Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengaetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas
manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam
sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri..
Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa
ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angina, dan
sebagainya. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya
itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang?
Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan
itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun
yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung untuk
mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini nampak
berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi)
dari satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang yang sangat
dekat dengan manusia yaitu monyet? Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat
didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup
makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup
aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu. Itulah
pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan bagaimana caranya membuat
sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam sarangnya
yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak
berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan
monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu
didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972)
disebut sebagai Idle Curiousity atau Instinct Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk
mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan
berkembang biak.
Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu kemampuan berpikir
dengan kata lain curiousity-nya tidak idle tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia
memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai
kemampuan berpikir. Ia bertanya terus setelah tahu tentang apa-nya, mereka juga ingin tahu
bagaimana dan mengapa begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu
untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih
baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi
pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di
gua-gua atau di atas pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong
oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan,
maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang
manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit. Bandingkan dengan
burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang
masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat
sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-
kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau
lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai
kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.
Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.
Manusia sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini
mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah
yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulakan pengetahuan.
Pengetahuan yang terkumpul semain banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang
terus berkembang juga daya pikirnya. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah
tanpa batas itu menimbulkan pembendharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri . hal ini tidak
hnya meliputi tentang kebutuhan praktis hidupnya sehari-hari tetepi juga berkembang sampai
pada hall-hal menyangkut keindahan dan seni.
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah dengan adanya
tukarmenukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki masing-
masing . Perkembangan pengetahuan pada manusia ini juga didukung oleh adanya sifat manusia
yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas, dan sifat yang ingin lebih baik. Mereka
selalu berusaha mengerti dan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan tersebut rasa keindahan manusia juga ikut
berkembang. Maka dalam kehidupannya pengetahuan yang telah dimiliki tersebut bukan hanya
diterapkan dan digunakan untuk kebutuhan hidupnya tetapi juga menyangkut hal-hal yang
bertalian dengan keindahan
Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dari pada hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk selainnnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana hakekat manusia dan sifat keingintahuannya?
2.2.2 Bagaimana perkembangan fisik, sifat pikiran manusia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hakekat manusia dan sifat keingintahuannya
1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan fisik, sifat pikiran manusia
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa atau umum dapat memahami:
1.4.1 Hakekat manusia dan sifat keingintahuannya
1.4.2 Perkembangan fisik, sifat pikiran manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Manusia dan Sifat Keingintahuannya

1. Hakekat Manusia

Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya
memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun
lingkungannya. Akal bersumber pada otak dan budi bersumber pada jiwa. Oleh karena itu,
sejalan dengan perkembangannya manusia memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga
ditunjang dengan rasa ingin tahu (kuriositas), maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala
ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan penghuni bumi
lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya antara lain.
a. Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang dicerminkan dalam
tindakan dan perilakunya terhadap lingkungannya.
b. Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan keterbatasan inderanya.
c. Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan maupun tulisan.
d. Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius) dan berbudaya (Homo Humanis).
e. Manusia dapat mengadakan usaha (Homo Economicus).
f. Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (Homo religious).

2. Sifat Keingintahuan Manusia

Binatang mempunyai insting untuk kelangsungan hidupnya, memperoleh makanan, serta


hal-hal lainnya. Aktivitas tersebut tidak berubah dari waktu ke waktu dan dinyatakan sebagai
rasa keingintahuan yang tidak berkembang atau biasa disebut idle curiousty. Sedangkan
manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis, dan
analis. Oleh karena itu, manusia memiliki rasa ingin tahu yang selalu berkembang yang biasa
disebut dengan curiousity.
Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu ini dimulai dengan pertanyaan what
“apa” tentang sesuatu kemudian dilanjutkan dengan how “bagaimana” kemudian why
“mengapa”. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari
perkembangan ilmu pengetahuan alam. Semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu
ingin tahu,terutama tentang benda yang ada disekelilingnya,alam jagad raya, bahkan dirinya
sendiri. Hal tersebut mendorong manusia untuk memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang
terjadi dan dorongan rasa ingin tahu manusia tersebut membuat mereka mencari jalan keluar dari
setiap apa yang terjadi. Pengetahuan tentang satu masalah mendatangkan pertanyaan (masalah)
lain yang ingin dijawab.
Manusia dengan rasa keingintahuannya yang besar selalu berusaha mencari jawaban atas
fenomena yang terjadi. Seringkali mereka menerka-nerka sendiri jawabannya. Terkadang
jawaban itu tidak logis namun mudah diterima oleh masyarakat awam. Misalnya “Mengapa ada
pelangi?” kemudian mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau
“Mengapa gunung meletus?” jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya
pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari
kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut
legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu
yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu
pengetahuan dan metode (Maskoeri Jasin, 2008: 3).
Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui pendekatan non-
ilmiah (sains semu) ataupun ilmiah. Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan sains
semu dilakukan dengan mengandalkan perasaan, keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran yang
cermat. Pengetahuan yang diperoleh bisa benar bisa salah seperti pada cara prasangka atau
intuisi, serta tidak efisien karena harus mencoba tanpa dasar dan kalaupun benar seringkali hanya
kebetulan saja.
2.2 Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia

1. Perkembangan Fisik Manusia

Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maskoeri Jasin, 2008: 1)
a. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
b. Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk
dan keluar.
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
d. Memiliki potensi untuk berkembang.
e. Tumbuh dan berkembang.
f. Berinteraksi dengan lingkungannya.
g. Bergerak
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap
menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik
dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang
akan menjadi laki-laki. Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut
yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan
pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai
organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah
makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan
tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja. Bayi manusia (usia 0-2 tahun) tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang pandai berbicara, membaca, berhitung dan mampu bergerak
dengan lincah. Kemudian anak manusia berada pada masa kanak- kanak pada usia 3- 5 tahun
yang disebut masa bertanya dan ditandai dengan pertumbuhan fisik yang mulai berkembang serta
pandai berbicara, membaca, dan berhitung. Selanjutnya pada usia 13-20 tahun, anak tersebut
menjadi remaja yang mulai mengalami pubertas, seperti perempuan mulai mensturasi, dan laki-
laki mulai memiliki jenggot, kumis, serta membesar suaranya. Selanjutnya masuk masa dewasa
(usia >20 tahun) yang sudah mampu bekerja dan berumah tangga. Setelah usia 30 tahun, mulai
dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung
jawab.
2. Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia

Sifat ingin tahu manusia berkembang seiring dengan perkembangan umur dan waktu
dimana manusia tersebut hidup. Pada zaman pra sejarah manusia hidup dari berburu dan
berladang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani
dan peternak yang menetap. Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni
perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan
alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini. Berikut ini,pengelompokan
perkembangan kecerdasan manusia berdasarkan usia dari bayi hingga dewasa.
a. Masa bayi (0 – 2 Tahun)
Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode sensomotorik. Pada periode
ini, perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai belajar makan, berjalan, berbicara, dan
mengikatkan diri pada orang lain. Dengan gerakan – gerakan anggota tubuhnya,ia belajar
memadukan keterangan – keterangan melalui semua alat inderanya.
b. Masa Kanak – kanak ( 3 – 5 Tahun )
Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2 – 7
tahun. Pada periode ini,dorongan keingintahuannya sangat besar, sehingga banyak yang
menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki
keterampilan berbahasa lisan. Namun, pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan
lambang– lambang,seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.
c. Masa usia sekolah ( 6 – 12 Tahun )
Masa ini disebut juga sebagai periode operasional nyata dengan ki saran usia 7-11 tahun.
Pada periode ini anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motoric yang baik.
Para ahli psikologimenyebut juga masa ini sebagai “ masa tenang “, karena proses perkembangan
emosional si anak telah mendapatkan kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuan individu.
Perolehan kemampuannya masih dengan induksi (pengamatan dan percobaan). Walaupun sudah
dinilai dengan penalaran dan logika.
d. Masa remaja (13 – 20 Tahun )
Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun
dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa padahal,
secara fisik, mental, dan emosional belum mampu menggunakan nalar dan berhipotis.
e. Masa dewasa ( > 20 Tahun )
masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka
mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam
kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang
berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari
keingintahuannya itu merupakan pengetahuan-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia
selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang apa, bagaimana dan mengapa
demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya,
manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk
memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
3.2 Saran
Hendaknya sebagai manusia kita selalu mengasah kemampuan berpikir kita,
mengoptimalkan kemampuan otak dan mencari ilmu pengetahuan dengan dengan cara yang di
redhai Allah sebagai wujud rasa syukur kita kepada sang Khalik.
DAFTAR PUSTAKA

AL-Alaudin, 2012. Perkembangan Fisik, Sifat, dan Pemikiran. http://www.al-alaudin.com. [4


April2013, 22:50].

Jasin Maskoeri,dkk.2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Rajawali Pers

Purnama, Heri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Wulaningsih. Dewi ratna. 2010. Pengantar Kealaman Dasar.

Anda mungkin juga menyukai