PURWAKARTA
-1-
BAB I
ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat
pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang
terbatas/langka tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis
barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa
datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas
hidupnya.
1. Hal yang dipelajari dalam ilmu ekonomi :
a. Kelangkaan ( Scarcity )
Keterbatasan akan menyebabkan banyak hal yang terasa langka (scarce).
Kelangkaanmencakup kuantitas, kualitas, tempat dan waktu. Sesuatu tidak akan
langka kalau jumlah (kuantitas) yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, berkualitas
baik, tersedia di mana saja ( di setiap tempat) dan kapan saja ( waktu ) dibutuhkan.
b. Pilihan – pilihan ( Choices )
Terbatasnya sumber daya tersedia dibandingkan kebutuhan/keinginan, menyebabkan
manusia harus menentukan pilihan-pilihan yang bersifat individu maupun kolektif.
c. Biaya Kesempatan ( Opportunity Cost )
Ilmu ekonomi memandang manusia sebagai makhluk rasional. Pilihan yang
dibuatnya berdasarkan pertimbangan untung rugi, dengan membandingkan biaya yang
harus dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh. Biaya yang dimaksudkan dalam
dalam konsep ilmu ekonomi (economic cost) berbeda dengan konsep biaya akuntansi
( accounting cost ).
Konsep tersebut adalah biaya kesempatan ( opportunity cost ), yaitu kesempatan ( untuk
memperoleh sesuatu ) yang hilang karena kita telah memilih alternatif lain.
1. Masalah-masalah Ekonomi
Masalah ekonomi adalah masalah pilihan alokasi sumber daya yang terbatas/langka.
Ilmu ekonomi senantiasa bermanfaat, selama masalah yang dihadapi adalah alokasi
sumber daya yang langka. Namun sebagaimana ilmu-ilmu yang lainnya, ilmu ekonomi
hanyalah alat untuk memahami dan menganalisis keadaan yang dihadapi. Karena
realitasnya begitu kompleks, maka perlu penyederhanaan. Dalam ilmu ekonomi,
penyederhanaan maslah-masalah yang dihadapi.
-2-
finansial dan sikap mental. Pilihan teknologi yang digunakan sebaiknya dikaitkan
dengan faktor-faktor di atas, sehingga dapat menghasilkan tingkat efisiensi paling besar.
1. Barang dan Jasa Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau menghasilkan benda lain yang akan
memenuhi kebutuhan masyarakat.Jasa tidak dapat digolongkan sebagai suatu
barang, karena tidak berwujud, tetapi dapat memberikan kepuasan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Barang Ekonomi dan Barang Bebas ( Economic good ) adalah barang yang
mempunyai kegunaan dan langka, yaitu jumlah barang yang tersedia lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan masyarakat. Barang bebas adalah
barang yang tersedia dalam jumlah melimpah (tidak langka) dan tidak memerlukan
pengorbanan untuk memperolehnya.
3. Barang Akhir, Barang Modal, dan BarangAntara Barang Akhir adalah barang
yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi dan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.Barang Modal ( capital good ), yaitu sebagian
barang dihasilkan bukan untuk memenuhi langsung kebutuhan konsumen, melainkan
digunakan untuk menghasilkan barang-barang lain.Barang Antara (intermedite
good), yaitu barang yang masih akan diproses lagi sebelum dapat digunakan oleh
konsumen.
MetodologiIlmuEkonomi
a. Teori Ekonomi
Ilmu ekonomi menaruh perhatian besar terhadap kemampuan memberi
penjelasan dan prediksi atas gejala-gejala yang diamati.
b. Model Ekonomi Berdasarkan teori ekonomi,disusun model ekonomi yang
merupakan pernyataan formal sebuah teori. Model ekonomi dapat
dipresentasikan secara verbal, diagramatis, dan matematis.
e. Metode Induktif adalah metode pengambilan kesimpulan untuk hal-hal umum dari
hal-hal khusus.
-3-
bahwa kesimpulan yang ditarikberdasarkan asumsi variabel-variabel lain dianggap
tidak berubah.
h. RuangLingkupIlmuEkonomi
a. Teori Ekonomi Mikro
Yang diartikan sebagai Bagian dari Ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai
bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, yang mencakup:
1. Interaksi di pasar barang
2. Tingkah laku pembeli dan penjual
3. Interaksi di pasar faktor produksi
b. Teori Ekonomi Makro
Yaitu menganalisis keseluruhan kegiatan perekonomian, yang bersifat global dan
tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam
perekonomian,yangmencakup:
1. Penentuan Tingkat Kegiatan Perekonomian Negara.
2. Pengeluaran Agregat.
3. Mengatasi Pengangguran dan Inflasi.
SIKLUS LINGKARAN KEGIATAN EKONOMI
( Model Sederhana )
Pendapatan Perusahaan :
Konsumsi rumah tangga
-4-
BAB II
Mekanisme Pasar :
Permintaan dan Penawaran
Ilmu Ekonomi muncul di abad 18, melalui buku Adam Smith yang berjudul An Inquiri into the
nature and Causes of the Wealth of Nations (1776).
Itulah sebabnya Adam Smith dihormati sebagai bapak ilmu ekonomi modern.
Rumah Tangga
Perusahaan
Pemerintah
Sirkulasi Aliran Pendapatan
Dapat dibuat diagram untuk menjelaskan corak dari kegiatan ekonomi. Diagram itu akan
memberi gambaran tentang (i) faktor produksi. (ii) pendapatan,(iii) barang-barang dan jasa-
jasa,(iv) pengeluaran,antara sektor-sektor dalam kegiatan ekonomi. Gaji dan
upah,bunga,sewa,untung. Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran.
Faktor-faktor produksi
Pengeluaran (Pembelanjaan
-5-
Dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk sehingga diperlukan
campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya.
1. Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga
selama periode waktu tertentu. Dikaitkan dengan dimensi geografis, Misalnya ketika berbicara
tentang permintaan akan pakaian di suatu daerah,kita berbicara tentang berapa jumlah pakaian
yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga dalam satu periode waktu tertentu, per bulan atau
pertahun, didaerah tersebut.
Dari persamaan Qd=100-10P, kita dapat menyimpulkan bahwa jika harga beras nol, permintaan
beras tidaklah tak terhingga, melainkan hanya 100.000 ton. Permintaan beras akan menjadi nol
kalau harga beras Rp.10.000,- atau lebih per kilo gram. Kita dapat juga menentukan berapa
jumlah permintaan beras pada berbagai tingkat harga antara nol rupiah sampai Rp.10.000,-
perkilogram, seperti yang tertera dalam skedul permintaan.
KasusPengecualian
Setelah dijelaskan mengenai hukum permintaan, adakalanya hukum permintaan tidak berlaku,
yaitu kalau harga suatu barang naik justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat.
Adatigakelompokdimanahukumpermintaantidakberlaku,diantaranya:
1. Barangyangmemilikiunsurspekulasi
2. BarangPrestise
3. Barang Giffen
Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat
selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga
-6-
jual barang yang bersangkutan serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai
faktor non harga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penawaran suatu barang, yaitu :
Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan adalah harga di mana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak
ingin menambah atau mengurangi jumlah yang dikonsumsi dan dijual. Permintaan sama
dengan penawaran. Jika harga dibawah harga keseimbangan,terjadi kelebihan permintaan.
Sebab permintaan akan meningkat, dan penawaran menjadi berkurang. Sebaliknya jika harga
melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran. Jumlah penawaran meningkat,
jumlah permintaan menurun.
Permintaan: Qd = 200 – 10P
Penawaran : Qs = -40 + 5P
dimana: Qd,Qs = ribu unit per tahun
P = puluh juta rupiah per unit
Keseimbangan Pasar :
Qd = Qs
200 – 10P = -40 + 5P
240 = 15P
P = 16
Qd = 200- 10(16) = 40
Qs = -40 + 5(16) = 40
Keseimbangan terjadi pada saat harga mobil Rp.160 juta per unit. Saat itu juga jumlah
permintaan sama dengan jumlah penawaran, yaitu 40.000 unit mobil pertahun.
Jika harga mobil ditetapkan Rp.150 juta per unit ( dibawah harga keseimbangan), maka akan
terjadi kelebihan permintaan sebanyak 15.000 unit mobil per tahun. Jika harga mobil ditetapkan
Rp.170 juta per unit ( di atas harga keseimbangan), terjadi kelebihan penawaran sebanyak
15.000 unit mobil per tahun.
Surplus Ekonomi
Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar adalah marjinalis(marginal approach),
yang mengatakan bahwa keputusan dalam memproduksi atau mengonsumsi ditentukan oleh
berapa besar tambahan pendapatan atau manfaat dari unit terakhir barang yang diproduksi atau
dikonsumsi. Konsekuensi dari pemikiran ini, bagi produsen adalah dia tidak menetapkan harga
yang sama untuk setiap jumlah penjualan.
Teori surplus ekonomi sangat bermanfaat dalam menganalisis dampak campur tangan
pemerintah. Campur tangan pemerintah dianggap makin buruk bila total kehilangan surplus
ekonomi (kehilangan surplus konsumen + surplus produsen)makin besar. Dalam buku teks
bahasa Inggris, hal ini disebut deadweight loss.
-7-
Kegagalan Pasar Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien, bila asumsi-asumsinya
terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna dan barang bersifat
privat.
Proses pertukaran (exchange) tidak terbatasi dimensi waktu dan tempat (timeless dan
Placeless). Sayangnya, kenyataan tidak seperti dunia ideal. Banyak asumsi tidak cocok dengan
lapangan. Akibatnya pasar gagal menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien (market failure)
Intervensi Pemerintah
Kegagalan pasar, seringkali menuntut campur tangan (intervensi) pemerintah. Namun tidak
semua campur tangan tersebut memberikan hasil yang baik, walaupun tujuannya baik. Salah
satu masalah terbesar yang dihadapi pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan adalah
adanya trade off ( konflik )antara tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
1. Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu tetap wujud dan penindasan dapat
dihindarkan.
2. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami perkembangan yang teratur
dan stabil.
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang
dapat mempengaruhi pasar agar mereka tidak menjalankan praktek-praktek monopoli
yang merugikan.
4. Menyediakan “barang bersama”.
5. Mengawasi agar “eksternalitas” kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat
dihindari atau dikurangi masalahnya.
Membuat Peraturan-peraturan
Menjalankan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Melakukan Kegiatan Ekonomi Secara Langsung.
-8-
BAB III
Teori Perilaku Konsumen
Dengan peralatan itu itu ilmu ekonomi mengamati perilaku konsumen dan produsen. Perilaku
konsumen penting dibahas agar dapat memahami sisi permintaan barang dan jasa. Sedangkan
perilaku produsen penting dibahas untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa.
Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum. Untuk dapat
membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi dasar (utama)
a. Barang ( Commodities )
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Bila seseorang mengkonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruhnya
digabungkan dalam satu bundel barang ( commodities bundle). Barang yang dikonsumsi
mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh
(good). Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki makin banyak manfaat. Sesuatu
yang bila dikonsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak
dimasukkan dalam analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.
b. Utilitas ( Utility )
Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunaannya.
Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen. Utilitas total
(total utility/TU) adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang yang
dikonsumsi. Utilitas Marjinal ( Marginal utility/MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan utilitas
yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun, bahkan
menjadi negatif. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai
Hukum.
-9-
Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun, disingkat LDMU.
Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin menurunnya nilai
utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas marjinal, analisis ini
dikenal sebagai analisis marjinal ( marginal analisys )
Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi
preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y ( X > Y ) dan barang Y lebih disukai dari Z (
Y > Z ), maka barang X lebih disukai dari Z ( X > Z ). Konsep ini disebut transivitas
(transitivity).
TeoriKardinal(CardinalTheory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebagaimana
kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan centimeter atau meter.
Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util.
Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan
harga per unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus
dikeluarkan sama dengan harga barang per unit.
Contoh kasus :
Andi ingin membeli baju, yang harga per helainya Rp.25.000,- Berapa buah baju yang
akan dikonsumsi? Untuk menjawabnya, kita harus tahu dahulu nilai baju itu bagi Andi
yang diasumsikan setara dengan rupiah.
