Anda di halaman 1dari 177

STIE NIAS SELATAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BOBOT : 3 SKS
Deskripsi Matakuliah
Matakuliah ini bertujuan memberikan dasar-dasar teori ekonomi
mikro. Topik-topik yang dibahas antara lain teori konsumen, teori
produsen, struktur pasar. Peralatan yang digunakan adalah
diagram atau grafik dan matematika kalkulus sederhana.
Tujuan
Kuliah ini bertujuan untuk menjadikan mahasiswa mampu:
Mengenal konsep dasar dan pengertian ilmu ekonomi mikro
Memahami berbagai permasalahan ekonomi dan
pemecahannya khususnya ekonomi mikro.

2
Materi Kuliah
1. Pendahuluan, yang mencakup ruang lingkup,
permasalahan ekonomi, permintaan, penawaran dan
pasar, serta sistem harga dan elastisitas
2. Rumah tangga dan pilihan konsumen
3. Perilaku perusahaan yang memaksimumkan output
4. Biaya jangka pendek dan keputusan produksi
5. Biaya jangka panjang dan keputusan produksi
6. Permintaan input: pasar tenaga kerja dan lahan
7. Keseimbangan umum dan efisiensi persaingan sempurna
8. Monopoli dan monopsoni
9. Kompetisi Monopolistik dan oligopoli
10. Eksternalitas, barang publik, informasi tak sempurna
dan pilihan sosial

3
Referensi
1. Boediono, 1982, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.
1:Ekonomi Mikro, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
2. Faried Widaya, 1991, Seri Pengantar Ekonomika: Ekonomika
Mikro, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
3. Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006, Teori
Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar, Edisi Ketiga, LP-FEUI,
Jakarta.
4. Sadono Sukirno, 2005, Mikroekonomi: Teori Pengantar, Edisi
Ketiga, PT RajaGrafindo Persada , Jakarta.

4
CHAPTER
1

5
6
1. Kelangkaan (Scarcity). Hal ini terjadi karena kebutuhan yang tidak
terbatas sedangkan sumber daya terbatas. Sumber daya dikatakan
langka apabila:
a. Tidak tersedia dalam jumlah banyak (Quantity)
b. Tidak terdapat dalam kualitas baik (Quality)
c. Tidak tersedia di mana saja (Where)
d. Tidak tersedia saat dibutuhkan / kapan saja (When).

2. Pilihan (Choises). Banyaknya jenis kebutuhan/keinginan yang


semuanya tidak dapat terpenuhi dalam waktu yang bersamaan
3. Hilangnya kesempatan (Opportunity Cost)
Yaitu hilangnya kesempatan untuk memperoleh sesuatu karena telah
memilih alternatif lain.

7
Contoh Opportunity Cost

Nona Lisa berbisnis jual beli mobil bekas. Di awal tahun, ia


membeli mobil bekas seharga Rp. 80 juta. Kemudian di akhir
tahun mobil tersebut dijual dengan harga Rp. 92 juta. Artinya,
Nona Lisa memperoleh keuntungan sebesar 12 Juta.

Namun, jika uang sebesar Rp. 80 juta didepositokan dengan


bunga 20% pertahun, maka di akhir tahun uang Nona Lisa
menjadi Rp. 96 juta.

Jadi walau secara akuntansi Nona Lisa untung Rp.12 juta,


namun secara ekonomi rugi Rp. 4 juta.

8
1. Barang apa yang harus diproduksi dan berapa banyak
(What)
2. Bagaimana cara memproduksinya (How)
3. Untuk siapa barang dan jasa diproduksi (For Whom)

Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan


masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk
menghasilkan benda lain yang akan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Contoh: beras, minuman dan buku.
Jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud tetapi dapat
memberikan kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Contoh: jasa perbankan, jasa bengkel, jasa dokter.
9
Barang ekonomi adalah barang yang memerlukan pengorbanan untuk
memperolehnya.
Barang bebas adalah barang yang tidak memerlukan pengorbanan untuk
memperolehnya.

Barang akhir adalah barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi
dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Barang modal adalah sebagian barang dihasilkan bukan untuk memenuhi
langsung kebutuhan konsumen, melainkan digunakan untuk menghasilkan
barang-barang lain. Contohnya mesin-mesin traktor dan bangungan pabrik.
Barang antara adalah barang-barang yang belum menjadi barang akhir dan
masih akan diproses lagi sebelum dapat digunakan oleh konsumen. Contoh:
besi baja dan tekstil.

10
 Memperbaiki cara berpikir yang membantu
dalam pengambilan keputusan (Decicion
maker)
 Membantu memahami masyarakat
 Membantu memahami masalah-masalah
internasional (global)
 Bermanfaat dalam membangun masyarakat
demokrasi.

11
 Di mana ada masalah kelangkaan, di situ ilmu ekonomi dapat
diterapkan. Masalah yang paling menjadi perhatian ekonom
adalah apakah memang sudah terjadi alokasi sumber daya
yang efisien dan apa indikatornya?
 Proses alokasi sumber daya secara efisien di tingkat individu,
perusahaan dan industri (kumpulan perusahaan yang
menghasilkan barang sejenis), dibahas dalam Teori Ekonomi
Mikro.
A. Teori Ekonomi Mikro
Berdasarkan pada corak dan ruang lingkup analisisnya, teori
ekonomi mikro diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi
yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian.
12
Beberapa aspek yang dianalisis teori ekonomi mikro,
diantaranya:
1. Interaksi di pasar barang
2. Tingkah laku pembeli dan penjual
3. Interaksi di pasar faktor produksi
B. Teori Ekonomi Makro
Menganalisis keseluruhan kegiatan perekonomian, bersifat
global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.
Beberapa aspek yang dianalisis teori ekonomi makro,
diantaranya:
1. Penentuan tingkat kegiatan perekonomian negara
2. Pengeluaran agregat
3. Mengatasi Pengangguran dan inflasi
13
Ilmu ekonomi yang menaruh perhatian besar terhadap kemampuan memberi
penjelasan dan prediksi atas gejala-gejala yang diamati.

 Perekonomian dalam dunia nyata memiliki ciri-ciri yang cukup


kompleks yang tidak memungkinkan digambarkan dengan perincian
yang lengkap.
 Para ekonom memilih untuk meringkas kompleksitas yang luas dalam
perekonomian di dunia nyata ini dan mengembangkan model-model
yang lebih sederhana untuk menangkap “inti” dari proses ekonomi.
 Model Ekonomi dibuat sebagai abstrak dari dunia nyata yang dapat
membantu memahami masalah perekonomian yang dapat
memperlihatkan cara konsumen membuat keputusan, cara produsen
berperilaku dan cara kedua kelompok ini berinteraksi untuk menetapkan
pasar.
14
 Model ekonomi dapat dipresentasikan secara verbal,
diagramatis dan matematis.
 Model yang baik dilihat dari variabel yang digunakan.
 Variabel adalah ukuran yang nilainya dapat berubah dari
waktu ke waktu dan dari observasi ke observasi
 Salah satu contoh model yang baik adalah Model Siklus
Lingkaran Kegiatan Ekonomi (Circular Flow of Economic
Activity)
 Model ini menjelaskan bahwa kesibukan pabrik-pabrik, antrian
panjang pekerja dan aktivitas ekonomi di dunia nyata
sebenarnya hanya merupakan proses pertukaran sumber daya
yang dimiliki masyarakat (rumah tangga) dengan sektor
perusahaan. Model ini dikatakan baik, sebab dengan
menggunakan unsur-unsur sederhana kita mampu memahami
dunia nyata. 15
Siklus Lingkaran Kegiatan Ekonomi

B Pendapatan Rumah tangga:


Upah/gaji, bunga, sewa, dividen

Faktor produksi rumah tangga: A


TK, Modal, Tanah, Kewirausahaan

Rumah tangga Perusahaan

C Output Perusahaan:
Barang & jasa

Pendapatan Perusahaan: D
Konsumsi rumah tangga

16
Ada 2 metode analisis untuk mengambil kesimpulan
tentang dunia nyata yaitu:
1. Metode deduktif
Metode pengambilan kesimpulan untuk hal-hal khusus
berdasarkan kesimpulan yang bersifat umum.
2. Metode Induktif
Metode pengambilan keputusan untuk hal-hal umum
dari hal khusus.

17
CHAPTER
2

18
 Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.

 Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan


1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang terkait
3. Tingkat pendapatan perkapita
4. Selera atau kebiasaan
5. Jumlah penduduk
6. Perkiraan harga di masa mendatang
7. Distribusi pendapatan
8. Promosi

 Hukum Permintaan
Apabila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta
cenderung menurun, atau sebaliknya, dengan asumsi ceteris paribus.
19
 Fungsi Permintaan (Demand Functions)
Adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan
matematis dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Dx = ƒ (Px, Py, Y/cap, Sel, Pen, Pp, Ydist, Prom)
di mana
Dx = Permintaan barang X
Px = harga X
Py = Harga barang lain yang terkait
Y/cap = Tingkat pendapatan perkapita
Sel = Selera atau kebiasaan
Pen = Jumlah penduduk
Pp = Perkiraan harga X di masa mendatang
Ydist = Distribusi pendapatan
Prom = Promosi
20
 Dx adalah variabel tidak bebas (dependent variable), karena besar nilainya
ditentukan oleh variabel-variabel lain (independent variable) yang berada di
sisi kanan persamaan.
 Dalam analisis ekonomi variabel yang dianggap memiliki pengaruh besar
dan langsung terhadap permintaan suatu barang adalah harga barang itu
sendiri, harga barang lain dan pendapatan.
Dx = ƒ (Px, Py, Y/cap)
 Pengaruh perubahan harga barang itu sendiri terhadap perubahan
permintaan:
Dx/Px < 0 (P  Qd atau sebaliknya)
 Pengaruh perubahan harga barang lain terhadap perubahan
permintaan:
Dx/Py > 0 (P Substitusi  Qd atau sebaliknya)
 Pengaruh perubahan pendapatan terhadap perubahan permintaan:
Dx/Y/cap > 0 (Pendapatan  Qd atau sebaliknya)
21
 Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga suatu barang
dengan tingkat permintaan barang tersebut.
 Kurva Permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang yang
diminta oleh konsumen.
 Misalnya, fungsi permintaan beras di kota Banjarnegara per bulan
merupakan fungsi linier berikut ini:
Qd = 100 – 10P
Di mana: Qd adalah permintaan beras (dalam ton)
P adalah harga beras per kilogram (dalam rupiah).
 Makna dari fungsi di atas adalah jika P = 0 (gratis), maka Qd=100 dan
apabila P berubah 1 unit rupiah maka Qd akan berubah sebanyak 10
unit. Sedangkan Permintaan terhadap suatu barang menjadi 0 (nol) pada
saat harga barang maksimum (tertinggi) = 10.
 Untuk menentukan Qd pada berbagai tingkat P dapat dibuat skedul
permintaan atau daftar permintaan sebagai berikut:
22
Tabel
Skedul Permintaan Beras
Harga Beras Permintaan Beras
Per Kilogram (ribu rupiah) Per bulan (ribu ton)
0 100
1 90
2 80
3 70
4 60
5 50
6 40
7 30
8 20
9 10
10 0

23
Kurva Permintaan Beras
Price, P

100
90

80
Qd = 100 – 10P
70

60
50

40

30
20
D
0 10 20 30 40 50 60 70 80 Qd

Sudut (alfa) mempunyai derajat kemiringan (slope) sebesar Qd/P = -10 yang mempunyai
makna bahwa jika harga beras berubah 1 unit maka Qd terhadap beras berubah 10 unit
dengan arah yang berlawanan.

24
 Istilah jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai
banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.

 Perubahan permintaan terjadi karena 2 sebab utama


1. Perubahan harga
2. Perubahan faktor ceteris paribus (non harga). Misalnya
harga barang lain yang terkait, pendapatan, selera, promosi,
dsb.

25
 Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang
yang diminta, tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu
kurva yang sama. Hal inilah yang disebut pergerakan di
sepanjang kurva permintaan (Movement a long demand
curve).

 Contoh:
Pada harga beras Rp4.000 per kilogram, Qd = 60.000 ton per
bulan. Jika harga naik menjadi Rp6.000 per kilogram, Qd turun
menjadi 40.000 ton per bulan. Seandainya harga beras turun
kembali menjadi Rp2.000 per kilogram, Qd meningkat kembali
menjadi 80.000 ton.

26
Pergerakan Di Sepanjang
P beras
Kurva Permintaan Beras
(Rp ribu)

Qd = 100 – 10P

B
6

A
4

C
2

0 4 6 8 Qd beras
(ribu ton)

27
Jika yang berubah adalah faktor ceteris paribus, yaitu pendapatan, maka akan
terjadi pergeseran kurva permintaan (shift in the demand curve). Misalnya:
Jika pendapatan meningkat, kurva permintaan bergeser sejajar ke kanan. Jika
pendapatan menurun, kurva permintaan bergeser sejajar ke kiri.
Pergeseran Kurva Permintaan Beras
P beras (Rp
ribu)

Qd = 100 – 10P

D1
D0
D2
0 4 6 8 Qd beras (ribu ton)

28
28
 Jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan
apabila terjadi perubahan harga (barang itu sendiri).
 Kenaikan harga akan menyebabkan jumlah barang yang
diminta berkurang dan bila harganya turun akan menambah
jumlah yang diminta.
 Apabila faktor-faktor non harga yang berubah, akan
menyebabkan perubahan dalam permintaan. Perubahan dalam
permintaan ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan
ke kanan atau ke kiri, yang memberikan makna bahwa
perubahan faktor non harga (misalnya pendapatan konsumen
naik, ceteris paribus) akan menyebabkan perubahan permintaan
(menaikkan permintaan), yaitu pada tingkat harga yang tetap
jumlah barang yang diminta bertambah.

29
 Adakalanya hukum permintaan tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu
barang naik justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat.
 Setidaknya, ada 3 (tiga) kelompok barang di mana hukum permintaan tidak
berlaku, yaitu:
1. Barang yang memiliki unsur spekulasi
Contoh: emas, saham dan tanah di kota.
2. Barang prestise
Contoh: mobil mewah, lukisan dari pelukis terkenal atau barang-barang
antik.
3. Barang inferior
Adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang
berpendapatan rendah. Kalau I   Qd.
Contoh: Ubi kayu. pada pendapatan yang sangat rendah orang-orang
mengkonsumsi ubi kayu sebagai pengganti beras. Tetapi ketika
pendapatan meningkat, konsumen mempunyai kemampuan untuk
membeli barang makanan lain dan mengurangi konsumsinya terhadap
ubi kayu.
30
 Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan produsen
pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu.
 Faktor-faktor yang memengaruhi supply
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang terkait
3. Harga faktor produksi
4. Teknologi produksi
5. Jumlah pedagang/penjual
6. Tujuan perusahaan
7. Kebijakan pemerintah
 Hukum Penawaran
Apabila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
ditawarkan cenderung meningkat dengan asumsi ceteris
paribus, atau sebaliknya.
31
 Fungsi Penawaran (Supply Functions)
Adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis
dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Sx = ƒ (Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Keb)
Di mana
Sx =Penawaran barang X
Px =Harga barang X
Py =Harga barang lain yang terkait
Pi =Harga faktor produksi
C =Biaya Produksi
Tek =Teknologi produksi
Ped =Jumlah pedagang/penjual
Tuj =Tujuan perusahaan
Keb =Kebijakan pemerintah
32
 Misalnya, fungsi penawaran mobil adalah:
Qs = -40 + 5P
Di mana:
Qs = jumlah mobil yang ditawarkan (ribu unit) per tahun
P = harga mobil per unit (puluh juta rupiah per unit)
 Makna dari persamaan tersebut adalah bila harga mobil per unit
<=80 juta, maka penawaran mobil = 0. Setiap satu unit
kenaikan harga menyebabkan penawaran mobil meningkat 5
(lima) unit. Atau pada saat P = 0, maka Qs = -40 dan setiap
satu unit kenaikan harga menyebabkan penawaran mobil
meningkat 5 (lima) unit.
 Untuk menentukan Qs pada berbagai tingkat P dapat dibuat
skedul penawaran sebagai berikut: 33
Tabel Skedul Penawaran Mobil

Harga Mobil Penawaran Mobil


Per Unit ( puluh juta rupiah) (Unit)
0 -40
1 -35
2 -30
3 -25
4 -20
5 -15
6 -10
7 -5
8 0
9 5
10 10
11 15
12 20
13 25
14 30
15 35
34
Lanjutan…………Tabel Skedul Penawaran Mobil

Harga Mobil Penawaran Mobil


Per Unit ( puluh juta rupiah) (Unit)
16 40
17 45
18 50
19 55
20 60
21 65
22 70
23 75
24 80
25 85
25 90
26 95
27 100
28 105

35
Kurva Penawaran Mobil
Price, P S

Qs = -40 + 5P

15

14

13

12
11
10
9

0 5 10 15 20 25 30 35 Qs (Ton)

36
 Sama halnya dengan demand, perubahan harga menyebabkan
perubahan jumlah barang yang ditawarkan, tetapi
perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Hal
inilah yang disebut pergerakan di sepanjang kurva
penawaran (Movement a long supply curve).

 Namun, apabila faktor-faktor non harga yang berubah, akan


menyebabkan perubahan dalam supply. Perubahan dalam
supply ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva supply ke kanan
atau ke kiri, yang memberikan makna bahwa perubahan faktor
non harga (ceteris paribus) akan menyebabkan perubahan
supply (menaikkan supply), yaitu pada tingkat harga yang
tetap, jumlah barang yang ditawarkan bertambah.

37
 Equilibrium price (harga keseimbangan) adalah harga di mana
konsumen dan produsen sama-sama tidak ingin menambah atau
mengurangi jumlah yang dikonsumsi dan dijual.
 Dengan kata lain, Qd = Qs.
 Jika harga di bawah harga keseimbangan maka terjadi Excess
demand (kelebihan permintaan). Sebab demand meningkat
tetapi supply menjadi berkurang.
 Sebaliknya, jika harga di atas harga ekuilibrium maka terjadi
Excess supply (kelebihan penawaran). Sebab supply meningkat
tetapi demand berkurang.

38
 Kasus pasar Mobil Sedan
Demand : Qd=200 – 10P
Supply : Qs =-40 + 5P
 Equilibrium
Qd = Qs
200 – 10P = -40 + 5P
200 + 40 = 10P + 5P
240 = 15P
P = 240/15 = 16
Qd = 200 – 10(16) = 40
Qs = -40 + 5(16) = 40

39
 Equilibrium terjadi pada saat harga mobil Rp16 per
unit. Saat itu Qd = Qs yaitu 40 unit mobil per tahun.

 Jika harga mobil ditetapkan Rp15 per unit (di bawah


harga equilibrium), maka akan terjadi kelebihan
demand sebanyak 15 unit per tahun.

 Jika harga mobil ditetapkan Rp17 (di atas harga


equilibrium), maka akan terjadi kelebihan supply
sebanyak 15 unit per tahun.

40
Kurva Equilibrium Pasar Mobil

Price (Rp
juta)
S

Excess Qs = -40 + 5P
Supply

17
16 E
15
Qd = 200- 10P

Excess
Demand
D

40 Quantity
(ribu unit)

41
Perubahan Equilibrium Pasar

Price
S

Excess
Supply
Jika harga berubah
(misalnya dari P0 ke P1),
P1
E0
akan terjadi kelebihan
P0 penawaran yang
menyebabkan harga
turun kembali ke P0.
Titik equilibrium tetap
E0
D

0 Qd Quantity

42
Price S0

E0 S1
P0 Kurva supply
bergeser ke kanan
P1 E1 karena perubahan
teknologi. Titik
D equilibrium
bergeser dari E0 ke
E1.
0 Q0 Q1 Quantity

Price
S

E1
P1 Kurva demand bergeser ke kanan
E0 karena perubahan pendapatan. Titik
P0
equilibrium bergeser dari E0 ke E1
D2

D1
0 Q0 Q1 Quantity
43
 Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar adalah marjinal
(marginalism approach) yang menyatakan bahwa keputusan dalam
memproduksi atau mengkonsumsi ditentukan oleh berapa besar tambahan
pendapatan atau manfaat dari unit terakhir barang yang diproduksi
atau dikonsumsi.
 Konsekuensi dari pemikiran ini, bagi produsen adalah bahwa produsen tidak
menetapkan harga yang sama untuk setiap jumlah penjualan.
 Consumer surplus (Surplus konsumen) adalah selisih antara jumlah yang
bersedia dibayar dengan yang harus dibayar.
 Producer surplus (Surplus produsen) adalah selisih antara jumlah yang
diterima dengan yang mereka harapkan untuk dibayar.
 Teori surplus ekonomi sangat bermanfaat dalam menganalisis dampak
campur tangan pemerintah.
 Campur tangan pemerintah dianggap makin buruk bila total kehilangan
consumer surplus ditambah producer surplus makin besar atau disebut
deadweight loss.
44
Consumer surplus and producer surplus curve

Price S

ABE = Consumer surplus.


B 0BEC = jumlah kesediaan konsumen untuk
200
membayar.
0AEC = Jumlah yang harus konsumen
A bayar.
160 E
FAE = Producer surplus.
120 0FEC = Jumlah yang produsen bersedia
dibayar.
80 F 0AEC = ternyata yang diterima
40
D
0 C 50 100 150 200 Quantity

45
 Penyebab terjadinya market failure
(kegagalan pasar)
1. Incompleted information
2. Monopoly power
3. Externality
4. Public goods
5. Altruism good

46
 Tujuan dari adanya campur tangan pemerintah:
1. Menjamin agar kesamaan hak bagi setiap individu dapat
terwujud dan eksploitasi dapat dihindarkan;
2. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami
perkembangan yang teratur dan stabil;
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, agar tidak
terjadi monopoli yang merugikan;
4. Menyediakan barang publik (public goods) untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
5. Mengawasi agar eksternalitas kegiatan ekonomi yang
merugikan masyarakat dapat dihindari atau dikurangi.

47
Adapun bentuk intervensi pemerintah adalah:
A. Kontrol harga
1. Floor Price
2. Ceiling Price
3. Quota
B. Pajak dan Subsidi
1. Pajak
2. Subsidi
C. Tarif atau Kuota Impor

48
Misalkan fungsi keseimbangan pasar gabah di Karawang, sebagai berikut:
Qd = 2.000 – 3P dan Qs = -500 + 2P

 Keseimbangan dari pasar gabah di Karawang


Qd = Qs
2000 – 3P = -500 + 2P
2000 + 500 = 2P + 3P
2500 = 5P
P = 2500/5 = 500
 Jumlah gabah yang diminta
Qd = 2000 – 3P
= 2000 – 3(500)
= 500
 Jumlah gabah yang ditawarkan
Qs = -500 + 2P
= -500 + 2(500)
= 500
49
 Pemerintah menetapkan harga dasar gabah menjadi Rp600 per
ton, maka:
 Jumlah gabah yang diminta, pada saat P = Rp600
Qd = 2000 – 3P
= 2000 – 3(600)
= 200
 Jumlah gabah yang ditawarkan, pada saat P = Rp600
Qs = -500 + 2P
= -500 + 2(600)
= 700
 Akibatnya terjadi excess supply = 500
Yaitu Qs – Qd = 700 – 200 = 500

50
Kurva Pasar Gabah di Karawang
Price (Rp ratus
Excess S
ribu/ton)
Supply

700 Qs = -500 + 2P

600 Floor Price


B E
500
C
400 Qd1 = Qd + Qdp

300

200
Qd = 2000 – 3P
100

0 200 500 700 1000 1500 2000 (000 ton/musim)

51
 Keputusan ini merugikan konsumen dan produsen
karena total surplus ekonomi yang hilang besarnya
adalah seluas segi tiga B+C.
 Agar harga gabah tetap pada tingkat Rp600 per ton,
pemerintah harus membeli excess supply tersebut.
 Pembelian pemerintah atau permintaan pemerintah
(Qdp) memperbesar demand.
 Akibatnya kurva demand bergeser ke Qd1= Qd + Qdp.
 Besarnya budget pemerintah yang disediakan adalah
500 ton x Rp600 = Rp300.000

52
Misalkan keseimbangan pasar Mie instant di Indonesia, sebagai berikut:
Qd = 20.000 – 5P dan Qs = -5000 + 20P
di mana : Qd, Qs (ribu bungkus per bulan) dan P (harga per bungkus)
 Keseimbangan dari pasar Mie Instant di Indonesia
Qd = Qs
20.000 – 5P = -5000 + 20P
20.000 + 5000 = 20P + 5P
25.000 = 25P
P = 25.000/25 = 1000
 Jumlah Mie Instant yang diminta
Qd = 20.000 – 5P
= 20.000 – 5(1000) = 15.000
 Jumlah Mie Instanst yang ditawarkan
Qs = -5000 + 20P
= -5000 + 20(1000) = 15.000
53
 Keseimbangan pasar terjadi pada tingkat harga mie
instant Rp1000 per bungkus dengan jumlah 15 .000
bungkus per bulan.
 Pemerintah merasa harga mie instant terlalu tinggi dan
menetapkan harga Rp750 per bungkus.
 Keputusan ini menyebabkan excess demand sebesar
16.250 bungkus per bulan (16.250–10.000)
 Secara ekonomis keputusan ini merugikan, karena
terjadi deadweight loss sebesar luas segitiga A + B

54
 Pemerintah menetapkan ceiling price mie instant menjadi
Rp750 per bungkus, maka:

 Jumlah mie instant yang diminta, pada saat P = Rp750


Qd = 20.000 – 5P
= 20.000 – 5(750)
= 16.250
 Jumlah mie yang ditawarkan, pada saat P = Rp750
Qs = -5000 + 20P
= -5000 + 20(750)
= 10.000
 Akibatnya terjadi excess demand = 6.250
Yaitu Qd – Qs = 16.250 – 10.000 = 6.250

55
Kurva Pasar Mie Instant di Indonesia
Price

5000

4000 Qd = 20.000 - 5P

3000

2000
A
Qs = -5000 + 20P
E
1000
750 Ceiling Price
B

0 5000 Qs=10000 15000 20000 (Qd)


Excess
demand Qd=16250
=
6250
56
 Quota merupakan kebijakan pemerintah memengaruhi
tingkat harga dengan cara pembatasan produksi.

 Misalnya, pemerintah ingin menolong petani jagung


dengan cara membatasi jumlah produksi (quota) untuk
meningkatkan harga.

 Kurva pasar jagung di Jawa tengah menunjukkan tanpa


campur tangan pemerintah, keseimbangan pasar jagung
terjadi di titik E1 dengan jumlah jagung Q0 dan harga
P0.

57
Kurva Pasar Jagung di Jawa Tengah

Price
Kurva
S1 penawaran
akibat kuota S0
produksi
P1
F
A B
P0 E1
C

0 Q1 Q0 Quantity

58
 Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung
minimal P1, untuk itu jumlah produksi dibatasi hanya
sampai Q1.
 Kurva penawaran jagung yang relevan adalah S1.
Keputusan ini mengurangi surplus konsumen sebesar
A+B.
 Produsen mengalami kehilangan surplus seluas C, tetapi
memperoleh tambahan surplus seluas A ditambah
insentif tidak memproduksi, seluas F.
 Agar produsen jagung mau mengurangi produksinya
sampai tingkat Q1, maka insentif finansial yang harus
diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+F.

59
Kurva Pasar Sepeda Motor di Indonesia
P beras
(Rp ribu)
S1

S0
E1
P1 Pajak t/Unit

A B E0
P0
F C
P2

0 Q1 Q0 Quantity

60
 Tetapi pemerintah memperoleh pendapatan sebanyak
A + F = 0Q1 x (P1-P2).
 Sepintas pemerintah tampaknya senang dengan
penerimaan itu, tetapi konsumen dirugikan karena
beban pajak yang seharusnya ditanggung produsen,
sebagian (A) ditanggung oleh konsumen. Ini disebut
pergeseran beban pajak (tax incidence).
 Besarnya tax incidence sangat tergantung pada
elastisitas permintaan dan penawaran.

61
 Tax (pajak) dibutuhkan sebagai sumber penerimaan
negara.
 Pemerintah bermaksud menarik pajak dari pasar sepeda
motor, dengan membebankan pajak sebesar T per unit.
 Pajak itu dibebankan kepada produsen. Pengenaan pajak
menyebabkan kurva penawaran bergeser dari S0 ke S1,
sehingga harga keseimbangan menjadi P1, sedangkan
jumlah keseimbangan menjadi Q1.
 Kebijakan ini sebenarnya menyebabkan konsumen
kehilangan surplus konsumen sebanyak A + B. Sedangkan
produsen kehilangan surplus produsen sebanyak F + C.

62
Kurva Pasar Susu Bayi di Yogyakarta
Price

S0

S1
E2 Subsidi/Unit
P2
E0
P0

P1 E1

D1

D0

0 Q2 Q0 Q1 Quantity

63
 Subsidi dapat dipandang sebagai pajak negatif (negative tax),
karena subsidi menambah pendapatan nyata.
 Agar makin banyak keluarga yang mampu membeli susu,
pemerintah bermaksud menurunkan harga susu ke P1.
 Dengan harga setingkat P1 permintaan meningkat menjadi Q1,
sementara penawaran berkurang menjadi Q2.
 Menyadari bahwa bila menempuh kebijakan ceiling price akan
menimbulkan deadweight loss maka pemerintah menempuh
kebijakan subsidi (negative tax).
 Bila subsidi diberikan kepada konsumen, akan menggeser
kurva permintaan ke D1, sehingga keseimbangan baru terjadi di
titik E2.
 Bila subsidi diberikan kepada produsen, akan menggeser kurva
penawaran ke S1. Keseimbangan baru terjadi di titik E1.
64
Kurva Tarif atau Kuota Impor
Price
S

Tarif/Unit

P*
A F
B C
Pw

0 Qs0 Qs1 Qd1 Qd0 Quantity

65
 Dalam sistem perekonomian terbuka harga barang yang berlaku
adalah harga internasional.
 Persoalan adalah bila harga domestik lebih tinggi daripada
harga dunia. Sebab dengan mekanisme pasar bebas, terpaksa
dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
 Walaupun dari sudut konsumen hal ini menguntungkan tetapi
demi melindungi industri dalam negeri, pemerintah menempuh
kebijakan protektif dengan memberlakukan tarif (pajak impor)
dan kuota impor (pembatasan impor).
 Dengan harga internasional setingkat Pw, tingkat impor
mencapai sejumlah Qd0-Qs0 unit.
 Untuk melindungi industri dalam negeri, pemerintah
menetapkan tarif sebesar T per unit impor.

66
 Harga dalam negeri meningkat menjadi P*, impor
pun berkurang menjadi Qd1-Qs1.
 Bagi produsen domestik, kebijakan ini
menambahkan keuntungan mereka sebesar
A+B+C+F
 Sedangkan F merupakan penerimaan pajak
pemerintah.
 Jika pemerintah memberlakukan kuota impor, F
merupakan keuntungan yang diperoleh produsen
asing. Sehingga kerugian domestik neto adalah
B+C+F.
67
Diketahui:
Qd = 200 – 15P
Qs = -10 + 4P
Keseimbangan pada saat Qd = Qs
200 – 15P = -10 + 4P
200 + 10 = 15P + 4P
210 = 19P
P = 210/19 = 11,05
Qd dan Qs pada saat P=11,05
Qd = 200 – 15(11,05)
= 34,2
Qs = -10 + 4(11,05)
= 34,2
68
 Bila dikenakan pajak per unit (t) output sebesar 2.
Maka Qs baru adalah:
Qs = -10 + 4P
Qs = -10 + 4 (P-2)
= -10 + 4P + (-8)
= -18 + 4P
Keseimbangan baru adalah:
200 – 15P = -18 + 4P
200 + 18 = 15P + 4P
218 = 19P
P = 218/19 = 11,47

69
Qd dan Qs pada saat P = 11,47 adalah:
Qd = 200 – 15 (11,47) = 28
Qs = -18 + 4(11,47) = 28
Besarnya pajak yang diterima pemerintah
= Jumlah Output x besarnya pajak
= 28 x 2 = 56
Besarnya beban pajak yang ditanggung oleh:
a. Konsumen
P baru – P lama ==> 11,47 – 11,05 = 0,42
b. Produsen (sisanya)
Besarnya t – pajak yang ditanggung konsumen
2 – 0,42 = 1,58

70
 Bila diberikan subsidi sebesar 2 per unit terjual
Maka Qs baru adalah:
Qs = -10 + 4 (P+2)
= -10 + 4P + 8
Qs = -2 + 4P
Keseimbangan setelah subsidi
200 – 15P = -2 + 4P
200 + 2 = 15P + 4P
P = 10,63
Qd dan Qs pada saat P = 10,63 adalah:
Qd = 200 – 15P
= 200 – 15(10,63) = 40,5
Qs = -2 + 4P
= -2 + 4(10,63) = 40,5
Besar Subsidi yang harus disediakan pemerintah:
= Q x Subsidi
= 40,5 x 2 = 81
71
Diketahui: Qd = 20 – 2P dan Qs = -10 + 4P
Ditanya:
1. Buat skedul demand dan skedul supply
2. Tentukan equilibrium beserta grafiknya
3. Jika harga ditetapkan sebesar 7 (di atas equilibrium
price) hitung excess supply dan buat kurvanya.
4. Jika harga ditetapkan sebesar 4 (di bawah equilibrium
price) hitung excess demand dan buat kurvanya.

72
Diketahui: Qd = 15 – P dan Qs = -6 + 2P
Ditanya:
1. Buat skedul demand dan skedul supply
2. Tentukan equilibrium beserta grafiknya
3. Bila dikenakan pajak per unit (t) output sebesar 0,5.
a. Tentukan fungsi penawaran baru (setelah pajak)
b. Tentukan keseimbangan baru
c. Besarnya pajak yang diterima pemerintah
d. Besarnya pajak yang ditanggung konsumen & produsen
4. Gambar kurvanya

73
Diketahui:
Fungsi Permintaan: P = 15 – Q atau: Q = 15 - P
Fungsi Penawaran: P = 3 + 0,5Q atau: Q = -6 + 2P

Ditanya:
1. Tentukan keseimbangan (P dan Q) dari kedua fungsi di atas.
2. Bila dikenakan pajak per unit (t) output sebesar 3.
a. Tentukan fungsi penawaran baru (setelah pajak)
b. Tentukan keseimbangan baru setelah dikenakan pajak
c. Besarnya pajak yang diterima pemerintah
d. Besarnya pajak yang ditanggung konsumen & produsen
e. Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah 1,5 /unit output
f. Tentukan fungsi penawaran baru (setelah subsidi)
g. Tentukan keseimbangan baru setelah diberikan subsidi
h. Besarnya subsidi yang disediakan pemerintah
i. Besarnya subsidi yang diterima konsumen & produsen
3. Gambar kurvanya
Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 74
CHAPTER
3

75
ELASTISITAS PERMINTAAN

Elastisitas permintaan mengukur seberapa


besar persentase perubahan permintaan
terhadap suatu barang atau jasa apabila salah
satu faktor yang mempengaruhinya berubah
sebesar satu persen, ceteris paribus.

76
JENIS ELASTISITAS PERMINTAAN

1. Elastisitas Harga Permintaan


(price elasticity of demand)

2. Elastisitas Silang Permintaan


(cross elasticity of demand)

3. Elastisitas Pendapatan Permintaan


(income elasticity of demand)

77
ELASTISITAS HARGA
Yaitu mengukur seberapa besar persentase perubahan
permintaan terhadap suatu barang apabila harganya berubah
sebesar satu persen.

