Anda di halaman 1dari 20

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan

Dosen Pengampu : Aryanti Muhtar Kusuma, S.E, M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 03-A5ESR

1. Ervina Dewanti (1820210022)


2. Wulan Nikmah (1820210024)
3. Nita Faturiyah (1820210026)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


TAHUN 2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menjadi negara maju adalah negara yang memperhatikan
pembangunan ekonominya. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan rata
tidaknya kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Negara yang mempunyai
kondisi yang baik tentu juga memiliki perkembangan pembangunan yang
baik. dengan pembangunan ekonomi harapan yang bisa menaikkan taraf
kehidupan masyarakat pada suatu negara.
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak
pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja.
Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di berbagai daerah dalam
mengembangkan sektor sektor ekonomi daerah yang diharapkan dapat
membuka peluang kesempatan kerja lebih banyak. Landasan teoritis yang
memperkuat argumen ini adalah model pertumbuhan Harrod-Domar yang
didasarkan pada prinsip-prinsip neoklasik dengan asumsi bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan indikator adanya kenaikan tingkat kesejahteraan melalui
penciptaan lapangan kerja.
Tujuan utama dari pembangunan ekonomi selain menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, juga mengurangi tingkat
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, tingkat pengangguran, dan menciptakan
kesempatan kerja. Dengan adanya penciptaan kesempatan kerja bagi
masyarakat, diharapkan pendapatan masyarakat akan turut meningkat.
Pendapatan per kapita yang tinggi akan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pula. Nah, jadi kita bisa melihat tingkat keberhasilan dan
ekonomi dengan perkembangan taraf hidup masyarakatnya. Untuk berhasil
atau tidaknya suatu negara dalam pembangunan ekonomi, maka diperlukan
indikator. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang “Indikator
Keberhasilan Pembangunan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembangunan ekonomi?
2. Apa syarat-syarat pembangunan ekonomi?
3. Bagaimana mengukur keberhasilan pembangunan?
4. Apa saja indikator-indikator keberhasilan pembangunan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pembangunan ekonomi.
2. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat pembangunan ekonomi.
3. Untuk mengetahui dan memahami mengukur keberhasilan pembangunan.
4. Untuk mengetahui dan memahami indicator-indikator keberhasilan
pembangunan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth) pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi:
1. Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan
merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau
bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi
dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
2. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang
harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan
perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk
berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena
kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.
3. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang
apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat.
Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami
kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana
alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian
negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut
hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan
ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.1
B. Syarat-Syarat Pembangunan Ekonomi
Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi tidak begitu saja dapat
dilaksanakan, akan tetapi diperlukan beberapa syarat-syarat yang mendukung.
Syarat utama dalam pembangunan adalah adanya Pemerintahan dan Rakyat.
Pembangunan tergantung pada Pemerintah dan rakyat. Pembangunan tidak
dapat berjalan apabila hanya salah satu yang menjalankan. Sehingga
pembangunan pada dasarnya adalah dari rakyat untuk rakyat. Rakyat yang
berdaulat, maka sudah sewajarnya rakyat pulalah yang menikmati hasil-hasil
pembangunan.
Pembangunan yang hanya dijalankan oleh satu pihak atau dipaksakan,
artinya tanpa melibatkan rakyat dalam arti sebenarnya bukanlah model
pembangunan yang ideal. Pembangunan semacam ini dapat terjadi, namun
dalam kondisi dimana sistem Pemerintahannya adalah diktator. Model
pembangunan diktator hanya akan melahirkan penderitaan dan kesengsaraan
rakyatnya, oleh karena itu model pembangunan yang seimbang atau ideal
adalah model pembangunan dengan melibatkan dan didukung penuh oleh
rakyat.