-10-
Tabel Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari Mengonsumsi Baju
Kegunaan Tambahan
Harga Baju Per Jumlah Baju Uang yang harus
Total/TU Kegunaan
helai (RP) yang dikonsumsi dikeluarkan
(util) (MU)/ (util)
Util
6
250 -
7
225 -
200 -
175 -
1
150 2-
125 -
8 TU
100 -
2
75 -
3
50 - 1 4
25 - 5
MU = 0 ; TU Maks
6
BAJ
0 1 2 3 4 5 6 7 8 U
7 MU
Teori Ordinal (Ordinal Theory)
-11-
Menurut Teori Ordinal, Kegunaan tidak dapat dihitung; Hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita dapat membandingkan kecantikan atau kepandaian seseorang, Teori
Ordinal menggunakan kurva indifferensi ( indifference curve). Kurva Indiferensi adalah
kurva yang meunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indeferesi
Suatu kurva indeferesi atau sekumpulan kurva indeferensi(yang disebut peta indeferensi
atau indeffernce map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Misalnya Budi
mengkombinasikan konsumsi makan bakso dan makan sate. Walaupun menurut teori
ordinal kegunaan tidak dapat dihitung, namun dapat kita tulis sebagai :
U=X,Y dimana: U= tingkat kepuasan X= Makan bakso (mangkok per bulan) Y= Makan
sate (porsi per bulan)
Makan Bakso ( Mangkok Per bulan) Makan Sate ( Porsi Per bulan )
25 kali 4 porsi
20 kali 8 porsi
10 kali 10 porsi
5 kali 20 porsi
4 kali 25 porsi
-12-
Makan Bakso
25
20
15
10
U = X,Y
0 5 10 15 20 25 Makan Sate
BAB IV
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan
-13-
Teori tingkah laku konsumen memberikan latar belakang yang penting di dalam memahami
sifat permintaan para pembeli di pasar. Setelah di analisis dapat diketahui alasan yang
mendorong para pembeli menaikkan permintaannya terhadap suatu barang apabila harganya
turun dan mengurangi pembeliannya apabila harga naik.
Untuk mengalihkan perhatian kepada persoalan penawaran, yaitu melihat dan mempelajari
sikap para produsen dalam menawarkan barang yang diproduksinya.
Kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan barangnya diperlukan analisis
berbagai aspek kegiatan memproduksinya.
Faktor-faktor yang harus dianalisis dalam memproduksi dan menawarkan suatu Produk,
diantaranya :
Sampai dimana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk menghasilkan barang yang
akan diproduksinya.
Biaya produksi untuk menghasilkan barang produksi
Bagaimana seorang pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya
dengan biaya produksi yang dikeluarkannya, untuk menentukan tingkat produksi yang
akan memberikan keuntungan maksimum.
Dalam teori ekonomi, berbagai jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit badan usaha yang
mempunyai tujuan yang sama, yaitu “mencapai keuntungan yang maksimum “.
Untuk tujuan itu, ia menjalankan usaha yang bersamaan, yaitu mengatur penggunaan faktor-
faktor produksi dengan cara yang efisien mungkin sehingga “ usaha memaksimumkan
keuntungan dapat dicapai dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang sebagai cara yang
paling efisien”.
-14-
memproduksi yang bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Cara
Mencapai Tujuan Memaksimumkan Keuntungan Keuntungan dan kerugian adalah perbedaan
hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari
biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi.
Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan di antara hasil penjualan dan biaya
produksi mencapai tingkat yang paling besar. Masalah pokok yang harus dipecahkan produsen
adalah : “Bagaimanakah komposisi dari faktor-faktor yang digunakan dan untuk masing-
masing faktor produksi tersebut , berapakah jumlah yang akan digunakan ?” ada dua aspek
yang harus diperhatikan, yaitu :
Komposisi faktor produksi yang bagaimana perlu digunakan untuk menciptakan tingkat
produksi yang tinggi?
Komposisi faktor produksi yang bagaimana akan meminimumkan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk mencapai satu tingkat produksi tertentu?
Fungsi Produksi Fungsi Produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakannya.Faktor-faktor produksi, meliputi :
Tenaga kerja
Tanah
Modal
Keahlian keusahawanan
Dalam teori ekonomi untuk menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga
faktor produksi berupa: tanah, modal dan kewirausahawanan adalah tetap jumlahnya. Hanya
tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan
demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan
tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah hubungan di antara jumlah tenaga
kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Peminimuman Biaya Produksi Untuk
menentukan komposisi faktor produksi yang akan meminimumkan biaya produksi, produsen
selalu memperhatikan :
Contoh kasus : Satu unit tambahan faktor produksi A memerlukan biaya sebanyak
Rp.20000 dan ia memberi hasil tambahan sebanyak Rp.50000. Sedangkan satu unit tambahan
faktor produksi B memerlukan biaya Rp.30000 dan juga memberi hasil sebanyak Rp. 50000.
Jangka Pendek dan Jangka Panjang Dalam menganalisis bagaimana perusahaan melakukan
kegiatan produksi, teori ekonomi membedakan jangka waktu analisis kepada dua jangka waktu:
Jangka Pendek dan Jangka Panjang.
Jangka Pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya.
Jangka Panjang, semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.
Fungsi Produksi
-15-
Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah
produksi selalu juga disebut sebagai output.
Fungsi Produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti berikut :
Q = f ( K,L,R,T) Dimana : K = Modal, L = Tenaga Kerja, R = Kekayaan Alam, T =Tingkat
teknologi yang digunakan.Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya
kepada dua pendekatan berikut :
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi
suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan nberbagai
tingkat produksi barang tersebut. Contoh : Dalam analisis misalkan bahwa faktor-faktor
produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak
mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
Hukum Hasil Lebih Yang semakin Berkurang Hukum tersebut merupakan suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan-pisahkan dari teori produksi dan menjelaskan sifat pokok dari hubungan
diantara tingkat tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut.
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang
dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada
mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sudah mencapai suatu
tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total
semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.
Pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan di
antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga
tahap, yaitu :
-16-
Tabel
Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata Usaha Tekstil
Tradisional
(Satu Faktor Produksi Variabel)
Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal Kolom (4) Menunjukkan nilai
produksi marjinal, yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga
kerja yang digunakan. Apabila ∆L adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah pertambahan
produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut: MP = ∆TP/∆L
Besarnya Produksi rata-rata, yaitu produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja,
ditunjukkan dalam kolom (5). Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L,
maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
AP = TP/L
-17-
Diagram
Kurva TP, MP, dan AP,
Kasus Usaha Tekstil Tradisional
Output
140 -
Tahap I Tahap II Tahap III
120 -
100 -
80 -
TP
60 -
40 -
20 -
AP
Tenaga Kerja
2 4 6 8 10
MP
Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya.
Misalnya Tenaga Kerja (L) dan Modal (K). Dalam model produksi dua faktor produksi variabel
ini, analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.
Kurva Produksi Sama ( Isoquant ) Isoquant adalah kurva yang menggambarkan berbagai
kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat
teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Tabel
-18-
Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk menghasilkan 1000 Unit Produksi
Gabungan Tenaga Kerja (Unit) Modal (Unit) Total Produksi
A 1 6 1000
B 2 3 1000
C 3 2 1000
D 6 1 1000
Modal
Catatan :
Kurva Isoquant menggambarkan
gabungan tenaga kerja dan modal yang
akan menghasilkan satu tingkat produksi
6 A
tertentu. ( Pada tingkat TP = 1000 Unit )
5
4
B
3
C
2
D
1
1 2 3 4 5 6 Tenaga Kerja
Garis Biaya Sama ( Isocost ) Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan
keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya produksi. Untuk membuat analisis
mengenai peminimuman biaya produksi perlu dibuat garis biaya sama atau isocost. Garis ini
menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan
sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat membuat garis biaya sama ,data berikut yang diperlukan :
Contoh Kasus
-19-
Diketahui : Upah TK : Rp.10000 dan Biaya modal per unit : Rp. 20000; sedangkan jumlah
uang yang tersedia : Rp. 80000. Uang tersebut apabila digunakan untuk memperoleh modal
saja akan memperoleh 80000/20000 = 4 unit, dan untuk tenaga kerja, akan memperoleh
80000/10000 = 8 pekerja. Seterusnya titik A pda TC menunjukkan dana sebanyak Rp.80000
dapat digunakan untuk memperoleh 2 unit modal dan 4 pekerja.
Modal
7 Catatan :
6 Titik A pada TC menunjukkan
dana sebanyak Rp.80000 dapat
5 digunakan untuk memperoleh 2
unit modal dan 4 pekerja.
4 TC
3
A
2
1
BAB V
Teori Biaya Produksi
-20-
Produksi dan biaya produksi bagaikan keping mata uang logam bersisi dua. Masalah produksi
yaitu tentang nilai fisik penggunaan faktor produksi, biaya mengukurnya dengan nilai uang.
Dalam ekonomi yang sudah modern, di mana peranan uang amat penting, maka ukuran
efisiensi yang paling baik adalah uang. Sesuatu yang efisien secara teknis, belum tentu secara
finansial dan ekonomi menguntungkan.
Contoh:
Dalam memproduksi jagung yang efisien secara teknis (kualitas pengolahan tanah bagus, tepat
waktu dan menggunakan sedikit tenaga kerja) dapat dicapai dengan menggunakan peralatan
pertanian modern ( traktor, alat semprot hama mekanis dan lain-lain). Tetapi biaya per unit,
baru akan menjadi murah jika skala produksinya minimal 200 hektar. Padahal kemampuan
keuangan petani hanya untuk 2-5 hektar. Untuk skala produksi sekecil itu, penggunaan
peralatan pertanian modern walaupun efisien secara teknis, menimbulkan biaya produksi per
kilogram jagung yang sangat tinggi. Petani lebih memilih teknik produksi dengan peralatan
sederhana.
Analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua jangka waktu
Jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka Pendek : jangka waktu di mana perusahaan dapat menambah salah satu faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Jangka Panjang : Jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan,
yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila pertambahan itu memang diperlukan.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.
Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis :
Biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed cost).
Berbagai Pengertian Biaya Produksi dalam Jangka Pendek Tabel berikut ini adalah
menunjukkan nilai-nilai berbagai pengertian biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menghasilkan barang. Contoh yang terdapat pada tabel, dimisalkan tenaga kerja adalah faktor
produksi yang berubah-ubah jumlahnya, sedangkan faktor produksi lain jumlahnya tetap.
-21-
Tabel :Biaya Produksi dalam Jangka Pendek (Ribu Rupiah)
Apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya
produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Dan apabila jumlah sesuatu faktor
produksi yang digunakan tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya
adalah tetap nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan yaitu Biaya yang selalu berubah dan
biaya tetap.
Biaya Total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Konsep Biaya Total
dibedakan kepada tiga pengertian :
-22-
Adalah : Keseluruhan Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi total atau biaya
total (TC) didapat dari menjumlahkan biaya tetap total(TFC atau Total Fixed Cost) dan biaya
berubah total (TVC atau Total Variable Cost) dihitung dengan rumus TC = TFC + TVC
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak
dapat diubah jumlahnya. Contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami
perubahan dalam jangka pendek: Membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik.
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Misalnya bahwa faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga
kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 50000. Bahan-
bahan mentah merupakan variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi.
Semakin banyak produksi semakin banyak bahan mentah yang diperlukan. Dalam analisis
biasanya biaya untuk memperoleh bahan mentah diabaikan. Oleh sebab itu, biaya berubah
biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan.
Dalam analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah biaya rata-rata
dan marjinal. Biaya rata-rata dibedakan kepada tiga pengertian:
Konsep biaya lain yang perlu dipahami adalah Biaya Marjinal (Marginal Cost)
Biaya Tetap Rata-rata (AFC) Adalah : Apabila biaya tetap rata-rata (TFC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang
diperoleh adalah biaya tetap rata-rata, dengan rumus: AFC= TFC/ Q
Biaya Berubah Rata-rata (AVC) Adalah : Apabila biaya berubah total (TVC) untuk
memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, dengan rumus :
AVC = TVC / Q
Biaya Total Rata-rata ( ATC) Adalah Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah
barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, dihitung dengan rumus :
ATC= TC/Q atau ATC = AFC + AVC
Biaya Marginal (MC)Adalah Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah
produksi sebanyak satu unit Berdasarkan definisi tersebut, biaya marjinal dapat dicari dengan
menggunakan rumus : MCn = TCn – TCn-1 Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n;
TCn adalah biaya total pada waktu jumlah produksi n; TCn-1 adalah biaya total pada waktu
jumlah produksi n-1.
Sebagai contoh di tabel, Misalkan jumlah tenaga kerja bertambah dari 2 menjadi 3. Dapat
dilihat bahwa produksi bertambah dari 6 menjadi 12 unit (jadi bertambah 6 unit) dan biaya
produksi bertambah sebanyak Rp.50000, yaitu Rp.150000 menjadi Rp.200000. Dengan
-23-
demikian biaya marjinal adalah Rp.50000/6 unit = Rp. 8.333. Atau dapat juga dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: MCn = ∆TC/∆Q Dimana MCn adalah biaya marjinal
produksi ke-n; ∆TC adalah pertambahan jumlah biaya total; ∆Q adalah pertambahan jumlah
produksi. MC = 200000-150000/ 12- 6 = 50000/6 = Rp.8.333
Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek (Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya B
Berdasarkan data dari Biaya produksi dari tabel, dapat kita gambarkan
berbagai biaya produksi, Mulai dari biaya total, kemudian kurva-kurva
biaya rata-rata dan marjinal.
Grafik yang menggambarkan kurva-kurva tersebut akan dibedakan kepada dua bagian, yaitu:
Kurva TFC bentuknya adalah horisontal karena nilainya tidak berubah walau berapa pun
banyaknya barang yang diproduksikan. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik 0 dan semakin
lama semakin bertambah tinggi. Ini menggambarkan bahwa:
-24-
- -
-25-
Kurva Biaya Rata-rata Kurva-kurva biaya tetap rata-rata (AFC), biaya berubah rata-
rata (AVC), biaya total rata-rata (ATC atau AC) dan biaya marjinal dapat dilihat pada
kurva berikut. Kurva biaya tetap rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan
bawah. Bentuk yang demikian disebabkan karena ia menggambarkan bahwa semakin
besar jumlah produksi, semakin kecil biaya tetap rata-rata. Kurva-kurva AVC,AC dan
MC mendekati huruf U. Bentuk kurva yang seperti itu mencerminkan bahwa kegiatan
produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang, yaitu pada waktu
produksi masih sangat rendah pertambahan sejumlah tertentu biaya produksi akan
menyebabkan pertambahan yang besar terhadap jumlag produksi, tetapi apabila
produksi telah semakin banyak, sejumlah tertentu biaya produksi akan menimbulkan
pertambahan produksi yang semakin sedikit. Sebagai akibat dari keadaan ini,pd waktu
jumlah produksi semakin sedikit, Kurva-kurva AVC,AC dan MC menurun, dan pd
waktu jumlah produksi sedikit, kurva-kurva AVC, AC dan MC arahnya Menaik.
-26-
Hubungan Kurva MC dengan AVC dan AC Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-
rata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh Kurva MC pada
titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Hal itu harus dibuat agar tidak menyalahi
hukum matematik. Contoh yang berikut dapat memberikan penerangan mengapa sifat
perpotongan yang baru dijelaskan ini harus wujud.Misalkan pada waktu produksi sebesar 10,
Nilai AVC adalah 100. Dengan pemisalan ini maka TVC adalah 10x Rp.100 = Rp.1000.
Misalkan untuk menambah 1 unit produksi lagi biaya marjinalnya adalah Rp.56 Dengan
demikian TVC adalah Rp.1000 + Rp.56= Rp 1056 dan oleh karenanya AVC adalah Rp
1056/11 =Rp 96. Skrg kita misalkan pula bahwa biaya marjinal adalah Rp 155. Maka skrg
TVC, adalah Rp 1000 + Rp 155 = Rp 1155, dan oleh sebab itu AVC adalah Rp 1155/11=Rp
105.
1. Apabila MC< AVC, maka nilai AVC menurun ( berarti kalau kurva MMC dibawah
kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun)
2. Apabila MC> AVC maka nilai AVC akan semakin besar ( berarti kalau kurva MC
diatas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan dari point 1 dan 2, maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC di titik
terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong
oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC.
Menggambarkan Kurva MC
Sebagai contoh, titik yang menggambarkan biaya marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus
dibuat di tengah-tengah unit produksi 0 dan 1. Contoh lain, untuk menggambarkan biaya
-27-
marjinal pada waktu produksi naik dari 6 unit menjadi 12 unit, harus di atas tingkat produksi
sebanyak 9 unit (karena unit produksi ke-9 adalah di tengah-tengah 6 unit dan 12 unit).
Keadaan ini digambarkan oleh titik A. Mengambil contoh lain, perhatikan cara menentukan
titik pada MC pada ketika jumlah produksi bertambah dari 33 unit menjadi 38 unit. Untuk
kenaikan produksi ini MC= Rp.10 ribu. Keadaan ini digambarkan oleh titik B. Kurva tersebut
secara khusus menunjukkan kurva MC yang dilukis berdasarkan data biaya marjinal pada tabel.
Biaya Produksi dalam Jangka Panjang Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah
semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi
tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Semua jenis biaya yang
dikeluarkan merupakan biaya berubah, berarti semua faktor produksi lainnya bisa ditambahkan.
Gambar Kurva 1
Gambar Kurva 1, Dimisalkan terdapat tiga kapasitas pabrik yang dapat digunakan oleh
pengusaha. Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1, kapasitas 2 ditunjukkan oleh AC2, dan kapasitas 3
ditunjukkan oleh AC3. Dalam contoh ini pada hakikatnya pengusaha mempunyai 3 pilihan
dalam menggunakan alat-alat produksi : kapasitas 1, kapasitas 2, kapasitas 3. Berturut-turut
biaya produksi akan dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing kapasitas tersebut adalah
seperti ditunjukkan oleh AC1, AC2, AC3. Yang manakah kapasitas yang akan dipilih produsen ?
Faktor apakah yang menentukan pilihan tersebut.
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi yang
ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah
lebih baik untuk menggunakan kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah
kapasitas 2 (seperti dalam gambar, biaya produksinya adalah lebih tinggi ( lihat titik B).
-28-
Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien, dan akan meminimumkan biaya produksi,
untuk produksi di bawah 130 unit.
Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya
produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat
misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam gambar. AC 1 berada di
atasAC2, yang berarti dengan menggunakan kapasitas satu biaya akan lebih tinggi daripada
menggunakan kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, kapasitas 3
adalah yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya. Dari
contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada 2
faktor berikut :
Gambar Kurva 2:
Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang
Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang
atau Kurva LRAC ( Long Run Average Cost) dapat didefinisikan sebagai kurva yang
menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila
perusahaan dapat selalu mengubah kapasitas memproduksinya. Adakah kenyataan bahwa kurva
LRAC pada umumnya tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian AC terendah
bertentangan dengan pernyataan yang dibuat terlebih dahulu yang menyatakan : titik
persinggungan di antara kurva LRAC dan kurva AC menunjukkan biaya produksi yang paling
minimum untuk memproduksikan sejumlah produksi tertentu?
Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya yang paling
minimum untuk memproduksikan satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC
lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah AC1 dan AC2. Titik A1
-29-
adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka pendek produksi sebesar QA
dapat diproduksikan dengan biaya yang lebih rendah dari titik manapun pada AC1. Tetapi dalam
jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila
kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan
biaya sebanyak seperti ditunjukkan oleh titik A pada AC 2. Dari contoh ini dapat disimpulkan
bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC,
menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang.
Skala Ekonomi Dan Tidak Ekonomi Skala Ekonomi ( economic of scale): Skala kegiatan
produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomi apabila pertambahan
produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah.
Di bawah ini diuraikan beberapa faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi.
Sebagai akibatnya kegiatan dan organisasi perusahaan itu sudah menjadi sangat kompleks.
Tidak mungkin lagi ia dipimpin oleh seorang manajer saja. Ini mengakibatkan pengambilan
keputusan dan kebijakan perusahaan yang sangat kaku dan memakan waktu yang lama untuk
merumuskannya. Keadaan ini mengurangi efisiensi kegiatan perusahaan, dan menyebabkan
biaya produksi rata-rata semakin tinggi.
Sifat skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan berbagai perusahaan merupakan
faktor yang sangat penting di dalam menentukan jumlah perusahaan di dalam sesuatu industri.
Keadaan ini juga akan mempengaruhi bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang yang
dihadapi setiap perusahaan. Secara kasar dapat dibedakan tiga bentuk dari LRAC, yaitu seperti
yang ditunjukkan dalam gambar kurva 3.
Dalam grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi ia sangat cepat pula
mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang sedikit saja telah menimbulkan skala
ekonomi yang sangat menguntungkan (yaitu biaya produksi rata-rata sangat cepat
pengurangannya), tetapi pada tingkat produksi yang relatif rendah, skala tidak ekonomi sudah
mulai wujud. Industri yang LRAC nya berbentuk demikian pada umumnya terdiri dari banyak
perusahaan, dan masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Dalam grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat menguntungkan tetapi ia juga
tidak berlangsung lama. Akan tetapi ia diikuti oleh kurva LRAC yang datar yang berarti pada
tahap permulaan skala tidak ekonomi belum lagi menguasai kegiatan perusahaan. Baru pada
tingkat produksi yang tinggi skala tidak ekonomi mulai berlaku. Industri yang mempunyai
kurva LRAC yang berbentuk demikian terdiri dari beberapa perusahaan besar dan beberapa
perusahaan yang kecil. Jadi besarnya perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut tidak
seragam dan jumlah perusahaan masih relatif besar.
Dalam grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat menguntungkan tetapi ia juga
tidak berlangsung lama. Akan tetapi ia diikuti oleh kurva LRAC yang datar yang berarti pada
tahap permulaan skala tidak ekonomi belum lagi menguasai kegiatan perusahaan. Baru pada
tingkat produksi yang tinggi skala tidak ekonomi mulai berlaku. Industri yang mempunyai
-30-
kurva LRAC yang berbentuk demikian terdiri dari beberapa perusahaan besar dan beberapa
perusahaan yang kecil. Jadi besarnya perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut tidak
seragam dan jumlah perusahaan masih relatif besar.
-31-
BAB VI
Memaksimumkan Laba
Dalam teori ekonomi mikro tujuan perusahaan adalah mencari laba(profit). Secara teoritis laba
adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung perusahaan. Makin besar risiko, laba yang
diperoleh harus semakin besar. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan
dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan.
Jika laba dinotasikan π, pendapatan total sebagai TR, dan biaya total adalah TC, maka π =
TR – TC Perusahaan dikatakan memperoleh laba kalau nilai π positif (π > 0) di mana TR > TC.
Laba maksimum (maximum profit) tercapai bila nilai π mencapai maksimum. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana cara perusahaan menghitung laba maksimum?
Persamaan diatas dapat dipresentasikan dalam bentuk Diagram 6.1. Dalam diagram tersebut
kita melihat bahwa pada awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva TR yang
masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat dari
makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC. Pada saat jumlah output mencapai Q*,
kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya
total. Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik
BEP, perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR
yang di atas kurva TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum
(maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja
sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output harus
diproduksi (Q*) untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk mencapai BEP perusahaan
harus menjangkau 80% potensi permintaan efektif. Makin kecil Q* dan atau makin kecil
persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang
ditanggung perusahaan makin kecil.
-32-
Kurva TR dan TC ( Pendekatan Totalitas )
Rp
TR = PQ
TC = FC + VC
FC
VC= vQ
0 Kuantitas
Q*
Cara menghitung Q* dapat diturunkan dari Persamaan π = P.Q* - ( FC + v.Q*) Titik Impas
tercapai pada saat π sama dengan nol.
0 = P.Q* - FC – V.Q*
0 = P.Q* - v.Q* - FC
0 = (P-v).Q* - FC
Q* = FC/ (P-V)
Contoh Kasus : Andi adalah seorang karyawan pabrik , untuk menambah penghasilannya ia
membuat olahan makanan ringan (Coklat). Jumlah permintaan potensial adalah 1.000
orang/hari. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Andi harus membeli alat-alat produksi dan
mesin cetak sederhana seharga Rp. 5 Juta. Biaya produksi per buah Rp. 250,-. Harga jual
perbuah Rp.500,-
-33-
Untuk mengetahui kelayakan rencana tersebut, kita dapat menggunakan rumus Persamaan : Q*
= FC/ (P-V) Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC),
karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah Rp250,00
sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk mencapai titik impas, jumlah output
( coklat) yang harus terjual (Q*) adalah: Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 buah coklat.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena memang mudah dan
sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya listrik
yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada
yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam perusahaan,
terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya
tetap) dan produksi (biaya variabel).
Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus
(Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha yang dianalisis relatif
sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dgn membandingkan antara biaya
produksi rata-rata (AC) dgn harga jual output (P). Laba total adalah laba per unit
dikalikandengan jumlah output yang terjual. π= (P - AC).Q
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih
tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sama dengan
AC. Keputusan utk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dgn AC. Bila
P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan
rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum
selling) agar laba (π) makin besar.
a. Contoh Kasus: PT Tebu Makmur ingin menanam tebu di subang. Produk tebu akan
dibeli di lahan oleh produsen gula seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar
diperkirakan menghasilkan tebu minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya
produksi seperti di bawah ini :
b. Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
c. Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Rp1.000.000,00 per hektar.
d. Biaya panen ( pemotongan): Rp.10,00 per kg. Jika perusahaan menargetkan
keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim tanam mendatang, berapa hektar
tebu yang harus ditanam?
Langkah pertama yg harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per kilogram tebu,
sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg, kita harus
menghitung biaya rata-rata per kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas
diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per
hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton tebu, maka biaya rata-rata persiapan,
penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata per kilogram
(AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00. Karena harga jual tebu(P) adalah
Rp150,00 per kilogram, maka π = (P - AC ).Q
-34-
1.000.000.000 = (150 - 70).Q Q = (1.000.000.000: 80) kg = 12.500.000 kg = 12.500 ton
Jumlah tebu yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500 ton. Karena
per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena
sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil
(LDR). Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu
hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500
hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar, perusahaan
tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan SDM, teknologi
produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi,
lahan bisa dikelola dengan teknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan
manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah harus
menggunakan peralatan modern, perusahaan membutuhkan insinyur dan tenaga keuangan yang
mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus
menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat
formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak
dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat
seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi
500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika
perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya rata-rata
( AC ) akan lebih kecil dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga
sebaliknya.
-35-
BAB VII
KONSEP ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Elastisitas Permintaan adalah satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana
besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan.
Elastisitas Penawaran adalah ukuran kuantitatif sebagai akibat perubahan harga terhadap
jumlah barang yang ditawarkan. Elastisitas Permintaan dibedakan menjadi tiga konsep,yaitu :
Elastisitas Permintaan Harga (price elasticity) yaitu persentase perubahan jumlah barang
yang diminta , yang disebabkan oleh persentase perubahan harga barang tersebut.
Elastisitas Permintaan Pendapatan(income elasticity) yaitu persentase perubahan
permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh persentase perubahan pendapatan
(income) riil konsumen.
Elastisitas Permintaan Silang (cross elasticity) adalah persentase perubahan jumlah
barang x yang diminta, yang disebabkan oleh persentase perubahan harga barang lain (y).
Dengan mengetahui besarnya elastisitas, maka dapat diramalkan perubahan yang akan terjadi di
pasar, yaitu bagaimana harga dan jumlah barang dapat diperjualbelikan berubah apabila terjadi
perubahan dalam penawar
Harga
D 1
S
P1 E1
P E
S1 D
S
0 Q1 Q Q
-36-
Harga D S1
P1 E1
P E
S1
D
S
0 Q
Q1 Q
(ii) Kurva DD curam
Apabila permintaan agak datar bentuknya (landai), suatu pergeseran kurva penawaran akan
menimbulkan perubahan harga yang sedikit, tetapi perubahan jumlah yang diperjualbelikan
cukup besar.
Apabila permintaan bentuknya menurun dengan bentuk yang sangat curam, suatu
pergeseran ke atas kurva penawaran akan menimbulkan perubahan harga yang besar, tetapi
perubahan jumlah yang diperjualbelikan adalah relatif kecil.
-37-
tinggi. Dengan demikian konsumen menanggung beban yang sangat besar sebagai akibat
dari tindakan pemerintah tersebut.
Permintaan suatu barang bisa dikatakan elastis atau inelastis didasari atau ditentukan oleh
berbagai faktor yaitu :
a. Barang Mewah dan Barang Kebutuhan Permintaan barang-barang kebutuhan umumnya
inelastis, sedangkan permintaan barang-barang mewah umumnya elastis. Karena
walaupun harga-harga barang kebutuhan mengalami peningkatan atau penurunan
jumlah yang diminta akan tetap sama atau hanya mengalami penurunan sedikit.
Mengapa barang mewah bisa elastis? karena apabila harga barang mewah mengalami
peningkatan harga jumlah yang diminta hampir tidak ada. Tapi jika barang mewah
mengalami penurunan harga jumlah yang diminta akan meningkat, mungkin bisa
meningkat secara signifikan.
b. Ketersediaan Barang Substitusi Suatu barang yang memiliki barang subtitusi atau
barang pengganti akan memiliki elastisitas yang elastis, sedangkan barang yang tidak
memiliki barang substitusi cenderung memiliki elastisitas yang inelastis. Sebab apabila
barang tersebut mengalami peningkatan harga dan terdapat banyak barang substitusi
yang harganya dibawah harga barang tersebut, maka permintaan barang tersebut akan
mengalami penurunan permintaan yang tajam. Berbeda dengan barang yang tidak
memiliki barang substitusi, hanya mengalami penurunan permintaan yang sedikit
karena orang hanya menurunkan permintaan barang tersebut.
c. Definisi Pasar Semakin luas ruang lingkupnya maka semakin inelastis barang tersebut
karena tidak ada barang subtitusinya. Sebaliknya , semakin sempit atau kecil ruang
lingkupnya maka semakin elastis barang tersebut. Sebagai contoh, pasar makanan
memiliki permintaan yang inelastis karena makanan dalam pengertian umum tidak
memiliki substitutan. Sedangkan pasar es krim vanila (dalam pengertian sempit sebagai
sajian pencuci mulut) yang pasarnya sempit atau terfokus, akan elastis permintaannya.
Seandainya harga es krim vanila melonjak, kuantitas permintaannya segera susut karena
konsumen akan mencari sajian lain untuk cuci mulut (Mankiw,).
d. Rentang Waktu Apabila rentang waktu perubahan harga suatu barang lebih lama atau
jangka panjang, permintaan barang tersebut akan elastis. Karena orang-orang
(konsumen) mampu untuk mencari dan mensubtitusi barang tersebut dan biasa tidak
menggunakan barang tersebut lagi. Namun, untuk jangka waktu yang pendek akan
mengalami inelastis karena tidak adanya kesempatan bagi konsumen untuk
mensubtitusi barang tersebut.
-38-
Inelastis Suatu permintaan dapat dikatakan inelastis jika elastisitasnya kurang dari satu
dan lebih dari nol, artinya persentase perubahan permintaan lebih kecil dari
persentase perubahan harga.
Inelastis sempurna Elastisitas permintaan adalah nol, artinya jika harga mengalami
perubahan baik naik maupun menurun jumlah permintaan sama.
Rumus Perhitungan
Koefisien elastisitas permintaan adalah suatu angka penunjuk yang menggambarkan sampai
berapa besarkah perubahan jumlah barang yang diminta apabila dibandingkan dengan
perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini: Persentasi perubahan jumlah barang yang diminta
Ed = Presentasi perubahan harga Misalkan harga berubah dari P menjadi P1 dan jumlah
barang yang diminta berubah dari Q menjadi Q1, Dengan pemisalan ini rumus di atas dapat
dinyatakan secara berikut :
Q1-Ed= P1 - PP
Dengan formula tersebut, dapat kita hitung besarnya koefisien elastisitas permintaan, apabila
diketahui besarnya perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta. Untuk tujuan ini
perhatikanlah contoh sebagai berikut :
Kasus harga meningkat
Kasus harga menurun
-39-
Misalkan kita ingin mengetahui besarnya koefisien elastisitas permintaan akan beras.
Didapati bahwa pada waktu harga beras adalah Rp. 4000/kilogram, jumlah beras yang dibeli
konsumen adalah 10000 Kg; dan pada waktu harga Rp.3000/Kilogram, jumlah beras yang ingin
dibeli adalah 15000 Kg. Berapakah nilai koefisien elastisitas yang diperoleh ?
Ternyata nilai yang diperoleh adalah negatif, disebabkan karena harga dan jumlah barang yang
diminta mengalami perubahan yang berbalikan. Penurunan harga menaikkan permintaan,
manakala harga menurunkan permintaan. Dalam menghitung koefisien elastisitas, tanda
negatif itu biasanya diabaikan.Berarti nilai tersebut adalah 2,yang berarti bahwa perubahan
harga sebanyak 1 persen menimbulkan perubahan permintaan sebanyak 2 persen. Dalam
contoh tsb, pengurangan harga sebanyak 25 persen (Rp.1000/Rp.4000) menambah permintaan
sebanyak 50 persen (5000Kg/10000Kg).
Misalkan dalam perhitungan kasus (i) , bahwa harga mengalami penurunan dari Rp.4000
menjadi Rp.3000, oleh sebab itu permintaan telah bertambah dari 10000 Kg menjadi 15000 Kg.
Bagaimanakah kalau perubahan tersebut dipandang dari sudut yang sebaliknya? Yaitu
dimisalkan harga naik dari Rp.3000 menjadi Rp.4000, dan oleh karenanya permintaan
berkurang dari 15000 Kg menjadi 10000 Kg? Kalau perubahan harga dan permintaan
dipandang secara ini, elastisitas permintaan ke atas beras adalah:
Kesimpulan :
Perhitungan dengan cara yang kedua adalah berbeda dengan yang pertama. Keadaan seperti itu
adalah keadaan yang selalu berlaku. Walaupun rumus dan cara perhitungan yang digunakan
dalam menentukan besarnya koefisien elastisitas adalah sama dengan sebelumnya ( bedanya
hanya lah pada mulanya dilihat perubahan itu sebagai suatu proses penurunan harga dan
sesudah itu sebagai proses kenaikan hargaO, penghitungan akan memperoleh koefisien
elastisitas yang telah diterangkan di atas adalah kurang memuaskan.
Cara yang digunakan untuk memperbaiki kelemahan di atas adalah dengan menggunakan nilai
titik-tengah(nilai di antara sebelum perubahan dan sesudah perubahan) daripada harga dan
jumlah yang diminta di dalam menghitung persentasi perubahan harga dan persentasi
perubahan jumlah yang diminta
Q1 –Q
Ed = ( Q + Q1 ) /2
P1 - P
( P1 + P) /2
-40-
Dengan menggunakan rumus tersebut dapat dihitung kembali koefisien elastisitas permintaan
beras :
15000 – 10000
(10000+15000)/2
Ed =
3000 - 4000
(4000 +3000)/2
5000
12500
Ed= =2/5 = -1.4 =
-1000 -2/7
3500
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien yang baru dari koefisien
elastisitas berada diantara dua angka yang dihitung dengan cara yg terdahulu. Rumus yg baru
ini dinamakan rumus titik tengah dan elastisitasnya disebut elastisitas arc.
QB - QA
QA
Es =
PB - PA
PA
-41-
e. Inelastis sempurna (Es = 0) Inelastis sempurna adalah elastis yang bernilai nol, artinya
berapa pun harga yang ditawarkan, jumlah yang ditawarkan hanya tertentu.
S0
Q Q
0
0
(i) Elastis Sempurna (ii) Tidak Elastis Sempurna
P P
P
S3
S3
S4 S
s
Q
Q
0 0 (iv) Tidak Elastis 0 (v) Elastis Q
(iii) Elastis Uniter
1. Perubahan biaya produksi : penawaran bersifat tidak elastis bila kenaikan penawaran
hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang besar.
2. Jangka waktu analisis:
1. Sangat singkat : penjual tidak dapat menambah penawarannya (penawaran bersifat
tidak elastis sempurna). Jangka Pendek : perusahaan masih dapat menggunakan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya untuk menambah kapasitas produksi secara
intensif.
2. Jangka Panjang : dalam jangka panjang produksi dan penawaran dapat ditambah,
sehingga penawarannya bersifat elastis
-42-
Gambar : Jangka Waktu dan Elastisitas Penawaran
D1
P D S
P
1
P
D1
S D
Q
0 Q
P
D1
D1
P
D S S
D
P P1
1
P
P
D1
D1 0
S
Q Q Q Q
0 Q1 D
Q 1
(iii) jangka panjang
(ii) jangka pendek
-43-
BAB VIII
Perhitungan Pendapatan Nasional
Besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah
perekonomian.
Sebagai gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam
perekonomian digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Sebagai gambaran awal tentang tingkat produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu
negara.
Sebagai gambaran awal ttg masalah-masalah struktural yg dihadapi suatu
perekonomian.
Pendapatan nasional dapat didefinisikan dengan tiga cara, yaitu sebagai
berikut.
1. Nilai seluruh produk (barang dan jasa) yang diproduksi dalam suatu negara
selama satu periode tertentu.
2. Jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh faktor produksi dalam suatu
negara selama satu periode tertentu.
3. Jumlah pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatu negara selama satu periode tertentu.
Pendapatan Nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada pengertian :
“ Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah
perekonomian dalam satu periode(kurun waktu) dgn menggunakan faktor-faktor produksi yang
berada dalam perekonomian tersebut.”
“ The total market value of all final goods and services produced within a given period, by
factors of production located within a country.”(Case& Fair,1996).