Atau:

Atau:

78
RUMUS MENGHITUNG KOEFISIEN ELASTISITAS HARGA

a. Elastisitas Titik (Point Elasticity)


Yaitu mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu.

b. Elastisitas Busur (Arch Elasticity)


Yaitu mengukur elastisitas permintaan antara dua titik

Atau:

79
CONTOH PENGHITUNGAN ELASTISITAS HARGA

P Qd Interpretasinya:
100 10
Ep = 3,66
120 5
Bila harga (P) naik sebesar 1
persen, maka jumlah barang
yang diminta mengalami
penurunan sebesar 3,66 persen

Ep = 2,5
Bila harga (P) naik sebesar 1
persen, maka jumlah barang
yang diminta mengalami
penurunan sebesar 2,5 persen

80
Elastisitas harga di sepanjang kurva permintaan

Harga Jeruk Qd Ep Jeruk


Busur Keterangan
(Rp/kg) (kg/minggu) (elastisitas busur)

A 4,000 600
0,45 Inelastis
B 6,000 500
0,78 Inelastis
C 8,000 400
1,29 Elastis
D 10,000 300
2,20 Elastis
E 12,000 200

81
Elastisitas Harga di Sepanjang Kurva Permintaan

P
Jeruk
12.000 Ep4 = 2,20

10.000 Ep3 = 1,29

8.000 Ep2 = 0,78

6.000 Ep1 = 0,45

4.000

2.000 DA
0
100 200 300 400 500 600
QJeruk

82
JENIS ELASTISITAS HARGA DAN INTERPRETASINYA
Tanda dari koefisien ED pada umumnya adalah negatif, karena harga
dan kuantitas permintaan akan berubah dengan arah yang berlawanan

No Koefisien Sifat Permintaan Interpretasi


ED Barang
1 ED > 1 Elastis % ΔQ > % ΔP

2 ED < 1 Inelastis % ΔQ < % ΔP

3 ED = 1 Elastis Uniter % ΔQ = % ΔP

4 ED = 0 Inelastis Sempurna % ΔP tertentu,


% ΔQ adalah nol
5 ED = ∞ Elastis Sempurna % ΔP adalah nol,
% ΔQ tertentu

83
1. Permintaan Elastis % ΔQ > % ΔP

P1
% ∆P
Po
D

% ∆Q
Q
o Q1 Qo
84
2. Permintaan Inelastis % ΔQ < % ΔP

P1

% ∆P

Po

% ∆Q D
o Q
Q1 Qo
85
3. Permintaan Elastis Uniter % ΔQ = % ΔP

P1

% ∆P

Po

D
% ∆Q

o Q
Q1 Qo
86
4. Permintaan Inelastis Sempurna

P % ΔP tertentu,
D % ΔQ = 0

P1

% ∆P

Po

o Q
Qo
87
5. Permintaan Elastis Sempurna

P
% ΔP = 0,
% ΔQ tertentu

Po D

% ∆Q

o Q
Qo Q1
88
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Elastisitas Permintaan

1. Ketersediaan barang substitusi


Semakin mudah menemukan subsitusi suatu barang, semakin
elastis permintaan terhadap barang tersebut .
Sebaliknya, semakin sulit menemukan substitusi suatu barang
semakin inelastis permintaan terhadap barang tsb

2. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan


Semakin besar proporsi pendapatan yang akan dibelanjakan
terhadap suatu barang atau jasa maka semakin elastis
permintaan terhadap barang tersebut
Sebaliknya, semakin kecil proporsi pendapatan yang akan
dibelanjakan terhadap suatu barang atau jasa maka semakin
inelastis permintaan terhadap barang tersebut

89
Lanjutan……… Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

3. Kepentingan suatu barang


Semakin penting suatu barang untuk kelangsungan hidup
maka semakin inelastis permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, semakin kurang penting suatu barang untuk
kelangsungan hidup maka semakin elastis permintaan
terhadap barang tersebut .

4.Jangka waktu analisis


Secara umum, permintaan suatu barang atau jasa adalah
inelastis dalam jangka pendek, tetapi menjadi elastis dalam
jangka panjang.

90
ELASTISITAS SILANG

Elastisitas silang (Ec)


Yaitu mengukur seberapa besar persentase perubahan
permintaan terhadap suatu barang apabila harga barang
lain berubah sebesar satu persen.

Atau:

91
Jenis-jenis Elastisitas Silang dan Interpretasinya

Tanda dari koefisien EC dapat positif, negatif, nol atau tak terhingga, tergantung
kepada bagaimana hubungan antar barang atau jasa

92
ELASTISITAS PENDAPATAN

Elastisitas pendapatan (EI)

Yaitu mengukur seberapa besar persentase perubahan


permintaan terhadap suatu barang apabila pendapatan
berubah sebesar satu persen.

93
Jenis-jenis Elastisitas Pendapatan dan Interpretasinya

Tanda koefisien elastisitas pendapatan dapat positif atau negatif,


tergantung kepada golongan suatu barang atau jasa

94
LATIHAN-3

1. Fungsi permintaan akan suatu barang


ditunjukkan oleh persamaan:
Qd = 25 – 3P2. Tentukan Ed pada P=5.

2. Permintaan akan suatu barang dicerminkan


oleh Qd=4 – P. Tentukan Ed pada P = 3 dan
pada Qd = 3

95
CHAPTER
4

96
Pentingnya
Memahami Perilaku Konsumen

Agar dapat memahami sisi permintaan


akan barang dan jasa

Tujuan Konsumen
Mencapai
Kepuasan Maksimum
97
Barang
(Commodities)
 Barang adalah benda dan jasa
yang dikonsumsi untuk
memperoleh manfaat atau
kegunaan.
 Makin banyak dikonsumsi
makin besar manfaat yang
diperoleh.

98
Utilitas (Utility)
 Utility (U) adalah manfaat yang diperoleh
karena mengkonsumsi barang.
 Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh konsumen.
 Total Utilility (TU) adalah total manfaat yang
diperoleh dari seluruh barang yang
dikonsumsi.
 Marginal Utility (MU) adalah tambahan
manfaat yang diperoleh dari penambahan
satu unit barang yang konsumsi.
99
Hukum Gossen
(Gossen Law)
 Pada awalnya penambahan konsumsi suatu
barang akan memberi tambahan manfaat
(utilitas) yang besar, tetapi makin lama
pertambahan itu bukan saja makin menurun,
tetapi menjadi negatif.

 Gejala itu disebut hukum pertambahan


manfaat yang semakin menurun (The Law of
Diminishing Maginal Utility).

100
Konsistensi Preferensi
(Transitivity)
 Dua sikap yang berkaitan dengan
preferensi konsumen, yaitu:
1. Lebih suka (prefer) ==> X > Y
2. Sama-sama disukai (Indifference) ==> X = Y

 Bila X > Y dan Y > Z, maka X > Z

101
Pengetahuan Sempurna
(Perfect knowledge)

 Konsumen diasumsikan memiliki


informasi atau pengetahuan yang
sempurna mengenai:
1. Kualitas barang
2. Kapasitas produksi
3. Teknologi yang digunakan
4. Harga barang di pasar
102
Teori Kardinal (Cardinal Theory)
 Kegunaan dapat dihitung secara nominal.
 Satuan ukuran utility adalah util.
 Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang
berdasarkan perbandingan antara manfaat
yang diperoleh dengan biaya yang harus
dikeluarkan.
 Total uang yang harus dikeluarkan untuk
konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan
harga per unit.
 Untuk setiap tambahan konsumsi, tambahan
biaya yang harus dikeluarkan sama dengan
harga barang per unit.
103
TU dan MU dari Mengkonsumsi Baju

Harga Baju Jumlah Baju Uang yang harus TU MU


Per Helai Yang dikonsumsi Dikeluarkan (Rp) (Util) (Util)
25,000 1 25,000 50,000 50,000
25,000 2 50,000 125,000 75,000
25,000 3 75,000 185,000 60,000
25,000 4 100,000 225,000 40,000
25,000 5 125,000 250,000 25,000
25,000 6 150,000 250,000 -
25,000 7 175,000 225,000 (25,000)
25,000 8 200,000 100,000 (125,000)

104
Kurva TU dan MU dari Mengkonsumsi Baju
300000 Kurva TU pada awalnya
menaik tajam, seiring
250000 naiknya MU.
200000
Penurunan MU
menyebabkan slope
150000
kurva TU makin
mendatar.
100000 Konsumen akan berhenti
TU mengkonsumsi pada saat
50000 MU = P
Prinsip tersebut berlaku
0
untuk semua barang,
1 2 3 4 5 6 7 8 sehingga konsumen akan
-50000
mencapai kepuasan
-100000
maksimum pada saat:
MU MUx = Px
-150000

105
Teori Ordinal (Ordinal Theory)

Kurva Indiferensi
(Indifference Curve)
&
Kurva Garis Anggaran
(Budget Line Curve)

106
Kurva Indiferensi
(Indifference Curve)

 Menurut teori Ordinal, kegunaan tidak dapat


dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan.
 Kurva Indiferensi adalah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi
dua macam barang yang memberikan
tingkat kepuasan yang sama bagi seorang
konsumen.
 Seorang konsumen akan menghadapi
sekumpulan kurva indiferensi yang disebut
dengan peta indiferensi (Indifference Map).
107
Lanjutan….Kurva Indiferensi

 Misalnya nilai manfaat seorang konsumen dari


mengkonsumsi bakso dan sate per bulan
dapat ditulis sebagai:
U = X.Y
Di mana:
U = tingkat kepuasan
X = Bakso
Y = Sate

108
Lanjutan….Kurva Indiferensi

Bakso

25 A
20 B

10 C
D
5 E
4
IC

4 5 10 20 25 Sate

109
Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi

Asumsi Pertama
Semakin jauh IC dari titik origin,
semakin tinggi tingkat
kepuasannya

IC3

IC2
IC1

110
Lanjutan….Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi

Bakso Asumsi Kedua


Asumsi ini
Kurva indiferensi menurun menggambarkan adanya
dari kiri atas ke kanan kelangkaan. Bila suatu
bawah (downward barang makin langka,
sloping) dan cembung ke maka harganya makin
titik origin (convex to mahal.
25 A origin) Hal ini dijelaskan dalam
konsep Marginal Rate Of
Substitution (MRS).
B MRS yaitu berapa banyak
10 barang Y (Bakso) harus
dikorbankan untuk
C menambah barang X (Sate)
4
demi menjaga tingkat
kepuasan yang sama.
IC MRS = Y / X
MRS = 15 / 6 = 2,5
4 10 25 Sate MRS = 6 / 15 = 0,4

111
Lanjutan….Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi

Asumsi Ketiga

Kurva indiferensi tidak


saling berpotongan
A

B
C Titik A ==> IC1 > IC2
IC2 Titik B ==> IC1 = IC2
IC1
Titik C ==> IC1 < IC2

112
Kurva Garis Anggaran
(Budget Line Curve)
 Kurva Garis Anggaran, menunjukkan
berbagai kombinasi dua macam barang
yang membutuhkan anggaran/biaya
yang sama besar.
 Rumus kurva garis anggaran
BL = Px x Qx + Py x Qy
 Slope kurva BL adalah negatif, yang
menunjukkan rasio Px dan Py.

113
Lanjutan….Kurva Garis Anggaran
Qy
 Dengan M sebesar Rp6, serta Px=Py =
Rp1, konsumen dapat membeli 6x
D (titik A) atau 6y (titik D)
6  Dengan M dan Py yang tidak
berubah, garis anggaran (BL) akan
menjadi DA dengan Px = Rp1. (M / Qx
= 6/6 = 1)
 Dengan M dan Py yang tidak
berubah, garis anggaran (BL) akan
4 menjadi DB dengan Px = Rp.2.
(M / Qx = 6/3 = 2)
 Dengan M dan Py yang tidak
berubah, garis anggaran (BL) akan
menjadi DC dengan Px = Rp. 0,67 (M
/ Qx = 6/9 = 0,67)
2

B A C

0 3 6 9 Qx

114
Keseimbangan Konsumen

Qy
Dengan kata lain: Dengan garis anggaran
D
Slope IC = Slope BL DC, konsumen berada
6 dalam posisi
keseimbangan pada saat
mengkonsumsi 3x dan 3y
(titik E), di mana garis
anggaran DC
bersinggungan dengan
3
E kurva IC2 (kurva
indiferen yang tertinggi
dapat dicapai oleh
IC2 konsumen dengan
BL
keadaan garis
anggarannya).
C
0 3 6 Qx

115
Penurunan Kurva Permintaan Konsumen
Pada gambar menunjukkan Dengan M=Rp6 dan
Qy bahwa dengan M=Rp6, Py=Rp1 tetapi Px = Rp1,
Py=Rp1 dan Px=Rp2 (garis individual akan berada
anggaran GF’), pada posisi
keseimbangan konsumen keseimbangan pada titik
berada pada titik A E (3x dan 3y), di mana
G
(mengkonsumsi 1x dan 4y), garis anggaran GF
6 di mana garis anggaran DC bersinggungan dengan
bersinggungan dengan IC1. IC2. Hal ini memberikan
Hal ini memberikan titik A’ titik E’ (Qx=3 pada saat
(Qx=1 pada saat Px=Rp2) Px = Rp1) pada panel
pada panel bawah bawah.

4 A
H Akhirnya, dengan M = Rp6
E dan Py = Rp1 tetapi Px = 0,67,
3
individual akan berada
dalam kondisi keseimbangan
IC3 pada titik H (4,5x dan 3y), di
IC1 IC2 mana garis anggaran DF”
BL1 bersinggungan dengan IC3.
BL2 BL3
0 F’ F F” Hal ini menghasilkan titik F’
0 1 3 4.5 6 9 Qx (Qx = 4,5 pada saat Px =
Rp0,67) pada panel bawah

116
Dengan nilai tertentu dari
Px
pendapatan konsumen dan harga
dari barang Y, dapat diturunkan
kurva permintaan konsumen
2 A ’ terhadap barang X dari titik-titik
keseimbangan yang merupakan hasil
dari beberapa harga yang berbeda dari
X.
1
E ’
H’
0,5
dx
Dengan menyatukan
titik A’, E’ dan F’ pada
panel bawah, maka
diperoleh dx, kurva
permintaan individual
0
untuk barang x.
0 1 3 4,5 4,5 Qx

117
LATIHAN-4.a
Tingkat utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi es
teh manis adalah:
U = 9X2 – X3
Di mana U adalah utilitas dan X adalah jumlah es teh
manis yang dikonsumsi (satuan per unit adalah gelas).
Ditanya:
a. Berapa gelas es teh manis yang harus dikonsumsi
agar utilitasnya maksimum?
b. Gelas keberapa yang memberikan MU maksimum?
c. Gelas keberapa yang menyebabkan MU=0
d. Tunjukkan jawabannya dengan menggunakan tabel
(tabulasi)

118
LATIHAN-4.b
Anastasia mengalokasikan dana setiap tahunnya
sebesar Rp2 juta untuk membeli pakaian dan
kosmetik. Utilitas yang diperoleh dari konsumsi
kedua barang tersebut adalah:
U = X.Y
Di mana X adalah pakaian dan Y adalah
kosmetik. Harga satu stel pakaian adalah Rp200
ribu sedangkan satu set kosmetik adalah Rp100
ribu.
Ditanya: Hitunglah kombinasi konsumsi yang
optimum dan tingkat Utilitas yang dicapai.

119
LATIHAN-4.c

Dalam mengkonsumsi barang X dan Y, Natalia


memiliki fungsi kepuasan total sebagai berikut:
TU = 17X + 20Y – 2X2 – Y2
Bila diketahui bahwa uang yang dianggarkan untuk
membeli kedua barang tersebut adalah Rp22 ribu di
mana Px = Rp3000 dan Py = Rp4000.
Ditanya:
a. Banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi
agar memperoleh kepuasan maksimum.
b. Pada tingkat pembelian soal a, berapakah besarnya
TU, MUx dan MUy.

120
CHAPTER
5

121
 Proses Produksi
 Jenis Faktor Produksi
 Dimensi Jangka Pendek & Jangka Panjang
 Model Produksi
 Satu Faktor Produksi Variabel
 Total Product (TP)
 Average Product (AP)
 Marginal Product (MP)
 Dua Faktor Produksi Variabel
 Isokuan (Isoquant)
 Isokos (Isocost)
 Keseimbangan Produsen
 Skala Hasil
 Jalur Ekspansi

Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 122


Proses Produksi

Faktor-faktor
produksi (Input) Fungi Output
- Modal (K) Produksi
(Barang &
- Tenaga Kerja (L) (Teknologi Jasa)
- Tanah Tertentu)
- Kwu

123
Faktor Produksi Tetap
(Fixed Input)
&
Faktor Produksi Variabel
(Variable Input)

124
Faktor Produksi Tetap
Faktor produksi di mana jumlah
penggunaannya tidak tergantung pada
jumlah produksi

 Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi


tersebut harus tetap tersedia.

Contoh: Mesin-mesin pabrik

 Jika Q maka mesin tidak akan ditambah atau jika


Q, maka mesin tidak akan dikurangi bahkan ketika
Q=0
125
Kurva Faktor Produksi Tetap
Mesin (K)

3 Mesin (K) adalah tetap

0 5 10 15 20 Q (Jumlah produksi)

126
Faktor Produksi Variabel
Faktor produksi di mana jumlah
penggunaannya tergantung pada
tingkat produksi

 Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor


produksi yang digunakan, atau sebaliknya.

Contoh: Buruh harian lepas di pabrik rokok

 Jika perusahaan menginginkan Q maka jumlah


buruh hariannya (L) , atau sebaliknya

127
Kurva Faktor Produksi Variabel
Tenaga Kerja (L)

L adalah variabel
10

0 5 10 15 20 Q (Jumlah produksi)

128
Dimensi Jangka Pendek & Jangka Panjang

Jangka pendek adalah periode produksi di mana


perusahaan tidak mampu dengan segera menambah atau
mengurangi salah satu atau beberapa faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi.

Jangka panjang adalah periode produksi di mana


perusahaan memiliki kemampuan menambah atau
mengurangi seluruh faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi, sehingga semua faktor
produksi adalah variabel.

129
Model Produksi
Satu Faktor Produksi Variabel

Fungsi Produksi:
Q =  (K, L)

di mana K diasumsikan tetap yang berarti keputusan


produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga
kerja (L)

130
Total Product (TP)

Banyaknya produksi yang dihasilkan dari


penggunaan seluruh (total) faktor produksi

TP =  (K, L)

TP akan maksimum pada saat MP = 0. Di mana MP merupakan turunan


pertama dari TP

131
Marginal Product (MP)

Tambahan produksi yang dihasilkan dari


penambahan satu unit faktor produksi

 Perusahaan dapat terus menambah L selama MP > 0


 Jika MP < 0 maka penambahan L justru mengurangi TP
 Penurunan MP merupakan indikasi telah terjadinya
hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (The
Law Of Diminishing Return)

Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 132


Average Product (AP)

Rata-rata produksi yang dihasilkan dari per


unit faktor produksi

 AP maksimum bila AP’ = 0 (AP’ adalah turunan pertama


fungsi AP)
 Secara matematis AP maksimum tercapai pada saat:
AP = MP dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP
maksimum

Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 133


TP, MP dan AP

L TP MP AP
0 0 0 0
1 5 5 5  AP Maksimum:
2 18 13 9 TAHAP I AP’ = 0 atau pada
saat AP = MP
3 30 12 10
4 40 10 10
5 45 5 9
6 48 3 8 TAHAP II  TP Maksimum:
7 49 1 7 MP = 0
8 49 0 6.1
9 45 -4 5 TAHAP III  MP Maksimum:
MP’ = 0

134
Kurva TP, MP dan AP

60 TP Max  Tahap I
50
Pada saat AP
40
TP hingga AP
30 maksimum atau
20 pada saat TP
10
mengalami
0
pertambahan yang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
semakin cepat
L
 Tahap II
14
MP Max Dari AP Maksimum
12
hingga TP Maksimum
10
atau saat
8
AP Max pertambahan TP
6 semakin lama
4
AP
semakin kecil
2  Tahap III
0
Daerah TP yang
-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 L menurun atau saat
-4 TP semakin lama
-6 MP
semakin berkurang

135
Model Produksi
Dua Faktor Produksi Variabel

Isoquant
(Kurva Jumlah Produksi)
&
Isocost
(Kurva Anggaran Produksi)

136
Isoquant
(Kurva Jumlah Produksi)

Menunjukkan berbagai kombinasi


penggunaan dua macam faktor produksi
variabel secara efisien dengan tingkat
teknologi tertentu yang menghasilkan
tingkat produksi yang sama

137
Kombinasi Dua Macam
Faktor Produksi Varibel

6
5 10
Modal (K) 4
3 10
2
1 10
1 2 3 4 5 6
Tenaga Kerja (L)

138
Kurva Isoquant
K

Keterangan:
Q (jumlah produksi)
sebanyak 10 dapat
dihasilkan dengan
A kombinasi:
5
A (5K, 1L)
B (3K, 2L)
C (1K, 3L)
B
3

30Q

C 20Q
1

10Q

1 2 3 L

139
Kemiringan (Slope) Isoquant
K
Nilai absolut dari slope isokuan
disebut MRTS (Marginal Rate Of
Technical Substitution) atau
tingkat marginal dari substitusi
teknis.
MRTS yaitu kesediaan
menambah L akibat
4 A mengurangi K. Dengan kata lain
3,5 mengganti K (Substitusi) dengan
L.
2,5 Dengan rumus:
MRTS = K / L
30Q
B
1,5

20Q Titik A Ke B
1
C MRTS = 2,5 / 1 = 2,5
10Q
Titik B Ke C
MRTS = ½ / 1 = ½

1 2 3 3,5 L

140
Isocost
(Kurva Anggaran Produksi)

Menunjukkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam


faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama

Dengan Rumus

I = r.K + w.L
Di mana: I (Isocost), r (Sewa), K (Modal), w (Upah), L (Tenaga Kerja)

141
Kurva Isocost
K K

Harga Faktor
Produksi berubah
Kemampuan
Anggaran berubah

0 I2 I1 I3 L I2 I1 I3 L

142
Keseimbangan Produsen
Qy
Dengan kata lain: Keseimbangan
Slope Isoquant = Slope Isocost
D
produsen (kondisi
6 optimal) diartikan
sebagai tingkat output
maksimal yang dapat
dihasilkan dengan
sejumlah biaya tertentu
atau jumlah dana
minimal untuk
3
E menghasilkan output
tertentu.

Secara grafis
Isoquant keseimbangan
produsen tercapai pada
Isocost saat kurva Isoquant
C bersinggungan dengan
0 3 6 Qx kurva isocost.

143
Skala Hasil (Return To Scale)
Konsep yang menjelaskan seberapa besar output berubah
bila jumlah faktor produksi dilipatgandakan (doubling)

Jenis skala hasil


1. Skala hasil menaik (increasing return to scale).
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 2 kali lipat
menyebabkan output meningkat lebih dari 2 kali lipat.
2. Skala hasil tetap (constant return to scale).
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 2 kali lipat
menyebabkan output meningkat dua kali lipat juga.
3. Skala hasil menurun (decreasing return to scale).
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 2 kali lipat
menyebabkan output meningkat kurang dari dua kali
lipat.
144
Skala hasil menaik (increasing return to scale)
K

300Q

100Q

3 6 L

145
Skala hasil tetap (constant return to scale)
K

200Q

100Q

3 6 L

146
Skala hasil menurun (decreasing return to scale)
K

150Q

100Q

3 6 L

147
Jalur Ekspansi (Expantion Path)

 Kondisi keseimbangan produsen (golden rule) dapat


diperluas untuk beberapa input.
 Kondisi optimum dicapai pada saat rasio dari MP dan P
untuk tiap-tiap input itu sama.
 Jalur ekspansi adalah garis yang menghubungkan titik
kombinasi optimum yaitu keseimbangan produsen pada
berbagai tingkat output

148
Kurva Kombinasi Input Optimum

K Kombinasi input
optimum yang
Jalur Ekspansi
14 A’ ditunjukkan oleh titik
D, E dan F, di mana
11 G isoquant 8Q, 10Q dan
14Q bersinggungan
10 A dengan garis isocost
J
masing-masing
F (A”B”), (AB), (A’B’).
8 A”
Dengan
E menghubungkan titik
5
D
asal dengan titik D, E
14Q dan F diperoleh jalur
H
ekspansi.
M 10Q
8Q
L
0 B’’ B B’
5 10 12 14

149
Lanjutan……Jalur Ekspansi (Expansion Path)

 Pada tingkat kombinasi input yang optimum (titik


persinggunan), slope isoquant (MRTS= MPL/MPK) = slope
Isocost (w/r) sehingga:

 Dari persamaan tersebut mengindikasikan


bahwa untuk meminimumkan biaya
produksi (atau untuk memaksimumkan
output dengan tingkat biaya tertentu),
tambahan output (MP) rupiah yang
dikeluarkan untuk L = MP per rupiah yang
dikeluarkan untuk modal.

150
Lanjutan……Jalur Ekspansi (Expansion Path)

 Jika MPL = 5, MPK = 4 dan w = r, perusahaan tidak akan


memaksimumkan biaya karena akan lebih banyak output
yang dihasilkan dari rupiah yang dikeluarkan untuk L
dibandingkan untuk K.

 Untuk memaksimumkan output atau meminimumkan


biaya, perusahaan harus mempekerjakan lebih banyak L
dan menggunakan lebih sedikit K.

 Begitu perusahaan melakukan hal ini, MPL menurun dan


MPK naik (karena perusahaan berada pada tahap II
produksi untuk L dan K

151
Fungsi Produksi Cobb-Douglas

 Di mana Q (output); K (modal); L (tenaga kerja); A, a dan


b (parameter yang akan diestimasi secara empiris)
 Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diestimasi melalui
analisis regresi dan mentransformasikannya menjadi:

152
LATIHAN-5.a

Total dana yang dimiliki perusahaan


untuk memproduksi semen tahun 2005
adalah Rp1000, upah TK per hari Rp45
dan bunga modal Rp100. Kombinasi
faktor produksi adalah Q = L x K
Tentukan kombinasi penggunaan
faktor produksi optimum.

153
LATIHAN-5.b

Diketahui upah TK turun sebesar Rp16.000 per


tenaga kerja dan perusahaan mempunyai 10 TK,
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya
sebesar Rp160.000 dan kemudian
menggunakannya untuk menambah TK yang
dimiliki.
Apakah dengan melakukan tindakan ini berarti
perusahaan sekarang menggunakan lebih banyak
TK dibandingkan Kapital serta masih dapat
memproduksi output dengan jumlah yang sama?

154
LATIHAN-5.c

Diketahui suatu fungsi produksi sebagai berikut:


Q = 4K0,3 L0,5 X0,1
Di mana:
Q=Output; L=Tenaga Kerja; K=Modal; X=bahan baku
Ditanya:
a. Jelaskan arti masing-masing koefisien
b. Berapakah Q jika masing-masing input dinaikkan
sebesar m persen?
c. Berapakah Q jika masing-masing input
dilipatgandakan?

155
 Pengertian Biaya
 Biaya Produksi Jangka Pendek
# Biaya Tetap (Fixed Cost)
# Biaya Variabel (Variable Cost)
# Biaya Total (Total Cost)
# Biaya Rata-rata (Average Cost)
 Biaya Produksi Jangka Panjang
Pengertian Biaya

Biaya Eksplisit (biaya secara akuntansi):


Sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
sejumlah input dan tercatat terutama pada laporan
keuangan perusahaan (biaya secara akuntansi)
Contoh: upah tenaga kerja

Biaya Implisit (biaya secara ekonomi):


Biaya kesempatan (opportunity cost)
Contoh: nilai marginal produk dari tenaga kerja

157
Biaya Produksi Jangka Pendek
 Biaya produksi jangka pendek dikelompokkan menjadi:
1. Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya Total
a. Biaya Tetap (Fixed Cost, FC)
Yaitu biaya yang besarnya tidak bergantung pada
jumlah produksi (Q)
Contoh: gaji pegawai, sewa gedung, bunga pinjaman
b. Biaya Variabel (Variable Cost, VC)
Yaitu biaya yang besarnya bergantung pada jumlah
produksi (Q)
Contoh: upah buruh, biaya bahan baku
c. Biaya Total (Total Cost, TC)
Yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Atau: TC = FC + VC

Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 158


Kurva-kurva Biaya (TC,FC dan VC)

Cost (Biaya)  Kurva FC mendatar


menunjukkan bahwa
besarnya FC tidak
bergantung pada jumlah
TC produksi (Q).
VC
 Kurva VC membentuk huruf S
terbalik, menunjukkan
hubungan terbalik antara
jumlah produksi dengan
besarnya biaya. Jika Q
maka biaya atau sebaliknya.

 Kurva TC sejajar dengan VC,


menunjukkan bahwa dalam
FC
jangka pendek, perubahan
TC semata-mata ditentukan
oleh perubahan VC.
0 Q (Jumlah produksi)

159
Lanjutan…..Biaya Produksi Jangka Pendek

2. Biaya Rata-rata
a. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost, AFC)
Yaitu biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan untuk
memproduksi satu unit output.
Dgn rumus:
AFC = TFC / Q
b. Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost, AVC)
Yaitu biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan untuk
memproduksi satu unit output.
Dgn rumus:
AVC = TVC / Q

160
Lanjutan…..Biaya Produksi Jangka Pendek

c. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost, ATC) Atau:


Average Cost (AC)
Yaitu biaya total rata-rata yang dikeluarkan untuk
memproduksi satu unit output.
Dgn rumus:
AC = TC / Q
Atau: AC = (TFC + TVC) / Q
= (TFC / Q) + (TVC / Q)
= AFC + AVC
d. Biaya Marginal (Marginal Cost, MC)
Yaitu biaya tambahan yang dikeluarkan akibat
menambah satu unit faktor produksi.
Dgn rumus:
MC = TC / Q
Sozisokhi Sihura, S.E., M.Ec.Dev. 161
Lanjutan…..Biaya Produksi Jangka Pendek

L Q FC VC TC AC AFC AVC MC
(FC+VC) (TC/Q) (TFC/Q) (TVC/Q) (TC/Q)
0 0 50 0 50 - - - -

1 4 50 50 100 25 12,5 12,5 12,5

2 20 50 100 150 7,5 2,5 5 3,125

3 26 50 150 200 7,69 1,92 5,77 8,33

4 30 50 200 250 8,33 1,67 6,67 12,50

5 32 50 250 300 9,38 1,56 7,81 25

162
Kurva Biaya Rata-rata
Kurva AC mula-mula menurun lalu naik. Hal ini menunjukkan indikasi
Cost (Biaya) terjadinya hukum pertambahan hasil yang semakin menurun, yaitu
ketika L ditambah maka Q meningkat dalam jumlah kecil. Sehingga
Q yang sedikit akan menaikkan biaya rata-rata

Kurva AVC juga mula-mula


menurun selanjutnya menaik dan
AC terus mendekati kurva AC,
AVC namun tidak pernah bersentuhan
(asimpot). Makin kecilnya jarak
AVC dengan AC karena makin
mengecilnya AFC.

Kurva AFC terus menurun,


menunjukkan bahwa AFC makin
menurun bila produksi
bertambah. Tetapi kurva AFC
tidak pernah menyentuh sumbu
AFC horizontal (asimptot) yang berarti
Q (Jumlah produksi) AFC tidak pernah negatif
0
163
Hubungan Antar Kurva Biaya Rata-rata
Kurva AFC terus menurun berbentuk garis asimpot pada sumbu
Cost (Biaya) vertikal dan horizontal (titik 1 dan 2), tetapi tidak pernah sampai
menyinggung atau memotong sumbu horizontal.
1 MC Kurva AVC mula-mula menurun, sampai
mencapai minimum (titik 3), kemudian
menaik mendekati kurva AC namun
tidak pernah bersentuhan (titik 5),
AC
karena AFC terus menurun.
AVC Kurva AC awalnya menurun sampai
4
5 mencapai minimum di titik 4,
setelah itu terus menaik.

3 Kurva MC pada awalnya juga menurun


hingga mencapai minimum di titik 6.
Selanjutnya kurva MC menaik dan
memotong kurva AVC dan AC pada saat
keduanya minimum (titik 3 dan 4).
6 Setelah titik itu nilai MC lebih besar dari
2
AFC nilai AC dan AVC.
0 Q (Jumlah produksi)

164
Biaya Produksi Jangka Panjang
TEOREMA AMPLOP (ENVELOPE THEOREM)
C
Dalam jangka panjang semua biaya
adalah variabel. Karena itu biaya
SAC1
yang relevan dalam jangka panjang
adalah TC, VC, AC dan MC.

C1 TC = VC = MC
SAC2

SAC3
C2

LAC (Long run Average Cost)

X1 X2 X3 Q

165
Lanjutan….Biaya Produksi Jangka Panjang
Penjelasan Grafik

 Jika Q yang memberikan laba max adalah X1, maka


dalam jangka pendek produsen memilih
berproduksi dengan pabrik ukuran kecil.
 Jika Q yang memberi laba adalah X3, maka dalam
jangka pendek produsen memilih berproduksi
dengan pabrik berskala menengah.
 Sebenarnya produsen bisa juga memproduksi X3
dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi biaya
produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (C1 > C2)
 Keputusan yang diambil menjadi sulit bila tingkat
produksi yang memberikan laba maks adalah X2

166
Lanjutan….Biaya Produksi Jangka Panjang

Lanjutan.................Penjelasan Grafik
 Bila diprediksi pasar akan terus membesar maka
akan memilih pabrik skala menengah, sebaliknya
bila diprediksi pasar semakin kecil, maka akan
memilih pabrik skala kecil.
 Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat
memilih satu pabrik saja untuk berproduksi.
 Sedangkan dalam jangka panjang produsen dapat
menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai
dengan tingkat produksi yang direncanakan.
 Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan
beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum
pada berbagai tingkat produksi.
167
Lanjutan….Biaya Produksi Jangka Panjang

Lanjutan.................Penjelasan Grafik
 Kurva yang menunjukan titik-titik biaya rata-rata minimum
pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop
(envelope curve).
 Kurva ini merupakan kurva biaya rata-rata jangka panjang
atau long run average cost (kurva LAC).
 Besarnya biaya per unit minimum ditunjukan oleh garis
LAC yang bersinggungan dengan kurva-kurva biaya rata-
rata jangka pendek atau short run average cost (kurva SAC)

168
Lanjutan….Biaya Produksi Jangka Panjang

Dapat disimpulkan bahwa:


 Kurva LAC adalah kurva yang
menunjukkan biaya produksi per unit
minimum pada berbagai tingkat
produksi.
 Kurva LAC bisa membentuk garis,
karena dalam jangka panjang
diasumsikan pilihan pada tingkat
produksi, kombinasinya tidak
terhingga.
169
Pengertian Laba
Menghitung Laba Maksimum Dosen Pengampu:
Sozisokhi Sihura, S.E.,
Pendekatan Totalitas
M.Ec.Dev.
Pendekatan Rata-rata
Pendekatan Marginal

STKIP nias selatan


Program Studi Pendikan Ekonomi
Pengertian Laba

Secara Teoritis
Laba adalah kompensasi atas risiko yang
ditanggung oleh perusahaan.
Makin besar risiko, makin besar laba yang
diperoleh (High risk, high return)

Laba atau keuntungan secara ekonomi


Nilai penerimaan total perusahaan dikurangi
biaya total yang dikeluarkan perusahaan

171
Lanjutan….Pengertian Laba

Secara Matematis
 = TR - TC
 adalah laba; TR (Total Revenue) adalah total
penerimaan dan TC (total Cost) adalah Total biaya

Perusahaan memperoleh laba jika nilai  positif ( > 0), di


mana TR > TC
Laba maksimum (maximum profit) tercapai bila nilai 
maksimum.

172
Pendekatan Totalitas (Totality Approach)

 Membandingkan TR dengan TC
 Biaya Variabel per unit output dianggap konstan,
sehingga:
VC = v.q
Di mana: VC = Variable Cost; v = biaya variabel per unit
dan q adalah jumlah unit output
 Laba total:
= P.Q – (FC + V.Q)
 Titik Impas (BEP):
TR = TC
 Laba dicapai pada saat:
TR > TC

173
Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas)

Cost
 Pada mulanya perusahaan
mengalami kerugian. Terlihat
dari kurva TR yang masih berada
TR
di bawah TC
(PxQ)  Tetapi jika Q ditambah, kerugian
makin kecil. Terlihat dari
TC
mengecilnya jarak kurva TR
(FC+VC) dengan TC.
 Pada saat Q mencapai Q*, kurva
TR TR berpotongan dengan TC dan
= titik perpotongan ini disebut BEP
BEP
TC VC=v.q
(break event point)
 Setelah titik BEP, perusahaan
terus mengalami laba yang
makin membesar (kurva TR di
atas TC)

0 Q* Q

174
Pendekatan Rata-rata (Average Approach)

Membandingkan AC dengan P
Laba total:
= (P – AC) x Q
Titik Impas (BEP):
P = AC
Laba dicapai pada saat:
P > AC
175
Pendekatan Marginal (Marginal Approach)

 Membandingkan MR dengan MC
 Laba maksimum tercapai pada saat:
MR = MC
 Secara matematis:
 = TR - TC
 Sehingga, laba maksimum dicapai pada saat:

= MR – MC = 0
= MR = MC

176
SOAL-7a

 Diketahui:
Q = 50 – 0,5P dan TC = 50 + 40Q
 Ditanya:
a. Carilah fungsi MR
b. Carilah fungsi MC
c. Tentukan P dan Q pada laba maksimum
d. Tentukan besarnya laba maksimum

SOAL-7b

 Diketahui:
TR = 40.000 + 200Q dan TC = 400Q
 Ditanya:
a. Pada tingkat berapa unit perusahaan menghasilkan barang Q ini
akan berada pada posisi BEP
b. Apa yang terjadi jika perusahaan memproduksi 200Q

177

Anda mungkin juga menyukai