Anda di halaman 1dari 13

EKONOMI PUBLIK

SAP 10
Penentuan Harga Barang Publik

KELAS C1
Nama Kelompok:

Desak Ayu Nyoman Melayanti (1707511095)

Putu Nanda Haribawani (1707511097)

Ni Nyoman Desy Mas Hendrawati (1707511099)

I Putu Sanpala Dharma Mahendra (1707511101)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2018
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam tugas ini membahas mengenai Penentuan Harga Barang Publik.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.

Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Denpasar, 1 November 2018

Penyusun
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Penentu Harga Barang Publik : Struktur Biaya Menurun

Penentuan harga barang publik oleh pemerintah sangat tergantung dari tujuannya, yang
dimana memiliki tujuan :

 Dengan tujuan untuk menutupi biaya pengadaan jasa/barang publik :

1. Secara umum , pemerintah tidak akan menjaul jasanya kepada masyarakat,


meskipun pemerintah berkewajiban untuk menyediakan jaga tersebut kepada
masyarakat
2. Pemerintah menyediakan jasa kepada masyarakat tanpa harus membayar
3. Hal ini bukan berarti bahwa penyediaan jasa public tidak menimbulkan biaya
4. Dalam beberapa kasus, proses politik sangat diperlukan untuk menentukan :
- Berapa jumlah barang public yang harus di sediakan oleh pemerintah
- Bagaimana implikasinya terhadap distribusi biaya yang akan menjadi
tanggung jawab para individu tersebut
 Dengan tujuan untuk mengatur perekonomian agar lebih efisien :
1. Alasan mengapa pemerintah harus terlibat dalam penentuan harga barang untuk
meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya dan keadilan dalam distribusi
pendapatan
2. Biasanya perusahaan hanya akan mempertimbangkan manfaat pribadi dalam
menentukan berapa banyak barang yang harus disediakan sehingga kesempatan
tersedia barang di pasar sangat kecil dan hrag bisa dinaikkan
 Kebijakan harga oleh pemerintah biasanya mencakup tindakan – tindakan yang
diperlukan agar pasar bekerja lebih baik, terdapat perbaikan dalam arus informasi,
monopoli perdagangan dapat di kurangi, Terdapat batasan bagi perusahaan –
perusahaan baru yang masuk ke dalam pasar.

Dalam diagram 11.1 ditunjukkan bahwa seorang pengusaha yang mempunyai tujuan
keuntungan maksimum akan berproduksi pada MC = MR, yaitu tingkat outpu OX 1 dan harga
OH1 (=AX1).
Bagi seluruh perekonomian, tingkat produksi yang efisien terjadi pada OX 2, yaitu
pada AR = MC. Besarnya biaya marginal(MC) menunjukkan biaya penggunaan sumber
ekonomi yang di perlukan untuk menambah satu unit produksi, sedangkan AR menunjukkan
harga yang mau dibayarkan oleh konsumen. Tingkat produksi OX2 jauh lebih besar
dibandingkan denganOX1 dan perbedaan harganya pun menjadi sangat besar. Oleh karena itu,
untuk barang – barang public yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebaiknya produksi
barang – barang tersebut ditangani langusng oleh pemerintah. Kasus biaya menurun ini
terjadi karena satu perusahaan besar mampu menyediakan suatu barang kepada seluruh
masyarakat dengan biaya yang lebih murah. Industry biaya menurun ini juga disebut sebagai
monopoli alamiah (natural monopoly), misalnya perusahaan air minum, pos, kereta api, dan
sebagainya. Penanganan produksi barang tersebut oleh pemerintah menimbulkan dua
alternative produksi, pa OX3 atau OX2. Apabila pemerintah menetapkan produksi sebesar
OX3 maka harga yang ditetapkan sebesar CX3 dan pemerintah tidak mendapatkan ;aba atau
mengalami kerugian (penerimaan total = biaya total), tetapi produksi sebesar OX3 tetap bukan
merupakan output yang efisien. Penentuan tingkat produksi yang efisien akan menyebabkan
pemerintah menderita kerugian, karena harga per unit yang dikenakan harga sebesar OH2
(=CX2) sedangkan biaya per unit untuk memproduksi barang sebesar OX 2 x DE . untuk
menutup deficit tersebut pemerintah dapat menempuh beberapa cara, yaitu dengan pajak,
pungutan, atau dengan melakukan diskriminasi harga. Kebaikan dan keburukan masing –
masing cara untuk menutup deficit akan dibalas pada bagian berikut ini.

2.1 Peraturan Pemerintah


Penyediaan barang-barang publik yang dibutuhkan oleh pemerintah menimbulkan
persoalan karena barang barang tersebut tidak dapat dijual kepada seorang konsumen saja
atau karena tidak efisien. Disini akan dibahas mengenai barang publik yang dapat dipungut
suatu harga pada barang tersebut, akan tetapi pemungutan harga atas penyediaan barang
tersebut tidak dilaksanakan melalui mekanisme pasar. Kasus ini terlihat pada suatu industri
yang mempunyai struktur biaya menurun dimana untuk industri tersebut sebetulnya
mekanisme pasar dapat dipakai untuk menentukan harga, tetapi harga yang terjadi menjadi
sangat tinggi dan jumlah yang diproduksi sangat sedikit. Industri biaya menurun ini juga
disebut sebagai monopoli alamiah (natural monopoly), misalnya pos, kereta api, dan
sebagainya.

Tergantung pada tujuannya, pemerintah mempunyai banyak pilihan berkaitan dengan


keputusan penyediaan barang atau jasanya:

1. Dapat dijual dengan harga pasar.

2. Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar.

3. Diberikan secara gratis kepada para konsumennya.

Keputusan penentuan harga oleh pemerintah ditujukan untuk memperbaiki alokasi


sumber daya ekonomi pada sektor publik. Dalam perekonomian, tingkat harga merupakan
suatu tanda tingginya nilai yang merupakan kesediaan konsumen untuk membayar atas
barang yang dihasilkan oleh produsen, sekaligus merupakan tingginya biaya untuk
menghasilkan barang tersebut oleh produsen. Dalam mekanisme pasar barang pribadi yang
bersifat persaingan sempurna, untuk menentukan tingkat keseimbangan, berlaku hukum
bahwa harga sama dengan biaya marginal

Tergantung pada tujuannya, pemerintah mempunyai banyak pilihan berkaitan dengan


keputusan penyediaan barang atau jasanya:

1. Dapat dijual dengan harga pasar.

2. Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar.

3. Diberikan secara gratis kepada para konsumennya.

Keputusan penentuan harga oleh pemerintah ditujukan untuk memperbaiki alokasi


sumber daya ekonomi pada sektor publik. Dalam perekonomian, tingkat harga merupakan
suatu tanda tingginya nilai yang merupakan kesediaan konsumen untuk membayar atas
barang yang dihasilkan oleh produsen, sekaligus merupakan tingginya biaya untuk
menghasilkan barang tersebut oleh produsen.

Dalam mekanisme pasar barang pribadi yang bersifat persaingan sempurna, untuk
menentukan tingkat keseimbangan, berlaku hukum bahwa harga sama dengan biaya marginal
(marginal cost) dan sama dengan pendapatan marjinal (marginal revenue) bagi produsen,

p = MC = MR

dimana:

p = harga

MC = marginal cost / biaya marginal

MR = marginal revenue / pendapatan marginal.

Sehingga, apabila konsumen akan memaksimalkan kepuasannya, pada tingkat


equilibrium, konsumen akan membeli barang-barang sampai tercapai kondisi equilibrium
tersebut.

Pada dasarnya, tugas pemerintah adalah menyediakan barang untuk kepentingan orang
banyak dengan harga murah. Dengan demikian, pemerintah akan ditekan oleh kekuatan
politik untuk tidak mengambil keuntungan dari barang atau jasa yang dihasilkannya. Itulah
sebabnya, pemerintah seringkali menetapkan harga dibawah tingkat harga yang sebenarnya
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen barang tersebut. Konsekuensinya,
keputusan pemerintah ini menimbulkan ketidak efisienan atau terjadi pemborosan apabila
dipandang dari ilmu ekonomi, karena konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan
oleh pemerintah terlalu mudah diperoleh. Contoh yang dapat digunakan adalah penyediaan
publik utilities oleh pemerintah, seperti air minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapkan
untuk memperoleh keuntungan dari penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
banyak itu, sehingga pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi. Pemerintah hanya
menutup biaya totalnya yang mengakibatkan perusahaan- perusahaan pemerintah penyedia
barang public utilities akan tetap dapat berjalan tanpa mengalami kerugian. Akan tetapi,
situasi penyediaan public utilities tersebut tidak berlaku untuk seluruh barang dan jasa yang
disediakan oleh pemerintah. Perusahaan yang mengelola public utilities yang harus menjual
produksinya tanpa memperoleh keuntungan sama sekali akan mengalami permasalahan
dalam ekspansi atau melakukan perluasan usaha. Maka, pemerintah akan mengarahkan
perusahaan pada kondisi bahwa, selain menghasilkan barang dan jasa sebanyak mungkin
untuk mencukupi kebutuhan rakyat banyak, perusahaan juga diijinkan memperoleh
keuntungan dalam jumlah tertentu. Pemerintah akan menetapkan jumlah keuntungan
maksimum, kemudian konsumen akan membayar jumlah diatas nilai yang ditetapkan
sebelumnya pada saat zero profit. Pada kondisi ini, konsumen tidak terlalu dibebankan tingkat
harga yang terlalu tinggi, tetapi produsen masih dapat melakukan perluasan usaha untuk
menambah investasinya.

2.1.1. Pajak Untuk Menutupi Defisit

Defisit pemerintah dalam memproduksi barang publik dapat ditutup dengan pajak. Tetapi
pemungutan pajak dapat menimbulkan berbagai masalah.

 Apabila pajak yang dikenakan pada masyarakat adalah pajak jenis lump-sum
(dikenakan dalam jumlah yang sama pada setiap orang) maka tidak ada masalah dari
segi efisiensi karena pajak ini tidak mempengaruhi prilaku masyarakat. Akan tetapi
pajak lump-sum bertentangan dengan prinsip kemampuan membayar pajak.
 Apabila dengan pajak pendapatan maka dari segi kemampuan membayar pajak
pendapatan bersifat adil, tetapi pajak pendapatan menimbulkan efek pendapatan dan
efek subtitusi yang menyebabkan perubahan prilaku konsumen sehingga pajak
tersebut dikatakan tidak efisien.

2.1.2. Pungutan untuk Menutupi Defisit

Lebih adil apabila defisi perusahaan-perusahaan negara ditutup dengan pungutan bagi
orang yang menikmati jasa perusahaan-perusahaan negara tersebut. Masalahnya, apabila
jumlah pungutan terlalu tinggi karena dimaksudkan untuk menutupi biaya produksi maka
output yang diproduksikan akan menjadi terlalu sedikit dan harga lebih menjadi tinggi
daripada harga pada tingkat output yang efisien, yaitu pada MC=AR. Apabila defisit
perusahaan negara tersebut kecil sedangkan konsumennya banyak maka pungutan tambahan
akan menjadi sedikit sehingga masalah efisiensi dapat diatasi dengan karena jumlah pungutan
tambahan tidak akan menyebabkan konsumen mengurangi permintaan akan jasa/barang
perusahaan negara yang dimaksud

2.1.3 Diskriminasi Harga untuk Menutup Defisit


Sistem diskriminasi harga adalah harga yang berbeda antara jumlah barang yang
berbeda. Diskriminasi harga ini banyak dilaksanakan oleh perusahaan air minum, perusahaan
listrik yang mengenakan tarif yang berbeda untuk setiap jenis golongan konsumen, seperti
penggunaan untuk industri, rumah tangga, dan sebagainya.

Pada diagram 11.2 ditunjukkan bahwa apabila suatu perusahaan Negara bertujuan untuk
mencapai efisiensi maksimum maka perusahaan tersebut akan menetapkan harga OH 1 dan
menghasilkan output sebanyak OX1. Pada jumlah barang sebesar X 3, konsumen sebenarnya
bersedia memebeli dengan harga AX3 per unit barang. Apabila produsen menetapkan harga
sebesar biaya rata- rata, maka harga barang ditetapkan sebesar CX 3, sehingga terdapat surplus
konsumen sebesar Ac. Untuk seluruh jumlah barang produksi sebesar OX 3, surplus konsumen
ditunjukkan dengan area DAI. Apabila perushaan yang bersangkutan dapat melakukan
diskriminasi harga secara sempurna maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan
sebesae area DBE dikurangi daerah BFG. Karena untuk setiap konsumen terdapat perbedaan
pendapatan dan selera, kurva permintaan mareka pun berbeda – beda sehingga bagi setiap
konsumen dapat dikenakan harga yang berbeda – beda pula. Walaupun demikian diskriminasi
harga secara sempurna tidak mungkin dilakukan sebab tindakan tersebut membutuhkan biaya
yang besar, sehingga biasanya yang dilakukan adalah diskriminasi harga tidak sempurna.
Untuk dapat melakukan diskriminasi harga dua syarat harus dipenuhi, yaitu konsumen tidak
dapat saling berhubungan dan elastisitas permintaan berbeda untuk konsumen yang berbeda
puka. Kebijaksanaan diskriminasi harga ini banyak dilaksanakan oleh perusahaan air minum,
perusahaan listrik yang mengenakan tariff yang berbeda untuk setiap jenis golongan
konsumen, seperti penggunaan untuk industry, ruma tangga dan sebagainya.

Bagi suatu perusahaan Negara penentu tingkat harga untuk barang – barang yang disebut
dengan public utilities tidak bisa lepas dari peranan Negara secara keseluruhan, yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara optimal. Dalam hal ini, maka tindakan
pemerintah untuk menggunakan diskriminasi harga haruslah diupayakan agar excess burden
bagi masyarakat sekecil mungkin.

Pada perusahaan – perusahaan yang menghasilkan dua jenis barang atau lebih, usaha
menutup deficit dapat dilakukan dengan cara mengenakan harga yang lebih tinggi bagi
barang yang mempunyai permintaan inelastic. Untuk barang tersebut pengurangan
permintaan karena harga yang tinggi akan lebih sedikit daripada jenis barang yang
permintaan lebih elastis, dan menunjukkan dua jenis barang dengan elastisitas permintaam
lebis elastis, dan pengurangan surplus konsumen juga menjadi lebih kecil. Diagram 11.3
menunjukkan dua jenis barang dengan elastisitas permintaan yang berbeda, dimana
permintaan untuk air minum (DM) sifatnya lebih elastis daripada permintaan air untuk
industry batik (DB). Apabila harga air minum untuk kedua konsumen tersebut sama, yaitu
sebesar OC, surplus konsumen batik sebesar ABC, sedangkan surplus konsumen air minum
sebesar ACD. Dapat dilihat bahwa semakin elastis permintaan akan suatu barang, semakin
besar surplus konsumen air industry batik menjadi AEF dan surplus konsumen air minum
sebesar AEG, sehingga produsen dapat mengurangi surplus konsumen air minum sebesar
CDGE dan pengurangan surplus konsumen industry batik sebesar CEFB.

Dapat dilihat bahwa pengurangan surplus konsumen air untuk industry batik lebih kecil
daripada pengurangan surplus konsumen air minum sehingga kerugian masyarakat juga lebih
kecil. Perusahaan akan menerapkan jumlah produksi air pada MC = MR A + MRB yaitu
sebesar OQ unit per tahun (ditunjukkan pada panel a). jumlah air yang di jula pada tiap pasar
adalah sebesar OB1 pada industry batik dan OM untuk air minum, dimana OB1 + OM1 = OQ
.

2.1.4 Peraturan Pemerintah Untuk Menutupi Defisit

Peraturan pemerintah dapat juga digunakan sebagai suatu sistem pengenaan harga yang
ditetapkan oleh suatu perusahaan negara. Pada umumnya peraturan pemerintah menetapkan
bahwa harga yang dapat dipungut haruslah dapat memenuhi seluruh biaya produksi, termasuk
pengembalian modal. Tingkat pengembalian modal yang dilakukan oleh perusahaan
perusahaan pemerintah harus sama dengan tingkat pengembalian modal pada industri industri
swasta lainnya, sehingga terjadi alokasi modal yang efisien antara perusahaan pemerintah dan
perusahaan - perusahaan swasta . Dalam hal ini, pemerintah harus menetapkan dengan tegas
semua komponen - komponen biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh karena apabila
manajer perusahaan- perusahaan negara mengetahui bahwa setiap kenaikkan biaya akan
menyebabkan dikenakannya upaya untuk menaikkan harga, maka manajer akan memasukkan
komponen biaya yang tidak penting bagi operasi perusahaan, misalnya saja memasukkan
biaya pembangunan kantor yang mewah, kendaraan dinas yang banyak dan mewah, dan
sebagainya sebagai biaya operasi.
2.1.5 Teori Second-Best

Didalam first best theory of pricing dikatakan bahwa penetapan harga berdasarkan biaya
marjinal. Masalahnya, apabila semua perusahaan swasta kecuali satu perusahaan menetapkan
harga berdasarkan prinsip biaya marginal, maka perusahaan yang satu tersebut tidak
menggunakan sumber ekonomi secara efisien. Teori kedua terbaik (second best) menyatakan
bahwa apabila dalam suatu perekonomian terdapat banyak industri yang tidak efisien, yaitu
tidak menentukan harga yang sesuai dengan biaya marginal, maka pemerintah harus
memaksimumkan kemakmuran masyarakat dengan penetapan harga pada perusahaan-
perusahaan negara. Dalam kebijakan keda terbaik pemerintah harus berupaya agar tercapai
penggunaan agar sumber ekonomi yang optimal, yaitu pada suatu tingkat harga barang X
dimana kerugian masyarakat sama besarnya dengan keuntungan masyarakat akibat
penurunan permintaan barang Y.

2.1.6 Peak Load Pricing

Seringkali suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang berbeda pada dua waktu
yang berbeda, sehingga dalam hal ini perusahaan seharusnya menetapkan dua harga yang
berbeda untuk kedua jenis permintaan tersebut. Misalkan suatu perusahaan listrik
menghadapi permintaan listrik yang berbeda pada siang hari dan pada malam hari, katakan
pada siang hari disebut periode off-peak dan pada waktu malam hari disebut periode peak.
Dalam kasus ini, periode off-peak berlangsung selama 12 jam dan periode peak 12 jam yang
kita definisikan Ws sebagai proporsi waktu siang dan Wm sebagai proporsi waktu malam,
sehingga Ws + Wm = 12/24 + 12/24 = 1. Diasumsikan bahwa permintaan akan listrik pada
setiap periode tidak bergantung pada harga listrik pada periode yang lain.

Ada tiga kesimpulan yang dapat diambil dari analisa kebijaksanaan harga peak load,
yaitu:

1. Harga pada periode off-peak sama dengan biaya marginal jangka pendek.
2. Harga pada periode peak lebih tinggi daripada biaya marjinal pada jangka panjang.
3. Pada kapasitas optimum penerimaan total sama dengan biaya total sehingga para
konsumen pada periode peak menanggung seluruh biaya kapasitas

BAB II
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Penentuan harga barang publik oleh pemerintah sangat tergantung dari
tujuannya. Penyediaan barang-barang publik yang dibutuhkan oleh pemerintah
menimbulkan persoalan karena barang barang tersebut tidak dapat dijual kepada
seorang konsumen saja atau karena tidak efisien . mengenai barang publik yang dapat
dipungut suatu harga pada barang tersebut, akan tetapi pemungutan harga atas
penyediaan barang tersebut tidak dilaksanakan melalui mekanisme pasar. Pada
dasarnya, tugas pemerintah adalah menyediakan barang untuk kepentingan orang
banyak dengan harga murah. Dengan demikian, pemerintah akan ditekan oleh
kekuatan politik untuk tidak mengambil keuntungan dari barang atau jasa yang
dihasilkannya. Itulah sebabnya, pemerintah seringkali menetapkan harga dibawah
tingkat harga yang sebenarnya untuk memberikan perlindungan kepada konsumen
barang tersebut. Konsekuensinya, keputusan pemerintah ini menimbulkan ketidak
efisienan atau terjadi pemborosan apabila dipandang dari ilmu ekonomi, karena
konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah terlalu mudah
diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Guritno Mangkoesoebroto, Dr., M.Ec., 1993. Ekonomi Publik. Edisi 3 Cetakan Pertama.
BPFE UGM. Yogyakarta
https://mizaroh.wordpress.com/ekonomi-publik/penentuan-harga-barang-publik-kebijakan-
harga-2/

Anda mungkin juga menyukai