(5) Pajak
(3) Rumah
Perusahaan Pemerintah
Tangga
(6)
(2)
(1)
Gaji, Pembayaran Bunga, Penghasilan Non
Gaji, Upah, Bunga, Dividen, Sewa Balas Jasa ( Transfer Payment
(6) (2)
Pemerintah
Ekspor Impor
-44-
Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets)
Tingkat harga ditentukan lewat mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar
yang begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama(three basic market) :
n
PDB=∑ NT di mana: i = sektor produksi ke 1,2,3,.....,n
i=1
Tabel 8.1
Output Sektoral Negara Astina Tahun 2007
-45-
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan enterpreneur
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan
sewa. Untuk pemilik uang/ aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk
pengusaha adalah keuntungan. Total untuk balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut
Pendapat Nasional (PN).
PN = w + i + r + π
di mana : w = upah/gaji (wages/salary)
i = Pendapatan bunga (interest)
r = Pendapatan sewa (rent)
π = Keuntungan (profit)
Tabel 8.2
Pendapatan Nasional Amerika Serikat
Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan
(Dalam US$ Miliar)
Tabel 8.3
Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1996
(Harga Berlaku) Menurut Pengeluaran
-46-
(Dalam Miliar Rupiah)
-47-
dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Jadi, jika Anda ingin mengetahui PNB
Indonesia, berarti Anda harus menghitung jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara Indonesia (baik di Indonesia maupun di luar negeri), tetapi tidak mengikut
sertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan warga negara asing yang ada di Indonesia.
Pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam suatu perekonomian
dinotasikan sebagai FPLN, sedangkan faktor-faktor produksi di dalam negeri dinotasikan
sebagai FPDN.PNB dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB = PDB – ( FPLN – FPDN ) Selisih antara FPLN dan FPDN adalah pendapatan faktor
produksi neto dari luar negeri (net factor income from abroad, selanjutnya disingkat
FPNLN). Jadi:
PNB = PDB – FPNLN
Pada umumnya, untuk negara berkembang nilai PDB lebih besar dari nilai PNB. Hal ini
disebabkan penanaman modal asing di negara tersebut lebih besar dgn hasil produk warga
negaranya di luar negeri. Oleh karena itu, bagi negara berkembang umumnya PDB lebih
banyak digunakan dibandingkan PNB.
c. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Produk Nasional Neto (PNN) diperoleh dari Produk Nasional Bruto (PNB) dikurangi denga
penyusutan barang modal (capital goods). Karena nilai PNB merupakan nilai kotor,untuk
mendapatkan nilai bersihnya harus dikeluarkan depresiasinya. Hal ini disebabkan di dalam
PNB, investasiyang dipakai adalah investasi kotor, yaitu jumlah investasi yang ditanam.
Selain depresiasi tidak termasuk ke dalam transaksi ekonomi, depresiasi atau penyusutan
barang modal juga sudah disyaratkan dalam sistem akuntansi. Jadi: PNN = PNB
Depresiasi
d. Pendapatan Nasional Neto adalah pendapatan seluruh warga negara sebagai balas jasa
semua faktor produksi yang digunakan. Untuk mendapatkan pendapatan nasional,harus
mengurangi Produk Nasional Neto (PNN) dengan pajak tidak langsung & menambahkan
dengan subsidi. Pajak tidak langsung harus dikurangkan karena bukan merupakan balas
jasa faktor produksi. Adapun subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa
faktor produksi. Pendapatan Nasional Neto disebut juga sebagai Pendapatan Nasional
(PN). Jadi : PN = PNN – Pajak tidak langsung + Subsidi
e. Pendapatan Personal (Personal Income)Pendapatan Personal/ (PP) adalah bagian
pendapatan nasional yg merupakan hak-hak individu dlm perekonomian, sbg balas jasa
keikutsertaannya dlm proses produksi. Ternyata tdk seluruh pendapatan nasional diterima
oleh rumah tangga.Utk memperoleh pendapatan personal, laba perusahaan yg tdk
dibagikan/laba ditahan (LDT) harus dikurangkan,sebab laba ditahan merupakan hak
perusahaan. Selain itu,Pembayaran Asuransi Sosial (PAS)juga harus dikurangkan.Kedua
pengurangan tersebut blm mencerminkan pendapatan personal yg sebenarnya, karena
pendapatan personal bukan merupakan pendapatan pribadi masing2, melainkan kumpulan
dari masyarakat. Dlm pendapatan personal juga harus ditambahkan Pendapatan Bunga yg
diterima oleh Pemerintah& Konsumen (PBPK) & Pendapatan Non-Balas Jasa(PNBJ),seperti
transfer uang kpd seseorang. Jadi :PP = PN – LDT – PAS + PBPK + PNBJ
-48-
jenis pajak, iuran, dan laba ditahan merupakan jenis pengeluaran pendapatan (semua rumah
tangga) untuk konsumsi yang tidak langsung digunakan sama sekali oleh orang atau pihak
yang mengeluarkan pendapatan.
Dari Produk Domestik Bruto sampai ke Pendapatan Personal Disposabel (PPD) dapat
diringkas sebagai berikut :
-49-
Ada di Dalam Negeri
Sama dengan Produk Nasional Bruto (PNB) 6.726,9
PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan PDB atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap
tahun,sedangkan PDB atas dasar harga harga konstan yaitu menunjukkan nilai tambah barang
dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar.
-50-
d. Merumuskan Kebijakan Pemerintah
Perhitungan pendapatan nasional berguna untuk membantu dalam merumuskan kebijakan
pemerintah. Seandainya pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, perhitungan pendapatan
nasional inilah yang akan dijadikan sebagai salah satu acuannya. Dari satu periode ke
periode lainnya, tingkat harga berbagai barang dan jasa akan selalu mengalami perubahan.
Perubahan tersebut biasanya berupa kenaikan harga-harga atau dalam istilah ekonomi
dikenal dengan nama inflasi. Untuk dapat menentukan perubahan harga rata-rata pada
suatu periode tertentu digunakan indeks harga.
Konsep pendapatan yang berhubungan dengan pendapatan nasional adalah pendapatan per
kapita. Pendapatan per kapita adalah tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada
periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan nasional (biasanya dalam
PDB) dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Semakin tinggi angka PDB perkapita,
kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) menggunakan
angka PDB per kapita untuk menyusun kategori tingkatkemakmuran suatu negara. Berdasarkan
standar tahun 1992, sebuah negara dikatakan miskin, jika PDB per kapitanya lebih kecil dari
US$450. Berdasarkan standar tersebut, sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara
miskin. Suatu negara dikatakan makmur, jika PDB perkapitanya lebih besar dari US$8.000.
Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2001 telah mengelompokkan negara-negara di seluruh
dunia menjadi lima kelompok berdasarkan pendapatan per kapitanya, yaitu:
PERTEMUAN KE – 9
-51-
2. Konsumsi rumah tangga/masyarakat (houseshold comsumtion/privat comsumtion)
Pada materi ini kita akan bahas pengeluaran konsumsi rumah tangga. Ada beberapa alasan yang
mendasarinya:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran
agregat.
b. Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga
bersifat endogenus.
Bersifat endogenus ini dalam arti, besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun teori dan model
ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal sebagai teori dan model
konsumsi (consumtion theories/models).
Pada dasarnya, faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah
pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan
(Y) maka konsumsinya (C) juga semakin tinggi: C = f(Y)
Ada empat teori konsumsi yang perlu dipelajari agar dapat mengikuti perkembangan teori-teori
mutakhir. Salah satu diantaranya adalah teori yang diajukan oleh John Maynard Keynes. Dan
selanjutnya teori konsumsi tersebut disebut Teori Keynes tentang konsumsi.
Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga dapat meningkat. Hanya saja
peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
di mana :
Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi
Keynes tersebut di atas :
-52-
dengan menggunakan tingkat harga konstan,bukan hubungan antara pendapatan
nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.
2) Merupakan pendapatan yang terjadi (Current Income), bukan pendapatan yang
diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa
datang (yang diharapkan).
3) Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan elatif atau perndapatan permanen.
Tabel 9.1
Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Pendapatan Disposabel Konsumsi ∆ Pendapatan ∆ Konsumsi
Disposabel
0 200 - -
1.000 1.000 1.000 800
Angka MPC juga tidak mungkin negatif, di mana jika pendapatan disposabel terus
meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia
tidak mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 < MPC < 1.
Dalam Persamaan C = C0 + b Yd, koefisien konstanta b adalah MPC. Besarnya MPC
menunjukkan kemiringan (slope) kurva konsumsi.
Kurva Konsumsi
3000
2600
2000
1800
-53-
1000
800
200
Y
1000 2000 3000
Tabel 9.2
Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi, MPC dan APC
Pendapatan ∆ Pendapatan
Konsumsi ∆ Konsumsi MPC APC
Disposabel Disposabel
0 200 - - - -
Catatan :
MPC = ∆
Konsumsi /
d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan Pendapatan disposabel yang diterima rumah
tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan
demikian kita dapat menyatakan : Yd = C + S di mana : S = tabungan (saving) Dapat
dikatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dilokasikan untuk menambah
konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi
tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marjinal Propensity to
Save, disingkat MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan
disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata ( Average Propensity to Save,
disingkat APS)
-54-
Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi dan
tabungan, maka : MPS = 1 – MPC Nilai total APC ditambah dengan APS juga sama dengan
satu. Pernyataan tersebut dengan mudah dibuktikan dengan menggunakan matematika
Yd C S
sederhana dibawah ini : Yd = C + S ¿ + atau 1 = APC + APS
Yd Yd Yd
Tabel 9.3
Hubungan Antara MPC dan MPS, APC dan APS
Pendapat
∆
an Konsums ∆ Pendapatan
Tabungan Konsums MPC MPS APC APS
Disposab i Disposabel
i
el
0 200 -200 - - - - - -
1.000 1.000 0 1.000 800 0.80 0.2 1.00 0
2.000 1.800 200 1.000 800 0.80 0.2 0.90 0.10
3.000 2.600 400 1.000 800 0.80 0.2 0.87 0.13
4.000 3.400 600 1.000 800 0.80 0.2 0.85 0.15
5.000 4.200 800 1.000 800 0.80 0.2 0.84 0.16
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Banyak faktor yang mempengaruhi
besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi tiga besar :
e. Faktor-faktor Ekonomi
f. Faktor-faktor Demografi ( kependudukan )
g. Faktor-faktor Non – Ekonomi
Teori Investasi
Berdasarkan negara-negara maju terbukti bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
kemajuan ekonomi adalah besarnya barang modal dan kualitas sumber daya manusia. Karena
itu jika sebuah perekonomian tersebut harus melakukan investasi. Untuk memudahkan dan
memperdalam pemahaman, dalam teori ekonomi makro akan dibahas adalah investasi fisik,
misalnya dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang
(inventory).
Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stock barang modal (capital stock), yaitu jumlah
barang modal dalam suatu perekonomian, pada saat tertentu. Untuk memudahkan perhitungan,
umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga
perolehan per unit barang modal.Dengan demikian barang modal merupakan konsep stok (stock
consept), karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
-55-
Perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Yang
dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/konstruksi, maupun
persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep aliran(flow concept),
karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan
mempengaruhi jumlah modal yang tersedia(capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan
stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
a. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal & Bangunan Yang mencakup dalam
investasi barang modal (capital goods) dan bangunan (construction) adalah
pengeluaran- pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-
peralatan produksi dan bangunan- bangunan gedung baru.Karena daya tahan barang
modal & banguna umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai
investasi dlm bentuk harta tetap (fixed invesment).
b. Investasi Persediaan Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga
dilakukan dlm bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi/sedang dalam
proses penyelesaian.Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks
meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa mendatang.
a. Nilai sekarang (Present Value) Apabila kita investasi, Nilai uang sekarang Rp.100 juta,
diperkirakan lima tahun yang akan datang menjadi Rp. 161 juta. Apakah nilai uang
Rp.161 juta lima tahun yang akan datang itu lebih besar daripada Rp.100 jt saat ini? Jika
ya, maka investasi tesebut layak dilakukan. Untuk mengetahuinya, Hal ini tergantung
dari tingkat pengembalian investasi(invesment return). Apabila uang itu hasil dari
meminjam dari bank dengan bunga pinjaman sebesar 15% per tahun. Maka harapan
tingkat pengembalian investasi setidaknya sama dengan 15%., maka nilai Rp. 161 jt harus
dideflasi sebesar 15 % per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15%
tersebut dikenal sebagai faktor diskonto (discount factor).
Jika nilai sekarang dari Rp.161 juta yang akan diterima lima tahun mendatang
dinotasikan V, nilai Rp.161 juta adalah X, sedang waktu adalah t, dan faktor diskonto
adalah r, maka berdasarkan perhitungan matematika sederhana, hubungan antara elemen-
elemen tersebut adalah V¿ X Dengan menggunakan data diatas :
¿¿
161 161 ¿ 161
V¿ ¿ = 80.1
¿¿ ¿¿ 2.01
b. Nilai Masa Mendatang (Future Value) Menghitung nilai masa mendatang adalah
kebalikan dari menghitung nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan.
Sekalipun melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan
tetap sama. Dalam kasus yang telah dibahas, Jika nilai Rp. 161 juta lima tahun mendatang
adalah lebih besar dari pada yang diharapkan, maka investasi akan dilanjutkan.Jika
investasi awal dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan adalah F,
waktu adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah ≥ 15%,
-56-
maka : F = A( 1+r )t Dengan menggunakan data di atas: F = 100 ( 1+0.15 )5 = 100 (2.01) =
201
a. Payback Period (Periode pulang pokok) adalah waktu yang butuhkan agar investasi
yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
titik impas.
b. Benefit/Cost Ratio( B/C Ratio ) B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya
yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan sebagai C (cost), Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit).
Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, Output yang dihasilkan sama dengan biaya
yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B< C yang artinya output yang dihasilkan
lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas yang
masuk dan nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode.NPV biasanya
digunakan untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan dalam sebuah proyek
yang akan dilaksanakan. NPV yang positif menandakan bahwa proyeksi pendapatan
yang dihasilkan oleh sebuah proyek atau inestasi melebihi dari proyeksi biaya yang
dikeluarkan. Pada umumnya nilai NPV yang positif akan menguntungkan dan nilai
NPV yang negatif akan menghasilkan kerugian.
n
Rt
NPV =∑ t
❑
t=1 A ( 1+i )
d. Internal Rate of Return ( IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung
pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12 %, maka
tingkat pengembalian adalah 12 %. Keputusan menolak atau menerima rencana
investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian
yang diinginkan (r). Jika yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%,
rencana investasi akan dibatalkan.
-57-
BAB X
Penawaran Uang dan kegiatan Perekonomian
Ahli-ahli ekonomi telah menganalisis efek dari perubahan penawaran uang ke atas tingkat
harga dan kegiatan ekonomi negara.
Analisis-analisis yang menjelaskan tentang hubungan diantara penawaran uang dengan tingkat
harga dan kegiatan ekonomi negara dinamakan teori keuangan. Pada bab ini, kita akan
membahas dua hal berikut :
1. Teori-teori keuangan yang utama, yaitu: Teori Kuantitas, Teori Sisa Tunai yang
dikemukakan ahli ekonomi Klasik dan Teori Keuangan keynes.
-58-
2. Kebijakan Moneter, yaitu : langkah-langkah pemerintah (melalui bank sentral) untuk
mengendalikan kegiatan ekonomi negara dan harga-harga dengan cara mengendalikan
kegiatan ekonomi negara dan harga-harga dgn cara mengendalikan perubahan- perubahan
dlm penawaran uang & tingkat bunga.
Penawaran Uang dan Harga : Pandangan Klasik Teori Keuangan ini dibedakan dalam dua
bentuk:
1. Teori Kuantitas (Quantity theory of money) dan
2. Teori sisa tunai( cash balance theory). Kedua teori tersebut walaupun bentuknya
berbeda, tetapi pandangan pokok teori tersebut adalah sama, yaitu : perubahan dalam
penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat
harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikkan harga pada tingkat yang sama dan
penurunan penawaran uang akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama.
Pertambahan penawaran uang sebanyak 5% akan menaikkan harga pada tingkat 5%
juga. Apabila tidak terdapat perubahan dalam penawaran uang, harga juga tidak
berubah.
Persamaan Pertukaran Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut :
MV = PT
di mana :
M = Penawaran Uang
V = Laju peredaran uang
P = Tingkat harga
T = Jumlah barang-barang dan jasa yang
diperjualbelikan dalam perekonomian.
Di dalam persamaan tersebut M diartikan sebagai penawaran uang dalam pengertian sempit, Ini
berarti M sama dgn mata uang dlm edaran tambah uang bank atau uang giral. Besarnya
ditentukan oleh keseringan uang yang tersedia berpindah tangan dlm masyarakat dalam suatu
tahun tertentu. Apabila penawaran uang digunakan sebanyak lima kali untuk transaksi dlm
setahun maka nilai V adalah lima. Tingkat harga atau P memberikan gambaran tentang indeks
harga atau tingkat harga umum dlm ekonomi tersebut.Adalah tdk mungkin utk menunjukkan
tingkat perubahan harga dari berbagai macam,krn dlm perekonomian terdapat banyak beribu
barang dgn tingkat perubahan harga yg berbeda.
Dalam persamaan yang sederhana tersebut yang diperhatikan hanya perubahan indeks harga.
Perubahan ini menggambarkan perusahaan rata-rata tingkat harga dalam perekonomian.
-59-
2. Kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi. Sebagai implikasi dari kedua
asumsi di atas, maka menurut persamaan MV = PT, apabila M berubah maka ia hanya
akan mengubah nilai P pada tingkat yang sama dengan perubahan M.
Contoh Kasus :
Misalkan dalam sesuatu perekonomian T = 500, penawaran uang 200 dan laju peredaran uang
adalah 5. Berdasarkan kepada teori kuantitas, tingkat harga adalah Rp. 2, yaitu seperti
ditunjukkan dalam perhitungan berikut :
MV = PT
200 x 5 = 500P
P=2
Apakah akan terjadi kepada tingkat harga apabila penawaran uang meningkat sebanyak 25 %,
yaitu dari 200 menjadi 250? Dengan menggunakan persamaan teori kuantitas akan dapat dilihat
bahwa tingkat harga akan mengalami kenaikan sebanyak 25 % yaitu dari Rp.2 menjadi Rp.
2.50 :
MV = PT
250 x 5 = 500P
P = 2.5
Teori Sisa Tunai Teori ini menerangkan sifat hubungan di antara penawaran uang dan tingkat
harga. Teori ini mempunyai pandangan yang sama dengan teori kuantitas uang, bahwa
perubahan dlm penawaran uang akan menimbulkan perubahan harga- harga yang sama
tingkatnya.
Teori sisa tunai diterangkan dengan menggunakan persamaan berikut :
M = kPT di mana M,P dan T mempunyai arti yang sama dengan M,P dan T dala persamaan
MV = PT.
Dalam teori sisa tunai k adalah bagian dari pendapatan masyarakat yang tetap dipegang mereka
dalam bentuk tunai.
Teori Keuangan Keynes
Teori keuangan Keynes terutama menerangkan tiga hal, yaitu :
i. Tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan) uang.
ii. Faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga
iii. Efek perubahan penawaran uang ke atas kegiatan ekonomi negara.
-60-
dan berjaga-jaga. Sedangkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditentukan oleh suku
bunga
Apabila Suku Bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi adalah rendah oleh karena uang
telah digunakan untuk membeli surat-surat berharga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah,
maka permintaan uang untuk spekulasi tinggi karena masyarakat tidak bersedia melakukan
pembelian surat-surat berharga dan akan memegang uang.
Ciri-ciri dari tiap-tiap tujuan untuk memegang uang dapat digambarkan dalam Kurva Mtp
dalam gambar (a) adalah kurva permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga.
Sumbu datar menunjukkan jumlah uang yang diminta dan sumbu tegak menunjukan
pendapatan nasional. Kurva Mtp bergerak dari bawah-kiri ke atas-kanan dan bermula dari titik
origin.
Sedangkan gambar (b), menunjukkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Sumbu datar
menunjukkan jumlah uang yang digunakan untuk tujuan spekulasi, dan sumbu tegak
menunjukkan suku bunga.
GAMBAR 1
Permintaan Uang untuk Transaksi, Berjaga-jaga dan
Spekulasi
r
Y
Mtp
Yb r0
Ya
r1
Msp
Mtp
0 Msp
PERMINTAAN DAN
MaPENAWARAN
Mb UANG, DAN
0 SUKU BUNGA
M0 M1
(a) teori
Dalam Permintaan
Keynes,uang
sukuuntuk (b) Permintaan
bunga ditentukan oleh permintaan uanguang.
dan penawaran untuk
Seperti yang
telah diterangkan, dalam
transaksi dan spekulasi
teori Keynes permintaan ke atas uang
berjaga-jaga ditentukan oleh kebutuhan akan
uang untuk tiga tujuan berikut : tujuan transaksi, tujuan berjaga-jaga dan tujuan spekulasi.
Permintaan uang dalam ekonomi dapat ditentukan seperti dalam gambar 2.
GAMBAR 1
Permintaan Uang untuk Transaksi, Berjaga-jaga dan
r r
Spekulasi
Mtp
-61-
Msp
M sp
0
r0 r0
r1 r1
0 Mtp
r0
r1
MD
Msp
Dm
0 Mtp D0 D1
Grafik Permintaan Uang Grafik (a) menggambarkan permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga. Oleh karena itu tidak ditentukan oleh suku bunga, maka kurva Mtp adalah tidak
elastik sempurna (tegak lurus). Kurva Msp dalam grafik(b) adalah permintaan uang untuk
tujuan spekulasi. Permintaan uang dalam masyarakat, yaitu MD,yang meliputi uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga dan spekulasi ditunjukkan dalam grafik (c). Kurva MD diperoleh
dari menunjukkan kurva Mtp dengan kurva Msp, Kurva MD menunjukkan bahwa pada suku
bunga sebesar r0 permintaan uang dalam perekonomian adalah D0 dan pada suku bunga r1
permintaan uang dalam perekonomian adalah D1
GAMBAR : 3
Perintaan Uang, Penawaran Uang dan Suku Bunga
MS0 MS1
S
u
k
u
b
u -62-
n
g
a
0
E0
r0
E1
r1
Dm
Grafik Penawaran Uang Dalam gambar 3, ditunjukkan kurva permintaan dan penawaran uang
dalam perekonomian dan bagaimana kedua-dua faktor menentukan suku bunga. Kurva MD
adalah kurva permintaan uang dan ditentukan dengan cara seperti yang telah ditunjukkan dalam
Gambar 2, sedangkan Kurva MS0 dan MS1 adalah kurva penawaran uang. Jumlah penawaran
uang dalam suatu masa tertentu ditentukan oleh pemerintah melalui bank sentral dan jumlahnya
adalah tetap dalam jangka pendek. Maka kurva
penawaran uang adalah titik elastik sempurna (tegak lurus). Perubahan dalam penawaran uang
ditunjukkan oleh pergerakan-pergerakan kurva tersebut. Pergerakan ke kiri berarti penawaran
uang turun. Dan pergerakan ke kanan berarti penawaran uang bertambah.
KEBIJAKAN MONETER DAN KEGIATAN EKONOMI
Kebijakan moneter dapat dibedakan kepada dua golongan:
-63-
BAB XI
-64-
Dalam membedakan jenis-jenis pengangguran, terdapat dua cara untuk mengolongkannya,
yaitu :
1. Berdasarkan kepada sumber/penyebab yang mewujudkan pengangguran tersebut.
2. Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang wujud.
Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya :
1. Pengangguran normal atau friksional.
2. Pengangguran siklikal.
3. Pengangguran Struktural.
4. Pengangguran teknologi.
Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya :
1. Pengangguran Terbuka.
2. Pengangguran Tersembunyi.
3. Pengangguran bermusim.
4. etengah menganggur
Beberapa Tujuan Kebijakan Pemerintah
Untuk menghindari efek-efek buruk dari pengangguran, pemerintah perlu secara terus menerus
berusaha mengatasi masalah pengangguran. Tujuan Bersifat Ekonomi :
Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
1. Inflasi Tarikan Permintaan.
2. Inflasi Desakan Biaya.
3. Inflasi diimpor.
Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi Ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan
kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan
Tin pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran
yang berlebihan ini akan mengakibatkan atau menimbulkan inflasi.
har
ga
A
T S
i
n
P2
g
k
a
PfT AD3
h
a
r
P1
g
a AD2
AD1
0 Y1 Y2 Y3
Gambar 11.a dapat digunakan untuk menerangkan wujudnya inflasi tarikan permintaan. Kurva
AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan AD1, AD2 dan AD3, adalah
permintaan agregat. Misalkan pada mulanya permintaan agregat adalah AD1, maka Pendapatan
Nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Perekonomian yang berkembang pesat
mendorong kepada kenaikan permintaan agregat yaitu menjadi AD2. Akibatnya pendapatan
nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,yaitu Yf dan tingkat harga naik dari P1 ke
Pf, Ini berarti inflasi telah wujud.
jika masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya maka permintaan agregat menjadi
AD3,utk memenuhi permintaan yang semakin bertambah tersebut,perusahaan-perusahaan akan
menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional riil meningkat dari Yf menjadi
Y2.Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan kenaikan
harga yg lebih cepat,yaitu dari Pf ke P2
Inflasi Desakan Biaya
Pada inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika
tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi
permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara
memberikan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya. Langkah ini mengakibatkan biaya A
produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
Gambar 11.b
Inflasi Desakan Biaya
AS3
P4
T AS2
i
n
g
k
a
T -66-
h
a
r
g
a
P3 AS1
AD2
P2
P1 AD1
AD
0 Y3 Y2 Yf = Y1
Pendapatan Nasional Riil
Gambar 11.b, Kurva AS1,AS2 dan AS3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD
adalah permintaan agregat. Andaikan pada mulanya kurva penawaran agregat adalah AS1.
Dengan demikian pada mulanya keseimbangan ekonomi negara tercapai pada pendapatan
nasional Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh, dan tingkat harga adalah
pada P1. Pada tingkat kesempatan kerja yang tinggi peusahan-perusahaan sangat memerlukan
tenaga kerja. Keadaan ini cenderung akan menyebabkan kenaikan gaji dan upah karena:
1. Perusahaan-perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan
menaikkan upah & gaji.
2. Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan-
perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.
Kenaikan upah akan menaikkan biaya, dan kenaikan biaya akan memindahkan fungsi
penawaran agregat ke atas, yaitu dari AS1 ke AS2, sebagai akibatnya tingkat harga naik dari P1
ke P2.Harga barang yang tinggi ini mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah lagi,
maka biaya produksi akan semakin tinggi. Maka kurva penawaran agregat bergeser dari AS2 ke
AS3, perpindahan ini menaikkan harga dari P2 ke P3. Dalam proses kenaikan harga yang
disebabkan oleh kenaikan upah dan kenaikan penawaran agregat ini, pendapatan nasional riil
terus mengalami penurunan, yaitu dari Yf( atau Y1 menjadi Y2 dan Y3 ). Berarti akibat dari
kenaikan upah tersebut kegiatan ekonomi akan menurun di bawah tingkat kesempatan kerja
penuh.
Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud
apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Gambar 11.c
Inflasi Diimpor dan Stagflasi
AS2
T
i
n
g
k -67-
a
T
h
a
r
g
a
P2 AS1
P1
AD
0
Y2 Y1 Yf
Pendapatan Nasional Riil
Gambar 11.c , Permintaan agregat dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya
penawaran agregat adalah AS, Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah
Y1.Kemudian menunjukkan pendapatan ini dicapai di bawah pendapatan pada kesepatan penuh
(Yf) ,maka jumlah pengangguran adalah tinggi. Kenaikan harga barang impor yang penting
artinya di berbagai industri menyebabkan biaya produksi naik, dan ini seterusnya akan
mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat dari AS1 ke AS2, Pendapatan menurun
dari Y1 ke Y2, sedangkan tingkat harga naik dari P1 ke P2. Ini berarti secara serentak
perekonomian menghadapi masalah inflasi dan pengangguran yang lebih buruk yang disebut
stagflasi.
Secara kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga dan
mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah
tersebut dapat dibedakan kepada tiga bentuk : kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan
kebijakan segi penawaran. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah
pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter
dijalankan dengan mempengaruhi penawaran uang dan suku bunga. Sedangkan kebijakan segi
penawaran terutama bertujuan untuk meninggikan efisiensi kegiatan ekonomi dan mendorong
lebih banyak investasi yang akan memindahkan kurva penawaran agrergat AS ke kanan/ ke
bawah.
Ketiga bentuk Kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk
meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing-masing kebijakan pemerintah tersebut.
a) Untuk mengatasi masalah inflasi dan pengangguran adalah sebagai berikut :
-68-
BAB XII
Terdapat tiga aspek dari peranan perdagangan luar negeri dalam perekonomian, yaitu :
-69-
1. Keuntungan yang dapat diperoleh sesuatu negara.
2. Kebijakan membatasi perdagangan dan proteksi.
3. Globalisasi.
Dua hal utama yang akan diterangkan dalam keuntungan melakukan perdagangan :
Perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan untuk sesuatu negara. Menurut mereka ,
suatu negara dapat mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang-barangnya ke luar
negeri.
Melakukan ekspor dan impor merupakan kegiatan yang cukup penting di setiap negara. Di
sebagian negara, ekspor dan impor meliputi bagian yang cukup besar dalam pendapatan
nasional, sedangkan di beberapa negara lain, kegiatan tersebut merupakan bagian kecil saja dari
pendapatan nasional.
Dari beberapa asumsi yang digunakan , ada Dua Asumsi penting yang lain dalam analisis
mengenai keuntungan perdagangan luar negeri, adalah :
1. Setiap negara yang melakukan perdagangan telah mencapai kesempatan kerja penuh.
Tdk terdapat faktor produksi yg mengganggu.
2. Setiap negara yang melakukan perdagangan tidak menggunakan hambatan perdagangan
dalam perdagangan luar negeri. Dengan kata lain, setiap negara menjalankan
perdagangan bebas.
3.
-70-
Di dalam menunjukkan keuntungan yang didapat dari perdagangan luar negeri digunakan dua
cara: yaitu dgn menggunakan angka-angka & menggunakan grafik.
Dalam menunjukkan keuntungan perdagangan luar negeri dgn angka-angka, dua gambaranakan
dibuat, yaitu :
Pembahasan mengenai keuntungan yang diperoleh dari spesialisasi dan perdagangan luar
negeri, perlulah dibedakan diantara pengertian keuntungan mutlak dan keuntungan berbanding.
Tabel. 12.a
-71-
Negara B 750 1800
Tabel. 12.b
Keterangan Tabel 12.a : Menunjukkan produktivitas seorang pekerja di negara A dan Negara
B di dalam menghasilkan beras dan kain dalam satu tahun tertentu. Di negara B seorang
pekerja dapat memproduksi kain lebih banyak dari seorang pekerja A. Ini berarti Pekerja di
negara B lebih efisien dari negara A dalam menghasilkan kain. Dalam keadaan seperti ini
dikatakan bahwa negara B mepunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi kain. Sebaliknya
Seorang pekerja di negara A dapat mengeluarkan lebih banyak beras dari seorang pekerja di
negara B. Dengan demikian negara A mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi
beras.
Keterangan Tabel 12.b : Menunjukkan bagaimana keuntungan berbanding itu wujud. Seorang
pekerja C lebih efisien dari seorang pekerja D dalam memproduksi kain dan beras, karena
seorang pekerja di negara itu dapat memproduksikan lebih banyak kain maupun beras kalau
dibandingkan dengan yang dihasilkan seorang pekerja D. Namun kedua-dua negara tersebut
tetap dapat melakukan perdagangan yang saling menguntungkan. Keuntungan tersebut timbul
sebagai akibat dalam perbedaan harga relatif dari kain dan beras dimasing-masing negara itu.
Di negara C, 800 m kain sama nilainya dengan 2400 Kg beras, dan ini berarti harga relatif di
antara kain dengan beras adalah 1 meter kain = 3 Kg beras. Dengan demikian di negara C untuk
memperoleh semeter kain dibutuhkan 3 Kg beras. Di negara D seorang pekerja dapat
menghasilkan 600 m kain atau 1200 kg beras, 1 meter kain = 2 kg beras, dari keadaan ini
dapatlah dikatakan harga kain lebih murah di negara D, dan beras adalah relatif murah di
negara C. Negara D dikatakan mempunyai keuntungan berbanding dalam memproduksi kain,
sedangkan negara C dikatakan mempunyai keuntungan berbanding dengan memproduksi beras.
Keuntungan Mutlak dan Perdagangan
Untuk menunjukkan bagaimana perdagangan akan berlaku apabila setiap negara yang
menikmati “keuntungan Mutlak”, akan diperhatikanPerdagangan yang berlaku antara
Indonesia dan Thailand. Di dalam Tabel 12.c digambarkan :
-72-
Tabel. 12.C
Thailand 10000 Kg -
-73-
Tabel. 12.d
Jumlah 70 2700
Jepang - 2400
Jepang 40 800
Keterangan Tabel 12 d : Keadaan I, dapat disimpulkan bahwa harga relatif mobil lebih
murah di Amerika, dan sebaliknya harga relatif televisi adalah lebih murah di Jepang.
Keadaan II, Tingkat produksi yang dicapai sesudah spesialisasi di Jepang dan Amerika
Serikat.
Diasumsikan kurs pertukaran yang berlaku adalah : 1 mobil = 40 televisi, dan Amerika Serikat
akan membeli 1600 televisi. Untuk memenuhi permintaan Amerika Serikat ini jepang akan
mengekspor 1600 televisi, dan dari ekspor ini Jepang akan memperoleh 40 mobil.
Keadaan III, memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai jumlah konsumsi mobil dan
televisi dikedua negara setelah perdagangan dilakukan.
I. Produksi mobil meningkat (dari 70 menjadi 100 unit), tetapi produksi televisi berkurang
(dari 2.700 menjadi 2.400 unit). Adakah ini keadaan yang menguntungkan? Tentu saja!
Harga pertukaran adalah: 40 televisi = 1 mobil. Berarti kekurangan 300 televisi dapat
-74-
diganti dengan kenaikan produksi 7,5 mobil. Berarti tambahan 30 unit produksi mobil
sama nilainya dengan 1.200 televisi-jumlah yang lebih besar dari pengurangan produksi
televisi yang berlaku sesudah perdagangan.
II. Amerika Serikat menikmati keuntungan yang nyata, karena mobil dan televisi yang
dinikmatinya melebihi dari jumlah yang dapat diproduksikan.
III. Jumlah televisi di Jepang berkurang sebanyak 1.200 – 800 = 400, Tetapi jumlah mobil
meningkat sebanyak 40-20=20. Nilai mobil tambahan ini adalah: 20x40=800 unit
televisi. Ini berarti Jepang juga memperoleh keuntungan dari perdagangan luar negeri.
Berdasarkan kpd teori yang menerangkan keuntungan dari spesialisasi, ahli-ahli ekonomi telah
menerangkan pentingnya utk menjalankan perdagangan bebas dalam perdagangan luar negeri,
dan prakteknya telah diatur oleh WTO(World Trade Organization) memberi gambaran tentang
sejauhmana berbagai negara mengakui kebaikan dari perdagangan bebas. Walau bagaimanapun
perlulah disadari adakalanya suatu negara perlu melakukan proteksi dan menciptakan halangan
perdagangan.
Tarif
Kuota
Hambatan Perdagangan Bukan Tarif
penggunaan valuta asing
-75-
Pada umumnya ahli-ahli ekonomi, pemimpin-pemimpin negara dan institusi ekonomi
internasional menekankan pentingnya peranan globalisasi dalam mengembangkan ekonomi
dunia. Oleh sebab itu usaha-usaha untuk menjalankan perdagangan bebas melalui pengurangan
pajak impor dan pengaliran investasi dan pengaliran dana yang lebih bebas sangat ditekankan.
Pada masa yang sama ahli-ahli ekonomi maupun masyarakat di berbagai negara telah
mengemukakan berbagai kritik keatas proses globalisasi yang berlaku.
beberapa efek buruk yang mungkin ditimbulkan oleh globalisasi. Terdapat beberapa implikasi
buruk globalisasi yang meningkatkan ketidakstabilan dalam kegiatan ekonomi dalam jangka
pendek dan akan menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi yang dapat
dicapai dalam jangka panjang, diantaranya :
BAB XIII
Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
-76-
Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang berlaku di semua negara. Negara-negara
di Asia dan Afrika tidak menikmati sepenuhnya peningkatan ekonomi tersebut. Sehingga ke
pertengahan abad ke-20, kebanyakan negara berkembang belum mengalami pertumbuhan yang
berarti. Sebelum Perang Dunia kedua, kehidupan di negara-negara ini tidak banyak berbeda
dengan keadaannya ketika Revvolusi Industri bermula.
Analisis mengenai pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam teori
makroekonomi. Analisis itu pada dasarnya memperhatikan tentang kegiatan ekonomi negara
dalam jangka panjang. Dalam pertumbuhan ekonomi ada dua hal penting yang perlu
diperhatikan, yaitu :
Pendapatan Per Kapita dan Cara Perhitungannya Salah satu komponen dari pendapatan
nasional yang selalu dilakukan penghitungannya adalah pendapatan per kapita, yaitu
pendapatan rata-rata penduduk sesuatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh
dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu
tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan
perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu formula berikut :
PDB
a) PDB Per Kapita =
Jumlah Penduduk
-77-
PNB
b) PNB Per Kapita =
Jumlah Penduduk
Dalam menghitung pendapatan per kapita dua macam penghitungan dapat dilakukan, yaitu
berdasarkan harga yang berlaku dan harga tetap. Penghitungan pendapatan per kapita menurut
harga yang berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari
penduduk negara itu berbelanja dan membeli barang-barang dan jasa yang diperlukannya. Dan
ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukan perbedaan tingkat
kemakmuran di suatu negara berbanding dengan negara-negara lain. PDB biasanya bertambah
dari tahun ke tahun. Nilai yang bertambah itu pada umumnya disebabkan oleh dua faktor :
Tabel 13.a
Golongan
Pendapatan Per Kapita Jumlah Penduduk Persentasi
Negara
-78-
(Dolar US) (Juta) Dunia
1. Low Income
Economic 430 2.510,6 40,9
2. Lower middle-
income 1240 2.164,5 35,3
3. Upper middle-
income 4460 503,7 8,2
4. High-income
economic 26710 955,0 15,6
Tabel 13.b
-79-
1. Tanzania 270 1. Afrika Selatan 2.900
9. Portugal 10.000
B. Pendapatan
D. Negara Kaya
menengah Rendah
11 China 890
Tabel 13.c
Perbandingan Per Kapita GDP dan Per Kapita Purchasing Power Parity (PPP)
-80-
Negara-negara Berkembang
Negara-negara Maju
Tabel. 13.c membandingkan per kapita GDP nominal dengan per kapita PPP di beberapa
negara. Daripada data yang terdapat pada tabel tersebut, beberapa kesimpulan dapat dibuat :
I. Data tersebut disadarkan pada harga-harga yang berlaku di Amerika Serikat. Oleh sebab
itu di Amerika Serikat perkapita GDP = per kapita PPP.
II. Di negara-negara maju pendapatan per kapita PPP hampir sama nilainya dengan
pendapatan per kapita GDP.
III. Di negara berkembang per kapita PPP jauh lebih tinggi dari per kapita GDP. Sebagai
akibatnya, dengan menggunakan per kapita PPP jurang kemakmuran diantara negara
berkembang dan negara maju tidaklah sebesar seperti ditunjukkan oleh perbedaan per
kapita GDP.
-81-
Faktor Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan Teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan
oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat. Efek yang utama adalah :
Pertanian Tradisional.
Kekurangan Dana Modal dan Modal Fisikal.
Peranan Tenaga Terampil dan Berpendidikan.
Perkembangan Penduduk Pesat.
Masalah Institusi, Sosial, Kebudayaan dan Politik.
Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi - Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli-
ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :
1. Jumlah Penduduk
2. Jumlah stok barang-barang modal
3. Luas tanah dan kekayaan alam
4. Tingkat teknologi yang digunakan
Teori SchumpeterTeo ri Menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha
merupakan golongan yang akan terus menerus membuat inovasi dlm kegiatan
ekonomi.Inovasi tersebut meliputi :
Memperkenalkan barang-barang baru.
-82-
Mempertinggi efisien cara meproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang.
Memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru.
Mengembangkan sumber sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-
perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan
perusahaan.
Teori Harrod – Domar Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori
Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka
panjang.
Analisis Harrod-Domar mengunakan pemisalan-pemisalan sebagai berikut :
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan
Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Faktor
terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan
pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
BAB IV
Sistem – sistem Ekonomi :
Suatu perbandingan dan Sistem Ekonomi Indonesia
Menurut Gregory Grossman (1984), yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah :
“ Sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur terdiri atas unit-unit dan agen-agen
ekonomi serta lembaga-lembaga (institusi-institusi) ekonomi, yang bukan saja saling
berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat tertentu saling menopang dan
mempengaruhi”.
Dari definisi di atas, ada beberapa aspek penting dalam suatu sistem ekonomi :
-83-
Sistem-sistem ekonomi dapat diklasifikasikan, dilihat berdasarkan mekanisme koordinasinya,
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Hak Kepemilikan
Keuntungan
Konsumerisme
Kompetisi
Harga
Variasi ideologi sosialisme sangat beragam. Ada yang berlandaskan agama ( Sosialisme-
Religius), atau berlandaskan asas demokrasi (Sosialisme-Demokratis). Tetapi yang paling
banyak dibicarakan, karena pengaruhnya amat besar, adalah sosialisme yang berdasarkan
ajaran Marxisme dan Komunisme.
Sosialisme-Marxisme
Ajaran marxisme merupakan ajaran tentang evolusi perkembangan sistem masyarakat
(ekonomi), dari tahap terendah hingga tertinggi. Menurut Karl mark, perkembangan
masyarakat (sosial) ekonomi dibagi menjadi 6 tahap :
a. Tahap komunisme awal (tribal comunism ) : suatu kondisi awal yang sangat sederhana.
Masyarakat masih sangat komunal (kekeluargaan), di mana semua aset adalah milik
bersama.
b. Tahap perbudakkan (slavery) : Perkembangan awal yang buruk. Sekelompok kecil
manusia memperbudak manusia lainnya.
c. Tahap feodal (feodalism) : Perkembangan yang lebih buruk lagi. Segelintir manusia
(bangsawan) berkuasa dan bertindak seolah-olah wakil Allah di bumi ini.
d. Tahap kapitalis (capitalism) : Puncak perkembangan yang paling buruk dalam sejarah
ekonomi. Kekuasaan pemilik modal lebih besar daripada kaum bangsawan. Lagi pula
tindakan kau pemilik modal terhadap kaum miskin juga sangat kejam. Mereka tega
hidup makmur diatas “pengisapan darah” sesama manusia.Tahap kedua sampai keempat
(b-d) merupakan tahap transisi, bercirikan dikuasainya sebagian besar kekuatan
ekonomi oleh segelintir manusia.Tahap kapitalis adalah tahap terakhir dari tahap
transisi. Kekejaman yang begitu memuncak akhirnya menghancurkan sistem kapitalis
itu sendiri. Rakyat miskin (kaum proletar) bangkit berjuang melawan kaum pemilik
modal (borjuis). Kemenangan kaum miskin ini menyebabkan seluruh aset ekonomi
menjadi milik bersama kembali, seperti pada tahap komunisme awal.Tercapailah thp
akhir evolusi sistem ekonomi yg penuh dgn keadilan dan kemakmuran. Tahap akhir ini
-84-
terdiri atas dua tahap, yg merupakan tahap ke-5 dan ke-6 proses evolusi sistem
ekonomi.
e. Tahap sosialisme (socialism) : Pada tahap ini, aset ekonomi telah menjadi milik
bersama.Namun demikian peranan pemerintah masih diperlukan sbg pengatur.
f. Tahap komunisme (comunism) : Inilah tahap kematangan sistem sosial ekonomi.Tahap
ini pada dasarnya sama dengan tahap sosialisme, tetapi pemerintahan sudah tidak ada
lagi. Sebab manusia sdh dewasa dan lepas dari penderitaan. Mereka bekerja bukan
karena kelaparan, melainkan lebih karena ekspresi diri.
Menurut Grossman (1984), sebuah sistem dikatakan baik bila dilihat dari dua aspek:
a. Daya Tahan dan DayaAdaptasi “Tidak ada yang tidak pasti di dunia ini, kecuali
ketidakpastian.” Sistem ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi yang mampu
menghadapi ketidakpastian. Dilihat dari dimensi waktunya, ketidakpastian yang dihadapi
manusia adalah ketidakpastian jangka pendek dan jangka panjang.
1) Ketidakpastian Jangka Pendek Ketidakpastian jangka pendek adalah
ketidakpastian dalam tenggang waktu sekitar satu sampai lima tahun.
2) Ketidakpastian Jangka Panjang Berbeda dengan ketidakpastian jangka pendek,
ketidakpastian jangka panjang bisa terjadi dalam kurun waktu antar generasi (lebih
panjang dari 25 tahun). Faktor-faktor penyebabnya juga amat beragam.
Ketidakpastian jangka panjang tidak dapat diatasi hanya dengan mengandalkan
peningkatan kemampuan teknis-manajerial, melainkan harus dengan penyempurnaan
kelembagaan- kelembagaan yang ada dalam perekonomian.
B. Unjuk Prestasi Terlepas dari ideologi yang mendasarinya, sebuah sistem ekonomi
dikatakanbaik jika menghasilkan, antara lain hal hal dibawah ini.
1. Kemakmuran.
Suatu negara dikatakan makmur jika output per kapitanya sangat besar. Tetapi
kriteria ini harus ditambahkan bahwa selain rata-ratanya besar, output nya terbagi
secara relatif rata.
2. Pertumbuhan
Salah satu syarat untuk tercapainya kemakmuran adalah adanya pertumbuhan
ekonomi.
3. Produktivitas
Ukuran tingkat produktivitas yang umumnya dipakai adalah output/input. Jika
angkanya makin besar, maka perekonomian makin produktif. Jika produktivitas
meningkat, maka dengan jumlah input yang sama akan dihasilkan jumlah output
yang lebih banyak.
4. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses dan atau upaya yang menciptakan kondisi di
mana masyarakat/para pelaku ekonomi dapat mengalokasikan sumber dayanya
sesuai dengan bakat, kemampuan dan keinginan mereka. Mereka juga mendapat
balas jasa yang layak dan tidak khawatir terhadap masa depan usaha mereka.
Upaya pemberdayaan ini dilakukan, misalnya, dengan kebijakan moneter
-85-
(pemberian kredit), kebijakan fiskal (pemberian subsidi), ataupun penegak
hukum.
5. Terpeliharanya Lingkungan Hidup
Mengenai pasal 33 , pemerintah telah merumuskan melalui Undang-undang No. 1 Tahun 1967
mengenai Penanaman Modal, yang antara lain menyatakan: "....bidang-bidang yang penting
bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak adalah:
1) pelabuhan-pelabuhan,
2) produksi, transmisi, dan distribusi tenaga listrik untuk umum
3) telekomunikasi,
4) pelayaran,
5) penerbangan,
6) air minum,
7) kereta api umum,
8) pembangkit tenaga atom ,dan
9) media massa”.
a. Konsep Demokrasi Ekonomi (KDE) Konsep Demokrasi Ekonomi (KDE) merupakan
kelanjutan penafsiran pasal 33 UUD 1945. Menurut KDE, pasal tersebut dapat ditafsirkan
bahwa SEP adalah Demokrasi Ekonomi adalah tercapainya masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur.
b. Konsep Ekonomi Pasar Terkelola (KEPT) Konsep Ekonomi Pasar Terkelola (KEPT),
yang dipersiapkan untuk menghadapi abad ke-21. “Konsep Ekonomi Pasar Terkelola
memerhatikan perkembangan sejarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga perubahan dan penyesuaian dalam penyelenggaraan pembangunan
ekonomi nasional merupakan keharusan dalam rangka mengantisipasi segala perubahan.”
-86-
KEPT memberikan penekanan (aksentuasi) pada peningkatan daya saing dan perwujudan
fairness.
4. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila Ciri-ciri sistem ekonomi pancasila, yang sering
disebut pula sebagai Demokrasi Ekonomi, secara garis besar ada empat sebagai berikut
a. Peranan negara penting, tetapi tidak dominan. Maksudnya, agar dapat dicegah
tumbuhnya sistem ekonomi komando. Peranan swasta penting, tetapi tidak dominan.
Maksudnya, agar dapat dicegah tumbuhnya sistem liberal. Dalam Sistem Ekonomi
Pancasila, usaha negara dan swasta tumbuh berdampingan secara seimbang
b. .Sistem ekonomi tidak didominasi oleh modal dan tidak didominasi buruh. Sistem
ekonomi didasarkan atas asas kekeluargaan menurut keakraban hubungan antarmanusia
c. Masyarakat memegang peranan penting. Maksudnya, produksi dikerjakan oleh semua,
dan dibawah pimpinan atau pengawasan anggota-anggota masyarakat.
d. Negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Sistem ekonomi berdasarkan atas sila-sila dalam Pancasila. Dalam sistem ekonomi inilah
koperasi dikembangkan, sekaligus berfungsi mengarahkan perkembangan ekonomi Indonesia
ke arah Sistem Ekonomi Pancasila. Dalam Demokrasi Ekonomi yang berdasarkan Pancasila,
harus dihindarkan ciri-ciri negatif seperti berikut ini.
a. Sistem ekonomi liberal yang bebas. Artinya, sistem ekonomi yang menumbuhkan
eksploitasi atau pemerasan terhadap manusia dan bangsa lain. Dalam sejarahnya, sistem
ekonomi liberal yang bebas di Indonesia telah menimbulkan kelemahan posisi
Indonesia dalam ekonomi dunia.
b. Sistem ekonomi komando. Artinya, negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi swasta.
c. Persaingan tidak sehat, serta pemuatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok atau
monopoli yang merugikan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
-87-
-88-