1 Wikipedia, Pembangunan Ekonomi, di akses pada 3 Oktober, 2020.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi.
Dukungan ini dalam bentuk partisipasi rakyat. Jika pembangunan
hanya dilakukan oleh Pemerintah, yaitu mengandalkan sepenuhnya
Pemerintah, maka dapat dipastikan pembangunan tidak akan mencapai sasaran
yang diinginkan, oleh karena itu peran serta masyarakat menjadi sangat
penting.
Penduduk, masyarakat atau istilahnya sumber daya manusia
merupakan aset penting dalam pembangunan, mengingat penduduk sebagai
suatu agent of development, sehingga tidaklah berlebihan bila dikatakan
berhasil tidaknya pembangunan ditentukan oleh sikap penduduk selama proses
pembangunan berlangsung. Ada beberapa faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pembangunan, yaitu :2
1. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara merupakan
anugerah yang perlu disyukuri, sebab tidak semua negara memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan lengkap. Sumber daya
alam seperti hutan dengan segala isinya, hasil pertambangan sudah
sewajarnya digunakan untuk kepentingan dan kemakmuran
masyarakatnya. Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, sumber
daya alam yang memiliki nilai ekonomis tinggi hendaknya tidak
dieksploitasi. Sebab keberadaannya perlu dipikirkan untuk generasi yang
akan datang. Jangan sampai hasil hutan dijarah habis sehingga
mengakibatkan hutan gundul dan pada gilirannya dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor.
2. Akumulasi Modal
Modal atau kapital diperlukan dalam proses pembangunan. Modal
diperlukan guna membiayai proyek-proyek yang dijalankan oleh
pemerintah maupun swasta. Modal dibentuk melalui proses tabungan,
investasi dan akumulasi modal. Modal dapat diperoleh dari dalam negeri,
yaitu melalui penghimpunan tabungan masyarakat maupun dari luar negeri
melalui bantuan luar negeri atau hutang luar negeri dan investasi asing.
3. Organisasi

2 Dwi Susilowati, Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi, ( Jakarta: Rajawali


Pres, 2012), 69-73.
Organisasi atau kumpulan sekelompok masyarakat sebagai tempat
untuk mengorganisir semua kebutuhan masyarakat. Sehingga melalui
organisasi dapat tertampung aspirasi masyarakat yang berkembang terus.
Melalui organisasi masalah-masalah pembangunan dapat dipecahkan
secara bersama-sama dan lebih demokratis.
4. Kemajuan Teknologi
Teknologi akan selalu mengalami perkembangan yang terus
menerus. Kemajuan di bidang teknologi akan membantu dalam proses
pembangunan. Kemajuan di bidang teknologi hanya dimungkinkan oleh
sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pengembangan
sumber daya manusia menjadi hal yang penting. Investasi sumber daya
manusia bukanlah investasi jangka pendek tetapi merupakan investasi
untuk jangka panjang, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat dilihat
dalam sekejap.
Kemajuan suatu bangsa pada saat ini sangatlah ditentukan oleh
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Negara-
negara maju mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap
perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan karena di negara maju
tersedia dana dan sumber daya manusia. Sebaliknya di negara sedang
berkembang dana sangat terbatas dan sumber daya manusia yang dimiliki
sangat terbatas.
5. Pembagian Kerja
Sistem pembagian kerja yang dikemukakan oleh Adam Smith pada
hakikatnya adalah sebagai suatu spesialisasi, dapat meningkatkan kerja
atau produktivitas. Pembagian kerja diperlukan untuk meningkat
ketrampilan dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan melalui
produktivitas yang tinggi. Produktivitas dapat dicapai melalui kerja keras,
disiplin dan ulet. Akan tetapi itu semua belum menjamin pada tingkat
pendapatan yang tinggi. Sebab profesi atau jenis pekerjaan sangat
menentukan tingkat upah yang diterima.
6. Skala Produksi
Pembangunan ekonomi pada hakikatnya adalah proses peningkatan
produksi yang dilakukan oleh masyarakat. Kemampuan untuk
memproduksi barang dan jasa sangat tergantung pada skala produksi yang
dimiliki oleh suatu negara .
7. Faktor Sosial
Kehidupan sosial, politik dan kebudayaan masyarakat di negara
sedang berkembang tidak dapat dilepaskan daerah kehidupan sosial,
politik dan kebudayaan masyarakat internasional, maka sistem sosial
dalam negeri saling berhubungan sistem sosial internasional beserta
dengan organisasi dan peraturan-peraturan pelaksanaan tentang ekonomi
global. Aspek yang terpenting dari kondisi ini adalah munculnya
fenomena dominasi dan dependensi atau ketergantungan di antara negara
maju dengan negara-negara sedang berkembang.
8. Faktor Manusia
Sumber daya manusia sebagai agent of development, pelaksanaan
dan penentu berhasil tidaknya pembangunan. Sumber daya manusia
merupakan faktor produksi dalam proses pembangunan, sehingga bentuk
dan sistem yang ada merupakan produk dari sumber daya manusia yang
dimiliki. Sumber daya manusia yang handal merupakan aset dalam
pembangunan. Permasalahan muncul apabila sumber daya manusia yang
dimiliki sangat terbatas dengan kualitas yang sangat rendah. Di negara
sedang berkembang pada umumnya sumber daya manusia yang dimiliki
melimpah dengan kualitas yang rendah. Dengan kondisi seperti ini jelas
sangat menghambat proses pembangunan.
9. Faktor Politik dan Administrasi
Pengaruh kepentingan dan kekuasaan pada masyarakat negara
sedang berkembang mempunyai segmen yang berbeda-beda. Hal ini
sangat tergantung pada sistem sosial, ekonomi dan sejarah politik yang
dimiliki oleh masing-masing negara sedang berkembang. Pada dasarnya di
negara sedang berkembang peran militer dalam negara sangat kuat. Di
Amerika Latin, kekuasaan negara terdiri dari militer, industrialis dan
pemilik tanah, sedang di Afrika para politikus dan kaum buruh yang
berkuasa.
C. Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pengertian pembangunan itu sangat luas, tidak hanya sekedar proses
peningkatan GNP per kapita saja, tetapi juga bersifat multidimensi yang
mencakup berbagai aspek (ekonomi, sosial, dan politik) dalam kehidupan
masyarakat. Pembangunan ekonomi sering kali didefinisikan sebagai suatu
proses kenaikan pendapatan riil per kapita dalam jangka panjang yang disertai
oleh perbaikan sistem kelembagaan. Jadi, proses kenaikan pendapatan per
kapita secara terus menerus dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita
untuk mengatakan telah terjadi pembangunan ekonomi, tetapi perbaikan
struktur sosial, sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main),
dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga merupakan komponen
penting dari pembangunan ekonomi.
Berdasarkan pengertian tentang pembangunan ekonomi tersebut,
diperlukan suatu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan
ekonomi suatu negara. Manfaat utama dari indikator tersebut adalah agar
dapat digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemajuan pembangunan
atau tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah atau negara dan
mengetahui corak pembangunan setiap negara atau suatu wilayah. Indikator-
indikator tersebut dapat bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik.3
D. Indikator-Indikator Keberhasilan Pembangunan
Berikut ini dibahas beberapa indikator keberhasilan pembangunan
yang dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu: indikator moneter, indikator
nonmoneter, dan indikator campuran.
1. Indikator Moneter
a. Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB
merupakan salah satu indicator makro-ekonomi yang telah lama
digunakan untuk mengukur pertumbuhna ekonomi. Dalam perspektif
makro ekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan

3Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, (Yogyakarta: STIM


YKPN,2010), 11.
manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tampaknya pendapatan perkapita telah menjadi indicator makro
ekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini,
telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga.
Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan
pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).
Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap pengunaan
indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional.
Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan
kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya
ekonomi.4
b. Kelemahan Umum Pendekatan Pendapatan Perkapita
Salah satu kelemahan mendasar dari pendapatan per kapita
sebagai sebuah indikator pembangunan terletak pada
ketidakmampuannya untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat secara utuh. Sering kali adanya kenaikan pendapatan per
kapita suatu negara tidak disertai oleh perbaikan kualitas hidup
masyarakatnya. Sebenarnya, sudah sejak lama ada keraguan pada
konsep pendapatan per kapita sebagai sebuah cerminan dari tingkat
kesejahteraan yang dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat.
Namun, kita harus tetap menyadari bahwa tingkat pendapatan
masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
kesejahteraan mereka, meskipun di samping itu ada beberapa faktor
lain (nonekonomi) yang dinilai cukup penting dalam menentukan
tingkat kesejahteraan mereka.
Beberapa ekonom memandang bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat subyektif. Artinya,
setiap orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara

4 Abd.Rachim, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: Andi offset, 2015), 47.


hidup yang berbeda. Dengan demikian memberikan nilai yang berbeda
pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan
mereka. Ada sekelompok orang yang lebih menekankan pada
akumulasi kekayaan dan tingkat pendapatan yang tinggi sebagai unsur
penting untuk mencapai sebuah kepuasan hidup. Tetapi ada pula
sekelompok orang yang lebih suka untuk menikmati waktu senggang
(leisure time) yang lebih banyak dan enggan untuk bekerja lebih keras
untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi
c. Kelemahan Metodologis Pendekatan Pendapatan per Kapita
Secara metodologis, pendapatan per kapita sebagai indeks yang
menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan antar masyarakat
ternyata memiliki kelemahan. Kelemahan itu timbul karena
pendekatan ini mengabaikan adanya perbedaan karakteristik antar
negara, misalnya struktur umur penduduk, distribusi pendapatan
masyarakat, kondisi sosial-budaya, dan perbedaan nilai tukar (kurs)
satu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Di NSB biasanya proporsi penduduk di bawah umur dan usia
muda relatif lebih tinggi ketimbang di negara-negara maju. Dengan
demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga di kedua
kelompok negara itu tidaklah seburuk seperti yang digambarkan oleh
tingkat pendapatan per kapita mereka. Selain tingkat pendapatan,
distribusi pendapatan merupakan faktor yang cukup penting dalam
menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor ini sering kali
kurang diperhatikan dalam perhitungan tingkat pendapatan per kapita,
karena asumsi pokok yang digunakan dalam konsep pendapatan per
kapita adalah one dollar, one man, yang artinya setiap orang memiliki
proporsi yang sama atas pembentukan pendapatan per kapita.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tingkat
kesejahteraan masyarakat berbeda, meskipun tingkat pendapatan per
kapitanya relatif sama:5

5 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, 15-16.


1. Pola pengeluaran masyarakat. Perbedaan pola pengeluaran
masyarakat menyebabkan dua negara dengan pendapatan per
kapita yang sama belum tentu menikmati tingkat kesejahteraan
yang sama. Misalnya, kita asumsikan ada dua orang dengan tingkat
pendapatan relatif sama, tetapi salah seorang di antaranya harus
mengeluarkan biaya transportasi yang lebih tinggi untuk pergi ke
tempat kerja, harus berpakaian necis, dan sebagainya, sementara
yang satu tidak. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengatakan
bahwa kedua orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan
yang sama tingginya.
2. Perbedaan iklim. Adanya perbedaan iklim juga memungkinkan
timbulnya perbedaan pola pengeluaran masyarakat di negara-
negara maju dan NSB. Masyarakat di negara maju harus
mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mencapai suatu
tingkat kesejahteraan yang sama dengan di NSB. Seperti kita
ketahui, sebagian besar negara maju beriklim dingin dan sebagian
besar NSB beriklim tropis. Oleh karena itu, penduduk negara-
negara maju sering kali harus mengeluarkan uang dalam jumlah
yang besar untuk dapat menikmati “iklim tropis” seperti yang biasa
dinikmati oleh penduduk NSB. Pada musim dingin masyarakat
negara maju harus mengeluarkan tambahan pengeluaran yang
cukup besar untuk biaya pemanasan (heater) di rumahnya, dan
biaya pendingin udara (air-conditioned) di musim panas.
3. Struktur produksi nasional. Adanya perbedaan yang mencolok
pada komposisi sektoral juga akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Suatu masyarakat akan menikmati
tingkat kesejahteraan yang lebih rendah jika proporsi pendapatan
nasional (pengeluaran) yang digunakan untuk anggaran pertahanan
dan pembentukan modal lebih tinggi dibandingkan di negara lain
yang memiliki tingkat pendapatan per kapita yang relatif sama.
2. Indikator Non-Moneter
a. Indikator Sosial
Beckerman dalam International Comparisons of Real Incomes
mengelompokkan berbagai studi mengenai metode untuk
membandingkan tingkat kesejahteraan suatu negara ke dalam tiga
kelompok: (1) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan
di beberapa negara dengan memperbaiki metode yang digunakan
dalam perhitungan pendapatan konvensional. Usaha ini dipelopori oleh
Colin Clark dan selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis
(1956), (2) kelompok yang membuat penyesuaian dalam perhitungan
pendapatan nasional dengan mempertimbangkan adanya perbedaan
tingkat harga di setiap negara, dan (3) kelompok yang membandingkan
tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan pada data yang tidak
bersifat moneter (nonmonetary indicators), seperti jumlah kendaraan
bermotor, tingkat elektrivikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk
yang bersekolah, dan sebagainya. Usaha ini dipelopori oleh Bennet.
Menurut Beckerman dari berbagai metode di atas, metode yang
digunakan oleh Gilbert & Kravis adalah metode yang paling sempurna.
Pada metode ini, dilakukan perbaikan pada metode perhitungan
pendapatan konvensional dengan menggunakan data pendapatan
nasional dari masing-masing negara. Dengan studinya, mereka
membandingkan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara di
kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Mereka melakukan perhitungan
kembali pada pendapatan asional negara-negara di kawasan Eropa
berdasarkan atas tingkat harga di Amerika Serikat. Dengan kata lain,
nilai produksi negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat di
nilai dengan tingkat harga yang sama. Kesimpulan dari studi yang
dilakukan Gilbert & Kravis adalah bahwa perbedaan tingkat
pendapatan per kapita antara penduduk negara-negara di kawasan
Eropa dan Amerika Serikat tidaklah sebesar seperti yang ditunjukkan
oleh perbedaan tingkat pendapatan per kapita mereka yang dihitung
menurut metode konvensional.
Namun, metode ini memerlukan data yang lengkap dan sering
kali data yang diperlukan dalam estimasi tidak tersedia di NSB. Oleh
karena itu, Beckerman mengemukakan metode lain dalam
membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara
yaitu dengan menggunakan data yang bukan bersifat moneter. Metode
ini dinamakan Indikator Nonmoneter yang Disederhanakan (modified
non-monetary indicators).
Menurut metode ini, tingkat kesejahteraan dari setiap negara
ditentukan oleh beberapa indikator berdasarkan pada tingkat konsumsi
atau jumlah persediaan beberapa jenis barang tertentu yang datanya
dapat dengan mudah diperoleh di NSB. Data tersebut adalah:
a. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg).
b. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton).
c. Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.
d. Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.
e. Jumlah persediaan telepon dikalikan 10.
f. Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan.
g. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha lain dalam menentukan dan membandingkan tingkat
kesejahteraan antar negara dilakukan pula oleh United Nations
Research
Institute for Social Development (UNRISD), sebuah badan PBB yang
berpusat di Jenewa pada tahun 1970. Dalam studinya, UNSRID
menggunakan 18 indikator yang terdiri dari 10 indikator ekonomi dan
8
indikator sosial yaitu:
1. Tingkat harapan hidup.
2. Konsumsi protein hewani per kapita.
3. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
4. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan.
5. Jumlah surat kabar.
6. Jumlah telepon.
7. Jumlah radio.
8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk
atau lebih.
9. Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian.
10. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air,
kesehatan, pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.
11. Persentase tenaga kerja yang memperoleh gaji atau upah.
12. Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) yang berasal dari
industri-industri manufaktur.
13. Konsumsi energi per kapita.
14. Konsumsi listrik per kapita.
15. Konsumsi baja per kapita.
16. Nilai per kapita perdagangan luar negeri.
17. Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian.
18. Pendapatan per kapita Produk Nasional Bruto (PNB).
b. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan
untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks
ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran
tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan
ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh
terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks
ini dihitung berdasarkan kepada :
1. Angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun
2. Angka kematian bayi
3. Angka melek huruf.
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian
bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat
kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan
kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek
huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses
pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan
kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga
akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya.6
3. Indikator Campuran
a. Indikator Susenas Inti
Pada tahun 1992, Biro Pusat Statistik (BPS) mengembangkan
suatu indikator kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas
Inti (Core Susenas). Indikator Susenas Inti ini merupakan indikator
"campuran" karena terdiri indikator sosial dan ekonomi. Indikator
Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek
huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2. Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
3. Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik,
sanitasi, dan kualitas tempat tinggal.
4. Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah
jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
5. Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan
ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran,
dan penggunaan alat kontrasepsi.
6. Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita.
7. Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun.
8. Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata
per tahun.
9. Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar,
jumlah radio, dan jumlah televisi.7
b. Indeks Pembangunan Manusia
Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program
(UNDP) mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang
kini dikenal sebagai Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human
Development Index). Nilai IPM ini diukur berdasarkan tiga indikator

6 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, 20-22.


7 Abd Rachim, Ekonomi Pembangunan, 50-51.
sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf,
dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas daya beli.Sama
seperti IKH, IPM ini juga digunakan untuk melakukan pemeringkatan
terhadap kinerja pembangunan berbagai negara di dunia. Berdasarkan
indeks IPM-nya, negara-negara di dunia ini dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:
1. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang
rendah (low human development), bila memiliki nilai IPM antara 0
sampai 0,50.
2. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia
menengah (medium human development), bila memiliki nilai IPM
antara 0,50 sampai 0,79.
3. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang
tinggi (high human development), bila memiliki nilai IPM antara
0,79 sampai 1.8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara.
2. Syarat-Syarat Pembangunan Ekonomi

8 BPS, Indeks Pembangunan Manusia, (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2009), 9-11.
Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi tidak begitu saja
dapat dilaksanakan, akan tetapi diperlukan beberapa syarat-syarat yang
mendukung. Syarat utama dalam pembangunan adalah adanya
Pemerintahan dan Rakyat. Pembangunan tergantung pada Pemerintah
dan rakyat. Pembangunan tidak dapat berjalan apabila hanya salah satu
yang menjalankan. Sehingga pembangunan pada dasarnya adalah dari
rakyat untuk rakyat. Rakyat yang berdaulat, maka sudah sewajarnya
rakyat pulalah yang menikmati hasil-hasil pembangunan.
3. Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pengertian pembangunan itu sangat luas, tidak hanya sekedar
proses peningkatan GNP per kapita saja, tetapi juga bersifat
multidimensi yang mencakup berbagai aspek (ekonomi, sosial, dan
politik) dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi sering
kali didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan riil per
kapita dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan. Jadi, proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus
menerus dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk
mengatakan telah terjadi pembangunan ekonomi, tetapi perbaikan
struktur sosial, sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan
main), dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga merupakan
komponen penting dari pembangunan ekonomi.
4. Indikator-Indikator Keberhasilan Pembangunan
Berikut ini dibahas beberapa indikator keberhasilan pembangunan
yang dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu: indikator moneter,
indikator nonmoneter, dan indikator campuran.

B. Saran
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa makalah ini tentu
belumlah sempurna dan masih banyak kesalahan sera kekurangan. Maka
dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran, dan pesan
kepada orang yang berkompeten dibidangnya khususnya Ibu Aryanti
Muhtar Kusuma, S.E, M.Si. Selaku Dosen Pengampu agar bisa kami jadikan
bahan evaluasi dan evaluasi sehingga kedepannya kami dapat mengerjakan
tugas yang sejenis dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Abd.Rachim, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: Andi offset, 2015.


Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. Yogyakarta: STIM
BPS. Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta: Badan Pusat Statistik,2009.
Rajawali Pres, 2012.
Susilowati, Dwi. Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
YKPN,2010.
Wikipedia. Pembangunan Ekonomi. -3 Oktober, 2020.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai