Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN KASUS POSISI

KOMPETISI CONTRACT DRAFTING

PEKAN HUKUM NASIONAL 2023

Pada era triple disruption, yakni disrupsi tentang society 5.0 dan
digitalisasi, milenial, serta dampak pandemi COVID-19, hukum dan
masyarakat sebagai suatu sistem yang terbuka harus siap menghadapi
tantangan untuk menemukenali solusi. Langkah yang dapat ditempuh adalah
melakukan pembaharuan hukum, yang sebelumnya bersifat stagnan menjadi
hukum yang reformatif, reorientatif, dan reformulatif. Pembaharuan hukum
memegang peran strategis dalam pembangunan negara terutama di bidang
perekonomian karena hukum dapat memberikan kepastian usaha dan
investasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat empat faktor keberhasilan
pengembangan dunia usaha di negara berkembang seperti Indonesia, yaitu
stabilitas ekonomi makro, perdagangan internasional, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan iklim yang kondusif penanaman modal atau
investasi dalam negeri maupun luar negeri untuk menyelesaikan beberapa
masalah ekonomi, krisis dan tantangan yang dihadapi suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang sempat lesu pasca pandemi
COVID-19 harus menjadi titik kesadaran bagi negara untuk melihat bahwa
carut marut keadaan negara mempengaruhi berbagai aspek termasuk
pembangunan infrastruktur. Jika dalam masa pemulihan ekonomi
permasalahan infrastruktur tidak diselesaikan, justru hal ini akan menjadi
bumerang bagi negara karena ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu
pondasi penting dalam laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hubungan tak
terpisahkan antara kedua hal tersebut juga menjadi titik kesadaran bahwa
negara harus melakukan langkah pemerataan pembangunan daerah sebagai
visi yang harus diwujudkan oleh Indonesia di tahun 2045. Infrastruktur
memiliki posisi penting bagi keberlangsungan kegiatan penduduk suatu
wilayah, baik itu berupa kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan
suatu wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur biasanya akan
memiliki tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik sehingga apabila
infrastruktur terus dikembangkan maka akan memberi dampak positif bagi
pembangunan ekonomi nasional.
Pada era globalisasi saat ini, laju perkembangan dan alih teknologi
memicu kebutuhan mobilisasi masyarakat dan logistik secara lebih masif
dan cepat. Dalam hal ini dukungan infrastruktur sangat diperlukan guna
menjamin lancarnya aktivitas masyarakat. Salah satu infrastruktur penunjang
dalam masifnya mobilisasi masyarakat adalah jalan tol. Tidak hanya dapat
meningkatkan konektivitas antar wilayah, pembangunan jalan tol juga dapat
mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sebab arus distribusi
barang dan jasa akan jauh lebih efisien, sehingga berdampak pada stabilnya
harga barang dan jasa yang turut berimplikasi pada tumbuhnya
perekonomian negara. Total panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia
sejak 1978 hingga 2024 direncanakan sepanjang 3531,5 km. Berdasarkan
Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada
2019 setidaknya pembangunan jalan tol telah mencapai 1.461 KM, dan
hingga 2024 target pembangunan jalan tol yaitu 2.500 KM.
Infrastruktur jalan tol merupakan salah satu prasarana perhubungan
darat yang memiliki peran penting dalam distribusi barang dan jasa serta
mobilitas untuk masyarakat dan sektor ekonomi lainnya sehingga
pembangunan jalan tol berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Dalam mendukung kemudahan akses transportasi darat di
seluruh Indonesia, pemerintah telah mengembangkan proyek strategis
nasional berupa pembangunan jalan tol. Sejauh ini, infrastruktur jalan tol di
