Anda di halaman 1dari 26

EKONOMI PUBLIK (EKI 306 B2)

KONSEP ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA

Dosen Pengampu :

Dr. I Gede Wardana, SE., M.Si

Disusun Oleh :

Ida Ayu Prasista Praba Dewi 1807511046

Ananda Rissa Natasya Nainggolan 1807511050

Kadek Novi Darmawati 1807511064

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya penugasan kami yang berjudul “Konsep Analisis Manfaat dan Biaya” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi penugasan dari Bapak Dr. I Gede Wardana, S.E., M.Si pada Mata
Kuliah Ekonomi Publik Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Konsep Analisis Manfaat dan Biaya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dosen
pada mata kuliah Ekonomi Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Konsep Analisis Manfaat dan Biaya
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikannya tepat waktu.

Kami menyadari makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah kami.

Minggu, 29 Maret 2020

Penulis
Pendahuluan

Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan


sumber- sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara
efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus
dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini
pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan
memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan
biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua pihak yang menaruh
perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis dan ekonom yang
berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data, dan membuat
analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan eksekutif yang berwenang
untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan publik.
Analisis manfaat dan biaya ini hanya menitikberatkan pada efisiensi
penggunaan faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti
distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan
program dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di
tangan pemegang kekuasaan eksekutif yang dalam memilih juga
mempertimbangkan faktor lain. Suatu program yang efisien mungkin tidak akan
dilaksanakan karena menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin lebar.
Sebaliknya program yang menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin baik
akan dipilih meskipun program tersebut tidak terlalu efisien ditinjau dari hasil
analisis manfaat dan biaya.
Rumusan Masalah
1) Bagaimana Konsep Analisis Manfaat dan Biaya?
2) Bagaimana Model Konsep Analisis Manfaat dan Biaya?
3) Bagaimana Langkah-langkah dalam Evaluasi Suatu Proyek?
4) Apa saja Keuntungan dan Kelemahan Analisis Manfaat dan Biaya
5) Bagaimana Persoalan dalam Analasis Manfaat dan Biaya
1. Konsep Analisis Manfaat dan Biaya

Dalam melaksanakan analisis terutama pada proyek yang mempunyai umur


ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya
pada saat yang berbeda-beda maka harus memperhitungkan konsep nilai uang.
Analisis harus dilakukan dengan menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu
proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan dihitung dalam nilai sekarang.

1.1. Konsep Future Value (Nilai Uang yang Akan Datang)

Apabila mempunyai uang sebesar Rpn yang kita bungakan terus menerus
dengan tingkat bunga sebesar 10 persen setahun, maka hasil setiap tahun adalah
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan anggapan bunga yang diterima
pada suatu saat dipinjamkan kembali (sistem bunga berbunga).
Tabel 1. Hasil Bunga Berbunga Uang Sebesar RpU,-

Akhir tahun Jumlah uang


0 U
1 U + U x 10% = (1 + 0,1) U
2 U (1 + 0,1) + U (1 + 0,1) x 10% = U (1 + 0,1)2
3 U (1 + 0,1)2 + U (1 + 0,1)2 x 10% = U (1 + 0,1)3
.
.
N U (1 + 0,1)n-1 + U (1 + 0,1)n-1 x 10% = U (1 + 0,1)n
Sumber: Mangkoesoebroto, 1998

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa uang sebesar RpU,- pada tahun ke n akan
bernilai sebesar U (1+0,1)n. Dengan analisis seripa maka kita tahu apabila kita
mempunyai uang sebesar Rp5 juta kita bungakan terus menerus selama 30 tahun,
pada akhir tahun ke-30 akan bernilai 5 (1,10)30 atau sebesar Rp87 juta.
Rumus umum penghitungan nilai akan datang (future value):

Pn = Po (1 + i)n

di mana:
Pn = nilai uang di masa datang

Po = nilai uang sekarang

I = tingkat bunga

n = tahun

1.2. Konsep Present Value (Nilai Uang Sekarang)

Karena sifat manusia yang myopic tersebut maka uang yang akan kita
terima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila jumlah
uang tersebut kita terima saat ini. Berapa nilai sekarang dapat dihitung dengan
menggunakan konsep present value (nilai uang sekarang).
Apabila kita menerima uang sebesar RpU,- yang diterima pada n tahun
yang akan datang, maka penghitungan nilainya sekarang (Po) dari uang tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Po = U / (1 + i)n

di mana:

Po = nilai uang sekarang

U = jumlah uang yang akan diterima 30 tahun yang


akan datang i = tingkat bunga
n = tahun

Sebagai contoh, apabila kita akan menerima uang sebesar Rp5 juta pada
lima tahun yang akan datang, maka nilai uang tersebut sekarang adalah tidaklah
sebesar Rp5 juta, akan tetapi sebesar Rp5 / (1+0,10)5 atau hanya sebsar Rp3,10juta.
Dari analisis di atas dapat kita ketahui bahwa dalam melaksanakan evaluasi
atas suatu proyek, terutama pada jenis proyek yang mempunyai umur ekonomis
yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat
yang berbeda-beda, maka dalam mengevaluasinya kita harus mempertimbangkan
faktor-faktor di atas, yaitu kita menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu
proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan kita hitung nilainya sekarang.
2. Metode Analisis Manfaat dan Biaya

Ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek, yaitu
nilai bersih sekarang (NPB = Net Present Benefit), IRR = Internal Rate of Return),
dan perbandingan manfaat biaya (BCR = Benefit-Cost Ratio).

2.1. Metode NPB (Net Present Benefit atau Nilai Bersih Sekarang)

Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek
dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan
didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya
adalah :

Dimana :
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun ke n

i = tingkat bunga

n = 1,..............., 50:umur proyek

M = manfaat

B = biaya

Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPB tertinggi adalah


proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung
dari tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah
mencerminkan biaya oportunitas penggunaan dana.
Bila nilai net present benefit > 0, berarti investasi menguntungkan dan
dapat diterima. Akan coba dihitung besarnya nilai NPB dengan tingkat suku bunga
diskonto yang diasumsikan adalah sebesar 15% pertahun (Proyek Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co.).
Contoh Perhitungan Metode Net Present Benefit:

NPB = - 788.500.000 + 247.826.087 + 282.196.969,7 + 319.736.842,1 + 309.857.142,9

NPB = 371.117.041,7

Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai NPB untuk investasi Proyek
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah
sebesar Rp. 371.117.041,7, ini berarti bahwa nilai NPV proyek tersebut > 0, sehingga
proyek tersebut dapat diterima.

2.2. Metode IRR (Internal Rate of Return)

Metode IRR merupakan metode dengan cara menghitung tingkat diskonto (y) yang
menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan
adalah:
R Mt-Bt
 
=0 i=0(1+IRR)t

Proyek yang mempunyai nilai IRR yang tinggi yang mendapat prioritas.
Walaupun demikian pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya
dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of return)
harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek akan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat
diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external rate of return, merupakan
biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian
investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek yang mempunyai IRR > i dan
tidak melaksanakan investasi pada proyek yang harga IRR < i.
Ada beberapa kelemahan dari metode IRR, yaitu :

- Metode IRR dapat menyebabkan pemilihan proyek yang keliru karena metode ini
tidak memperhatikan skala investasi. Pemilihan proyek berdasarkan metode ini akan
memberikan hasil yang keliru apabila skala atau besarnya proyek yang dibandingkan
berbeda. Dalam hal ini metode NPB akan memberikan evaluasi yang konsisten
walaupun skala proyek yang dibandingkan berbeda.

- Metode IRR mungkin akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk
proyek yang mempunyai waktu lebih dari 2 tahun maka harga IRR dapat mempunyai
2 nilai atau lebih yang dapat membingungkan (de Neufville, 1990). Pemilihan nilai
IRR akan mempunyai implikasi yang berbeda dan tidak ada suatu kriteria pun yang
secara teoritis dapat menunjukkan pilihan IRR yang akan dipakai.

Pada metode NPB tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan


sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita justru akan menghitung tingkat bunga
tersebut. Tingkat bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga yang akan
menjadikan jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap cash inflow yang didiskontokan
dengan tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari initial cash
outflow atau nilai proyek. Dengan kata lain tingkat bunga ini adalah merupakan
tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan juga
tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat
dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang
diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebaliknya
investasi tidak menguntungkan.

2.3 Metode Perbandingan Manfaat dan Biaya (BCR)

Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan
nilai sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang
seluruh biaya proyek tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
T Mt
 

t
t=0 (1+i)
BCR=
T Bt
 
t=0 (1+i)t

Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan apabila BCR > 1.
Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB, apabila
BCR > 1 berarti pula NPB > 0. Metode BCR mempunyai kelemahan dalam hal
membandingkan dua buah proyek karena tidak ada pedoman yang jelas mengenai hal
yang masuk sebagai perhitungan biaya atau manfaat. Manfaat selalu dapat dianggap
sebagai biaya yang negatif dan sebaliknya. Oleh karena itu BCR dapat selalu dibuat
lebih tinggi dengan memasukkan biaya sebagai manfaat negatif. Oleh karena itu BCR
dapat dimanipulasi oleh orang yang mengevaluasi agar nilai BCR lebih tinggi dari
yang sebenarnya (Mangkoesoebroto, 1998).
3. Langkah-langkah dalam Evaluasi Suatu Proyek
3.1. Identifikasi Manfaat dan Biaya Proyek
Hal petama yang dilakukan untuk melaksanakan evaluasi proyek adalah menentukan
semua manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari proyek tersebut. Manfaat dari suatu
proyek dapat dibedakan antara manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat
langsung adalah manfaat yang ditimbulkan karena meningkatnya atau produktivitas
dengan adanya proyek tersebut. Manfaat langsung tersebut, misalnya pembangunan
dam untuk mengairi sawah, manfaatnya ketika terjadi kenaikan hasil sawah diakibatkan
kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambahnya pengairan sawah dari air
yang dihasilkan oleh dam. Dalam menentukan manfaat akan timbul pula masalah
apabila suatu proyek memberikan manfaat kepada dua jenis proyek yang lain. Sebagai
contoh, misalnya pembangunan sebuah jalan yang di bangun guna akses proyek
pembangunan dam dan proyek tenaga listrik sehingga perhitungan manfaat dan jalan
tersebut harus dibagi dua kepada kedua proyek antara dam dan pembangkit tenaga
listrik. Manfaat tidak langsung ialah manfaat yang secara tidak langsung disebabkan
karena adanya proyek akan dibangun. Dalam kasus pembangunan dam diatas, manfaat
tidak langsung adalah kenaikan produktivitas tanah namun tempatnya diluar area
pengairan dari dam tersebut. Manfat tidak langsung ini dapat menjadi luas sekali
tergantung analisis yang dilakukan akibat dari proyek tersebut. Jadi selain produktivitas
tanah selain di luar pengairan, adanya dam dapat pula memberikan manfaat lain.
Sebagai contoh, misalnya tempat rekreasi, pusat tenaga lisktrik untuk perhitungan, dan
sebagainya. Semua manfaat tidak langsung tersebut dapat dimasukan ke dalam
perhitungan manfaat dan proyek yang akan di bangun pemerintah nantinya. Suatu hal
yang perlu dicatat, dalam menentukan manfaat suatu proyek, hanya kenaikan sosial atau
kesejahteraan yang diperhitungkan, sedangkan kenaikan nilai dari suatu kekayaan
karena adanya proyek tidak diperhitungkan selain itu kita juga harus menghitung biaya
alternatif, yaitu berupa biaya langsung yang berhubungan dengan proyek maupun biaya
tidak langsung yang harus masuk dalam perhitungan biaya. Misalnya pada proyek
pembangunan dam, yaitu ketika terjadi kenaikan harga tanah disekitar dam tersebut
yang
tidak dimasukkan dalam manfaat proyek tersebut. Hal ini disebabkan karena
perhitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah menyebabkan
perhitungan ganda dari adanya proyek tersebut. Seperti halnya dalam perhitungan
manfaat, perhitungan biaya dari suatu proyek harus dilakukan dengan memperhitungkan
biaya alternatif dari penggunaan sumber ekonomi yang selain merupakan biaya
langsung, yaitu biaya yang langsung berhubungan dengan proyek tersebut dan juga
biaya tidak langsung yang juga harus dimasukan dalam perhitungan biaya. Dalam
membuat evaluasi proyek, kita harus memasukkan produktivitas tanah dari daerah lain
akibat pembangunan proyek dam sebagai biaya proyek yang harus dibangun
pemerintah. Perhitungan biaya tak langsung dapat menjadi besar atau kecil tergantung
seberapa jauh biaya tak langsuung tersebut akan dimasukkan dalam perhitungan biaya
tak langsung tersebut. Selain itu masalah dalam pembangunan ialah fasilitas yang telah
ada yang digunakan dalam pembangunan proyek misal truk-truk untuk membangun
proyek apakah merusak jalan raya maka hal tersebut dimasukkan dalam biaya.
3.2. Mengitung Manfaat dan Biaya dalam Rupiah
Dalam hal ini yang dilakukan adalah menghitung nilai dari manfaat proyek
tersebut secara tidak langsung. Misalnya pemerintah membangun Puskesmas untuk tiap
kecamatan atau pendidikan gratis pada sekolah-sekolah. Cara yang tepat untuk
menghitungnya ialah melihat dampak tidak langsung dari terlaksananya proyek tersebut.
Dengan adanya Puskesmas masyarakat sakit bisa sehat kembali dan dapat bekerja untuk
memperoleh penghasilan serta pendidikan yang diperoleh dapat diterapkan kembali apa
yang telah diperoleh pada masyarakat. Perhitungan manfaat dan biaya dari
pembangunan biaya dari pemerintah tidak semuanya dapat dihitung dengan hasil yang
akurat walaupun perhitungan dalam proses pembangunan proyek tersebut
menggunankan analisis kuantitatif, proyek-proyek pemerintah telah dievalusi oleh para
ekonom menggunakan metode perhitungan kuantitatif. Namun ketika diterapkan,
pemerintahan banyak mengalami perubahan dikarenakan masyarakat bersifat
fleksibelitas. Misalnya dalam pembangunan dam air yang akan menimbulkan pro dan
kontra terhadap pembangunan proyek dam air sehingga dibutuhkan biaya lebih. Proses
yang pembangunan yang fleksibel pada masyarakat membuat pemerintah kesulitan dan
ketika pembangunan telah selesai proyek tersebut juga akan menimbulkan dampak yang
tak langsung yang tidak diperhitungkan. Jika berdampak positif maka pemerintah
berhasil tetpi jika tidak sesuai dengan perencanaan, pemerintah harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk menanggulangi efek negatif yang ditimbulkan.
Dapat disimpulkan penghitungan analisis biaya dan manfaat dengan metode
kuantitatif kurang mampu menghitung berapa nominal rupiah yang diperlukan untuk
suatu proyek tersebut dikarenakan pemerintah menghadapi masalah yang fleksibel
ketika di lapangan, dimulai dari perencanan, tahap pembangunan, hingga dampak yang
ditimbulkan akibat proyek tersebut tidak dapat di analisis secara pasti karena terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat.
3.3. Perbedaan Analisis Manfaat dan Biaya dengan Biaya Proyek Pemerintahan
Pada analisis manfaaat dan biaya proyek pada swasta manfaat umum
yang diukurdengan cara mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan
perkiraan harga barang. Biaya yang diperhitungkan adalah semua biaya yang
langsung digunakan dalam proyektersebut berdasarkan harga pembelianya.
Ketika tidak terdapat persaingan sempurna yangdilakukan ialah menyesuaikan
harga sumber ekonomi dengan menggunakan harga bayangan (Shadow Prices). Jadi
dalam menghitung biaya dan manfaat kita hanya menghitung manfaat dan biaya
yangmencerminkan nilai oportunis dari proyek tersebut. Faktor penyebabnya tidak
terdapat hargasebagaimana yang terdapat pada persaingan sempurna dan hal
tersebut disebabkan olehadanya pajak, pengangguran, dan adanya surplus
konsumen. Berikut dijelaskan penyebab berubahnya harga: Keadaan Monopoli,
misalnya suatu proyek menggunakan semen. Berapakah nilai semen yang
harus dihitung dalam melaksanakan evaluasi suatu proyek? Pada pasar persaingan
sempurna, nilai semen yang digunakan dalam suatu proyek besarnya sama dengan
biaya marginal (P = MC). Harga semen menunjukkan nilai unit terakhir dari semen
yang digunakan, sedangkan biayamarginal menunjukkan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha semen untuk membayar sumber-sumber ekonomi yang
diperlukan untuk menghasilkan unit terakhir semen tersebut.
Apabila suatu proyek pemerintah menggunakan faktor-faktor produksi yang
dibeli pada pasarpersaingan tidak sempurna, maka harga-harga faktor tersebut
menjadi lebih tinggi dari biayamarginalnya. Apakah harga input yang dihitung
dalam evaluasi suatu proyek pemerintah adalah harga monopoli atau pasar
persaingan tidak sempurna lainnya, ataukah biaya produksimarginal. Harga monopoli
mencerminkan nilai barang/input bagi konsumen sedangakn biaya produksi marginal
menunjukkan tambahan biaya karena tambahan output. Harga mana yang digunakan
dalam evaluasi proyek pemerintah tergantung dari dampak penggunaan
inputdalam proyek tersebut. Apabila dengan digunakannya suatu barang sebagai input
dalam suatuproyek pemerintah menyebabkan produksi barang tersebut bertambah
sebanyak input yang digunakan dalam proyek pemerintah maka biaya
opoprtunitas masyarakat adalah nilai dari tambahan input yang digunakan untuk
menghasilkan tambahan barang tersebut, yaitu biayaproduksi marginal. Sebaliknya
apabila jumlah barang di pasar tidak bertambah maka nilaiinput pada proyek
pemerintah adalah harga pasar karena penggunaan input tersebut dalam proyek
pemerintah bersaing dengan konsumen lainnya yang menilai barang tersebut
menurutharga pasar. Apabila dampak penggunaan input di pasar untuk proyek
pemerintah merupakankombinasi kedua dampak diatas maka penentuan harga input
untuk tujuan evaluasi proyekadalah dengan menggunakan bobot (weight) antara
harga pasar dan biaya produksi marginal.
4. Keuntungan dan Kelemahan Analisis Manfaat dan Biaya
Keuntungan Kelemahan
 Penggunaan sumber-sumber  Kurang fleksibel ketika
ekonomi lebih efisien diterapkan di masyarakat
 Penggunaan dana proyek dapat  Dampak tidak langsung tidak
diawasi oleh pemerintah dapat dianalisis secara tepat
 Masih banyak faktor yang
mempengaruhi dan dapat menimbulkan
bertambahnya biaya

