Anda di halaman 1dari 19

LATIHAN SOAL GAME THEORY (PERSIAPAN UAS)

“Sepintar apapun Anda akan lebih baik (bekerja) dalam tim. Karena manusia ada kekurangan
dan kelebihannya. Itu pengalaman saya selama ini.” – Luhut B. Pandjaitan
Pertanyaan 1
Di pasar HP bekas ada dua jenis HP yang dijual yaitu HP bekas kualitas yang baik dan HP
bekas dengan kualitas yang buruk. Secara tampilan luar kondisi kedua HP sulit untuk dibedakan,
meski perbedaan terletak di kualitas elemen di dalamnya. Harga HP bekas yang baik adalah Rp
3.500.000, harga HP bekas yang buruk adalah Rp 1.500.000. Pedagang HP bekas pasti lebih tahu
persis kualitas HP yang dijualnya dibandingkan pembeli. Seorang pakar IT mengatakan bahwa
pada umumnya di pasar terdapat 70% pedagang HP bekas yang berkualitas baik, dan 30%
pedagang HP bekas yang berkualitas buruk. Jika diasumsikan bahwa penjual dan pembeli adalah
risk neutral :
a. Pedagang A menawarkan HP bekasnya di harga Rp 1.800.000, sementara
pedagang B menawarkan HP bekasnya di harga Rp 2.450.000. Dapat disimpulkan
bahwa pedagang B pasti menjual BB 9790 yang berkualitas baik. Diskusikan
dengan menggunakan extenxive form! (10%)

3,5 juta – P, P – 3,5 juta

Urb, Urj

1,5 juta – P, P – 1,5 juta

Urb, Urj

• Jika p = proporsi HP bagus dan (1-p) = proporsi HP jelek di pasar


• Nilai ekspektasi maksimum pembeli membeli mobil bekas adalah:
• 𝐸𝑉 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐻𝑃 𝑏𝑎𝑔𝑢𝑠. 𝑝 + 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐻𝑃 𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘. (1 − 𝑝)
• 𝐸𝑉 = 3,5. (0.7) + 1,5 𝑗𝑢𝑡𝑎. (0.3) = 2,9 𝑗𝑢𝑡𝑎

1
• Jika harga jual HP > Rp 2,9 juta (EV), maka semua jenis HP akan
diperdagangkan dan pembeli akan bernegosiasi antara Rp2,9 juta dan nilai EV.
Jika harga jual HP < Rp2,9 juta (EV), maka dapat dipastikan hanya HP buruk
yang tersedia di pasar karena semua penjual HP bagus akan keluar dari pasar.
• Diketahui Pedagang A menawarkan HP bekasnya di harga Rp 1.800.000,
sementara pedagang B menawarkan HP bekasnya di harga Rp 2.450.000.
Keduanya berada dibawah EV sehingga pasti mereka menjual HP buruk!
Oleh karena itu, saya tidak sepakat dengan statement pada soal!
b. Untuk melindungi konsumen dari penipuan, maka pihak pasar (ITC)
memberlakukan sebuah aturan dimana pedagang HP berkualitas baik berjualan di
lantai 5, dan pedagang HP berkualitas buruk berjualan di lantai 4. Pengelola ITC
beranggapan bahwa dengan cara seperti ini dapat memperkecl kemungkinan
terjadinya adverse selection di pasar HP. Diskusikan! (15%)
Saya tidak sepakat dengan statement pada soal! Keberadaan barang jelek selalu ada
di pasar barang bekas, namun keberadaan barang bagus belum tentu ada. Asymmetric
information berpotensi membuat principal menjadi ‘keblondrog’ atau seperti beli
kucing dalam karung. Implikasinya, pasar didominasi produk ‘jelek’ daripada produk
‘bagus’. Jika hal ini disadari oleh konsumen, maka kecenderungan mereka membeli di
pasar barang bekas akan cenderung rendah.

