165120601111007
26
ABSTRAK
1
1 Pendahuluan
2
berdasarkan tiga dimensi yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir, angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli. Indikator
angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf
penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan terakhir
indikator daya beli mengukur standar hidup.
Dalam hal ini pembangunan manusia tidak lah lepas dari pertumbuhan
ekonomi, sebagian pendapat berkeyakinan akan pemikiran yang berkesimpulan
bahwa hampir semua menganggap pembangunan identik dengan pertumbuhan
ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan pembangunan. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung
dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam
masyarakat. Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran.
3
2 Pembahasan
2.1 Gambaran Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
4
tersebut sangatlah jauh bila dibandingan dengan DKI Jakarta. Diantara provinsi-
provinsi di Indonesia, Pronvinsi Papualah yang paling kecil Indeks Pembangunan
Manusianya.
5
puskesmas, meningkatkan tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat di
setiap kecamatan di Provinsi Papua.
2.2 Perkembangan IPM Papua Tahun 2010 2015 (Papua, 2016)
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi
penduduk (enlarging peoples choice). IPM menjelaskan bagaimana penduduk
dapat mengakses hasil pembangunan antara lain dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, IPM merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun
kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM diperkenalkan oleh UNDP
pada tahun 1990 dan metode penghitungan IPM direvisi pada tahun 2010. BPS
mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun
2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a
long and healthy life); pengetahuan (knowledge); dan standar hidup layak
(decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan dengan
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), yaitu jumlah tahun yang diharapkan
dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola
angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Dimensi pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan
Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya
(tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah
formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Sementara itu, standar hidup layak digambarkan oleh pengeluaran
per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan
paritas daya beli.
6
pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Papua terus mengalami
kemajuan selama periode 2010 hingga 2015. IPM Papua meningkat dari 54,45
pada tahun 2010 menjadi sebesar 57,25 di tahun 2015. Selama periode tersebut,
IPM di provinsi paling timur Indonesia ini rata-rata tumbuh sebesar 1,01 persen
tiap tahunnya. Meskipun nominal IPM Papua terus meningkat setiap tahunnya,
namun pertumbuhannya selama periode 2010-2015 terus melambat. Pada
periode 2010-2011, IPM Papua tumbuh 1,04 persen dan sempat mengalami
pertumbuhan 1,25 persen pada periode 2013-2012. Namun kemudian
pertumbuhannya terus melambat hingga pada periode 2014-2015, IPM Papua
hanya tumbuh 0,88 persen. Dengan nilai IPM yang masih berada di bawah 60,
pembangunan manusia Papua masih berstatus rendah.
57.25
56.75
56.25
55.55
55.01
54.45
7
Pada periode 2014 hingga 2015, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan
pembangunan manusia paling cepat (top movers), yaitu Provinsi Nusa Tenggara
Barat (1,36 persen), Jawa Timur (1,19 persen), dan Sulawesi Barat (1,17 persen).
Kemajuan pembangunan manusia di NTB dan Sulawesi Barat utamanya
didorong oleh peningkatan dimensi pendidikan, sementara di Jawa Timur lebih
dikarenakan perbaikan standar hidup layak. Sementara itu, kemajuan
pembangunan manusia di Maluku (0,48 persen), Kepulauan Riau (0,47 persen),
dan Kalimantan Utara (0,18 persen) tercatat paling lambat di Indonesia selama
tahun 2014-2015. Untuk Papua, meskipun menjadi satu-satunya provinsi dengan
klasifikasi IPM rendah, namun pertumbuhannya sebesar 0,88 persen menempati
peringkat ke-21 dari 34 provinsi.
8
(1)
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
9
Pertama, pembangunan kesehatan merupakan investasi negara
khususnya dalam menopang peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), bersama dengan pendidikan dan pendapatan perkapita.
Untuk itu, sebagai investasi, orientasi pembangunan kesehatan harus
lebih didorong pada aspek-aspek promotif dan preventif tanpa
melupakan aspek kuratif rehabilitatif.
10
peduli. Hal ini dilakukan agar setiap masyarakat, khususnya masyarakat
Papua mempunyai sifat gotong royong atau kerja sama dan mempunyai
rasa kemanusiaan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama.
B.Dimensi Pengetahuan
11
(SDM) yang profesional, handal dan berkompeten. Maka dari itu, perlu
ditingkatkan kualitas dari pendidikan itu sendiri. Seperti fasilitas modern
dan memadai, akses yang mudah dan tenaga pendidik yang memenuhi
standar. Sehingga dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia yang
profesional, handal dan memenuhi standar.
12
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(KemenPANRB) serta pemerintah daerah setempat. Tujuannya adalah
melakukan pemerataan pelayanan pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia, khususnya di Papua, melalui pendistribusian tenaga pendidik
atau guru.
13
Papua adalah sebesar 9,95 tahun. Ini berarti anak-anak usia 7 tahun
memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus
SMP.Sementara itu, hingga tahun 2015, secara rata-rata penduduk
Papua usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas
5 SD. Meskipun RLS Papua masih rendah, namun angkanya terus
meningkat dimana secara rata-rata tumbuh 1,39 persen setiap tahunnya
selama periode 2010 hingga 2015. Pertumbuhan positif ini merupakan
modal penting dalam membangun kualitas masyarakat Papua yang lebih
baik.
14
kapita penduduk Papua senilai Rp6,47 juta per tahun. Selama lima tahun
terakhir, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat ratarata
meningkat sebesar Rp43,60 ribu setiap tahunnya.
15
Gambar 4.IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Status Pembangunan
Manusia Provinsi Papua Tahun 2015
: Rendah
(< 60)
: Sedang
(60 70)
: Tinggi
(70 80)
Nduga dengan IPM hanya sebesar 25,47 menjadi kabupaten dengan IPM
terendah di Papua. Dilihat menurut komponen pembentuk IPM, nilai setiap
komponen tersebut di Kabupaten Nduga juga menjadi yang paling rendah
dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Papua. Nilai tiap komponen IPM tahun
2015 di Nduga yaitu: AHH saat lahir sebesar 53,60 tahun yang berarti tiap bayi
yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga usia 53,60 tahun; HLS
16
sebesar 2,17 tahun yang berarti anak-anak usia 7 tahun di Ndua memiliki
peluang untuk bersekolah hanya selama 2,17 tahun atau hanya sampai kelas 2
SD; angka RLS sebesar 0,64 tahun yang berarti penduduk Nduga usia 25 tahun
ke atas secara rata-rata hanya menempuh pendidikan 0,64 tahun atau tidak
tamat kelas 1 SD; dan angka pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan
2012) hanya Rp3,63 juta per tahun.
17
Pegunungan Bintang (3,12 persen), dan Lanny Jaya (2,08 persen)3. Kemajuan
pembangunan manusia di ketiga kabupaten tersebut didorong oleh peningkatan
dimensi pendidikan. Program-program pendidikan yang dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan pendidikan di Papua antara lain, program GGD dimana
pemerintah mengalokasikan setidaknya 3500 guru untuk mengajar di provinsi
Papua, program Afirmasi pendidikan menengah (Adem) yaitu adalah program
afirmatif bagi pemuda Papua untuk bisa melanjutkan pendidikan di Jawa atau
Bali dan program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal). Program-program tersebut cukup bermanfaat bagi masyarakat
karena dampat meningkatkan kualitas dari manusia itu sendiri, dimana program-
program tersebut dapat meningkatkan pembangunan manusia dalam bidang
pendidikan.
18
3 Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Di tingkat nasional, IPM Indonesia tahun 2015 adalah 69,55 atau masih
berada dalam status sedang seperti tahun sebelumnya. Menurut
komponennya, Angka Harapan Hidup saat lahir adalah 70,78 tahun;
Harapan Lama Sekolah adalah 12,55 tahun; Rata-rata Lama Sekolah
adalah 7,84 tahun; dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan sebesar
Rp10,15 juta per tahun.
2. Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih
berstatus rendah yang ditunjukkan dengan angka Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang masih di bawah 60. Meskipun demikian,
pembangunan manusia di Papua terus mengalami kemajuan yang
tercermin dari terus meningkatnya IPM Papua.
3. Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM Papua
juga mengalami kenaikan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang hidup
hingga 65,09 tahun, meningkat 0,25 tahun dibandingkan tahun
sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah
selama 9,95 tahun, naik 0,01 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah
menempuh pendidikan selama 5,99 tahun, meningkat 0,23 tahun
dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan
(harga konstan 2012) masyarakat sebesar Rp6,47 juta per tahun, naik
Rp52,44 ribu dibandingkan tahun sebelumnya.
4. Dalam bidang kesehatan, pemerintah melalui kementrian kesehatan telah
merancang agenda dalam upaya meningkatkan kesehatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Papua yang berada di
daerah-daerah terpencil. Sehingga dapat mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak.
5. Dalam bidang Pendidikan, pemerintahan Jokowi-JK telah membuat
program-program guna meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
sehingga dapat menghasilkan SDM yang diharapkan. Program-program
tersebut yaitu, GDD, Adem dan SM3T
6. Dalam bidang Standar Hidup Layak (Ekonomi), pemerintah telah
berupaya menginkatkan standar hidup yang layak untuk masyarakat
Papua dengan cara meningkatkan 7,5% UMP Papua pada tahun 2015
19
3.2 Saran
1. Pemerintah, masyarakat dan swasta harus berkerja sama dalam
meningkatkan IPM di Indonesia
2. Masyarakat harus berpartisipasi dan berkontribusi dalam meningkatkan
IPM baik di daerah maupuan secara nasional
3. Pemerintah harus lebih memperhatikan daerah yang pencapaian Indeks
Pembangunan Manusianya rendah, seperti yang terjadi di Provinsi
Papua
4. Pemerataan pelayanan kesehatan, seperti dokter-dokter dan alat-alat
kesehatan di daerah-daerah terpencil yang ada di provinsi Papua
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil di Papua
agar tidak kalah dengan pelayanan kesehatan di kota-kota besar
6. Pemertaan pendidikan di daerah-daerah terpencil di Papua guna
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
7. Meningkatkan standar guru, infrastruktur, fasilitas di setiap sekolah,
terkhusus di daerah terpencil Papua
8. Memberikan reward atau penghargaan untuk pelajar yang berprestasi di
provinsi Papua
9. Membuat program jangka panjangan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di pronvisi Papua
10. Meningkatkan standar hidup layak bagi masyarakat papua, terutama
yang berada di desa dan perdalaman.
11. Meningkatkah Upah Minimum Pronvisi (UMP) guna terpenuhinya
kebutuhan hidup layak terhadap setiap masyarakat di Papua
References
Indonesia, K. K. (2014, November 12). MENKES SAMPAIKAN AGENDA PEMBANGUNAN
KESEHATAN 2015-2019. Retrieved from depkes:
http://www.depkes.go.id/article/print/14112700004/menkes-sampaikan-agenda-
pembangunan-kesehatan-2015-2019.html
Papua, B. (2016, Juni 15). Berita Resmi Statistik. Retrieved from BPS Provinsi Papua:
papua.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20160615101238.pdf
20
RI, S. N. (2015, Desember 30). Membangun Papua Melalui Pendidikan. Retrieved from presidenri:
http://www.presidenri.go.id/pendidikan/membangun-papua-melalui-pendidikan.html
21
22