Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur pada umumnya dan jalan dan
jembatan pada khususnya terdapat beberapa isu strategis lintas sektor yang dihadapi,
diantaranya peraturan perundang-undangan, kelembagaan, pembebasan lahan,
pendanaan dan penentuan prioritas. Koordinasi dan komunikasi masih diperlukan untuk
mencapai harmonisasi peraturan antara bidang infrastruktur dan non-infrastruktur terkait
(seperti kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan). Kementerian/Lembaga
dalam hal ini Kementerian PUPR membutuhkan peningkatan kapasitas kelembagaan
untuk optimalisasi tata kelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas
Sumber Daya Manusia.
Peran penyelenggaraan jalan dan jembatan dalam mewujudukan pengembangan
wilayah dilaksanakan dalam konteks pengurangan kesenjangan antar wilayah
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan terkait. Upaya dalam melaksanakan
penyelenggaraan jalan dan jembatan yang terintegrasi lintas sektor dan lintas wilayah
merupakan tantangan yang sejalan dengan target dalam RPJMN.
Sesuai dengan RPJMN 2020-2024 arah kebijakan nasional Ditjen Bina Marga antara
lain:
1. Pembangunan Jalan harus memberikan dampak ekonomi dan dampak positif
yang jelas untuk kawasan pariwisata, industri, pertumbuhan kota baru, dan
kawasan khusus akan menjadi prioritas pembangunan terlebih dahulu;
Capaian kondisi jalan pada periode tahun 2015-2019 adalah kondisi kemantapan
jalan nasional sebesar 93,95% (untuk total panjang jalan nasional 38.569 Km) dan
utilitas jalan nasional 97,56 Milyar Kendaraan Km. Namun demikian, terdapat
penambahan panjang jalan nasional dari jalan daerah dan jalan strategis nasional
rencana yang mengakibatkan total panjang jalan nasional menjadi 47.017 Km,
sehingga kemantapan pada tahun 2015 menurun menjadi 86 persen. Sedangkan untuk
panjang jalan daerah sampai tahun 2019 mencapai panjang 463.399 Km (data
RPJMN 2015-2019) dengan tingkat kemantapan mencapai 70% dan untuk Jalan
Kabupaten/Kota mencapai 59%.
Pada akhir tahun 2019, kondisi kemantapan jalan nasional sudah mampu mencapai
94%. Selain itu, peran infrastruktur khususnya infrastruktur jalan memiliki peran yang
sangat signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing
perekonomian suatu negara. Infrastruktur tidak hanya berfungsi sebagai barang modal
yang secara langsung dapat menghasilkan produksi (Economic Directly Productive
Capital), tapi juga barang modal yang menjadi landasan bagi perekonomian yang
secara tidak langsung dapat menghasilkan atau meningkatkan proses produksi, seperti
fasilitas transportasi dan irigasi (Economic Overhead Capital), serta sebagai sarana
penting bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang secara tidak langsung
bermanfaat dalam usaha menghasilkan atau meningkatkan produksi (Social
Overhead Capital). Selanjutnya infrastruktur jalan juga berperan sangat penting
sebagai tulang punggung (backbone) dalam pergerakan ekonomi dan daya saing
nasional. Percepatan penyediaan infrastruktur jalan yang berkualitas menjadi salah
satu upaya bagi Indonesia untuk dapat keluar dari negara middle income trap.
Selain itu, pembangunan infrastruktur, termasuk jalan, merupakan salah satu
formula handal dalam percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengentasan kemiskinan. Infrastruktur jalan dapat membuka akses terhadap
kesempatan kerja, pelayanan, investasi, serta dapat menjadi pendorong
perputaran/siklus kegiatan ekonomi, khususnya kegiatan ekonomi lokal.
Indonesia tercatat masih belum bersahabat dengan dunia usaha. Menurut laporan
World Bank, posisi Indonesia dalam peringkat kemudahan berusaha (Rankings
of the Ease of Doing Business) hanya mampu menempati peringkat ke-73.
Penilaian ini salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur dasar,
khususnya transportasi, selain indikator lain seperti prosedur dan administrasi. Hal ini
tidak lepas dari tingginya biaya logistik di Indonesia, yang mana rata-rata rasio biaya
logistik terhadap PDB masih pada kisaran 24%.
Meskipun kondisi jalan nasional sudah mencapai tingkat kemantapan yang relative
tinggi, kondisi jalan daerah belum mampu mendukung fungsi jalan nasional. Tingkat
kemantapan jalan daerah masih pada kisaran 70%. Padahal, sebagai sebuah system
jaringan, jalan daerah memegang peran yang tidak kalah penting dari jalan nasional.
Kondisi ini menjadi salah satu penyebab kurang baiknya kinerja jaringan jalan
di Indonesia, yang mengakibatkan permasalahan-permasalah seperti waktu tempuh
yang cukup lama serta tingginya biaya logistik.
Selain itu, backlog pengembangan jaringan jalan tol masih cukup tinggi, yang
berakibat pada expressway density rendah, yaitu sekitar 0,05 Km/1.000 penduduk.
Pembangunan jalan tol masih terhambat masalah pengusahaan, pengadaan lahan,
dan kelembagaan. Disamping itu, mutu dan kemantapan jalan belum seragam dan
kerusakan jalan akibat beban berlebih juga masih terjadi, sementara keselamatan jalan
dan kelaikan fungsi jalan dituntut untuk lebih ditingkatkan.
Kondisi Jalan Nasional Tahun 2015 -2019 (Capaian & Strategi Kebijakan)
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Jaringan Jalan Tahun Anggaran 2015 – 2019
Tabel D.1 Ruas Jalan Nasional Provinsi NTB (Kepmen PUPR 248/KPTS/M/2015)
Long Segment merupakan penanganan preservasi jalan dalam batasan satu panjang
segmen yang menerus (bisa lebih dari satu ruas) yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendapatkan kondisi jalan yang seragam yaitu jalan mantap dan standar
sepanjang segmen.
D. PERALATAN PEMELIHARAAN
a. 1 fleet UPR : dump truck, flat bed truck, baby roller, asphalt sprayer, compressor,
asphalt cutter (cold milling), jack hummer.
b. Grass cutter, chainsaw.
c. Peralatan rambu, cone, rambu peringatan,
dll. d. Motor grader, wheel loader
.
D. LAPORAN DAN SURVEY
Di Indonesia ada sekitar 16.962 buah jembatan (ekivalen 325.5 km) yang terletak di
Ruas Jalan Nasional, dimana 77% diantaranya merupakan jembatan dengan panjang
bentang kurang dari 20 m. Sesuai UU 38 Tahun 2004 tentang jalan, dinyatakan
bahwa jalan (termasuk jembatan) sebagai bagian dari sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan
wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah.
Sehingga jembatan perlu mendapat penanganan yang sama pentingnya dengan
jalan. Adapun bagan alir perencanaan teknik jembatan dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Selain hal tersebut di atas, diperlukan juga kegiatan untuk menjaga agar jembatan
yang sudah ada dapat melayani kebutuhan lalu-lintas secara maksimal dan
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan, sehingga diperlukan
pemeliharaan bagi jembatan yang sudah ada tersebut, atau pembangunan jembatan
baru pada daerah- daerah terpencil dalam rangka pengembangan wilayah. Salah
satunya dengan melakukan pemeriksaan jembatan.
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Berkala
i) Operation, penggunaan prasarana jalan dan jembatan yang telah terbangun oleh
pengguna sesuai dengan fungsinya.
1) Turut serta dan berperan aktif dalam pelaksanaan pembinaan teknik dan
administrasi kepada petugas di Bidang Perencanaan dan Pemantauan.
d) Bila data survai dan investigasi lengkap dan akurat, maka untuk setiap
permasalahan teknis yang ada, konsultan dapat memberikan tanggapan
dan mengembangkan berbagai alternatif rekomendasi penanganan yang
sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan dan/atau batasan-batasan yang ada
e) Salah satu komponen indikator SPM yang cepat berubah adalah data kondisi
jalan, akibat pengaruh cuaca, drainase, dan beban lalu lintas. Data kondisi
jalan ini dikumpulkan oleh P2JN secara periodik dua kali setiap tahun. Data
kondisi jalan ini sangat mempengaruhi pada komponen kecepatan tempuh.
Sementara komponen mobilitas dan konektifitas dapat berubah akibat
adanya kegiatan pembangunan jalan.
jalan
NTB.
a) Konsultan harus selalu memliki akses informasi terkait isu-isu penting dalam
penyelenggaraan Preservasi dan Peralatan jalan dan jembatan, dan
informasi termutakhir kemajuan pekerjaan
c) Berdasarkan data inventory dan data kondisi jalan, serta sasaran dan prioritas
penanganan pada Renstra, Konsultan menyiapkan indikasi program
penanganan jaringan jalan untuk program tahun anggaran 2022.
diperoleh.
17) Membuat notulen dan membantu penyiapan draft berita acara dalam setiap
rapat
BPJN NTB yang menjadi tugas semua Bidang.
Saat ini berkembang dengan faslitas pembacaan target dan pencatatan data
secara digital sehingga tidak perlu lagi pencatatan manual yang berpotensi
terjadinya kesalahan data, baik dari sisi pembacaan maupun pencatatan.
GPS yang terbaru mempunyai ketelitian yang sangat tinggi dalam membaca
titik koordinat di muka bumi, sehingga dengan adanya alat ini, maka tidak perlu
lagi pelaksanaan pengikatan terhadap titik tetap yang biasanya berada jauh dari
lokasi survey dan harus melewati rute yang sulit untuk mencapainya.
Alat pengukur jarak sudah berkembang sedemikian canggih sehingga tidak perlu
lagi menggunakan rol meter yang mempunyai kelemahan dalam hal ketelitian dan
waktu pelaksanaan serta tenaga pelaksana.
4. Kamera Digital
Dengan berkembangan kamera untuk pengambilan foto yang saat ini sudah
tidak menggunakan film lagi, maka pengambilan foto-foto dokumentasi dapat
dilakukan dengan mudah dan hasilnya dapat langsung dilihat, sehingga kesalahan
pengambilan gambar dapat dihindarkan yang berimbas pada efisiensi waktu.
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini, maka software yang paling dominan
dalam pemakaian mencakup software untuk pengolah data berupa data base dan
software untuk olah gambar baik dalam bentuk bitmap maupun raster.
2. Internet
Disamping itu dengan kemudahan pertukaran data ini, maka komunikasi dengan
pengguna jasa akan semakin mudah, sehingga setiap progress baik yang bersifat
adminstratf maupun teknis bisa segera dikomunikasikan tanpa membuang waktu
dan tenaga.
D.3. APRESIASI
Konsultan akan terbuka pada semua aspek yang terkait dengan adanya inovasi
baru sebagai dampak dari perkembangan teknologi yang pada ujungnya akan
mengarah pada efisiensi dan efektifitas serta keakuratan hasil pekerjaan.
Untuk itu selama inovasi itu memberi manfaat yang lebih baik dari metode
pelaksanaan yang selama ini ada dan tidak meninggalkan azas efisiensi, efektifitas
dan akurat serta tidak meninggalkan hal penting yaitu dari sisi kelayakan terkait dengan
penggunaan dana, maka konsultan akan mengaplikaskan dengan tetap berkoordinasi
dengan pihak-pihak terkait yang bisa memberikan rekomendasi bahwa inovasi tersebut
sudah teruji, dan layak untuk diaplikasikan.
KEPALA
Kepala BPJN
BBPJN
PENYEDIA JASA
KONS KMP
PENYEDIA
(Fungsi IA)
JA SA BANTEK
NTB
KALIMANTAN
SELATAN
PENYEDIA JASA
KONTRAKTOR
(Fungsi Pelaksana &
QC)
Menguraikan tugas, tanggung jawab dan wewenang seluruh fungsi yang ada di
dalam struktur organisasi Tim Pelaksana kegiatan diuraikan sebagai berikut:
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas realisasi keuangan dan
keluaran/output regional yang dilaksanakan
sesuai rencana kerja yang ditetapkan dalam
DIPA;
Bertanggung jawab kepada kepala satuan kerja.
Wewenang :
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas tercapainya hasil
kegiatan;
Bertanggung jawab atas terlaksananya tiap-tiap
rapat.
Wewenang :
Melaksanakan tindakan sesuai keputusan PPK
yang berkaitan dengan produk Konsultan
Manajemen BPJN NTB.
4. Tenaga Ahli Tugas :
Melaksanakan kegiatan sebagaimana telah
diamanatkan dalam Kerangka Acuan Kerja
sesuai dengan bidang keahliannya
Tanggung Jawab :
Menjamin bahwa amanat KAK dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Wewenang :
Mendampingi dan memberikan rekomendasi
sesuai dengan bidang keahliannya sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja.
Dimasa pandemi seperti saat ini, penggunaan anggaran harus diperhatikan dengan
sangat serius. Setiap dana yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan
dan dimanfaatkan dengan maksimal. Adanya Covid-19 membuat kebutuhan akan
infrastruktur kesehatan menjadi meningkat pesat. Banyak proyek-proyek yang harus
dilaksanakan oleh Kementerian PUPR dengan cepat. Hal tersebut menimbulkan banyak
celah untuk melakukan kecurangan. Kecurangan-kecurangan yang terjadi harus bisa
ditekan hingga menjadi seminimal mungkin. Oleh karena itu, Early Warning System perlu
diterapkan. Early Warning System (EWS) merupakan sebuah sistem yang telah
diaplikasikan dalam berbagai bidang, mulai dari bidang geologi, kesehatan, ekonomi,
dll. EWS sangat berguna untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi di
masa depan.
Pada tanggal 22 Juni 2021 diadakan Rapat Kerja Kementerian PUPR untuk membahas
arahan Presiden Joko Widodo pada Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern
Pemerintah tahun 2020. Presiden mengarahkan agar dalam melaksanakan kegiatan
harus dilakukan dengan cepat, tepat, transparan, dan akuntabel. Sasaran yang dituju
harus tepat dan memaksimalkan outcome untuk seluruh rakyat. Early warning system
harus dibangun agar mencegah kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi. Pihak-
pihak yang masih bandel, ada niat korupsi maupun ada mens rea, harus ditindak dengan
keras.
Ir.Widiarto, selaku Inspektur Jenderal, menjadi pembicara pada rapat kerja yang diadakan
Kementerian PUPR. Dalam rapat tersebut Inspektur Jenderal membahas mengenai
hasil Survey Penilaian Integritas (SPI) oleh KPK. Dari hasil survey tersebut didapat
Indeks SPI PUPR adalah 74,36, masih dibawah rata-rata Indeks SPI
Kementerian/Lembaga sebesar
78,43. Menurut hasil survey, 50% responden expert berpendapat bahwa rendahnya
indeks SPI disebabkan oleh adanya konflik kepentingan yang masih sering terjadi,
40% berpendapat hal tersebut disebabkan masih adanya suap, sedangkan dari
responden pegawai 40% mengatakan bahwa sosialisasi anti korupsi yang telah
dilaksanakan tidak efektif.
Menindaklanjuti arahan Presiden, dalam rapat kerja tersebut juga dibahas mengenai
temuan-temuan yang ada pada Kementerian PUPR serta tindak lanjutnya. Temuan-
temuan tersebut terjadi karena masih adanya conflict of interest, kelemahan
pengendalian internal, dan kurangnya pemahaman aturan/ketentuan. Selain itu juga
beban kerja yang tinggi dan tumpang tindih tugas serta tanggung jawab juga menjadi
penyebab adanya temuan.
Pada tahun 2019 terdapat 477 materi pengaduan dari masyarakat. 44% dari
total pengaduan tersebut merupakan pengaduan pemilihan penyedia. Dari total 477
materi pengaduan tersebut, hanya 12% yang terbukti. Pada tahun 2020, data
hingga Mei terdapat 124 pengaduan dan 13 kasus sudah terbukti. Pengaduan paling
banyak adalah tahap lelang. Dari pengaduan yang terbukti pada tahun 2020 tersebut,
terdapat 45 ASN yang direkomendasikan untuk mendapat sanksi hukuman disiplin.
Kontrak Long Segment untuk Preservasi Jalan Berdasarkan (Surat Edaran Direktur
Jenderal Bina Marga No 9 Tahun 2015), Kontrak Long Segment merupakan
penanganan preservasi jalan dalam batasan satu panjang segment yang menerus (bisa
lebih dari satu ruas) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan
dengan seragam yaitu jalan mantap dan standar sepanjang segment.
Ruang lingkup dari pekerjaan dalam kontrak Long Segment terdiri dari beberapa
lingkup pekerjaan yang dimuatkan dalam satu peket kontrak kerja yaitu pekerjaan
pelebaran jalan (menuju standar), rekonstruksi jalan, rehabilitasi jalan, pemeliharaan
preventif jalan, pemeliharaan rutin jalan, dan pemeliharaan rutin jembatan. Dan
untuk setiap jenis pekerjaan yang termuat dalam satu paket kontrak kerja memiliki
setiap jenis kegiatan penanganan yang berbeda - beda sesuai yang terdapat di
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) No 13/PRT/M/2011 tentang tata cara
pemeliharaan dan penilikan jalan.
3) Inspeksi Formal :
Tujuan utama, agar Direksi Teknis dan PPK dapat memverifikasi data pendukung
dalam pengajuan pembayaran dan untuk memberikan persetujuan atas
MC. Dijadwalkan oleh PPK mengacu pada jadwal inspeksi tingkat layanan yang
disusun oleh Manajer Kendali Mutu (QCM) penyedia jasa, dan dilaksanakan :
a) Setiap akan melakukan pengajuan tagihan pembayaran, secara bersama -
sama oleh penyedia jasa, PPK dan Direksi Teknis.
b) Data pemenuhan tingkat layanan serta kemajuannya untuk mendukung
pengajuan pembayaran harus didasarkan pada laporan mingguan yang sudah
terverifikasi.
c) Akumulasi laporan mingguan dalam bulan bersangkutan akan diverifikasi
oleh Direksi pekerjaan, dan dibuat berita acara hasil verifikasi sebagai
dasar perhitungan pemotongan pembayaran pada MC sebagai
konsekuensi dari keterlambatan pemenuhan tingkat layanan jalan.
jika penyedia jasa tidak dapat memenuhi semua indikator kinerja pada pekerjaan
jalan, maka akan dikenakan sanksi keterlambatan dalam memenuhi tinggkat
layananan jalan tersebut. Dan dihitung dengan mengunakan rumus metodenya yang
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2) Inspeksi Formal :
Tujuan utama, agar Direksi Teknis dan PPK dapat memverifikasi data pendukung dalam
pengajuan pembayaran dan untuk memberikan persetujuan atas MC. Dijadwalkan
oleh PPK mengacu pada jadwal inspeksi tingkat layanan yang disusun oleh Manajer
Kendali Mutu (QCM) penyedia jasa, dan dilaksanakan :
a) Setiap akan melakukan pengajuan tagihan pembayaran, secara bersama - sama
oleh penyedia jasa, PPK dan Direksi Teknis.
b) Data pemenuhan tingkat layanan serta kemajuannya untuk mendukung
pengajuan pembayaran harus didasarkan pada laporan bulanan yang sudah
terverifikasi.
c) Kemudian dibuat berita acara hasil verifikasi yang dapat digunakan sebagai
perhitungan pemotongan pembayaran prestasi pekerjaan, dari keterlambatan
pemenuhan indicator kinerja jembatan (jika ada).
Untuk pemenuhan indikator kinerja pada jembatan dalam kontrak long segment
hampir sama dengan pemenuhan indikator kinerja jalan yaitu, jika penyedia jasa
tidak dapat memenuhi semua indikator kinerja pada pekerjaan jembatan, maka
akan dikenakan sanksi keterlambatan dalam memenuhi tinggkat layananan jembatan
tersebut. Hanya saja yang membedakan antara sanksi keterlambatan pemenuhan
tinggkat layanan jembatan dan jalan adalah dalam sanksi keterlambatan pemenuhan
tingkat layanan pada jalan, jika terdapat ada kecacatan jalan dalam satu segment
setiap 100 meter, maka penyedia jasa tidak memenuhi indikator kinerja jalan dan
akan dikenakan sanksi, sedangkan untuk indikator dalam pemenuhan tingkat layanan
jembatan, jika terdapat ada panjang jembatan yang cacat dalam unit bentang atau span
jembatan, maka penyedia jasa akan dikenakan sanksi, karena tidak memenuhi
indikator dalam pemenuhan tingkat layanan jemabatan. Dan untuk lebih jelas
bagaimana cara memperhitungkan sanksi denda keterlambatan pada indikator
pekerjaan jembatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.