Barang Bagus Barang Jelek


Harga Ada/Tidak Harga Ada/Tidak
1000k Tidak 1000k Ada
1500k Tidak 1500k Ada
2000k Tidak 2000k Ada
2500k Tidak 2500k Ada
3000k Ada 3000k Ada
• Upaya pasar (ITC) memberlakukan sebuah aturan dimana pedagang HP
berkualitas baik berjualan di lantai 5, dan pedagang HP berkualitas buruk
berjualan di lantai 4 tidak bisa mengurangi adverse selection di pasar HP. Hal
ini dikarenakan adanya asymmetric information di mana penjual tetap menjadi

2
satu-satunya pihak yang paham apakah HP tersebut bagus/tidak.
Bagus/tidaknya HP ditentukan oleh harga dari barang tersebut. Jika harga jual
HP > Rp 2,9 juta (EV), maka semua jenis HP akan diperdagangkan dan pembeli
akan bernegosiasi antara Rp2,9 juta dan nilai EV. Jika harga jual HP < Rp2,9
juta (EV), maka dapat dipastikan hanya HP buruk yang tersedia di pasar karena
semua penjual HP bagus akan keluar dari pasar. Oleh karena itu, adanya
pemisahan lantai untuk jualan HP bagus dan jelek tidak akan mengurangi
adverse selection!

Pertanyaan 2
Karena telah menamatkan ilmunya di Goa Hantu, Bean mendapatkan warisan dari gurunya
(si Buta) berupa harta karun senilai Rp. 400 Miliar. Wasiat yang diberikan oleh si Buta kepada
Bean adalah Bean harus berbagi harta karun tersebut dengan tetangga si Buta yaitu Mak Lampir
yang selama ini telah banyak membantu dirinya.
a. Tentukan the best response dari Bean dan Mak Lampir beserta equilibriumnya, jika
game hanya dimainkan sekali dan permainan dilakukan secara simultan maupun
sequential, tanpa ada kemungkinan komunikasi diantara keduanya!
• T=1, simultaneously
• Setiap pemain menentukan proporsi bagian yang diinginkan, 𝜃𝐵 & 𝜃𝐺 , secara simultan,
dimana 𝜃𝐵𝑒𝑎𝑛 , 𝜃𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 ∈ [0,1].
Payoffs:
• Jika 𝜃𝐵𝑒𝑎𝑛 + 𝜃𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 ≤ 1 maka setiap pemain mendapat pangsa yang dipilihnya, yaitu:
𝜋𝐵𝑒𝑎𝑛 = 𝜃𝐵𝑒𝑎𝑛 dan 𝜋𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 = 𝜃𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟
• Jika 𝜃𝐵𝑒𝑎𝑛 + 𝜃𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 > 1 semua pemain tidak mendapat apa-apa (𝜋𝐵𝑒𝑎𝑛 = 𝜋𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 = 0)
• Bean akan menawarkan proporsi Lampir sebesar 𝜃𝑙𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟 = 𝜀 dimana 𝜀 → 0, dan proporsi
Bean adalah 𝜃𝐵𝑒𝑎𝑛 = (1 − 𝜀). Jika Gareng indifferent antara 0 dan 𝜀, maka selalu ada
probabilitas bahwa Lampir akan menerima tawaran Bean
• Terdapat the first mover advantage dalam game ini karena Bean memiliki kuasa untuk
memberikan jatah kepada Lampir.

3
Terima (1 − 𝜃, 𝜃)

Bean → Lampir

Tolak (0, 0)
Bean menawarkan
sebesar 𝜃

b. Jika permainan dilakukan berulang sebanyak lima kali dan diketahui bahwa
discount rate Bean = 3, sementara discount rate Mak Lampir adalah = 1,6. Di awal
permainan Bean akan menawarkan Mak Lampir untuk mendapatkan 5% dari harta
tersebut. Jika Mak Lampir menolak, maka di penawaran berikutnya, Bean akan
meningkatkan tawarannya sebesar 45%. Tentukan the best response dari masing-
masing pemain!
• T=5, sequential

4
• Dalam kasus ini di mana T=5 → ganjil, terdapat first mover advantage di mana
Bean menjadi orang pertama sekaligus terakhir yang menawarkan warisan.
Untuk itu, ia memiliki bargaining sangat kuat untuk memaksimalkan
warisannya.
• Untuk menemukan best-response dari setiap pemain, dilakukan analisis
backward induction yang berkesimpulan Lampir akan menerima tawaran dari
Bean pada saat T=1 (permainan pertama).
• Hal tersebut dilandasi karena adanya discount rate Bean = 3, sementara discount
rate Mak Lampir adalah = 1,6
• Discount factor = 0 ≤ δ ≤ 1, dan
1
𝛿=
(1 + 𝑟)
Dimana:
• r = discount rate
• Jika 𝑟 → 0 (mendekati 0) maka δ mendekati 1 atau tidak ada discounting (tidak
terjadi penyusutan sama sekali)

c. Dengan discount rate yang sama, maka Mak Lampir akan terburu-buru untuk
menerima tawaran dari Bean. Diskusikan!
• Saya tidak sepakat dengan statement pada soal!
• Discount factor = 0 ≤ δ ≤ 1, dan
1
• 𝛿 = (1+𝑟)

• Dimana:
• r = discount rate
• Jika 𝑟 → 0 (mendekati 0) maka δ mendekati 1 atau tidak ada discounting
(tidak terjadi penyusutan sama sekali). Contoh: Berjualan/memproduksi
barang yang sulit untuk busuk; Negosiasi bisnis untuk investasi/kerjasama
dalam jangka panjang

5
• Jika 𝑟 → ∞ maka δ mendekati 0 atau penyusutan terjadi sangat cepat.
Contoh: Berjualan/memproduksi barang yang mudah busuk; Negosiasi
kasus pembajakan dengan banyak orang disandera
• Permasalahan dalam bargaining dalam repeated game adalah menentukan
kapan saat yang tepat untuk menerima tawaran.
• Tantangan utama: saat menghadapi trade off → Kembali lagi ke Willingness
to Pay dan Willingness to Accept

• Dalam kasus di soal, tambahan penawaran sebesar 45 persen relatif tinggi


sedangkan discount factor yang sama tidak bisa diketahui apakah tergolong
rendah ataupun tinggi. Jika discount factor sama-sama kecil, maka
pengambil keputusan akan menghadapi dilemma untuk menerima tawaran
warisan pada saat itu juga atau tidak. Adapun jika discount factor sama-
sama tinggi, maka aka nada kecenderunan pengambil keputusan untuk
menunda penerimaan agar memaksimalkan payoff.
• Untuk itu, statement pada soal belum tentu benar!

Pertanyaan 3
Di pasar mobil bekas, harga mobil kualitas bagus berkisar antara Rp90juta – Rp95juta, sementara
harga mobil berkualitas buruk Rp50juta - Rp 60 juta. Calon pembeli tidak mengetahui kualitas
sebenarnya dari mobil tersebut, namun penjual mengetahui apakah mobil yang dijualnya
berkualitas baik atau buruk.

6
a) Seorang pakar menyatakan bahwa proporsi mobil bekas bagus minimal 20% agar mobil
bekas bagus tetap ada di pasar itu dan tidak tergusur oleh mobil bekas kualitas buruk.
Diskusikan!!
b) Untuk memastikan bahwa mobil bekas berkualitas bagus selalu ada di pasar, pihak
pengelola pasar membuat kebijakan yaitu mobil bekas berkualitas bagus dijual di pagi hari
jam 07.00-12.00, sementara mobil buruk berkualitas buruk dijual di siang-sore hari jam
12.30-17.00. Seorang pakar menyatakan bahwa kebijakan ini efektif untuk menjaga mobil
berkualitas bagus tidak tergerus keberadaannya oleh mobil bekas berkualitas buruk.
Diskusikan!
Mirip No 1 slur

Pertanyaan 4

Dalam sebuah pasar tenaga kerja, terdapat 30% tenaga kerja berketerampilan tinggi (high skills),
dan 70% tenaga kerja berketerampilan rendah (low skills). Tingkat keterampilan pekerja diwakili
oleh variabel a, yang hanya diketahui oleh pekerja namun tidak diketahui oleh pihak perusahaan
yang akan memperkerjakan pekerja tersebut. Karena pekerja dan perusahaan belum pernah
menjalin hubungan kerja sebelumnya, pekerja dihadapkan pada pilihan untuk menentukan tingkat
pendidikan sebagai signal yang akan dikirimkan kepada perusahaan. Variabel pendidikan adalah
s, yang akan bernilai 0 jika pekerja tidak mengambil pendidikan dan 1 jika mengambil pendidikan.
Perusahaan menawarkan kontrak dengan gaji w(s). Payoffs pekerja adalah (w-8s/a) jika pekerja
menerima kontrak w, dan (0) jika menolak kontrak. Payoffs pengusaha adalah (a-w) jika kontrak
diterima, dan (0) jika kontrak ditolak.

A) Tentukan extensive form dari game di atas. Jika pengusaha tidak melihat perbedaan antara
mereka yang mengambil pendidikan dan tidak mengambil pendidikan, maka dapat
disimpulkan bahwa semua pekerja akan berusaha untuk mengambil pendidikan untuk
menghasilkan sinyal positif untuk mendapatkan pekerjaan. (15%)

7
Nature

High skillRajin Low


Malas skill

A1 A2
Tidak Kuliah Tidak Kuliah
Kuliah Kuliah

P1 P2 P3 P4

Kontrak Kontrak
Kontrak Kontrak

A11 A12 A21 A22

Terima Tolak Terima


Terima Terima Tolak Tolak
Tolak

(w-8s/a, a-w) (u,0) (w-8s/a, a-w) (u, 0) (w-8s/a, a-w) (u,0) (w-8s/a, a-w) (u,0)

High skill → 30 persen; Low skill → 70 persen


a=keterampilan/abiity; s=pendidikan; w(s)=upah yang besarnya sesuai pendidikan
• Saya tidak sepakat dengan statement pada soal karena berbagai alasan berikut! Jika
perusahaan tidak membedakan tingkat pendidikan calon karyawan dan mengasumsikan
semua calon karyawan memiliki tingkat produktivitas sama, maka ini termasuk pooling
equilibrium!

• s(rendah) = s(tinggi) = 0
• Misal Nature menentukan tingkat kemampuan pekerja (a) adalah tipe high skill atau tipe
low skill dimana a ∈ {2, 5.5}. Probabilitas kemampuan tinggi dan rendah masing-masing
adalah 0,3 dan 0,7. Tingkat kemampuan pekerja dapat diobservasi oleh pekerja namun
tidak diketahui oleh perusahaan

• W(0) = w(1) = 3,75 (diperoleh dari rata-rata gaji tertinggi dan terendah (2+5,5)/2 =3,75)

• Jika pengusaha percaya bahwa tidak ada perbedaan kinerja antara orang yang mengambil
pendidikan atau tidak, maka yang muncul adalah pooling equilibrium
– Apapun jenis produktivitas pekerja, maka insentif untuk mengambil pendidikan
rendah, sehingga yang optimal bagi pekerja adalah tidak mengambil pendidikan.
Oleh karena itu, statement pada soal tidaklah tepat!

8
B) Jika upah pekerja dengan low skills = 2,5, dan upah high skills = 6, s(low) = 0 dan s(high)
= 1, maka tidak ada insentif bagi pekerja dengan skill tinggi untuk mengambil pendidikan.
Diskusikan. (10%)
• Saya tidak sepakat dengan statement pada soal! Pada skenario ini diasumsikan pengusaha
percaya bahwa produktivitas pekerja berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang
ditempuhnya. Oleh karena itu, kondisi ini dinamakan separating equilibrium!
• s(low) = 0, s(high) = 1
• w(0) = 2, w(1) = 6
• Equilibrium dari game ini adalah separating equilibrium.
• High skill, s=0 → (w-8s/a) → (w-8(0)/a) = 2,5
• High skill, s=1 → (w-8s/a) → (w-8(1)/a)= 6 - 8/a
• Low skill, s=0 → (w-8s/a) → (w-8(0)/a) = 2,5
• Low skill, s=1 → (w-8s/a) → (w-8(1)/a)= 6 - 8/a
o Orang yang dilahirkan produktif cenderung akan mengambil pendidikan lebih tinggi
dibandingkan orang yang dilahirkan dengan produktivitas rendah.
o Insentif untuk mengambil pendidikan lebih tinggi bagi pekerja berproduktivitas tinggi,
sementara pekerja berproduktivitas rendah tidak punya insentif mengambil pendidikan
tinggi.

Pertanyaan 5

Pada sebuah game dengan asymmetric information, pengusaha memberikan upah sesui dengan output
yang dihasilkan W(Q), dimana W(Q) > 0. Di harapkan dengan upah sebesar itu, pekerja mampu
berproduksi sebesar Q(E) di mana E adalah tingkat usaha (effort) yang dilakukan oleh pekerja. Dalam
hal ini, tujuan dari pengusaha adalah untuk memaksimumkan laba dan atas dasar economic of scale,
diharapkan dengan semakin tingginya tingkat produktivitas pekerja, laba perusahaan juga akan
meningkat. Pekerja kemudian menentukan pilihan apakah dia akan menerima kontrak tersebut atau tidak.
Jika pekerja menyetujui kontrak, maka dia akan memilih effort level (E) yang hanya bisa di observasi
oleh pekerja. Meski demikian, tingkat output yang dihasilkan pekerja Q(E) bisa di observasi oleh kedua
pihak. Payoffs dari game di atas adalah sebagai berikut:

Jika pekerja menolak kontrak, maka payoffsnya adalah: πpekerja = UR , πpengusaha = 0.

9
Jika pekerja menerima kontrak, payoffsnya adalah: πpekerja = (W(Q), Q(E)), πpengusaha = (Q(E) – W(Q)).

a) Konsultan A menyatakan bahwa variable E yang digunakan sebagai key performance indicator
(KPI) bisa berupa outcome atau output atau input, namun perubahan indikator tersebut tidak akan
mengubah solusi optimum dari game. Diskusikan dan gunakan extensive form untuk menjawab
pertanyaan ini!!

• Saya tidak sepakat dengan statement pada soal! Nature menentukan apakah karyawan bertipe
rajin atau malas. Kontrak ditawarkan, dan jika diterima, maka pekerja memiliki pilihan untuk
rajin bekerja atau tidak rajin bekerja
• Principal menentukan sistem gaji yang berbanding lurus dengan usaha pekerja :
– Jika q(el), maka w(ql)
– Jika q(eh), maka w(qh)
• Dengan demikian setiap pekerja akan selalu patuh terhadap sistem kontrak yang optimum
• Kinerja kontrak di sektor produksi barang agak berbeda dengan di sektor jasa
• Principal akan fokus pada upaya memastikan bahwa pekerja (agent) melakukan usaha (effort/e)
yang optimal
– Q(e): kuantitas produksi berbanding lurus dengan usaha (e)
– W(e): upah berbanding lurus dengan kemampuan pekerja memproduksi output
– Diasumsikan: e* > e’
• Catatan:
– Di sektor produksi barang berlaku hubungan:

10
• Input – Proses – Output (output = outcome)
– Di sektor jasa, berlaku hubungan:
• Input – Proses – Output – Outcome (output ≠ outcome)
• Oleh karena itu, bisa dibilang penggantian input dengan output sebagai KPI bisa
menimbulkan perbedaan solusi optimum pada game!

b) Apa yang akan terjadi jika sistem pengupahan yang semula W(Q) ditambahkan dengan
mempertimbangkan kondisi perekonomian N, dimana W(Q,N) dan N{0,1} yaitu N = 0 untuk
perekonomian non-resesi dan N= 1 untuk perekonomian dalam kondisi resesi? Tentukan
extensive form dari game tersebut dan tentukan equilibrium dari game di atas. (15%)

• Di game ini, upah tidak saja ditentukan oleh usaha, namun juga oleh state of the world yang
mempengaruhi output
– Perekonomian sedang boom atau crisis
– Musim penghujan atau kemarau
• Asumsi bahwa state of the world tidak tetap dan state of the world mempengaruhi output
– State of the world = θεR
• Principal menentukan w(q), namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa q(e, θ)

11
Pertanyaan 6

Di Indonesia, sistem penggajian di sektor publik masih heterogen. KPK, BI dan OJK
menggunakan single salary system, dimana setiap awal bulan staff di lembaga tersebut menerima
gaji yang besarnya manusiawi (para staff bisa hidup layak). Selain itu tidak ada tambahan gaji, dan
semua biaya perjalanan (jika ada) ditanggung oleh institusi dengan cara reimbursement. Besarnya
gaji yang diterima staff di lembaga tersebut sama dengan besarnya pendapatan per bulan. Para
staff memiliki kewajiban untuk memenuhi kontrak kerja dimana key performance indicator (KPI)
fokus pada outcomes (dampak).

Di sisi lain di Kementerian dan Lembaga (K/L) yang belum melakukan reformasi birokrasi,
besarnya gaji tidak sama dengan pendapatan per bulan dari para staff. Di awal bulan, para staff
menerima gaji bulanan (gaji pokok dan tunjangan). Mereka akan menerima tambahan pendapatan
jika para staff menjadi pelaksana atau penanggungjawab proyek. Sebagian dari biaya proyek
adalah untuk memberikan tambahan gaji bagi pelaksana/penanggungjawab. Selain itu, ketika
bepergian, maka para staff menerima tambahan penerimaan jika staff tersebut bisa berhemat. Para
staff tidak memiliki key performance indicator (KPI), dan KPI institusi tempat mereka bekerja
adalah penyerapan anggaran.

a) Seorang pakar menyatakan bahwa produktivitas kerja staff di K/L yang belum menerapkan
reformasi birokrasi cenderung tidak berbeda dibandingkan produktivitas staff di lembaga
yang menerapkan single salary system. Diskusikan!!

12
Saya tidak sepakat dengan statement pada soal karena alasan berikut! KPK, BI dan
OJK yang menggunakan single salary system dimana setiap awal bulan staff di lembaga
tersebut menerima gaji yang besarnya manusiawi dan gaji tersebut didasarkan pada key
performance indicator (KPI) fokus pada outcomes (dampak). Artinya, besaran gaji tidak
dikaitkan dengan jumlah aktivitas/kegiatan sehingga para karyawan KPK, BI, dan OJK
tidak memiliki kecenderungan untuk meningkatkan manipulasi kegiatan agar gajinya
ditingkatkan. Orientasi dari karyawan KPK, BI, dan OJK fokus ke outcome (kesejahteraan)
tanpa memikirkan maksimalkan take home pay karena gaji tidak terkait dengan aktivitas
(output). Sisa anggaran sendiri merupakan indikasi efisiensi terkait keuangan lembaga.

Adapun K/L yang belum melakukan reformasi besarnya gaji tidak sama dengan
pendapatan per bulan dari para staff. Di awal bulan, para staff menerima gaji bulanan (gaji
pokok dan tunjangan). Mereka akan menerima tambahan pendapatan jika para staff
menjadi pelaksana atau penanggungjawab proyek. Oleh karena itu, orientasi dari pegawai
K/L non-reformasi adalah meningkatkan kegiatan/aktivitas untuk maksimalkan take home
pay. Oleh karena itu, produktivitas dari lembaga yang menerapkan Single Salary
System lebih tinggi dibandingkan K/L yang belum melakukan reformasi birokrasi!

13
b) Seorang pakar lain menyatakan, perbedaan sistem penggajian di sektor publik tidak
berpengaruh terhadap tingkat koordinasi yang dilakukan di sektor publik. Diskusikan!!
Saya tidak sepakat dengan statement pada soal karena alasan berikut! KPK, BI dan OJK
yang menggunakan single salary system dimana setiap awal bulan staff di lembaga tersebut
menerima gaji yang besarnya manusiawi dan gaji tersebut didasarkan pada key performance
indicator (KPI) fokus pada outcomes (dampak). Pada lembaga dengan single salary system, sudah
terdapat job description yang jelas sehingga koordinasi antar lembaga akan lebih efektif! Adapun
K/L yang belum melakukan reformasi besarnya gaji tidak sama dengan pendapatan per bulan dari
para staff. Di awal bulan, para staff menerima gaji bulanan (gaji pokok dan tunjangan). Mereka
akan menerima tambahan pendapatan jika para staff menjadi pelaksana atau penanggungjawab
proyek. Pada K/L yang belum reformasi birokrasi, belum terdapat job description yang jelas
sehingga koordinasi antar lembaga akan tumpang tindih. Oleh karena itu, sistem penggajian
pada suatu lembaga berpengaruh terhadap tingkat koordinasi yang dilakukan sektor
publik!

Pertanyaan 7
Di negara A semua sektor adalah sektor formal dan setiap pekerja di semua bidang tercatat di
dalam sistem perpajakan. Di negara ini, pajak diterapkan secara progresif, dimana semakin tinggi
gaji seseorang per bulan, maka semakin tinggi proporsi pajak yang harus dibayarkan. Di negara
tersebut setiap pekerja juga wajib membayar iuran BPJS Kesehatan sebesar 50% dari besarnya
beban pajak pendapatan. Mengingat pajak pendapatan bersifat progresif, maka iuran BPJS
Kesehatanpun bersifat progresif.

14
Di negara B 60% perekonomian adalah sektor formal dan 40% perekonomian adalah sektor
informal. Para pekerja di sektor formal tercatat di sistem perpajakan, namun pekerja di sektor
informal tidak tercatat di sistem perpajakan. Di negara B, pajak bersifat progresif dengan tarif yang
identic dengan tarif pajak di negara A. Di negara B juga terdapat BPJS Kesehatan. Bagi pekerja di
sektor formal, para pekerja wajib membayar iuran BPJS kesehatan sebesar 50% dari tarif pajak
penghasilannya (sama seperti di negara A). Bagi pekerja di sektor informal, pemerintah
menerapkan sistem keanggotaan sukarela dengan cara membayar dengan nilai tetap setiap
bulannya (tidak progresif).
a) Seorang pakar mengatakan bahwa pada dasarnya tingkat hazar moral di antara negara A
dan B dalam membayar iuran BPJS Kesehatan pada dasarnya sama. Diskusikan!!
• Saya tidak sepakat dengan statement pada soal karena alasan berikut! BPJS
merupakan sistem asuransi yang memiliki potensi masalah asymmetric information.
Persoalan ini dapat menciptakan kebangkrutan sistem BPJS, dan pemerintah harus
menanggung biayanya (keuangan negara). Namun potensi penyimpangan di BPJS
diklasifikasikan sebagai ‘fraud’ -> ditangani Polisi dan Kejaksaan. Jika pasien dirugikan
oleh BPJS, maka pengaduan akan ditangani oleh OJK (perlindungan nasabah).
Persoalannya adalah BPJS tidak memiliki sistem pengawasan yang baik sehingga
berpotensi meningkatkan potensi penyelewengan.

• Jika dilihat status ekonominya, ada beberapa scenario apakah seseorang ikut BPJS atau
tidak. Orang kaya dengan probability sakit yang besar, cenderung untuk ikut BPJS agar
minimum coverage bisa dipenuhi. Sisanya akan ditanggung out of pocket.
• Negara B memiliki proporsi tenaga kerja sektor informal yang lebih besar sehingga potensi
moral hazard-nya lebih besar dibanding negara A yang seluruh tenaga kerjanya berada di
sektor formal. Oleh karena itu, potensi negara B untuk moral hazard lebih tinggi!

15
b) Pakar yang lain mengatakan bahwa beban pembiayaan BPJS Kesehatan diantara kedua
negara pada dasarnya sama. Di kedua negara, terjadi kecenderungan bahwa orang sehat
tidak mengikuti BPJS Kesehatan, namun mereka akan bergabung dengan BPJS Kesehatan
saat sakit. Diskusikan!!

Saya tidak sepakat dengan statement pada soal! Jika dilihat status ekonominya, ada
beberapa scenario apakah seseorang ikut BPJS atau tidak. Bagi orang miskin, probabilitas
untuk ikut BPJS sangat tinggi terlepas dia sehat atau tidak sehat. Orang kaya dengan
probability sakit yang besar, cenderung untuk ikut BPJS agar minimum coverage bisa
dipenuhi. Sisanya akan ditanggung out of pocket. Dari sini, bisa dilihat bahwa orang
miskin yang sehat cenderung ikut BPJS sedangkan orang kaya belum tentu ikut
BPJS.

Pertanyaan 8
Negara A menerapkan pemilu DPRD dan Pilkada secara langsung dan terpisah. Rakyat di negara
tersebut akan menentukan anggota DPRD melalui pemilu, dilanjutkan dengan Pilkada dimana
rakyat untuk menentukan kepala daerah.

Negara B menerapkan pemilu DPRD yang dipilih langsung oleh rakyat. Setelah para anggota
DPRD terpilih, para anggota DPRD ini kemudian memilih pimpinan daerah dari beberapa calon
pimpinan daerah dengan cara voting.
a) Seorang pakar menyatakan bahwa potensi money politic atau praktik suap untuk
memenangkan pemilu diantara kedua sistem pada dasarnya sama. Diskusikan!!
Saya tidak sepakat dengan argument pada soal berdasarkan analisis game Pilkada
Tidak Langsung (PTL) dan Pilkada Langsung,

16
(P1, R1, KD1)
Terima (u1)
CaKaDa
Extort dan Pilih (t1) Tolak (1-u1)
(P2, R2, KD2)
DPRD (P3, R3, KD3)
Pilih Murni (t2) Terima (u2)
Pilih (s1)
CaKaDa
Rakyat Tidak Pilih (1-t1-t2) Tolak (1-u2)
(P4, R4, KD4)
Politik Uang Tidak Pilih (1-s1)
(q1) (0,0,0) (0,0,0)
CaLegDa 1 (0,0,0)
(0,0,0) (P5, R5, KD5)
Program Berkualitas (1-q1) Terima (u3)
Tidak Pilih (1-s2) Tidak Pilih (1-t3-t4)
CaKaDa
Rakyat Tolak (1-u3)
Extort dan Pilih (t3) (P6, R6, KD6)
Pilih (s2)
DPRD (P7, R7, KD7)
Berkualitas (p)
Pilih Murni (t4) Terima (u4)
CaKaDa
Tolak (1-u4)
(P8, R8, KD8)
Nature
(P9, R9, KD9)
CaKaDa Terima (u5)
Extort dan Pilih (t5) Tolak (1-u5)
DPRD (P10, R10, KD10)
Pilih
Tidak Kompeten (1-p) (s3)
Rakyat Pilih Murni (t6) (P11, R11, KD11)
Terima (u6)
CaKaDa
Tidak Pilih (1-s3) Tidak Pilih (1-t5-t6) Tolak (1-u6)
Politik Uang (q2)
(0,0,0) (P12, R12, KD12)
CaLegDa 2 (0,0,0)

(0,0,0) (P13, R13, KD13)


Program Berkualitas (1-q2) (0,0,0)
Tidak Pilih (1-t7-t8) Terima (u7)
Tidak Pilih (1-s4) CaKaDa Tolak (1-u7)
Pilih & Extort (t7) (P14, R14, KD14)
Rakyat Pilih (s4) DPRD
Pilih Murni (t8) (P15, R15, KD15)
Terima (u8)
CaKaDa
Tolak (1-u8)
(P16, R16, KD16)
Periode 1 Periode 2

Analisis PTL menggunakan game theory menjelaskan jika ada kondisi di mana CaLegDa
berkualitas (p) atau tidak kompeten (1-p). Kualitas CaLegDa adalah private information,
yang diketahui ybs namun tidak diketahui oleh rakyat. CaLegDa memilih strategi/signal
‘melakukan politik uang’ ataukah ‘menawarkan program berkualitas’, yang sama-sama
costly.Bagi CaLegDa berkualitas, memilih politik uang lebih costly daripada menawarkan
program berkualitas. Demikian halnya bagi CaLegDa tidak kompeten, menawarkan
program berkualitas lebih costly daripada menawarkan politik uang.

Pilih (s1) ( a3 , a4 )
Game 2: PilKaDa

Rakyat
Politik Uang (q1)

Tidak Pilih (1-s1)


CaKaDa 1 ( b3 , b4 )

Pilih (s2)
(c3 , c4)
Berkualitas (p) Rakyat
Kualitas Program (1-q1)

Tidak Pilih (1-s2)


N (d3, d4 )

Pilih (s3)
(e3, e4 )
Rakyat
Tidak Kompeten (1-p) Politik Uang (q2)

Tidak Pilih (1-s2)


(f3, f4 )
CaKaDa 2
Pilih (s4)
(g3, g4 )
Kualitas Program (1-q2)
Rakyat

Adapun analisis Pilkada menggunakan game theory Tidak


adalah sebagai berikut. Nature
Pilih (1-s2)
( h3 , h4 )

menentukan apakah seorang CaKaDa berkualitas dengan probabilitas (p) atau tidak
kompeten dengan probabilitas (1-p). Informasi mengenai kompetensi CaKaDa adalah

17
private information, yaitu CaKaDa mengetahui kapasitasnya, namun hal ini belum tentu
diketahui oleh rakyat. Seperti halnya di game 1, game ini juga bersifat asymmetric
information:
– CaKaDa sebagai agent (more informed player)
– Rakyat sebagai principal (less informed player)
Diasumsikan rakyat mengetahui kualitas CaKada melalui sinyal yang dikirimkan oleh
CaKaDa yaitu terkait dengan strategi yang ditawarkan selama kampanye. Jika CaKaDa
menggunakan politik uang, maka hal ini mengirimkan sinyal kepada para calon pendukung
bahwa si CaKaDa sebenarnya tidak kompeten. CaKaDa yang berkualitas akan cenderung
menawarkan program-program yang berkualitas dan menghindari politik uang. Strategi
yang dipakai selama kampanye akan menciptakan sinyal bagi para calon pemilih (rakyat).
Oleh karena itu, potensi money politic atau praktik suap untuk memenangkan pemilu
diantara kedua sistem tidaklah sama!
b) Seorang pakar menyatakan bahwa biaya ekonomi sistem pemilu di negara B lebih rendah
daripada di negara A. Diskusikan!!
• Saya tidak sepakat dengan argument pada soal karena alasan berikut! Konsekuensi
PTL adalah terjadi compensated campaign: 1) Dana kampanye tak terbatas, 2) Dana politik
uang tak terbatas. Anggota DPRD (baik yang kompeten maupun tidak) terpilih selalu
memiliki kesempatan mengalihkan beban biaya kampanye dan politik uang kepada
CaKaDa

x Anggaran dinaikkan at all cost untuk


memenangkan pemilu (compensated
campaign)

• Hal ini berbeda dengan kondisi di mana Pilkada Langsung, Rakyat yang rasional akan
cenderung mendukung CaLegDa yang menawarkan program berkualitas. Meski rakyat

18
tidak akan menerima manfaat moneter sesaat (serangan fajar dll), namun akan menikmati
peningkatan kesejahteraan (social welfare function/SWF) untuk lima tahun mendatang.
Tentunya tidak ada penambahan cost karena Pilkada ini lebih mementingkan kualitas
program dibandingkan money politics. Oleh karena itu, biaya ekonomi sistem pemilu
negara B lebih tinggi!

19

Anda mungkin juga menyukai