Anda di halaman 1dari 5

Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengertian Pengeluaran pemerintah, yaitu merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) atau Anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD). dimana Setiap tahunnya ke berbagai sektor atau bidang dengan tujuan untuk
mensejahtrakan rakyat/masyarakat melalui bermacam-macam program yang telah dibuat.
Pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta. (Suparmoko, 1998).

Infrastruktur Penggerak Roda Perekonomian

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan
swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah.

Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal
productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.

Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses
kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro
ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar
tenaga kerja.

Peran vital infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi telah dibuktikan oleh kesuksesan
berbagai program ekonomi yang bertumpu pada infrastruktur, diantaranya program New Deal oleh
Presiden Roosevelt, pada saat resesi di Amerika Serikat tahun 1933, yang dengan meningkatkan
pembangunan infrastruktur secara signifikan, telah memberikan dampak positif meningkatkan
ekonomi dan lebih 6 juta penduduk dapat bekerja kembali.

Prioritas pembangunan infrastruktur 2015 bagi Indonesia menjadi satu keniscayaan dalam menjaga
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing menghadapi MEA 2015, mengingat Indonesia
masih jauh tertinggal dalam anggaran untuk fungsi ekonomi dibandingkan Malaysia dan Thailand
yang telah mencapai diatas 20 persen dari total anggaran belanja, sementara di Indonesia masih
berkisar 8-9 persen.

Anggaran untuk fungsi ekonomi ini tercermin dari belanja modal, salah satunya untuk
infrastruktur, dengan adanya pengembangan infrastruktur yang masif di tahun 2015, kita tentunya
berharap seluruh wilayah di Indonesia akan semakin terintegrasi secara ekonomi, sehingga biaya
logistik di Indonesia dapat diturunkan dan disparitas harga dapat ditekan, sekaligus menaikkan daya
saing ekonomi Indonesia.

Seluruh pemangku kepentingan seyogyanya dapat terus meningkatkan sinergitasnya mendukung


pembelanjaan infrastruktur yang fokus, dan mampu mendorong sektor lain untuk tumbuh, seperti
untuk infrastruktur energi, pangan, dan konektivitas daerah.

Belanja infrastruktur harus menekankan efisiensi, artinya pengurangan porsi belanja yang digunakan
untuk persiapan dan pengadaan dan lebih besar porsi belanja pembangunan fisik. Keterbatasan
pembiayaan yang dimiliki pemerintah dibandingkan dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan
infrastruktur menuntut adanya upaya melibatkan partisipasi swasta, sehingga perlu didorong
berkembangnya spirit pemerintahan marketer dalam memfasilitasi integrasi pemerintah dan swasta
melalui skema public-private partnership mulai dari perumusan program, penganggaran hingga
penyediaan infrastruktur.

BELANJA INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI JEMBATAN GANTUNG JUDESA

Teknologi ini merupakan teknologi terkait jembatan untuk menyelesaikan masalah aksesibilitas
masyarakat desa dengan menyediakan infrastruktur jembatan sederhana. Keunggulan teknologi ini
adalah tipe jembatan asimetris dengan pondasi yang hanya di satu sisi. Teknologi yang cocok
diterapkan sebagai penghubung desa yang terisolir dan diharapkan mampu menjadi penghubung antar
desa atau kawasan terpencil yang dipisahkan oleh kondisi alam seperti sungai, lereng, bukit, ataupun
jurang.

JudesA merupakan salah satu inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Puslitbang Jalan dan
Jembatan Balitbang PUPR. Teknologi ini memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya sangat
cocok diterapkan di kawasan pedesaan, yaitu pelaksanaannya yang cepat, fleksibel dan ekonomis.
Dengan menggunakan sistem pembangunan satu arah, yaitu dengan konsep flying fox, menggunakan
tali untuk penyeberangan dalam proses pembangunannya. Material jembatan dibuat prefabrikasi dan
sistem komponen jembatan modular yang membuat konstruksinya lebih mudah dipasang.
Pemasangannya pun dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat. Dari segi keamanannya,
JudesA didukung oleh dua sistem kabel semi independen, di mana kabel utama dan sistem lantainya
menahan gaya lateral, sehingga jika salah satu kabel mengalami kegagalan maka kabel lainnya saling
menguatkan.
Bagi wilayah-wilayah desa yangterisolir dikarenakan medan yang terpencil dan di perbukitan.
Maka, solusinya agar wilayah tersebut tak terpinggirkan, dan ekonomi masyarakat juga bisa berjalan
maka infrastruktur jembatan sederhana ini, patut dikedepankan.

Pemerintah daerah pun tak terlalu mengeluarkan anggaran terlalu besar untuk membuka akses
antara desa yang satu dengan desa yang lainnya. Keunggulan dari sistem ini, material pre pabrikasi
yang dapat disiapkan dan bisa secepatnya dikirim ke lokasi yang dituju, sistem jembatan modular
untuk kemudahan pembangunan dengan swadaya masyarakat.
Metode konstruksi satu arah atau dari sisi satu sungai (untuk membuka jalur perintis dan
pengangkutan material menyeberangi sungai). Tentunya, dengan penggunaan tiang tunggal yang
dapat mengurangi biaya material struktur jembatan. Hal ini juga dapat mengurangi komponen sistem
pengaku ikatan angin menggunakan sistem struktur lantai yang monolit yang cukup kaku terhadap
gaya lateral. Sedangkan untuk bentang jembatan 80–120 meter persegi dapat digunakan integrasi 2
(dua) buah sistem jembatan asimetris (asimetris ganda). Harganya pun relatif murah yakni 15 juta–20
juta permeter untuk wilayah pulau Jawa.

Penerapan teknologi ini di luar Jawa pertamakali adalah pembangunan Jembatan gantung yang
menghubungkan Desa Siru dan Wae Wako. Replikasi perdana teknologi Balitbang PUPR pertama di
luar Pulau Jawa ini dilakukan di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (Puslitbang KPT).
Jembatan Teknologi JudesA ini diperuntukkan bagi pejalan kaki ataupun pesepeda motor dengan
bentang panjang 62 meter lebar 1,8 meter dan mampu menahan beban 300 kg/m2. Jembatan ini
bertipe Asimetris atau menggunakan satu pilon, dengan waktu pelaksanaan 120 hari kalender
(termasuk pembuatan bangunan atas).
Keberadaan jembatan gantung JudesA di Kecamatan Lembor ini sangat dirasakan manfaatnya
oleh penduduk Desa Siru dan Desa Wae Wako. Masyarakat Desa Wae Wako mengaku bersyukur
dengan adanya Judesa dikarenakan perjalanan yang ditempuh menjadi lebih singkat dan aman. Hal ini
membuktikan bahwa JudesA mampu mempercepat akses menuju tempat pendidikan, sarana kesehatan
dan lokasi kerja para petani.

IMPLEMENTASI JUDESA SEBAGAI TEKNOLOGI MENYELESAIKAN MASALAH


AKSESIBILITAS MASYARAKAT DESA.

Dalam kurun waktu 2015-2018, Kementerian PUPR telah membangun sebanyak 164 jembatan
gantung di antaranya merupakan Jembatan Gantung untuk Desa Asimetris (JudesA). Pada tahun 2019
terdapat percepatan pembangunan, sehingga jembatan gantung baru yang akan dibangun sebanyak
167 unit yang tersebar di seluruh pelosok di tanah air dengan alokasi sebesar Rp.658 milyar pada
Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Sedangkan Pemerintah daerah, khususnya desa akan lebih
sigap menampung aspirasi warga yang terisolir, apalagi kini telah dianggarkan secara khusus melalui
dana desa hingga 1 (satu) milliar per desa dari Kementerian Desa, Pembangunan DaerahTertinggal,
dan Transmigrasi Republik Indonesia. Artinya desa-desa di seluruh Indonesia mempunyai anggaran
tersendiri untuk menata pembangunan di wilayah perdesaan masing-masing sesuai skala prioritas,
yang dapat langsung digunakan oleh warga. Jika pembangunan jembatan gantung menjadi prioritas
maka implementasi pembangunan jembatan gantung dapat dianggarkan melalui dana desa tersebut.

Penulis:
Faisal Syarifuddin
Editor:
Markus Haposan, Tiara Putri

Sumber Data:
Direktorat Jenderal Anggaran, Kemenkeu
Ditjen Bina Marga PUPR
Balitbang PUPR

Sumber Foto:
Ditjen Bina Marga PUPR
Balitbang PUPR

Anda mungkin juga menyukai