Indonesia masih terus dibangun dan dikembangkan. Pembangunan jalan tol
diharapkan dapat mendukung kemudahan akses melalui penyediaan
infrastruktur jalan yang memadai.
Sebagai pulau terbesar kedua di Nusantara dengan populasi mencapai
59,978 juta jiwa pada tahun 2022, Sumatera memiliki peran penting dalam
perekonomian negara Indonesia. Pada tahun 2018, Sumatera menyumbang
21,58% produk domestik bruto (PDB) Indonesia, terbesar kedua setelah
Jawa, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu, kemajuan dan
keberlanjutan perekonomian Sumatera sangat penting untuk memastikan
stabilitas dan pertumbuhan di kawasan tersebut. Jika pertumbuhan terhenti,
perkembangan daerah sekitarnya pun akan terhambat. Dengan demikian,
Sumatera menjadi salah satu pulau di Indonesia yang membutuhkan
pembangunan infrastruktur yakni pembangunan jalan tol, dengan total target
jalan tol yang beroperasi pada tahun 2020-2024 sepanjang 1.667,18 km. 4
Melalui pembangunan tersebut, diharapkan dapat membangkitkan ekonomi
Sumatera terutama untuk menyumbang PDB nasional dan mendukung
terciptanya Asian Highway Network yang telah disepakati pada forum
United Nations di Shanghai, China.
Jalan Lintas Nasional Bireuen-Takengon merupakan salah satu ruas
jalan yang padat di Nangroe Aceh Darussalam sebab merupakan satu-
satunya jalan penghubung antara Kota Banda Aceh, kabupaten Pidie dan
Bireuen ke Kota Takengon, Aceh Tengah. Meskipun saat ini jalan nasional
tersebut sudah terdiri atas dua jalur, namun pada hari-hari libur nasional,
kemacetan di ruas jalan tersebut belum mampu terhindarkan. Kemacetan
yang terjadi dalam ruas jalan tersebut sebetulnya sangat berbahaya
menimbang sering terjadi tanah longsor dan kondisi kontur jalan yang tidak
rata. Hal demikian membuat keindahan alam dan kekayaan akan hasil kopi
yang mendunia yang menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk
mengunjungi Kota Takengon, Aceh Tengah menjadi terhambat. Oleh karena
itu, perlu adanya pembangunan jalur alternatif berupa jalan tol guna
memperlancar arus barang dan jasa dari dan ke Takengon, Aceh Tengah
untuk mendayagunakan kekayaan alam daerah tersebut. Hal demikian untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat sebab berdasar data Badan Pusat
Statistik, Provinsi Aceh merupakan Provinsi termiskin di Sumatera. Hal
tersebut menjadi sebuah ironi sebab kekayaan alam yang ada pada Provinsi
Aceh tidaklah sedikit dan bahkan banyak yang sudah mendunia, seperti Kopi
Gayo. Namun, realitas menunjukkan bahwa kekayaan alam tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal guna mensejahterakan masyarakat Aceh,
terkhusus lagi Takengon, Aceh Tengah yang memiliki ikon kopi mendunia.
Selain itu, waktu tempuh perjalanan dari Bireuen menuju Takengon
dan sebaliknya membutuhkan waktu 4 jam. Sementara dengan adanya jalan
tol Bireuen-Takengon, waktu tempuh dapat dipangkas menjadi 2 jam
perjalanan. Kurangnya akses jalan raya yang memadai sepanjang kawasan
Bireuen-Takengon juga membuat perjalanan menjadi terhambat dan dapat
membahayakan pengguna jalan. Permasalahan lain adalah hanya terdapat
satu pintu utama akses darat untuk memasuki wilayah Takengon, apabila
perjalanan berasal dari Kota Banda Aceh, kabupaten Pidie dan Bireuen.
Namun, sering terjadi tanah longsor pada musim penghujan di kawasan
tersebut sehingga menghambat distribusi logistik yang akan berakibat pula
pada roda perekonomian. Oleh sebab itu, pembangunan Jalan Tol Bireuen-
Takengon sangat diperlukan karena memiliki dampak yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat daerah sana.
Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (“BPJT”) kemudian
mulai mencanangkan pembangunan Jalan Tol Bireuen-Takengon dengan
informasi sebagai berikut:
1. Proyek: Pembangunan Jalan Tol

2. Nilai Proyek: Rp25.000.000.000.000,- (dua puluh lima triliun rupiah)

3. Target Penyelesaian: Tahun 2026

4. Lokasi Proyek: Kabupaten Bireuen-Kota Takengon, Provinsi Aceh


sepanjang 79,57 kilometer
5. Tanggal lelang dibuka: 21 Juni 2023

6. Syarat lelang: Badan Usaha (Konsorsium)

7. Tanggal pengajuan proposal terakhir: 23 Agustus 2023

Proyek Pembangunan Jalan Tol Bireuen-Takengon yang akan


dilakukan sepanjang Kabupaten Bireuen-Kota Takengon, Provinsi Aceh
dengan beberapa tahapan, yaitu:
1. Persiapan pengusahaan
a. Prastudi kelayakan finansial
b. Studi kelayakan/ feasibility study
c. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
2. Pengadaan tanah
3. Penyusunan mekanisme pengusahaan jalan tol
4. Perencanaan teknis
5. Pelaksanaan konstruksi
6. Masa pemeliharaan kontraktor
Dalam proses persiapan pengadaan Badan Usaha Jalan Tol, BPJT telah
menandatangani Perjanjian Regress dengan PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (PT PII). Kemudian, pelelangan pengusahaan jalan tol dilakukan oleh
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dengan membuka tender kepada Badan Usaha
Jalan Tol (BUJT) yang kemudian dimenangkan oleh suatu Konsorsium Dharma
Wijaya yang beranggotakan PT Lenggana Priaka (35%), PT Jaya Wijaya (25%),
PT Seraya Gema (20%), PT Tungga Dharma (15%), dan PT Mulia Wicaksana
(5%) berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
PB.03.09-Mn/2110 tanggal 15 September 2023. Pengusahaan Jalan Tol
kemudian dilakukan oleh PT Lenggana Bireuen Takengon (“PT LBT”) sebagai
badan usaha yang dibentuk konsorsium pemenang lelang tersebut. Pada tanggal
26 September 2023, PT LBT dan BPJT menandatangani Perjanjian Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha tentang Pengusahaan Jalan Tol yang pekerjaannya
terdiri atas perencanaan, pembangunan, pembiayaan, pengoperasian,
pemeliharaan, dan penyerahan Jalan Tol.
Kemudian, pada 29 September 2023, BPJT dan PT LBT menandatangani
Perjanjian Kerjasama Pengawas Independen dengan PT Tembalang Sakti selaku
Konsultan Pengawas Independen (“KPI”) dalam rangka mengawasi
pelaksanaan Proyek Jalan Tol Bireuen-Takengon. Selain itu, PT LBT juga
mempersiapkan dokumen pengadaan badan usaha untuk melaksanakan
engineering, procurement, dan construction yang merupakan bagian dalam
Perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Kemudian, PT LBT
membuka tender pada tanggal 2 Oktober 2023 untuk melaksanakan
pembangunan Jalan Tol yang diikuti oleh beberapa konsorsium kontraktor,
yakni sebagai berikut:
No. Nama Konsorsium Komposisi Konsorsium Persentase
Kepemilika
n Saham
Konsorsium
1. KARYA MANGGALA PT Jenggala Nirmala, Tbk. 45%
PT Bara Utama 30%
PT Ayodya Karya 25%
TOTAL 100%
2. SUMATERA SWAKARYA PT Wangsa Jatmika 40%
Stonelight Dilux, Ltd. 15%
PT Adhi Meraki 45%
TOTAL 100%
3. BUMI WIYATA PT Renjana Abadi 45%
Xianping Construction 30%
Engineering, Ltd
PT Karya Karsa 25%
TOTAL 100%
Setelah dilakukan penyeleksian berkas administrasi peserta konsorsium
oleh Qualified Bidders dari kegiatan pembukaan lelang (open tender) tersebut,
PT LBT menerbitkan penetapan pemenang yang berupa Surat Penetapan
Pemenang Pelelangan Pembangunan Jalan Tol Bireuen Takengon Nomor:
35/BUJT/L/LBT/2023 pada tanggal 18 Oktober 2023 yang menyatakan
konsorsium kontraktor BUMI WIYATA sebagai pemenang lelang proyek
pembangunan infrastruktur Jalan Tol Bireuen-Takengon. Perlu diketahui
komposisi dari konsorsium tersebut adalah 3 (tiga) perusahaan yang memiliki
latar belakang serta kapabilitas yang linier dengan bidang Infrastructure,
Engineering, Procurement, Construction.
PT Renjana Abadi (RA) merupakan ketua konsorsium yang usahanya
bergerak di bidang pengelolaan usaha, pemeliharaan, dan pengadaan jaringan
jalan tol yang berkedudukan di Jl. Warnabhumi No. 55, Kecamatan Cempaka
Putih, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Dengan Akta Pendirian Nomor 57
tanggal 22 April 1990 yang ditandatangani oleh Agus Widodo SH., M.H.,
M.Kn., selaku Notaris di Kota Jakarta Pusat.
Kemudian, Xianping Construction Engineering, Ltd (XC) merupakan
badan usaha jasa konstruksi asing (BUJKA) yang bergerak di bidang jasa
konstruksi dengan spesialisasi konstruksi jalan dan bangunan. XC sebagai
BUJKA mendirikan kantor perwakilan yang berkedudukan di Jl. Kertawangsa
No. 14, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat.
Selanjutnya, perusahaan yang terakhir yaitu PT Karya Karsa (KK) yang
merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa konstruksi, pengembangan
dan penyedia jasa jalan tol yang berkedudukan di Jl. Hargomulyo No. 89,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Dengan Akta Pendirian
Nomor 98 tanggal 7 Juli 2003 yang ditandatangani oleh Hendra Supomo SH.,
M.Kn., selaku Notaris di Kota Batu.
Selanjutnya, Konsorsium yang memenangkan Tender yaitu BUMI
WIYATA sepakat untuk mendirikan suatu entitas baru, yaitu Perseroan Terbatas
dengan nama PT. Baroena Permata Mandiri (yang selanjutnya disebut sebagai
BPM) sebagai Perusahaan EPC Contractor yang bertujuan dalam hal konstruksi
dan infrastruktur seperti kemudahan dalam pengurusan dan alur koordinasi
internal para pihak dalam konsorsium selama proses konstruksi. Pendirian
tersebut merupakan bentuk itikad baik para pihak dalam pelaksanaan
pembangunan proyek jalan tol, pembagian komposisi setoran modal dan
tanggung jawab hukum, upaya untuk memudahkan komunikasi, dan
pengambilan keputusan antara kedua belah pihak.
Adapun, kesepakatan tersebut merupakan hasil perundingan bersama
yang diselenggarakan pada tanggal 7 November 2023 dalam rangka
pembentukan perjanjian pembangunan jalan tol. Setelah pembentukan PT BPM,
pada tanggal 15 November 2023 disepakati Memorandum of Understanding
(MoU) antara PT BPM dengan PT LBT terkait perjanjian pembangunan jalan tol
dengan skema Engineering, Procurement, and Construction.
Lebih lanjut, PT LBT sebagai BUJT yakni badan hukum yang bergerak
di bidang pengusahaan jalan tol bersama-sama dengan PT BPM selaku entitas
baru hasil konsorsium yang memenangkan tender kemudian melaksanakan
penandatanganan perjanjian pembangunan jalan tol pada tanggal 17 November
2023 yang merupakan tindak lanjut dari adanya MoU yang telah disepakati
sebelumnya.
Pembangunan Jalan Tol Bireuen-Takengon sepanjang 79, 57 KM
dibangun menggunakan skema kontraktual berupa FIDIC Silver Book,
dengan gambaran umum terdiri sebagai berikut:
1. Jalan layang (elevated)

2. On/Off Ramp

3. Pelebaran jalan arteri

4. Jalan sejumlah tiga lajur per arah

5. Fasilitas penyeberangan jalan

Tahap pembangunan jalan tol dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun dari


tahun 2023 hingga 2026. Mengingat pembangunan Jalan Tol Bireuen-
Takengon merupakan konstruksi kelanjutan dari pembangunan lintas Jalan
Tol Trans Sumatera, nilai pendanaan yang dibutuhkan cukup besar yakni
berkisar Rp10.000.000.000.000 (sepuluh triliun rupiah). Skema pembiayaan
berdasarkan tahap konstruksi:
Tahap Pembangunan Tahap Pembangunan Nilai Konstruksi

1 2023-2024 Rp4.500.000.000.000,-
(Empat triliun lima ratus miliar
rupiah)

2 2024 - 2025 Rp3.500.000.000,-


(Tiga triliun lima ratus miliar
rupiah)

3 2025-2026 Rp2.000.000.000,-
(Dua triliun rupiah)

TOTAL Rp10.000.000.000.000,-
(Sepuluh triliun rupiah)

Dengan skema pembiayaan dan besar nilai konstruksi tersebut untuk


mendukung pendanaan konstruksi skema kerjasama pemerintah dan badan
usaha diwujudkan dalam pembiayaan kredit perbankan yang diajukan oleh
PT LBT selaku BUJT. PT LBT mengajukan peminjaman dana ke Bank
Mandiri. Skema pembiayaan pada Proyek ini bersumber dari fasilitas kredit
sebesar 70% dari nilai kontrak dan ekuitas milik PT LBT sebesar 30% dari
nilai kontrak dengan 20% dari ekuitas milik PT LBT digunakan sebagai
uang muka untuk proses berjalannya Proyek pembangunan jalan tol.
Oleh karena besarnya kredit yang diajukan, maka untuk
meminimalisir risiko, Bank Mandiri selaku arranger dan leader manager
participant melakukan sindikasi bersama beberapa bank nasional. Bank
peserta dan besaran pembiayaan sebagai berikut:

PT Bank Central Asia Tbk Rp3.500.000.000.000,00

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Rp3.000.000.000.000,00

PT Bank Negara Indonesia Tbk Rp1.000.000.000.000,00

PT Bank Tabungan Negara Tbk Rp500.000.000.000,00


PT Bank Mandiri Tbk Rp2.000.000.000.000,00
Kemudian terdapat security agent dalam skema pembiayaan ini
adalah Bank Negara Indonesia. Dengan demikian, pembagian nilai kontrak
adalah sebagai berikut:

Nilai Kontrak
Rp14.200.000.000.000
(empat belas triliun dua ratus miliar rupiah)

Fasilitas Kredit (70%) Ekuitas (30%)

Rp10.000.000.000 Rp4.200.000.000
(sepuluh triliun rupiah) (empat miliar dua ratus juta rupiah)

Masa konstruksi ditargetkan berhasil dari tahun 2023 sampai 2026


dengan masa pemeliharaan selama 1 (satu) tahun setelah masa konstruksi
selesai sehingga diharapkan masa kerja sama dengan kreditur selama 15
(lima belas) tahun dengan masa tenggang (grace period) selama 1 (satu)
tahun dapat terselesaikan.
Berdasarkan narasi diatas delegasi diharapkan untuk membuat
kontrak EPC (Engineering, Procurement, and Construction) dengan standar
FIDIC Silver Book. Penyelesaian permasalahan dapat disesuaikan dengan
kreativitas masing-masing delegasi dengan tetap memperhatikan peraturan
perundangan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai