Anda di halaman 1dari 19

TEORI PERMINTAAN UANG

(Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah Ekonomi Moneter)

Dosen Pengampu:
Novita Nurul Islami, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Siti Ismiatul Maulah (180210301046)
Eka Putry Wahyuning Dharojah (180210301054)
Sella Rizki Amalia (180210301056)
Alma Nurita Maulidani (180210301065)
Olivia Salsabilla (180210301066)

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat mnyelesaikan tugas makalah ini dengan judul TEORI
PERMINTAAN UANG ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Moneter.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Karenanya kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya kami akan dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Jember, 5 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1


1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................................2
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 TEORI KLASIK TENTANG PERMINTAAN UANG ........................................3


2.2. TEORI KEYNES TENTANG PERMINTAAN UANG .......................................7
2.3 PKMBANGAN TEORI KEYNES...................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1. KESIMPULAN...........................................................................................15
3.2. SARAN.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uang merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari,
menurut Iswardono Sardjono “Bahwa uang itu merupakan darahnya perekonomian, dimana
mekanisme perekonomian berdasarkan lalulintas barang dan jasa dan semua kegiatan ekonomi
akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan.
Jika ditinjau dari proses terjadinya uang, proses awalnya uang itu hanyalah berwujud
seperti barang, dan sangat disukai oleh semua manusia tetapi jumlahnya sangat sedikit atau
terbatas. Dengan perubahan peradaban, dan munculnya sebuah lembaga, sehingga menentapkan,
menentukan dan mengeluarkan alat penukaran  (uang ) dalam bentuk ukuran, berat dan bahan
tertentu.
Pada awal penggunaannya, emas dan perak sebagai alat tukar, emas dan perak digunakan
dalam bentuk cair yang membutuhkan timbangan. Hal tersebut lama-lama terasa
merepotkan. Kesulitan ini akhirnya teratasi dengan dikenalkannya koin (uang logam). Pada
masing-masing koin dicantumkan berapa nilai koin tersebut yang disebut nilai nominal.
Uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar
menukar dan perdagangan. Maka uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh
masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau
perdagangan. Sejarah uang sangat berhubungan dengan sejarah peradaban manusia. Semenjak
manusia memulai peradabannya dan keluar dari “zaman batu”, mereka telah menciptakan
berbagai bentuk barang yang digunakan sebagai alat perantara dalam tukar menukar.
Manurut Robertson, uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat
pembayaran barang-barang. Pengertian uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima
oleh semua masyarakat sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat
pembayaran utang, atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata
lain, uang merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam wilayah tertentu.
Jadi segala sesuatu yang sudah memenuhi definisi uang di atas dapat dianggap sebagai
uang, apakah uang terbuat dari logam, kertas ataupun dari benda lainnya, bilamana uang sudah

1
diterima oleh umum (masyarakat) sebagai alat tukar penukar, satuan nilai dan sebagai alat
penyimpan kekayaan, maka kita anggap sebagai uang.
Dalam ekonomi uang memiliki tiga fungsi yaitu: sebagai alat tukar, satuan hitung dan
penyimpan nilai, dan tiga fungsi inilah yang membedakan uang dengat aset yang lainnya.
Sebagai medium of change, uang berarti sesuatu yang diberikan  oleh pembeli kepada penjual
ketika mereka membeli barang dan jasa. Sebagai unit of account,  uang berperan sebagai ukuran
untuk menetapkan harga dan mencatat tagihan, sebagai store of value uang digunakan untuk
mentransfer daya beli dari masa sekarang ke masa depan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat menemukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teori klasik tentang permintaan uang?
2. Bagaimana teori keynes tentang permintaan uang?
3. Bagaimana perkembangan teori keynes tentang permintaan uang?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui teori klasik tentang permintaan uang
2. Untuk mengetahui teori Keynes tentang permintaan uang
3. Untuk mengetahui perkembangan teori Keynes tentang permintaan uang

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Klasik tentang Permintaan Uang

Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan permintaan uang serta
interaksi antara keduannya. Pada teori ini fokusnya adalah hubungan antara penawaran
uang dengan jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan
kedua variabel dijabarkan melalui konsep teori mengenai permintaan uang. Perubahan
jumlah uang yang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan uang
yang selanjutnya akan menentukan nilai uang.

A. Pendapat Irving Fisher


Teori permintaan uang (moneter) kaum klasik yang dikemukakan oleh Irving Fisher ini dapat
dirumuskan dengan:
(1.1)
MV = PT
Dimana,
M = jumlah uang yang beredar
V = perputaran pada perekonomian dalam suatu periode
P = tingkat harga barang
T = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu periode
Pada persamaan di atas M diartikan dengan pengertian uang yang beredar, yaitu seperti
uang kertas, uang logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. V merupakan
besarnya laju peredaran uang, hal ini ditentukan oleh seringnya uang berpindah tangan dari
seseorang kepada orang lain dalam masyarakat selama satu tahun. Kemudian T adalah
banyaknya barang dan jasa yang diperdagangkan dalam perekonomian pada satu periode.
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa, jumlah uang yang diterima penjual sama
dengan yang dibayarkan oleh pembeli. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian, dimana
nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang dibeli dalam jangka periode
tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama dengan volume transaksi (V) dikalikan
dengan rata-rata barang dan jasa tersebut. Di sisi lainnya nilai barang dan jasa yang
diperjualbelikan harus sama dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M)
dikalikan rata-rata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju

3
perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (Vt) sehingga rumus diatas dapat diubah
menjadi:
(1.2)
MVt = PT

Vt atau laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity or circulation)


merupakan variabel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lembaga yang ada dalam masyarakat,
dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T (volume transaction) sangat ditentukan oleh
pendapatan nasional (output dalam masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu
tahun. Persamaan tersebut dapat dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu:
Md = PT/Vt (1.3)

Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT) tetap, maka
keseimbangan moneter dapat diketahui yaitu sebagai berikut:

Md = Ms

Dimana, Ms adalah penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan persamaan:

Ms = PT/Vt (1.4)

Dari persamaan (1.4) dapat diartikan bahwa dalam jangka pendek variabel P (harga umum)
akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang yang beredar. T ditentukan
oleh tingkat output ekilibrium masyarakat.

Variabel Vt (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan oleh:

 Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakat


 Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomian
 Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan sistem kredit,
sehingga kebutuhan uang akan menurun.
B. Pendapat Marshall (Cambridge)
Permintaan uang Cambridge menekankan pada perilaku individu dalam mengalokasikan
kekayaannya dalam berbagai kemungkinan bentuk kekayaan (uang dan bentuk kekayaan
lain).

4
Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan berbeda, dimana dia
menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan
bukan pada perputaran uang (V) atau pembelanjaan.
 Persamaan Marshall dalam transaksi adalah:
M = k(PT) (1.6)
k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunai
P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi
T = jumlah transaksi yang terjadi
M = jumlah uang yang beredar
 Persamaan Marshall dalam versi pendapatan:
M = k (PY)
Y = pendapatan nasional
M = jumlah uang yang beredar
P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi
k = proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai

C. Teori Kuantitas Modern (Milton Friedman)


Pernyataan Friedman tentang teori kuantitas adalah teori tentang permintaan uang bukan
teori penentuan produk, pendapatan, maupun harga. Menurut Friedman, uang adalah satu
bentuk kekayaan seperti bentuk kekayaan lainnya (obligasi, kepandaian, tanah). Untuk
seorang pengusaha uang adalah barang yang produktif, bila digabungkan dengan faktor-faktor
produksi yang lain (misalnya bahan baku dan mesin) akan dapat menghasilkan barang.
Dengan kata lain, teori permintaan uang dapat juga disamakan sebagai teori tentang modal
(capital theory).
Bagi seorang pemiliki kekayaan (rumah tangga) teori permintaan uang dapat disamakan
dengan teori permintaan konsumsi. Permintaan uang tunai tergantung pada 3 faktor, yaitu:
 Jumlah seluruh kekayaan (seperti garis anggaran pada teori permintaan konsumsi).
 Pendapatan dan harga dari berbagai jenis bentuk kekayaan.
 Selera pemilik kekayaan untuk memilih bentuk kekayaan yang lain (bentuk kekayaan
yang menghasilkan)

5
Definisi kekayaan yang diberikan Friedman adalah seluruh kekayaan yang merupakan
sumber pendapatan. Bentuk kekayaan yang dimaksudkan adalah obligasi (surat berharga),
tanah, mesin, perhiasan (emas), termasuk kemampuan (skill) yang dimiliki oleh manusia.
Maka tingkat suku bunga memperlihatka hubungan jumlah kekayaan dengan aliran
pendapatan. Hubungan ini dirumuskan dengan:

W = Y/i (1.7)

W = kekayaan

Y = aliran pendapatan (income flow)

i = tingkat bunga

Friedman mengelompokkan bentuk kekayaan dalam:

a. Uang tunai (M), dimana pendapatan dari uang tunai adalah berupa keamanan dan
kemudahan. Pendapatan riil dari memegang uang tunai pada tingkat tertentu (misal
Rp1000,00) tergantung banyaknya produk yang dapat dibelikan dan juga tergantung pada
harga barang tersebut (P). Semakin tinggi harga barang, semakin rendah nilai riil
pendapatan dari sejumlah uang tunai. Dengan kata lain akan mempengaruhi pendapatan
riil
b. Obligasi (bond), pendapatan yang diharapkan obligasi adalah perubahan harga obligasi
dan bunga yang diterima secara berkala. Bila harga obligasi meningkat, maka perubahan
harga dapat pendapatan positif dan begitu sebaliknya. Harga obligasi sebesar Rp 1,00/i b
dimana nilai nominal Rp 1,00 dengan bunga i b.
Perubahan harga obligasi dinyatakan:
1
/ib . ib/t
ib = perubahan tingkat bunga
t = jatuh tempo obligasi
Pendapatan obligasi seluruhnya menjadi:
Ib – 1/ib . ib/t (1.8)
c. Pendapatan seluruhnya dari kekayaan berupa saham seharga Rp 1,00 adalah:
Ie + 1p/ Pt - 1ie/iet (1.9)

6
d. Pendapatan kekayaan berupa barang fisik tergantung perubahan harga barang tersebut,
yaitu:
1
/P . p/t
e. Sebenarnya harga kekayaan berbentuk manusia tidak ada, oleh karena itu sangat sulit
diukur dalam satuan nilai mata uang. Friedman mempergunakan ukuran perbandingan
antara kekayaan bukan manusia (non human) dengan manusia (human), ini dinyatakan
dengan W.

2.2 Tori Keynes tentang Pemintaan Uang

Keynes membagi permintaan uang menjadi 3 motif. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
timbul karena orang memegang uang tunai di atas perkiraan kebutuhannya, sehingga bila ada
masalah yang tidak diharapkanakan dpat menhindari kerugian keuangan yang mungkin timbul
akibatkekurangn uang tunai. Motif spekulasi timbul karena keadaan tertentu seseorang
memegang uang tunai dalam portebel harta mereka. Motif memegang uang ini disebut liquidit
preference.

A. Permintaan uang untuk transaksi


Permintaan uang tunai adalah untuk tujuan transaksi. Bilamana terjadi keselarasan
antara penerimaan dan pengeluaran, maka tidak terdapat saldo tunai. Akan tetapi, biasanya
pendapatan diperoleh satu kali dalam periode tertentu, misalnya seminggu sekali, sebulan
sekali, sedangkan pengeluaran berlangsung sepanjang waktu. Maka, pendapatan tersebut harus
ditahan dalam jumlah tertentu untuk dapat dipergunakan dalam transaksi.
Permintaan uang transaksi ini tergantung pada penapatan yang diyerima oleh masing-
masing orang. Apabila pendapatan seseorang meningkat, maka uang saldo tunai yang ditahan
akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi akan dipengaruhi tingka harga kebutuhan
sehari-hari di psr. Apabila tingkatharga mengalami peningkatan, maka hal tersebut akan
berpengaruh pada besarnya permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi.

Misalnya, pendapatan sebuah rumah tangga adalah Rp. 7000,00 pada titik A setiap
minggunya(ini diterima sabtu sore). Maka pada kurva ABCDE diatas dapat diketahui bahwa kas
tunai tertinggi adalah Rp. 7000,00 dan kas terendah adalah Rp. 0,00. Sehingga saldo kas tunai
rata-rata adalah Rp. 7000,00 + Rp. 0,00 / 2 = Rp. 3500,00. Apabila pendapatan mengalami
peningkatan sebesar Rp. 9000,00 setiap minggunya, maka perubahan ini dengan sendirinya
mempengaruhi garis pada kurva saldo kas tunai, yaitu ABCDE. Sehingga kas tunai tertinggi
menjai Rp. 9000,00, kas terendah tetap sebesar Rp. 0,00 dan sldo kas tunai rata-ratanya menjadi
Rp. 4500,00.
Hubungan yang terjadi antara permintaan uang untuk tujuan transaksidenan besaar
kecilnya tingkat pendapatan yang diterima seseoang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

7
Pada saa tingkat penapatan Rp. 7000,00 per minggu, dalam satu tahun pendapatan
rumah tangga adalah Rp. 364.000,00 (52 minggu x Rp. 7000,00). Kebutuhan untuk transaksi
adalah Rp. 364.000,00. Apabila pendapatan naik sebesar Rp. 9000,00 maka kebutuhan transaksi
dalam 1 tahun menjadi Rp. 468.000,00.
Apabila pendapatan seseorang meningkat, kebutuh uang untuk transaksi juga akan
meningkat. Penjumlahan uang rumah tangga dilakukan dalam perekonomian maka akan
dperoleh kurva permintaan agregat untuk tujuan transaksi(permntaan uang secara keseluruhan
dalam perekonomian), seperti gambar berikut :

B. Permintaan uang untuk berjaga-jaga


Motif berjaga-jaga adalah tindakan seseorang untuk menyimpan sebagoan dari pendapatan
atau kekayaan dalam bentuk tunai. Karena banyak pengeluaran yang sebelumnya tidak kita
perkirakan. Misalnya, seorang yang akan melakukan perjalanan yang berkaitan dengan urusan
perusahaan dari Jakart ke Surabaya diperkirakan selama 3 hari urusan tesebut akan selesai.
Dengan membawa uang sebanyak Rp. 150.000,00 sudah cukup untuk mengurus keperluan
tersebut kenyataanya urusan tersebut tidak selesai selama 3 hari, tetapi selama 5 hari. Kalau
orang tersebut tidak membawa uang lebih besar dari yang diperlukan maka ia harus kembali ke
Jakarta mengambil uang untuk tmbahan pengeluaran selama 2 hari. Ini akan memerlukan biaya
yang lebih besar, jadi untuk menghindari kerugian ini, orang-orang harus memegang tambahan
uang untuk berjaga-jaga
Besar kecilnya uang untuk berjaga-jagasangat ditentukan oleh besar kcilnya keperluan
uang untuk transaksi. Nilai-nilai transaksi yang dilakukan orang tersebut besar, maka semakn
banyak uang yang dibutuhkan untuk motif berjaga-jaga.

C. Permintaan uang untuk spekulasi.


Disamping untuk melanarkan transaksi dan untuk berjaga-jaga, tujuan orang memegang
uang tunai juga dimaksudkn untuk tujuan spekulasi. Dimana uang untuk tujuan spekulasi ini
akan dipegunakan membeli sura-surat berharga atau obligasi pada waktu harga obligasi murah
dan tidak akan menjualnya kembali pada waktu harga obligasi mahal. Dengan akivitas seperti ini
perlu spekulasi untuk memperoleh keuntungan.
Guna untuk menjalankan tujuan spekulasi ini tentu diperlukan dana. Pada saat surat
berharga murah, spekulan lebih baik memegang obligasi dibandingkan uang tunai atau membeli
obligasi dengan uang tunai yang ada di tangannya. Sehingga pada saat suat beharga murah yang
ada ditangan spekulan lebih banyak surat berharga. Pada saat harga obligasi meningkat tindakan
yang dilakukan spekulan adalah menjual kembali obligasi uang tunai dari hasil penjualan obligasi
tersebut akan tetap ditahan spekulan tersebut sampai harga obligasi di psar kembali turun.
dengan perkataan lain,bilaharga obligasi turun, permintaan uang oleh masyarakat untuk
spekulasi secara kuantitas akan menurun, beitu pula sebaliknya. Namun, apabila bunga obligasi
yang terjadi di pasar akan mempengruhi tingkat suku bunga. Bila suku bunga tinggi akan
mengakibatkan menurunnya harga obligasi dan bila suku bunga rendah akan mengakibatkan
harga obligasi meningkat. Kesimpulannya adalah pada waktu tingkat bunga tinggi jumlah uang
yang diminta myarakat untuk spekulasi sedikit, pada saat tingkat bunga rendah jumlah uang
yang diminta untuk spekulasi meningkat.

8
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan uang selain pendapatan dan suku bunga
adalah :
a. Banyaknya kekayaan masyarakat
Harapan sesorang untuk semakin kaya dalam suatu masyarakat, semakin tinggi pula tingkat
permintaan uang yang akan dimintanya. Akan tetapi permintaan uang ini akan semakin kecil
apabila dalam masyarakat tersebut memiliki simpanan uang, sehingga seseorang dapat
dengan mudah menukarkan hartanya tersebut menjadi uang tunai.
b. Kepastian mendapatkan kredit
Konsumen tidak perlu mengumpulkan uang tunai terlebih dahulu untuk membayar barang-
barang dengan harga yang tingg seperti rumah, mobil, TV, dan lain-lain, karena mereka
dapat membeli secara kredit. Jadi, kartu kredit akan membantu seseong untuk mengurangi
permintaan uang tunai.
c. Perkiraan penerimaan di kemudian hari
Apabila seseorang memperkirakan pendapatannya akan lebih kecil daripada sebelumnya
maka orang tersebut akan berusah untuk menahan saldo tunai yang ia miliki. Namun,
apabila seseorang memperkirakan akan terjadi peningkatan pendapatan maka ia akan
meningkatkan pengeluarannya sehingga saldo tunai yang ia miliki akan lebih kecil dari
pengeluarannya.
d. Perkiraan tentang harga
Apabila diperkirakan harga suatu barang akan turun, maka konsumen akan menyimpan
uang tunai lebih banyak dari sebelumnya. Namun apabila diperkirakan harga barang
tersebut akan meningkat, maka seseorang akan membelanjakan saldo tunai nya lebih awal
sebelum terjadi peningkatan harga barang untuk mnghindari kerugian.

2.3 Perkembangan Teori Keynes tentang Permintaan Uang

a. Pendapat Boumol Tentang Permintaan Uang Untuk Transaksi

Menurut Boumol kebutuhan uang seseorang untuk tujuan transaksi pada dasarnya
adalah konstan, karena seseorang akan menerima pendapatan secara tetap setiap waktu.
Kemudian orang tersebut selalu membelanjakan uang (untuk transaksi) sejumlah tetap
setiap harinya. Sehingga kebutuhan uang tunai setiap harinya tetap persatuan waktu.
Pendapatan yang diterima oleh seseorang tidak selalu harus dipegang dalam bentuk uang
tunai, melainkan bisa juga dalam bentuk surat-surat berharga (misal obligasi) sehingga
memungkinkan orang tersebut mendapatkan bunga. Berdasarkan adanya perolehan bunga
ini seseorang akan berusaha memegang surat-surat berharga (misal obligasi) sebanyak
mungkin dan akan memegang uang tunai seminimal mungkin. Seseorang akan
memegang uang tunai sebesar C setiap periodenya dan akan dibelanjakan secara merata
selama periode tersebut, serta akan menjual surat berharga yang dia miliki (obligasi)
bilamana uang tunai yang dimilikinya habis. Boumol memiliki sebuah rumusan yang

9
dikenal dengan square root formula,yaitu menjelaskan bahwa besarnya uang tunai yang
diinginkan seseorang proporsional terhadap akar nilai transaksi dan berbanding terbalik
dengan akar tingkat suku bunga. Kebutuhan uang tunai setiap waktu tidak lain
merupakan uang uang tunai rata-rata yakni sebesar C/2. Jadi persamaan untuk
menentukan uang tunai dapat dirumuskan:

Md C 1
= = √ 2 bT /R
P 2 2

Permintaan uang tunai disini merupakan permintaan uang kas dalam arti riil, secara
otomatis harga yang terjadi konstan. Permintaan uang kas guna transaksi dalam satuan
uang adalah:

1
Md = ( 2 bT /R) P
2√

Fungsi permintaan uang kas guna transaksi seperti diatas jelas berbeda dari fungsi
permintaan uang kas guna transaksi Keynes. Perbedaan ini memberikan satu implikasi,
yaitu bila benar setiap individu menentukan permintaan pada uang kas untuk transaksi
seperti pendapat Boumol maka fungsi permintaannya menggambarkan suatu economics
of scale penggunaan uang kas.

b. Permintaan Uang Untuk Transaksi Oleh James Tobin

Tobin menganalisis keterkaitan antara permintaan uang untuk tujuan transaksi


dengan tingkat bunga. Keterkaitan ini dianalisis dengan adanya ketidaksamaan antara
pengeluaran untuk transaksi dengan penerimaan penghasilan, sehingga keadaan ini
memaksa seseorang untuk mempersiapkan alat pembayar untuk tujuan transaksi.
Sedangkan alat pembayaran tersebut tidak harus berupa uang kas tetapi dapat juga berupa
surat berharga (obligasi) yang memberikan hasil. Kerugian yang akan dialami seseorang
adalah biaya untuk menjual obligasi apabila alat pembayaran berupa uang tunai habis di
tangan. Sedangkan jumlah uang kas di tangan seseorang sangat ditentukan tingkat bunga
obligasi serta biaya untuk menjual obligasi tersebut. Bilamana suku bunga lebih tinggi
dari biaya menjual obligasi, maka seseorang akan memperbanyak obligasi dan
mengurangi alat pembayaran dalam bentuk uang kas, begitu pula sebaliknya. Tobin

10
menjelaskan hubungan terbalik permintaan uang kas untuk transaksi dengan suku bunga
sebagai berikut:

Misalkan setiap awal periode pendapatan (t=0) seseorang menghasilkan pendapatan


sebesar Y. Dia membelanjakan penghasilan ini dengan merata selama periode tersebut
pada akhir periode (t=1) uang kas habis. Nilai seluruh transaksi T(t) adalah sebesar:

T(t) = Y (1-t), di mana 0 < t < 1

T(t) terdiri dari uang kas C (t) dan surat berharga (obligasi) B(t) dirumuskan kembali:

T(t) = B(t) + C (T) : 0 < B(t), C(t)

B rata-rata = merupakan surat berharga (obligasi) rata-rata yang dipegang.

C rata-rata = merupakan uang kas rata-rata yang dipegang.

Asumsi yang harus diingat adalah jika seseorang akan memilih B rata-rata (t) dan
C (t) yang akan memberikan tingkat pendapatan bunga dikurangi biaya menjual obligasi
yang maksimum. Lalu bagaimana hubungan jumlah transaksi yang maksimum/optimum
dengan tingkat bunga (R). Jawabannya, misalkan saja besarnya biaya penjualan obligasi
tidak tergantung dari jumlah transaksi. Maka seseorang paling minim akan melakukan 2
transaksi, yaitu pembelian dan penjualan obligasi. Hal itu dikarenakan obligasi tidak bisa
dipergunakan sebagai alat pembayaran, maka harus terlebih dahulu harus ditukar dengan
uang kas. Berikut adalah gambar yang menunjukkan waktu yang optimum pada transaksi
yang dilakukan oleh seseorang:

11
Gambar (a) menunjukkan bahwa seseorang memegang penghasilan pada bentuk uang kas, tanpa
mempunyai surat berharga (obligasi) sampai t1 dan selanjutnya ia membeli obligasi seharga B1
pada waktu t1 dan obligasi ini dipegang sampai t2 dan t2 obligasi tersebut dijual, maka pendapatan
bunga yang diperoleh digambarkan segi 4 bergaris.

Pada gambar (b) seseorang membeli obligasi seharga B1 pada awal penerimaan penghasilan
(t=0), ini dipegang sampai uang kas di tangan habis yakni pada t2. Total pendapatan suku bunga
ditunjukkan oleh segi empat bergaris, yakni lebih besar dari gambar (a).

c. Permintaan Uang Spekulasi Oleh James Tobin

Pokok teori permintaan uang spekulasi Tobin ini adalah kekayaan seseorang dapat
dalam bentuk uang tunai dan surat berharga (obligasi). Harga sebuah obligasi yang tidak
mempunyai tenggang waktu: P = A/R

A: nilai rupiah dari bunga yang diperoleh pemegang obligasi setiap tahun.

R: tingkat suku bunga.

Persentase keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat perubahan nilai obligasi (g)
adalah:

12
A
Pe−P −A / R
g= = ℜ
P
A/R

Bila tingkat bunga yang diharap (Re) sama dengan tingkat bunga yang berlaku R atau Re
= R maka g = 0, ini berarti tidak ada keuntungan atau kerugian (capital gain atau loss =
0). Pendapatan seluruhnya dari obligasi dalam waktu satu tahun, terdiri dari tingkat suku
bunga ditambah keuntungan perubahan nilai (capital gain). Ini dapat dirumuskan:

e (pendapatan yang diharapkan) = R + g = R + R / Re – 1

Untuk mengambil keputusan tentang investasi, menurut Keynes seseorang akan


mengadakan investasi bila dalam bentuk obligasi e>0. Bila e<0 orang tersebut akan
memilih bentuk kekayaan berupa uang tunai. Jadi bila tingkat suku bunga yang berlaku
rendah, kemungkinan besar e – nya negatif sehingga orang tersebut akan memegang
obligasi. Jadi permintaan uang guna tujuan spekulasi akan berbanding terbalik tingkat
suku bunga yang berlaku. Bila tingkat bunga semakin besar, maka akan semakin besar
tingkat pendapatan yang diharapkan. Tanpa ada perubahan risiko yang dihadapi,
seseorang akan memegang obligasi lebih banyak (semakin kecil jumlah uang kas yang
ada di tangan).

13
Gambar di atas menjelaskan berbagai kombinasi antara risiko dan pendapatan diharapkan
(kurva indeferen) pada tingkat kepuasan yang sama. Semakin tinggi tingkat kepuasan, makin
tinggi kurva indeferennya (11<12<13). Kurva ini ditarik dari kiri bawah ke kanan atas
(dengan arah positif), ini berarti bila tingkat pendapatan yang diharapkan seseorang semakin
tinggiia akan mau menanggung risiko yang semakin tinggi agar tetap berada pada tingkat
kepuasan yang sama.

Bilamana terjadi perubahan tingkat bunga, maka titik keseimbangan (M) akan mengalami
seperti gambar di bawah ini. Pada tingkat suku bunga R 1 tingkat keseimbangan investor
adalah M1. Bila tingkat suku bunga mengalami peningkatan menjadi R2 titik keseimbangan
investor berubah ke titik M2, pada keseimbangan M2 tingkat pendapatan diharapkan dan
risiko seorang investor sangat tinggi pada M2. Peningkatan pendapatan yang diharapkan dan
risiko hanya dapat dilakukan dengan memegang lebih banyak obligasi, dan uang kas di
tangan akan semakin kecil. Bila tingkat bunga semakin tinggi, uang kas yang dipegang
seseorang akan semakin kecil (sesuai teori Keynes pada permintaan uang tunai). Namun
teori ini disempurnakan oleh Tobin, yaitu adanya anggapan ketidakpastian (uncertainty) dan
kemungkinan seseorang melakukan diversifikasi dalam kekayaan (obligasi dan uang kas).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan permintaan uang serta interaksi
antara keduannya. Pada teori ini fokusnya adalah hubungan antara penawaran uang dengan
jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan kedua variabel
dijabarkan melalui konsep teori mengenai permintaan uang. Perubahan jumlah uang yang
beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan uang yang selanjutnya akan
menentukan nilai uang.

Permintaan uang Cambridge menekankan pada perilaku individu dalam mengalokasikan


kekayaannya dalam berbagai kemungkinan bentuk kekayaan (uang dan bentuk kekayaan lain).
Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan berbeda, dimana dia
menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan bukan
pada perputaran uang (V) atau pembelanjaan.

Boumol memiliki sebuah rumusan yang dikenal dengan square root formula,yaitu
menjelaskan bahwa besarnya uang tunai yang diinginkan seseorang proporsional terhadap akar
nilai transaksi dan berbanding terbalik dengan akar tingkat suku bunga. Kebutuhan uang tunai
setiap waktu tidak lain merupakan uang uang tunai rata-rata yakni sebesar C/2. Fungsi
permintaan uang kas guna transaksi seperti diatas jelas berbeda dari fungsi permintaan uang kas
guna transaksi Keynes. Perbedaan ini memberikan satu implikasi, yaitu bila benar setiap individu
menentukan permintaan pada uang kas untuk transaksi seperti pendapat Boumol maka fungsi
permintaannya menggambarkan suatu economics of scale penggunaan uang kas.

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan sarn dari pembaca kami
butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita
semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Mulia. 1998. Ekonomi Moneter. Jakarta: Dhambatan

Iswardono. 2008. Uang dan Bank (edisi ke-empat) . Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai