Anda di halaman 1dari 28

MEKANISME PASAR

Mekanisme pasar adalah suatu proses penentuan tingkat harga berdasarkan dari kekuatan
permintaan dan penawaran. Definisi mekanisme pasar yang lainnya yaitu kecenderungan dalam
pasar bebas untuk terjadinya perubahan dari harga hingga pasar menjadi seimbang (jumlah yang
penawaran sama dengan jumlah permintaan).

1. Arti atau pengertian permintaan dan penawaran

Permintaan adalah keinginan dari konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat
harga selama periode waktu tertentu. Seperti misalnya Mengenai permintaan pakaian di kota
Bandung, kita membicarakan mengenai berapa jumlah pakaian yang akan dibeli pada berbagai
tingkat harga dalam satu periode waktu tertentu, per bulan, atau pertahun di kota Bandung.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, diantaranya
seperti:

 Harga dari barang itu sendiri.


 Harga barang yang terkait.
 Selera ataupun kebiasaan
 Tingkat pendapatan perkapita.
 Jumlah penduduk di daerah tersebut.

Penawaran adalah keinginan dari produsen untuk menawarkan atau menjual sejumlah barang
pada berbagai macam tingkat harga selama satu periode tertentu. Dan inilah beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi penawaran, diantaranya seperti dibawah ini:

 Harga dari barang itu sendiri.


 Harga barang yang terkait.
 Harga faktor produksi.
 Biaya dari produksi barang.
 Teknologi untuk menproduksi barang.
 Jumlah penjual.
 Tujuan dari perusahaan.
 Kebijakan dari pemerintah.

Berikut ini beberapa kebaikan dan kelemahan mekanisme pasar

Mekanisme pasar merupakan suatu sistem yang cukup efisien dalam menalokasi berbagai faktor
produksi dan mengembangkan perekonomian, tetapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan
akibat yang buruk sehingga dibutuhkan campur tangan dari pemerintah untuk memperbaikinya.

Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor produksi dengan cukup efisien dan juga dapat
mendorong perkembangan dari ekonomi yang disebabkan karena dia mempunyai beberapa
kebaikan, diantaranya seperti di bawah ini:

 Pasar dapat memberikan informasi yang sangat tepat.


 Pasar dapat memberi perangsang untuk mengembangkan kegiatan.
 Pasar dapat memberi perangsang untuk mendapatkan keahlian yang lebih modern.
 Pasar dapat menggalakan penggunaan barang dan juga faktor produksi secara efisien.
 Pasar dapat memberikan kebebasan yang cukup tinggi pada masyarakat untuk melakukan
berbgai kegiatan ekonomi.

Beberapa kelemahan dari mekanisme pasar, diantaranya seperti di bawah ini:

 Kebebasan yang tidak memiliki batas, dapat menindas golongan yang lemah.
 Kegiatan dari ekonomi sangat tidak stabil keadaannya, mekanisme pasar yang bebas dapat
menyebabkan perekonomian akan mengalami kegiatan naik-turun yang tak teratur.
 Sistem pasar dapat menyebabkan monopoli, tidak selalu mekanisme pasar itu merupakan
sistem pasar persaingan sempurna, yang dimana harga dan juga jumlah barang yang
diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan pembeli dan penawaran penjual yang banyak
jumlahnya.
 Mekanisme pasar tidak bisa menyediakan beberapa jenis barang secara efisien.
 Kegiatan dari pembeli atau konsumen dan produsen mungkin dapat menimbulkan
“eksternalitas” yang merugikan, Disini yang dimaksud dengan “eksternalitas” yaitu akibat
sampingan (buruk atau baik) yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan mengkonsumsi
ataupun menproduksi.

A. Keseimbangan Pasar
1. Pengertian

Keseimbangan pasar adalah suatu keadaan ketika permintaan dan penawaran berada pada suatu
titik yang sama. Kurva yang tergambar dikenal dengan kurva keseimbangan pasar (Equilibrium).
Dalam kurva ini, titik equilibrium tersebut akan mampu bertahan dalam jangka panjang apabila
pada titik tersebut konsumen dan produsen sama-sama diuntugkkan atau hanya memperoleh
kerugian yang sangat kecil.

Suatu kondisi dimana penawaran lebih besar daripada permintaan atau dinotasikan dengan QS >
QD, Maka disebut dengan surplus (kelebihan penawaran)

Suatu kondisi dimana permintaan lebih besar daripada penawaran atau dinotasikan dengan QD >
QS, Maka disebut dengan Shortage (kelebihan permintaan)

1. Proses Terbentuknya Keseimbangan Pasar

Keseimbangan pasar adalah terbentuknya suatu harga keseimbangan, harga keseimbangan itu
adalah harga dimana konsumen atau produsen sama-sama tidak ingin menambah atau
mengurangi barang/jasa yang dujual atau dikonsumsi.

Selalu kamu ingat ya, kita bisa menyebut harga keseimbangan hanya jika permintaan dan
penawaran ada pada titik yang sama, tidak lebih, tidak kurang. Karena jika harga ada di bawah
harga keseimbangan, maka akan terjadi kelebihan permintaan, karena permintaan akan
meningkat akibat harga yang rendah, dan kemudian penawaran menurun. Sebaliknya, jika harga
pasar melebihi harga keseimbangan maka akan terjadi kelebihan penawaran, tetapi konsumen
enggan membeli/jumlah permintaan menurun.

Kondisi keseimbangan pasar ini jika dinyatakan secara matematis dan grafis akan menjadi seperti
berikut ini.
Maka yang disebut dengan kurva keseimbangan pasar adalah seperti berikut ini:

Pada kondisi keseimbangan pasar (market equilibrium), kuantitas permintaan (QD) akan sama
dengan kuantitas penawaran (QS) atau terbentuk kuantitas keseimbangan (QE). Harga yang
diminta (PD) pun akan sama dengan harga yang ditawarkan (PS) sehingga terbentuk harga
keseimbangan (PE). Secara grafik harga keseimbangan ini terjadi pada titik potong antara kurva
permintaan dengan kurva penawaran (titik E/titik equilibrium).

Nih 'kan ya, di artikel ini pake contoh tukang bakso, biar berkelanjutan dan asyik, kita pake contoh
tukang bakso lagi ya. Pada contoh kasus bakso sebelumnya, dapat dilihat dalam skedul/tabel
permintaan dan penawaran bahwa harga keseimbangan adalah Rp16.000,00 dan kuantitas
keseimbangan adalah 160 mangkok.

Dengan demikian, bentuk kurva keseimbangan pasar bakso adalah seperti berikut ini:
Untuk mencapai sebuah keseimbangan pasar, harus ada yang dilakukan nih Squad. Biasanya
pemerintah mengintervensi dengan beberapa kebijakan agar keseimbangan pasar selalu terjaga,
ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah, seperti berikut ini.

PENGENDALIAN HARGA

Tujuan dari pengendalian harga adalah untuk melindungi konsumen atau produsen. Bentuk
kontrol harga yang paling umum digunakan adalah penetapan harga dasar (price floor) dan harga
maksimum (price ceilling).

A. Harga Dasar/Harga Terendah/Price Floor

Kebijakan ini dijalankan pemerintah saat ada barang/jasa yang harga jualnya terlalu rendah,
sehingga dapat merugikan produsen yang menjual barang/jasa tersebut. Untuk membantu
mengurangi kerugian maka pemerintah menetapkan harga jual terendah barang/jasa tersebut,
walaupun namanya harga terendah, tapi pemerintah akan menetapkan harga di atas harga itu.

Nah karena kebijakan ini, biasanya penjual akan memanfaatkan situasi dengan menawarkan lebih
banyak, sehingga akan ada kelebihan penawaran (excess supply). Nah kalau ada kelebihan begini,
pemerintah akan membeli kelebihannya, disimpan dan dijual kemudian hari.

Jika digambarkan dengan kurva, maka kurvanya akan begini.

B. Harga Tertinggi/Harga Maksimum/Price Ceilling.

Nah kalau yang ini kebalikannya harga minimum. Pemerintah menetapkan harga jual tertinggi
sehingga barang/jasa masih bisa dibeli oleh konsumen secara wajar. Harga tertinggi di sini adalah
harga yang ditetapkan oleh pemerintah dan itu merupakan patokan harga tertinggi yang
diperbolehkan. Jadi produsen boleh menjual di bawah atau sama dengan harga itu, tetapi tidak
boleh melebihi harga tersebut.

Nah kalau kebijakan ini nantinya akan menghasilkan kelebihan permintaan, sehingga nantinya
akan ada kekurangan pasokan barang atau kelangkaan (shortage). Cara paling mudah untuk
menangani hal ini adalah dengan menjaga ketersediaan dan mengimport barang atau mendorong
peningkatan produksi.

Jika digambarkan dengan kurva, maka hasilnya akan jadi seperti ini.
B. Kelangkaan dan surplus pada pasar

Surplus Konsumen

Kamus Webster menyebutkan, surplus adalah “more than what is needed or used; excess”.
Surplus adalah kelebihan. Dalam ekonomi, konsumen adalah orang yang mengkonsumsi
(consume) barang (goods) atau pelayanan (services). Dalam ekonomi kesehatan, konsumen
adalah orang yang menggunakan (demand, use, utilize) pelayanan kesehatan, yaitu pasien (jika
pelayanan kuratif) maupun individu-individu yang sehat (jika pelayanan preventif atau
promotif).

Surplus konsumen dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah total uang yang
konsumen bersedia membayar (willing to pay) untuk suatu barang atau pelayanan, dan jumlah
total yang sesungguhnya dia bayar untuk barang atau pelayanan tersebut. Surplus konsumen
merupakan ukuran manfaat (benefit), baik dalam arti uang (monetary gain) ataupun
kesejahteraan (welfare), atau kepuasan (satisfaction), yang diperoleh seorang sebagai hasil dari
membeli dan mengkonsumsi barang atau pelayanan.

Surplus konsumen dapat ditunjukkan secara grafis dengan diagram standar suplai dan
permintaan (Gambar 1). Kurva permintaan (demand) adalah kurva yang menunjukkan
kemauan/ kesediaan konsumen untuk membayar (willingness to pay) berbagai harga dan
jumlah barang atau pelayanan. Surplus konsumen ditunjukkan oleh luas area segitiga PoEA di
bawah kurva permintaan (kurva demand, kurva willingness to pay) hingga di atas harga
ekuilibrium Po. Jumlah uang yang sesungguhnya dibayar konsumen sebesar segiempat
PoEQoO. Jadi surplus konsumen merupakan kelebihan kesejahteraan yang diperoleh konsumen
ketika dia mengkonsumsi (menggunakan) suatu barang yang dibelinya dengan harga yang lebih
rendah daripada kemauannya membayar. Sedang segitiga Q0EQ menunjukkan jumlah uang
untuk barang yang tidak dibeli, karena itu tidak dibayar.

P
A

Surplus

konsumen

Barang

yang tidak

Po E dibeli/ tidak

dibayar
Uang yang

sesungguhnya

Demand

dibayar

konsumen

0 Qo
Q

Gambar 1 Surplus konsumen

Dampak Perubahan Harga Terhadap Surplus Konsumen

Dalam situasi normal, tingkat surplus konsumen akan berubah dengan berubahnya harga pasar
dari barang atau pelayanan. Dihubungkan dengan analisis permintaan dan

2|Surplus Konsumen- Bhisma Murti


3 SERI EKONOMI KESEHATAN

penyediaan (demand dan supply), ceteris paribus (permintaan tidak berubah), maka suplai yang
rendah dari suatu barang atau pelayanan akan meningkatkan harga barang atau pelayanan itu,
menurunkan surplus konsumen, sehingga menurunkan kesejahteraan ekonomi konsumen
(Gambar 1a). Dengan asumsi bahwa barang tersebut merupakan pelayanan kesehatan yang
efektif (dibuktikan melalui riset empiris), maka menurunnya kesejahteraan ekonomi akan
menurunkan tingkat kesehatan konsumen.

Sebaliknya, ceteris paribus (suplai tidak berubah), permintaan yang meningkat terhadap barang
atau pelayanan akan meningkatkan harga, dan meningkatkan surplus konsumen, meningkatkan
kesejahteraan ekonomi (Gambar 1b). Dengan asumsi bahwa barang tersebut merupakan
pelayanan kesehatan yang efektif, maka meningkatnya kesejahteraan ekonomi akan
berimplikasi kepada peningkatan kesehatan konsumen.

Surplus konsumen

Surplus

jika permintaan
konsumen
P jika P
menin
gkat
suplai
menurun
Surplu
s
Surplu
s S1 konsumen

konsu
men awal

awal
So

So

P1 P1

Po Po D1

Do

Do
Q

0 Q 1 Qo 0 Q o Q1
Q

(a)
(b)

Gambar 1 Dampak penurunan suplai terhadap surplus konsumen

(a), dan peningkatan permintaan terhadap surplus konsumen (b)

Tetapi jika permintaan barang atau pelayanan tersebut inelastis terhadap harga (price inelastic),
maka peningkatan permintaan itu akan semakin meningkatkan surplus konsumen, karena
permintaan yang tidak elastis terhadap harga mengandung arti, pembeli (konsumen) bersedia
membayar (willing to pay) harga yang tinggi untuk membeli dan mengkonsumsi barang
tersebut (Gambar 2a). Ingat bahwa elastisitas harga (price elasticity) merupakan konsep yang
menunjukkan seberapa besar (seberapa lentur, elastis) jumlah permintaan barang atau
pelayanan dipengaruhi oleh perubahan harga barang. Makin elastis terhadap harga, makin
mudah jumlah permintaan barang dipengaruhi oleh perubahan harga.

Perhatikan Gambar 2a, surplus konsumen setelah terjadi peningkatan permintaan barang lebih
besar daripada keadaan awal, jika permintaan barang tersebut inelastis terhadap harga.
Sebaliknya, makin inelastis terhadap harga, makin kecil pengaruh perubahah harga terhadap
jumlah permintaan barang.

Sebaliknya jika permintaan elastis terhadap harga (price elastic), maka konsumen tidak bersedia
membayar harga tinggi untuk barang atau pelayanan itu, sehingga surplus konsumen tidak
banyak berubah (Gambar 2b). Perhatikan Gambar 2b, surplus

3|Surplus Konsumen- Bhisma Murti


4 SERI EKONOMI KESEHATAN

konsumen setelah terjadi peningkatan permintaan tidak banyak berubah dibandingkan dengan
keadaan awal, jika permintaan barang tersebut elastis terhadap harga.

Surplus konsumen jika


P Surplus konsumen jika
permintaan meningkat dan
P inelastis terhadap harga permintaan meningkat dan

elastis terhadap harga


Surplus
Surplus So
konsumen awal
konsumen awal
So
P
1
P1
P
o D1
Po
Do
D1

Do
Q o Q1
0
Q
Q o Q1 0
(b)
Q

(a)

Gambar 2 Dampak peningkatan permintaan terhadap surplus

konsumen jika permintaan elastis terhadap harga (a), dan jika

permintaan inelastis terhadap harga (b)

Surplus Konsumen dan Diskriminasi Harga

Surplus konsumen dapat digunakan untuk menganalisis dampak diskriminasi harga.


Diskriminasi harga (price discrimination) merupakan perilaku ekonomi yang menerapkan harga
yang berbeda dari barang atau pelayanan yang sama untuk segmen konsumen yang berbeda,
dengan alasan yang bukan merupakan biaya. Diskriminasi harga memungkinkan perusahaan
(misalnya, rumahsakit, dokter) di dalam ekonomi untuk mengambil keuntungan dari surplus
konsumen (pasien). Pada diskriminasi harga tingkat pertama (first degree price discrimination),
disebut juga diskriminasi harga sempurna (perfect price discrimination), perusahaan tidak
mengenakan harga yang sama untuk masing-masing konsumen, melainkan menerapkan harga
yang berbeda kepada masing-masing konsumen yang berbeda berdasarkan maksimum
kemauannya membayar (willingness to pay). Kemauan membayar konsumen ditunjukkan oleh
kurva permintaan (demand curve), pada Gambar 3.

Surplus konsumen yang


P

“diambil” oleh produsen


A
menjadi surplus produsen

Supply

Surplus (MC)

P ting
kat produsen
perta
ma
E

Dema
B nd

(MB)
0

Q tingkat G
Q

pertama

Gambar 3 Surplus produsen dan surplus konsumen

yang “diambil” oleh produsen menjadi surplus produsen

pada diskriminasi harga tingkat pertama

4|Surplus Konsumen- Bhisma Murti


5 SERI EKONOMI KESEHATAN

Pada diskriminasi harga, perusahaan bisa menerapkan harga yang berbeda hanya jika memiliki
suatu kekuatan pasar (market power), misalnya sebagai satu-satunya produsen/ penjual
(monopoli). Dengan diskriminasi harga, perusahaan “mengambil” surplus konsumen da n
“mengalihkan”nya menjadi surplus produsen. Akibatnya, perusahaan menikmati penerimaan
dan keuntungan yang lebih tinggi, dan konsumen tidak lagi memiliki surplus konsumen.
Mengapa tidak terdapat surplus konsumen? Karena masing-masing konsumen membayar
barang dengan harga yang besarnya sama dengan maksimum kemauannya membayar,
sehingga tidak ada lagi “margin” kelebihan kesejahteraan, tidak ada lagi surplus konsumen.

Pada diskriminasi harga tingkat pertama itu sesungguhnya terdapat efisiensi alokasi
sumberdaya, karena biaya marginal (marginal cost, MC), yang ditunjukkan oleh kurva suplai,
sama dengan manfaat marginal (manfaat marginal, MB), yang ditunjukkan oleh kurva
permintaan. Tetapi distribusi surplus ekonomi dalam situasi ini sangat berbeda. Perusahaan
mengekstraksi (mengambil) semua surplus ekonomi untuk dirinya.

Surplus Konsumen dan “Kenyamanan”

Surplus konsumen merupakan kelebihan keuntungan, baik dalam bentuk uang atau
kesejahteraan (welfare), atau kepuasan (satisfaction), atau utilitas (utility), yang diperoleh
konsumen sebagai implikasi dari membeli dan mengkonsumsi suatu barang atau pelayanan
dengan harga di bawah kemauannya membayar. Tahun 2013, Walzer mengemukakan hipotesis
tentang “convenience” (“kenyamanan”) sebagai alasan yang melatari surplus konsumen yang
diperoleh dari penggunaan pelayanan kesehatan. Dalam kamus Webster, convenience
didefinisikan sebagai “anything that adds to one’s comfort or saves work; useful, handy, or
helpful device, article, service, etc”. Kenyamanan (keenakan) adalah segala sesuatu yang dapat
memberikan nilai tambah kepada kenyamanan seorang atau menghemat pekerjaan; baik alat,
benda, pelayanan dan sebagai, yang berguna, mudah digunakan, dan membantu. Kenyamanan
dalam pelayanan kesehatan dapat dihubungkan dengan teori surplus ekonomi.

Buku teks standar mikro-ekonomi umumnya mengemukakan, surplus konsumen (dan


produsen) dapat ditunjukkan pada struktur pasar apapun, termasuk pasar pelayanan
kesehatan. Teori surplus konsumen tetap berlaku pada pasar pelayanan kesehatan yang
merupakan pasar tidak sempurna (imperfect market), dengan berbagai deviasi dari asumsi
pasar kompetitif (asimetri informasi pasien-dokter, hambatan untuk masuk dan keluar melalui
lisensi, “moral hazard” pada pasar asuransi kesehatan, heterogenitas produk, dan sebagainya).
Seberapa besar surplus konsumen (dan produsen) yang bisa diperoleh dari suatu transaksi
barang atau pelayanan tergantung dari mekanisme pasar yang melatari masing-masing struktur
pasar.
Hipotesis Walzer et al. mengemukakan, “value of convenience defined as the consumer surplus
in health care can be shown in different health care settings” – nilai kenyamanan yang
didefinisikan sebagai surplus konsumen dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan pada
berbagai situasi pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, tahun 2009 Robson et al. melaporkan
hasil penelitiannya bahwa tingkat persalinan dengan cara seksio saerasia di Australia melebihi
30% dari seluruh persalinan. Paling sedikit
17% dari semua seksio saesaria dilakukan atas permintaan pasien tanpa indikasi medis yang
jelas. Mengapa sebagian pasien lebih memilih seksio saesaria daripada per vaginan? Karena
“kenyamanan”. “Kenyamanan” yang diperoleh pasien dari persalinan seksio saesaria
merupakan contoh surplus konsumen dalam pelayanan kesehatan.

Surplus Produsen

Produsen adalah individu, kelompok individu, atau organisasi yang memproduksi


(menghasilkan, menyediakan) barang atau pelayanan. Rumahsakit, puskesmas, dokter,
spesialis, perawat, bidan, dan sebagainya, merupakan produsen yang menghasilkan atau
menyediakan pelayanan kesehatan. Surplus produsen dapat didefinisikan sebagai ukuran
perbedaan antara jumlah penerimaan total yang sesungguhnya diperoleh produsen dari
memproduksi/ menjual barang atau pelayanan di pasar, dan jumlah manfaat atau keuntungan
minimal yang produsen masih bersedia menerima (willing to accept) dengan memproduksi atau
menjual barang tersebut. Kesediaan untuk menerima keuntungan minimal (willingness to
accept) dengan menjual barang atau pelayanan identik dengan kesediaan untuk menjual/
memproduksi (willingness to sell). Konsep kesediaan untuk menjual pada produsen
(ditunjukkan oleh kurva suplai/ kurva penyediaan) dapat dibandingkan dengan konsep
kesediaan membayar (willingness to pay) pada konsumen (ditunjukkan oleh kurva permintaan/
demand).

Kesediaan produsen untuk menerima keuntungan minimal (willingness to accept) identik


dengan kesediaannya untuk menjual/ memproduksi (willingness to sell). Kesediaannya untuk
menjual ditentukan oleh biaya produksi. Makin tinggi biaya produksi barang, makin kecil
kesediaannya memproduksi/ menjual barang, karena makin kecil surplus produsen. Jelas bahwa
penjual/ produsen bersedia menjual/ memproduksi barang dengan harga yang lebih tinggi
daripada biaya produksi. Sebaliknya, makin tinggi harga, makin besar surplus produsen, makin
besar kesediaan penjual/ produsen untuk menjual/ memproduksi. Tetapi harga pasar tentu saja
dibatasi oleh kesediaan konsumen untuk membayar (willingness to pay). Dengan kata lain,
surplus produsen dibatasi oleh harga pasar.

Surplus produsen dapat ditunjukkan secara grafis dengan diagram standar suplai dan
permintaan (Gambar 4). Surplus produsen merupakan area di bawah harga pasar di atas kurva
penyediaan (kurva suplai), yakni area segitiga PoEB, dari bawah harga ekuilibirum Po hingga di
atas kurva suplai (kurva penyediaan). Area OPoEQo merupakan biaya produksi. Penerimaan
total (total revenue) adalah area OPoEQ0. Sedang Area Q0EFG merupakan jumlah barang yang
tidak diproduksi.

Sebagai contoh, sebuah apotik bersedia menerima (willing to accept) penjualan 1,000 butir
obat dengan harga Rp 5,000 per butir. Konsumen bersedia membeli (willing to pay) obat
tersebut dengan harga Rp 8,000 per butir. Jika apotik menjual semua obat tersebut dengan
harga Rp 8,000, maka apotik akan menerima Rp 8,000,000. Surplus produsen dapat dihitung
dengan mengurangi jumlah total penerimaan sesungguhnya sebesar Rp 8,000,000, dengan
jumlah total keuntungan minimal yang apotik tersebut bersedia menerima dengan menjual
1,000 butir obat itu (yakni, Rp 5,000,000). Jadi surplus produsen adalah Rp 8,000,000- Rp
5,000,000= Rp 3,000,000. Makin besar surplus produsen, makin besar kesejahteraan ekonomi
produsen.

6|Surplus Konsumen- Bhisma Murti


7 SERI EKONOMI KESEHATAN

Surplus

konsumen

A
Supp
ly

Surplus

F
produs
en

E (Titik
Po ekuilbrium)

Barang
yang

tidak
diproduksi
Bia
ya
Dema
nd

B produksi

0 Qo G
Q

Gambar 4 Surplus konsumen dan

surplus produsen
Setiap penjual/ produsen menghadapi biaya produksi (production cost) plus biaya minimal
lainnya yang menurut pertimbangan produsen perlu ditambahkan pada transaksi agar
pekerjaan memproduksi barang atau pelayanan memberikan nilai tambah. Biaya total produksi
itu disebut biaya ekonomi produksi (economic cost of production), disingkat biaya ekonomi
(economic cost).

Tidak ada penjual yang mau menjual dengan harga yang lebih rendah daripada biaya produksi
jika tidak ingin merugi. Karena itu biaya minimum dari sebuah produk (barang atau pelayanan)
adalah sama dengan biaya produksi yang dihadapi produsen yang paling efisien. Kurva suplai
dimulai dari produsen-produsen yang paling efisien, karena mereka mampu memproduksi
dengan harga minimum. Jika harga pasar meningkat, maka produsen/ penjual lainnya yang
kurang atau tidak efisien akan memasuki pasar, sepanjang harga pasar lebih besar daripada
biaya ekonomi produksi. Dalam hal ini produsen/ penjual yang paling efisien memiliki surplus
produsen yang maksimum, sedang produsen/ penjual yang marginal, alias tidak efisien, tidak
memiliki surplus produsen.

Dampak Perubahan Harga Terhadap Surplus Produsen

Dalam situasi normal, teori ekonomi mikro menyatakan, tingkat surplus produksi akan
meningkat dengan meningkatnya harga pasar dari barang atau pelayanan. Sebagai contoh, jika
lapangan pekerjaan meningkat, lalu kegiatan ekonomi meningkat, maka pendapatan (income)
masyarakat akan meningkat, ceteris paribus. Pendapatan yang meningkat akan meningkatkan
kemampuan membayar (ability to pay), sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan
permintaan pelayanan kesehatan. Kurva permintaan akan bergeser ke kanan (Gambar 5).

Pada pasar kompetitif, permintaan barang yang lebih banyak daripada penyediaan (suplai) akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan harga. Harga pelayanan kesehatan yang tinggi di pasar
merupakan daya tarik bagi penyedia pelayanan kesehatan

7|Surplus Konsumen- Bhisma Murti


8 SERI EKONOMI KESEHATAN

(rumahsakit, dokter dll) untuk meningkatkan jumlah penyediaan pelayanan kesehatan dari Qo
ke Q1, yaitu sampai pada titik ekuilibrium di mana jumlah permintaan sama dengan jumlah
penyediaan. Akibat selanjutnya dari peningkatan jumlah penjualan pelayanan kesehatan maka
surplus produsen meningkat, kesejahteraan ekonomi para penyedia pelayanan kesehatan
meningkat, rumahsakit dan dokter senang.

Surplus

P konsumen

Surplus

produs
en

P1 E

Po
D1 (jika

pendap
atan

mening
kat)

Qo Q1

Gambar 5 Dampak peningkatan harga

terhadap surplus produsen

Apakah dalam contoh ilustrasi ini kesejahteraan ekonomi konsumen dirugikan (menurun)?
Jawabnya, peningkatan surplus produsen tidak selalu berimplikasi penurunan surplus
konsumen. Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa pada diskriminasi harga, produsen/
penjual “mengambil” atau “mengalihkan” surplus konsumen menjadi surplus produsen, dengan
cara menentukan harga yang berbeda untuk barang yang sama kepada segmen konsumen yang
berbeda. Akibatnya, peningkatan surplus produsen mengurangi/ menurunkan surplus
konsumen.

Gambar 5 memeragakan dampak peningkatan harga terhadap surplus produsen dan surplus
konsumen. Perhatikan, jika harga meningkat, maka surplus produsen akan meningkat. Sebagian
atau seluruh peningkatan surplus produsen itu “diambil” dari surplus konsumen. Tetapi
peningkatan surplus produsen tidak menyebabkan penurunan surplus konsumen. Sebagian
surplus konsumen yang “diambil” oleh produsen terkompensasi oleh peningkatan konsumsi
barang, yang didorong oleh peningkatan pendapatan. Dalam ekonomi neoklasik, suatu tindakan
yang dilakukan dalam ekonomi yang memberikan dampak peningkatan kesejahteraan satu
pihak tanpa merugikan (menurunkan) kesejahteraan pihak lain, merupakan keadaan yang
disebut Pareto-improvement. Jika berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan terus berdampak
pada peningkatan jumlah Pareto-improvement, maka perbaikan kesejahteraan itu pada suatu
saat akan berhenti pada titik ekuilibrium yang disebut Pareto-optimalitas, di mana sudah tidak
bisa dilakukan lagi Pareto-improvement . Pada keadaan Pareto-optimalitas, upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan satu pihak justru akan menurunkan kesejahteraan pihak lainnya.

Konsep surplus ekonomi dapat digunakan dalam bisnis (ekonomi mikro). Pemahaman tentang
surplus ekonomi berguna untuk membantu manajer perusahaan membuat
keputusan yang lebih baik tentang penentuan harga. Jika sebuah perusahaan memutuskan
untuk menaikkan harga barang atau pelayanan yang diproduksinya, maka surplus produsen
akan meningkat untuk setiap transaksi yang terjadi, tetapi surplus konsumen akan menurun.
Konsumen yang hanya memperoleh sedikit surplus konsumen mungkin tidak akan mau lagi
membeli produk tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Akibatnya, perusahaan akan
mengalami penurunan jumlah penjualan jika meningkatkan harga. Penurunan jumlah penjualan
dapat menyebabkan penurunan surplus produsen total.

Surplus ekonomi juga penting bagi perusahaan kecil yang ingin tumbuh dan melakukan
ekspansi. Surplus ekonomi berhubungan dengan aliran tunai (cash flow). Aliran tunai
merupakan uang tunai yang mengalir ke dalam maupun ke luar perusahaan. Aliran tunai dapat
ditingkatkan dengan sejumlah cara, antara lain menjual lebih banyak barang dan pelayanan,
meningkatkan harga jual, menurunkan biaya, atau menjual aset.

Jika sebuah perusahaan memiliki surplus aliran tunai, maka perusahaan harus membuat
keputusan tentang cara yang terbaik untuk menggunakannya untuk keuntungan perusahaan.
Jika sebuah perusahaan memiliki banyak surplus, hal itu berarti terdapat banyak aliran tunai ke
dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat menggunakan surplus itu untuk melakukan
investasi ke dalam produk, pelayanan, peralatan, dan pegawai baru, untuk meningkatkan
pertumbuhan. Sebaliknya perusahaan yang hanya memiliki sedikit surplus tidak memiliki aliran
tunai yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan.

Surplus Produsen dan Diferensiasi Produk

Dalam ekonomi, banyak produsen membuat dan menjual produk-produk yang kurang lebih
sama. Ketika ekonom menganalisis pengambilan keputusan perusahaan tentang produksi,
mereka akan mempertimbangkan struktur pasar (market structure) yang melatari perusahaan
menjalankan bisnisnya. Struktur pasar hakikatnya ditentukan oleh empat karakteristik pasar: (1)
jumlah dan besarnya perusahaan di pasar; (2) kemudahan perusahaan/ produsen untuk masuk
dan keluar dari pasar; (3) tingkat diferensiasi produk-produk yang dihasilkan perusahaan/
produsen; dan (4) banyaknya informasi yang tersedia bagi pembeli maupun penjual tentang
harga, karakteristik produk, dan teknik produksi.

Homogenitas produk, dengan kata lain ketiadaan diferensiasi produk, merupakan salah satu
kondisi bagi pasar kompetitif, agar penjual/ produsen tidak dapat menentukan harga (price-
setting) melainkan mengikuti/ mengambil harga pasar (price-taker). Perusahaan yang
beroperasi dalam pasar kompetitif sempurna akan berperilaku sebagai pengambil harga (price-
taker). Pengambil harga tidak dapat mengendalikan harga barang yang dijualnya, melainkan
hanya bisa menerapkan harga pasar untuk barang yang dijual. Kondisi yang membuat pasar
menjadi kompetitif sempurna menyebabkan perusahaan di dalam pasar itu menjadi pengambil
harga. Jika terdapat banyak perusahaan yang semuanya memproduksi dan menjual produk
yang sama, dengan menggunakan input dan teknologi yang sama, maka kompetisi akan
memaksa masing-masing perusahaan untuk mengenakan harga pasar yang sama untuk barang
atau
10 SERI EKONOMI KESEHATAN

pelayanan yang dihasilkan. Karena masing-masing perusahaan di pasar menjual produk


yang sama, maka tidak ada satupun perusahaan yang dapat menaikkan harga yang lebih
tinggi daripada harga yang dikenakan oleh perusahaan-perusahaan lainnya di pasar, jika
tidak ingin ditinggalkan konsumen dan kehilangan bisnis tersebut di pasar.

Surplus produsen dapat ditingkatkan dengan melakukan diferensiasi produk.


Diferensiasi produk (product differentiation) merupakan suatu strategi pemasaran bisnis
agar perusahaan memiliki keunggulan daripada pesaing, dengan cara membuat atribut
fisik, fitur, ataupun substansi suatu produk berbeda dengan semua produk alternatif
lainnya. Ada beberapa cara melakukan diferensiasi produk, di antaranya adalah
mempromosikan superioritas kualitas produk, dan melakukan “branding”. Umumnya
konsumen memiliki preferensi yang cenderung memilih membeli produk yang lebih
bermutu daripada tidak/ kurang bermutu.

Masing-masing produsen memiliki sedikit perbedaan harga dasar (base price) yang
dapat diterima oleh produsen, yang mencerminkan perbedaan dalam kesediaan menjual
(willingness to sell) masing-masing produsen. Tetapi masing-masing produsen akan
mencoba mengenakan harga yang lebih tinggi daripada harga dasar tersebut, yaitu
harga tertinggi yang konsumen bersedia membayar (willingness to pay). Diferensiasi
produk merupakan sebuah strategi pemasaran bisnis yang dapat digunakan perusahaan
agar bisa mengenakan harga yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan surplus
produsen. Persepsi konsumen yang berbeda terhadap produk yang sama sebagai akibat
dari diferensiasi produk memungkinkan produsen mengenakan harga yang lebih tinggi,
sesuai dengan kemauan membayar (willingness to pay) konsumen.

Sebagai contoh, obat generik merupakan suatu produk yang menunjukkan homogenitas
produk, karena hakikatnya memiliki penampilan dan isi farmakologis yang sama pada
berbagai perusahaan farmasi produsen obat generik. Tetapi perusahaan farmasi dapat
melakukan diferensiasi produk dengan memberikan kemasan yang berbeda dan lebih
atraktif, atau memberikan pesan-pesan pemasaran sosial, sehingga harga obat kemasan
bisa dikenakan lebih tinggi daripada obat generik dan tetap dibeli oleh konsumen,
meskipun kandungan farmakologi di dalam sama. Perbedaan antara harga terendah dari
suatu obat generik (willingness to sell) dan harga tertinggi dari obat kemasan dengan
kandungan farmakologi yang sama, merupakan surplus produsen.

C. Perubahan dalam keseimbangan pasar


 Penentuan harga keseimbangan (equilibrium price).

Harga merupakan nilai tukar obyektif atas barang/jasa dan nilai tukar obyektif itu sendiri
adalah harga pasar atau harga keseimbangan. Harga pasar tidak terbentuk secara otomatis
akan tetapi melalui suatu proses mekanisme pasar yakni tarik menarik antara kekuatan
pembeli dengan permintaannya dan kekuatan penjual dengan penawarannya.

Perubahan keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan permintaan atau penawaran.
Jika faktor yang menyebabkan perubahan adalah harga, maka keseimbangan akan kembali
ke titik awal. Tetapi apabila yang berubah adalah faktor-faktor ceteris paribus seperti
teknologi untuk sisi penawaran, atau pendapatan untuk sisi permintaan, keseimbangan
tidak kembali ke titik awal.

1. Jika harga berubah, terjadi kelebihan penawaran yang menyebabkan harga turun
kembali ke Po. Titik keseimbangan tetap Eo.
2. Kurva penawaran bergeser ke kanan karena perubahan teknologi. Titik
keseimbangan bergeser dari Eo ke E1.
3. Kurva permintaan bergeser ke kanan karena perubahan pendapatan. Titik
keseimbangan bergeser dari Eo ke E1.

Terdapat empat kemungkinan perubahan/pergeseran kurva permintaan dan penawaran,


yaitu:

 Permintan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan).


 Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri).
 Penawaran bertambah (kurva penawaran bergesar ke kanan)
 Penawaran berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri

Pergeseran permintaan dan penawaran

Pergeseran dapat pula terjadi secara stimulanantara permintaan dan penawaran.

Contoh:

Pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia dimana harga susu meningkat drastis.
Penyebab terjadinya kenaikan harga ini karena dua hal:
 pelemahan kurs rupiah pada saat itu menyebabkan kenaikan biaya produksi
dikarenakan komposisi bahan baku impor yang tinggi, kenaikan biaya produksi ini
menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke arah kiri atau menurun.
 Situasi dan kondisi yang tidak kondusif pada saat itu, menyebabkan sebagian
masyarakat melakukan penimbunan barang sebagai upaya antisipatif kelangkaan
barang, keputusan untuk menimbun barang ini menyebabkan kenaikan kurva
permintaan secara drastis atau kurva bergeser ke kanan atas.

D. Elastisitas permintaan dan penawaran

ELASTISITAS Konsep elastisitas memiliki peranan panting dalam menganalisa masalah


masalah bisnis. Banyak keputusan bisnis yang diambil dengan keputusan elastisitas,
seperti elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran.

a. Elastisitas permintaan (Elasticity of Domed) Selama hukum permintaan berlaku bagi


produk yang dihasilkan, maka jika perusahaan menentukan harga barang terlalu
tinggi , maka perusahaan itu akan kesulitan mencapai tingkat penjualan tinggi.
Menurut hokum permintaan, semakin tinggi harga, maka jumlah permintaan kan
barang tersebut akan sedikit. Dalam menentukan kebijakan harga pokok produk
yang ihasilkan, perusahaan tersebut harus mampu mengenali karakteristik
permintaan harga pasar terhadap barang produk yang dihasilkan.
b. Factor- factor. Yang mempengaruhi permintaan: a. Harga produk, konsumen mau
dan mampu membeli produk dengan jumlah yang banyak pada tingkat harga yang
lebih rendah. b. Harga produk lain yang berhubungan . Perubahan harga produk lain
yang memiliki hubungan saling mengganti mempengaruhi permintaan pasar produk
dengan arah yang berlawanan. c. penghasilan Konsumen, kenaikan penghasilahn
konsumen mengakibatkan daya beli konsumen meningkat dan selanjutnya akan
meningkatkan permintaan pasar terhadap barang produk. d. Selera dan preferensi
Konsumen, peningkatan selera dan preferensi konsumen terhadap suatu produk
akan meningkatkan permintaan pasar terhadap produk tersebut

e. Harapan Konsumen mempunyai harapan bahwa masa yang akan datang akan terjadi
kenaikan harga, atau kenaikan pendapatan konsumen, atau kelangkaan produk tersebut
dipasar akan Mendorong konsumen membeli produk tersebut akan lebih banyak. f. Jumlah
konsumen, Permintaan pasar merupakan penjumlahan dari permintaan individual. Dengan
demikian, semakin banyak konsumen, akan jumlah permintaan pasar terhadap barang
Produk tersebut akan semakin banyak pula. Perhitungan koefisien elastisitas permintaan
Perhitungan ini dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut : Ed = %
perubahan kuantitas diminta / % perubahan harga, atau Keterangan : ED = Elastisitas
permintaan Q2 = Kuantitas permintaan setelah perubahan Q1 = Kuantitas permintaan awal
P2 = Harga setelah perubahan P1 = Harga awal Dalam perhitungan koefisien elastisitas ini,
angka minus tidak perlu ditulis karena kita telah mengetahui bahwa antara harga dan
permintaan berslope negatif. Artinya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan, dan
sebaliknya (hukum permintaan). Elastisitas akan besar bilamana : a. terdapat banyak barang
subsitusi yang baik b. harga relatif tinggi c. ada banyak kemungkinan-kemungkinan
penggunaan barang lain

Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana : a. benda tersebut digunakan dengan kombinasi
benda lain b. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-
harga yang rendah. c. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang
baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan. Jenis-jenis Elastisitas Permintaan Ada lima
jenis elastisitas permintaan : 1. Permintaan tidak elastis sempurna : elastisitas = 0.
Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya
berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang
ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya
tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia
tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar
atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan
contoh lainnya yang sejenis. 2. Permintaan tidak elastis : elastisitas < 1. Prosentase
perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan
tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun
harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok.
Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan
sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak
akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras
memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin.
Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat
kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama
halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi
menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan
permintaan menjadi tidak elastis.

3. Permintaan uniter elastis : elastisitas = 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan =


prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat
disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara
permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan
memiliki permintaan uniter elastis. 4. Permintaan elastis : elastisitas > 1. Prosentase
perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada
produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain
sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang
penggantinya. 5. Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu
harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan
harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya
berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna
diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki
karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh
produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya
memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen
merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk
membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek.
Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan
membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima
pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata,
permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun
harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama. Elastisitas Penawaran Elastisitas
penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan
karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk mengukur besar/kecilnya
tingkat perubahan tersebut diukur dengan angkaangka yang disebut koefisien elastisitas
penawaran dengan lambang ES (Elasticity Supply).

Macam-Macam Elastisitas Penawaran Seperti dalam permintaan, elastisitas penawaran


dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: 1. In Elastis Sempurna (E = 0) Penawaran in elastis
sempurna terjadi bilamana perubahan harga yang terjadi tidak ada pengaruhnya terhadap
jumlah penawaran. Kurvanya sejajar dengan sumbu Y atau P 2. In Elastis (E < 1) Penawaran
in elastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada perubahan penawaran. 3.
Elastis Uniter (E = 1) Penawaran elastis uniter terjadi jika perubahan harga sebanding
dengan perubahan jumlah penawaran.

4. Elastis (E > 1) Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah
penawaran yang lebih besar. 5. Elastis Sempurna ( E = ~ ) Penawaran elastis sempurna
terjadi jika perubahan penawaran tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga,
sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu Q atau X. Faktor-faktor yang
mempengaruhi elastisitas penawaran adalah : a. Tingkat kemampuan produksi sesuatu
barang untuk mengikuti perubahanperubahan harga. Barang-barang yang mampu jumlah
produksinya mengikuti atau menyesuaikan diri terhadap perubahan harga adalah lebih
elastis disbanding barang-barang yang sukar disesuaikan produksinya atau yang tidak
mampu mengikuti perubahan harga. Oleh karena usaha pertanian sangat bergantung
kepada alam maka sudah barang tentu penyesuaian diri setiap saat dari produksinya akan
sangat sukar terlaksana. Dengan demikian dapat dipastikan penawaran lebih kecil
disbanding barang-barang industri yang usaha produksinya tidak bergantung pada alam. b.
Tingkat ketahanan sesuatu barang untuk dapat disimpan (sterability). [MEKANISME PASAR]
July 9, 2012 ANAS AFFANDI DAN M. AUFA DHARMI 17 Makin tahan sesuatu barang disimpan
dalam gudang makin besar elastisitas penawarannya disbanding barang-barang yang tidak
tahan untuk disimpan lebih lama. Buah-buahan dan ikan segar tentunya mempunyai
elastisitas penawaran lebih kecil dibanding buah-buahan dalam kaleng. c. Kemampuan
penjual/produsen merubah jumlah produksi. Ini berkaitan dengan biaya dan kapasitas
produksi. Penawaran akan cenderung tidak elastis apabila salah satu dari hal-hal berikut
terjadi : - Biaya produksi untuk menaikkan jumlah penawaran besar. Misalnya jika produksi
saat ini telah mencapai skala ekonomis dan biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu
unit produksi akan menambah biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam
skala tidak ekonomis. - Atau kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan
kapasitas akan memerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yang membutuhkan investasi
besar. Sementara penawaran akan cenderung elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya. d.
Jangka waktu analisis. Pengaruh waktu analisis terhadap elastisitas penawaran dibedakan
menjadi tiga : - Jangka waktu yang sangat singkat. Pada jangka waktu yang sangat singkat,
menjual/produsen tidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi
tidak elastis sempurna. - Jangka pendek. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah dalam
jangka pendek, namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang
tersedia dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Hasilnya, penawaran dapat
dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil, sehingga penawaran tidak elastis. - Jangka
panjang. Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan dalam jangka
panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis. e. Stok persediaan. Semakin besar
persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena produsen dapat segera memenuhi
kenaikan permintaan dengan persediaan yang ada. f. Kemudahan substitusi faktor
produksi/input. Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga kerja,
semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan tenaga kerja, semakin
mudah produsen [MEKANISME PASAR] July 9, 2012 ANAS AFFANDI DAN M. AUFA DHARMI
18 memenuhi perubahan permintaan yang terjadi. Ini karena kapital dan tenaga kerja ebih
fleksibel, sehingga dapat ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu dibutuhkan. Elastisitas
Koefisien Penawaran Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan
metode mid point adalah sebagai berikut : Es = % perubahan kuantitas penawaran / %
perubahan harga, atau Keterangan : ES = Elastisitas penawaran Q2 = Kuantitas penawaran
setelah perubahan Q1 = Kuantitas penawaran awal P2 = Harga setelah perubahan P1 =
Harga awal

E. Intervensi pemerintah – Pengendalian harga


5. Intervensi Pemerintah

Kegagalanpasar, seringkali menuntut campur tangan pemerintah. Namun tidak semua


campur tangan pemerintah memberikan hasil yang baik. Beberapa intervensi pemerintah
diantaranya :

a. Kontrol Harga

Tujuan kontrol harga adalah untuk melindungi konsumen dan produsen. Bentuk
kontrol harga diantaranya :

1. Penetapan Harga Minimum (floor price)


Cara ini dilakukan pemerintah dengan menentukan harga
terendah yang berlaku di pasar, yang tingginya berada di
atau harga pasar.
Tujuan pemerintah menentukan harga minimum adalah:
 untuk melindungi produsen agar tidak merugi, dan
 untuk menaikkan harga barang yang berlaku di
pasar.
Kurva kebijakan harga minimum tampak pada di samping.
Dari harga minimum dapat kamu ketahui bahwa harga
pasar mula-mula setinggi OP, harga ini dianggap terlalu
rendah. Oleh karena itu pemerintah menetapkan harga minimum setinggi OP2 yang
berakibat terjadi kelebihan penawaran dari permintaan. Hal ini disebut surplus supply
(kelebihan penawaran), yaitu sebesar Q3Q

2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)

Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan
pemerintah bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh
pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat
(konsumen). Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum
tersebut. Cara ini dilakukan pemerintah dengan menentukan harga tertinggi yang berlaku di
pasar, yang tingginya berada di bawah harga pasar.
Adapun tujuan penentuan harga maksimum yang dilakukan oleh pemerintah adalah:
 untuk melindungi konsumen sehingga harganya terjangkau, dan
 untuk menurunkan harga barang yang berlaku
di pasar.
Kurva harga maksimum tampak pada gambar
disamping. Dari kurva harga maksimum, tampak harga
pasar mula-mula sebesar OP. Harga tersebut dianggap
terlalu tinggi sehingga
konsumen tidak mampu untuk membeli. Oleh karena
itu, pemerintah menetapkan harga maksimum setinggi
OP1 yang berakibat permintaan barang menjadi lebih
besar dari penawaran barang. Keadaan ini disebut
surplus demand (kelebihan permintaan), yaitu sebesar Q1Q2.

3. Kuota Produksi

Selaain dengan pembelian, pemerintah dapat mempengaruhi tingkat harga dengan


melakukan kebijakan kuota produksi (pembatasan produksi). Misalnya, pemerintah ingin
menolong petani jagung dengan cara membatasi jumlah produksi (kouta) jagung untuk
meningkatkan harganya.

b. Pajak Penjualan dan Subsidi Penjualan

1. Pajak Penjualan

Dilihat dari satu sisi, pajak memberatkan karena membuat harga barang menjadi lebih
mahal. Namun, disisi lain, pajak diutuhkan sebagai sumber penerimaan negara untuk
membiayai fungsi-fungsinya, khususnya fungsi redistribusi pendapatan dan fungsi stabilitas
ekonomi.

2. Subsidi Penjualan

Subsidi penjualan merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada para


pengusaha agar dapat memproduksi dengan biaya lebih rendah. Tujuan dari diberikannya
subsidi penjualan agar produk yang dihasilkan di dalam negeri dapat bersaing dengan
produk impor. Dampak dari diberikannya subsidi penjualan terhadap keseimbangan pasar
yaitu harga barang menjadi turun dan jumlah barang yang ditawarkan.

c. Tarif dan Kouta dalam perdagangan Internasional

Dalam sistem perekonomian terbuka (melakukan transaksi dengan perekonomian luar),


harga barang yang berlaku adalah harga internasional. Persoalannya adalah jika harga
domestik lebih tinggi daripada harga dunia. Dengan adanya mekanisme pasar bebas, suatu
negara melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Walaupun dari
sudut konsumen hal ini menguntungkan, tetapi demi melindungi industri dalam negeri,
pemerintah menempuh kebijakan proteksi dengan memberlakukan tarif (pajak impor) dan
kuota impor (pembatasan jumlah impor). Efek yang ditumbulkan dari pengenaan tarif
adalah :

- Produsen domestik dapat meningkaykan produksinya karena adnya perlindungan


harga yang ditimbulkan oleh tarif;
- Konsumen menghadapi harga yang lebih tinggi sehingga harus mengurangi
konsumsinya; dan
- Pemerintah memperoleh penghasilan berupa tarif bea masuk

Namun efek sesungguhnya dari penerapan tarif yaitu timbulnya inefisiensi ekonomi.
Pengenaan tarif akan menimbulkan kerugian ekonomi bagi para konsumen, dan kerugian ini
lebihh besar daripada keuntungan yang diterima pemerintah, misalnya pengenaan tarif
pada produk elektronik.

Anda mungkin juga menyukai