Gramedia Dordhaus,Samuelson.2002.Ilmu Makro

Ekonomi.Jakarta;Erlangga Mankiw.2007.Teori-Teori Pertumbuhan

Ekonomi.Jakarta;PT Gramedia Shevalin.2013.Makro


Ekonomi.Jakarta;Erlangga

(Arifin, 2013; Roficoh, 2018; Sardar & Nafik H.R, 2017)Arifin, B. (2013). Ekonomi
Pembangunan Pertanian (Issue 1).

Roficoh, L. W. (2018). Tinjauan Empirik Perkembangan Sistem Ekonomi Syariah di


Eropa. Ijtihad : Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam, 12(1), 44.
https://doi.org/10.21111/ijtihad.v12i1.2547

Sardar, Z., & Nafik H.R, M. (2017). Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam Pada
Karyawan Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 3(5), 391.
https://doi.org/10.20473/vol3iss20165pp391-401

Adawiyah, A. (20116). Implikasi Pendidikan Nonformal Pada Remaja. Jurnal


Equilibrium Pendidikan Sosial, 1-8. detikFinance, A. A. (2017, September 8).

Begini Cara Pemerintah Atasi Masalah Ketimpangan. hal. 1-2. LEARNING, B. U.


(2020, Desember 28).

Pentingnya Pendidikan Berkualitas Demi Tingkatkan SDM yang Handal. hal. 1-2.
Sutrisno, G. d. (2017). Kependudukan dan Ketenagakerjaan . Sumedang: Fakultas
Manajemen Pemerintahan IPDN.

Achmad Firman dan Linda Herlina Fakultas Peternakan Universitas Jatinangor,


Bandung 40600

Anda mungkin juga menyukai