Keuntungan dari penggunaan analisis biaya dan manfaat dalam penentuan


program pemerintah adalah terjaminya penggunaan sumber-sumber ekonomi secara
efisien, sebab program-program pemerintah dievaluasi dengan memperhitungkan
keadaan perekonomian sehingga dapat menigkatkan penggunaan faktor-faktor produksi.
Efisiensi juga terjamin karena sumber-sumber ekonomi yang digunakan dalam proyek-
proyek pemerintah paling tidak sama pada efisiensinya dengan penggunaan
sumbersumber tersebut oleh sektor swasta. Penggunaan analisis manfaat dan biaya
terutama adalah untuk menigkatkan efisiensi penggunaan sumber-sumber ekonomi
sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat yang maksimum, akan tetapi analisis ini
secara tidak langsung juga mempunyai segi distribusi pendapatan.
Kelemahan analisis manfaat dan biaya adalah untuk evaluasi proyek-proyek pemerintah
adalah karena analisis ini membutuhkan perhitungan manfaat secara kuantitatif,
sedangkan banyak proyek pemerintah yang dapat diukur manfaatnya secara kuantitatif.
Hal ini menyebabkan suatu proyek yang sangat menguntungkan bagi masyarakat
mungkin saja tidak terpilih oleh karena tidak semua manfaatnya dapat diukur secara
kuantitatif, sedangkan proyek lain yang kurang menguntungkan akan dipilih karena
manfaatnya yang dapat diukur secara kuantitatif lebih besar dari pada proyek pertama.
Kelemahan lain dari analisis manfaat dan biaya adalah karena semua perhitungan
manfaat dan biaya dilakukan secara kuantitatif, maka analisis ini tidak mempunyai
fleksibilitas sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat terkesan masih jauh untuk
menigkatkan kesejahteraan dan produktifitas.
5. Persoalan Analisis Manfaat dan
Biaya
5.1. Keadaan Monopoli
Misalnya suatu proyek menggunakan semen. Berapakah nilai semen yang
harus dihitung dalam melaksanakan evaluasi suatu proyek? Pada pasar persaingan
sempurna, nilai semen yang digunakan dalam suatu proyek besarnya sama dengan
biaya marginal (P = MC). Harga semen menunjukkan nilai unit terakhir dari semen
yang digunakan, sedangkan biaya marginal menunjukkan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha semen untuk membayar sumber-sumber ekonomi yang
diperlukan untuk menghasilkan unit terakhir semen tersebut.

Sumber: Case Fair 8th (Jilid 1-2007)

Apabila suatu proyek pemerintah menggunakan faktor-faktor produksi yang


dibeli pada pasar persaingan tidak sempurna, maka harga-harga faktor tersebut
menjadi lebih tinggi dari biaya marginalnya. Apakah harga input yang dihitung dalam
evaluasi suatu proyek pemerintah adalah harga monopoli atau pasar persaingan tidak
sempurna lainnya, ataukah biaya produksi marginal. Harga monopoli mencerminkan
nilai barang/input bagi konsumen sedangakn biaya produksi marginal menunjukkan
tambahan biaya karena tambahan output. Harga mana yang digunakan dalam evaluasi
proyek pemerintah tergantung dari dampak penggunaan input dalam proyek tersebut.
Apabila dengan digunakannya suatu barang sebagai input dalam suatu proyek
pemerintah menyebabkan produksi barang tersebut bertambah sebanyak input yang
digunakan dalam proyek pemerintah maka biaya opoprtunitas masyarakat adalah nilai
dari tambahan input yang digunakan untuk menghasilkan tambahan barang tersebut,
yaitu biaya produksi marginal. Sebaliknya apabila jumlah barang di pasar tidak
bertambah maka nilai input pada proyek pemerintah adalah harga pasar karena
penggunaan input tersebut dalam proyek pemerintah bersaing dengan konsumen
lainnya yang menilai barang tersebut menurut harga pasar. Apabila dampak
penggunaan input di pasar untuk proyek pemerintah merupakan kombinasi kedua
dampak diatas maka penentuan harga input untuk tujuan evaluasi proyek adalah
dengan menggunakan bobot (weight) antara harga pasar dan biaya produksi marginal.

5.2 Adanya Pajak

Apabila suatu barang dikenakan pajak maka harga yang dibayar oleh pembeli
lebih tinggi daripada harga yang diterima produsen/penjual, karena sebagian harga
dibayarkan kepada pemerintah. Apabila proyek pemerintah yang dievaluasi membeli
suatu barang yang dikenakan pajak penjualan, maka untuk tujuan evaluasi proyek
harga manakah yang harus dimasukkan sebagai harga input? Kasusnya adalah sama
seperti pada kasus monopoli yaitu kalau jumlah produksi meningkat/bertambah maka
yang dipakai adalah harga yang diterima produsen/penjual sedangkan kalau jumlah
barang atau input diperkirakan tidak akan bertambah maka harga pasarlah yang
dipakai.

Sumber: Case Fair 8th (Jilid 1-2007)

Gambar ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga komoditi X dari 1 dolar


menjadi 2 dolar akibat pemberlakuan tarif oleh pemerintah Negara 2 sebesar 100
persen, segera mengakibatkan penurunan surplus konsumen sebanyak AGHB = a + b
+ c + d = 15 + 5 + 30 + 10 = 60 dolar. Dari jumlah tersebut, 30 dolar diantaranya
diterima pemerintah dalam bentuk pajak impor, kemudian 15 dolar lainnya (AGJC =
a) diredistribusikan kepada para produsen komoditi X di dalam negeri dalam bentuk
kenaikan rente atau surplus produsen, sedangkan 15 dolar sisanya (setara dengan
bidang segitiga CJM = 5 dolar, dan segitiga BHN = 10 dolar) merupakan biaya
proteksi atau biaya bobot mati yang harus dipikul oleh perekonomian Negara 2
tersebut secara keseluruhan. Production distortion loss adalah kerugian akibat
pengenaan tarif yang menyebabkan produsen berproduksi secara berlebih yang
mengakibatkan tidak semua barang terjualdengan harga yang menguntungkan,
sedangkan Consumen distortion loss adalah kerugian akibat pengenaan tarif yang
menyebabkan konsumen mengonsumsi barang lebih sedikit. Pengenaan tarif ini
juga menyebabkan redistribusi pendapatan dari konsuman domestik kepada
produsen domestik. Oleh karena manfaat dan biaya masing-masing jatuh ke pihak
atau kelompok- kelompok yang berlainan, maka evaluasi atas biaya-manfaat
secara keseluruhan dari tarif bergantung pada sampai seberapa besarkah nilai
manfaat atau keuntungan yang didapatkan setiap kelompok. Kerugian yang
ditimbulkan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Namun untuk negara
kecil yang tidak mampu mempengaruhi harga internasional, pengenaan tarif hanya
akan menimbulkan kerugian karena tidak akan memiliki keuntungan dengan
membaiknya nilai tukar perdagangan.

5.3 Pengangguran

Analisis Manfaat-Biaya (Benefit-Cost Analysis) pada umumnya didasarkan


pada suatu asumsi bahwa semua faktor produksi telah digunakan sepenuhnya (full
employment). Suatu proyek mungkin menggunakan tenaga kerja yang sedang
menganggur dengan tak dikehendaki (involuntary unemployed). Karena penggunaan
tenaga kerja yang sedang menganggur ini tidak menyebabkan berkurangnya produksi
barang dan jasa lain dalam perekonomian maka upah yang mereka terima tidak
mencerminkan biaya oportunitas penggunaan tenaga kerja yang nilainya lebih rendah
daripada upah yang diterima apabila terdapat pengangguran tak dikehendaki
(involuntary unemployed). Ada dua masalah dalam menghitung upah tenaga kerja
yang menganggur dengan tak dikehendaki ini :

(a) Apabila pemerintah melaksanakan kebijakan stabilisasi untuk


mempertahankan tingkat penggunaan tenaga kerja maka penggunaan tenaga kerja
yang sedang bekerja dalam suatu proyek menyebabkan tenaga kerja dan output di
sektor lain menjadi berkurang. Dalam hal ini biaya tenaga kerja yang dipakai dalam
evaluasi proyek tersebut adalah upah yang berlaku di pasar (upah sebenarnya).

(b) Apabila tenaga penganggur yang dipakai dalam suatu proyek mungkin
sebenarnya tidak menganggur secara tidak dikehendaki (involuntary unemployed)
selama pembangunan proyek yang bersangkutan maka yang dipakai dalam evaluasi
proyek adalah upah bayangan. Prakiraan mengenai prospek kesempatan kerja
merupakan suatu masalah yang sangat sulit; dan mengenai perhitungan biaya tenaga
kerja ini tidak ada suatu konsensus mengenai cara menghitung biaya sosial tenaga
kerja (opportunity wage). Untuk praktisnya, dalam banyak evalauasi proyek
perhitungan biaya tenaga kerja dengan cara menggunakan harga yang berlaku atau
harga yang sebenarnya.

5.4. Surplus Konsumen

Skala proyek-proyek pemerintah ada yang besar dan ada juga yang kecil. Pada
proyek-proyek yang skalanya kecil pembangunannya tidak akan mempengaruhi harga
barang atau output yang dihasilkan proyek tersebut, sedangkan pada proyek-proyek
yang skalanya besar, tambahan output atau barang akan menurunkan harga barang
tersebut di pasar dan ini menimbulkan masalah dalam perhitungan manfaat suatu
proyek pemerintah. Misalnya suatu dam besar yang dibangun pemerintah akan dapat
mengairi area yang sangat luas sehingga menyebabkan produksi pangan naik dalam
jumlah yang sangat besar. Kenaikan penawaran pangan dalam jumlah yang sangat
besar tersebut akan menyebabkan harga pangan turun. Dalam menghitung manfaat
dam tersebut, bagaimanakah kita menilai tambahan hasil produksi karena adanya dam
tersebut? Keadaan ini dapat dijelaskan dengan Diagram 5.4

Harga
E
B

H0 CDSp
G
ASP1
H1
Dp
O P2 P0 P1 Padi

Diagram 5.4. Permintaan dan Penawaran Padi Sumber: Mangkoesoebroto (1998)


Jumlah produksi padi per tahun ditunjukkan pada sumbu datar sedangkan
harga padi per kilogram pada sumbu tegak. Kurva Dp menunjukkan kurva
permintaan dan S adalah kurva penawaran (diasumsikan padi dihasilkan dengan
struktur biaya konstan). Sebelum adanya pembangunan dam, keseimbangan terjadi
pada titik D dengan jumlah padi yang diproduksikan sebesar OQ0 kilogram per tahun
dan harga OH0 rupiah.

Adanya proyek dam menyebabkan kurva penawaran bergeser ke bawah (Sp)


dan pada titik keseimbangan G, output yang terjadi sebesar OP1 kilogram dan dengan
harga yang lebih rendah, yaitu sebesar OH1 rupiah. Kurva permintaan menunjukkan
jumlah barang yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga sedangkan kurva
penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada tiap tingkat harga. Pada
jumlah barang sebesar P2 kilogram, konsumen bersedia membeli padi dengan harga
BF2 rupiah, padahal harga yang diminta penjual hanya sebesar CP2 rupiah sehingga
ada surplus konsumen sebesar BC. Kalau kita analisis dengan cara yang sama untuk
setiap jumlah output, maka pada produksi padi sebanyak OP0 kilogram konsumen
bersedia membeli sebesar area OP0DH0, sehingga terdapat surplus konsumen sebesar
DEH0. Apabila harga yang terjadi sebesar OH1 rupiah maka ada surplus konsumen
sebesar H1GDE. Jadi dengan adanya proyek pembuatan dam maka output naik dalam
jumlah yang besar (P0P1), sehingga harga juga turun secara sangat berarti (H0H1)
dan ada tambahan surplus konsumen sebesar H0DGH1 (H1GE - H0DE). Jadi daerah
di bawah kurva permintaan diantara kedua harga menunjukkan penilaian konsumen
karena perubahan (peningkatan) kemampuan mereka untuk membeli barang dengan
harga yang lebih rendah. Besarnya surplus konsumen dapat diukur apabila orang
yang melakukan evaluasi proyek mampu menghitung bentuk kurva permintaan
dengan tepat. Untuk proyek-proyek besar perubahan surplus konsumen merupakan
ukuran yang paling tepat untuk mengukur perubahan kesejahteraan masyarakat dan
bukan sekedar nilai total hasil dari suatu proyek. Oleh karena itu, pada proyek yang
skalanya besar evaluasi manfaat proyek tersebut harus dilakukan dengan mengukur
surplus konsumen.
5.5. Pemilihan Tingkat Diskonto atau Bunga

Masalah lainnya yang juga penting adalah penentuan tingkat bunga. Dri
analisis disatas kita ketahui bahwa penentuan tingkat bunga merupakan suatu hal
yang sangat penting karena dilaksanakannya suatu proyek sangat tergantung dari
tingkat bunga mana yang kita pilih. Dalam kenyataannya, di masyarakat terdapat
berbagai tingkat bunga, misalnya tingkat bunga tabanas, tingkat bunga deposito (yang
juga bermacam-macam tingkatnya tergantung jenis dan jangka waktunya), tingkat
bunga pinjaman bank, dan tingkat bunga tidak resmi yang besarnya berbeda-beda.
Jadi, tingkat bunga manakah yang sebaiknya dipilih dalam melakukan suatu evaluasi
proyek?.

Penentuan tingkat diskonto atau tingkat bunga merupakan hal yang sangat
penting oleh karena hasil suatu proyek dapat berbeda-beda tergantung dari tingkat
bunga yang dipilih. Misalnya pemerintah harus memilih salah satu dari 2 proyek,
yaitu proyek I yang memberi hasil bersih sebesar Rp90 juta yang diterima seketika,
atau proyek II yang memberi hasil bersih sebesar Rp 100 juta dua tahun setelah
proyek tersebut selesai. Tabel 5.5 memberikan NBS untuk kedua proyek tersebut.
Tabel 5.5.

Nilai Bersih Sekarang (NBS) Proyek I dan II

Tingkat Bunga NBS proyek I NBS proyek II


0 90 = 90 / (1+0)0 100 / (1+0)2 = 100
5 90 = 90 / (1+0,5)0 100 / (1+0,5)2 = 90,9
10 90 = 90 / 1+0,10)0 100 / (1+0,5)2 = 82,6
Sumber: Mangkoesoebroto (1998)

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai bersih sekarang (NBS) dari proyek I
sebesar 90 pada tingkat bunga manapun yang dipilih oleh karena hasil dari proyek
tersebut, diterima seketika. Sebaliknya nilai bersih sekarang dari proyek II berbeda-
beda tergantung dari tingkat bunga yang dipilih. Apabila tingkat bunga yang dipilih
adalah nol dan 5 persen, maka pemerintah akan memilih proyek II karena proyek
tersebut memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar daripada proyek I.
Sebaliknya apabila tingkat bunga yang dipilih adalah 10 persen maka proyek I yang
akan dipilih karena memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar daripada
proyek II. Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat bunga yang
dipilih dalam melakukan evaluasi proyek, akan semakin rendah nilai bersih sekarang
dari suatu proyek yang menghasilkan jumlah tertentu pada suatu waktu yang akan
datang. Ini berarti dari segi efisiensi akan semakin sedikit proyekyang dilaksanakan
oleh karena proyek- proyek yang memberikan nilai bersih sekarang yang positif
dengan semakin tingginya tingkat bunga akan memberikan nilai bersih yang negatif.
Jadi tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kebutuhan akan pengeluaran
pemerintah untuk melaksanakan program- programnya.

Pada sektor swasta tingkat diskonto yang dipakai pada umumnya sama
dengan tingkat bunga yang berlaku karena tingkat bunga mencerminkan oportunitas
penggunaan dana. Akan tetapi tingkat bunga yang berlaku untuk setiap proyek
seharusnya juga berbeda-beda karena perbedaan risiko pemberi pinjaman. Apabila
pemberi dana merasa ragu-ragu akan pengembalian uang yang digunakan, maka ia
akan meminta bunga yang tinggi agar ia dapat memperoleh kembali uang yang
dipinjamkan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi tinggi rendahnya bunga
disebabkan karena perbedaan risiko yang diperkirakan oleh pemberi pinjaman.
Tingkat diskonto yang dipakai dalam evaluasi proyek-proyek pemerintah. Seharusnya
mencerminkan hasil yang didapat (rate of return) apabila dana untuk program
pemerintah tersebut dipakai oleh sektor swasta, sehingga tingkat diskonto yang
dipakai seharusnya mencerminkan biaya oportunitas proyek pemerintah. Secara
teoretis, pemindahan sumber-sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor
pemerintah hanya bisa dilakukan apabila sumber-sumber ekonomi tersebut dapat
memberi hasil yang lebih tinggi apabila dana tersebut digunakan oleh pemerintah
daripada digunakan oleh swasta. Hal ini akan menjamin penggunaan sumber-sumber
ekonomi secara efisien. Selain itu, tingkat diskonto dalam evaluasi proyek harus
mencerminkan kesediaan masyarakat untuk menangguhkan konsumsi sekarang
dengan menabung untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi di kemudian hari.
Apabila pemerintah memerlukan dana yang diambil dari tabungan masyarakat maka
tingkat bunga pada tabungan masyarakat harus sama dengan tingkat diskonto untuk
tujuan evaluasi proyek-proyek pemerintah. Karena sulitnya menentukan tingkat
diskonto yang tepat sedangkan penentuan tingkat diskonto adalah hal yang sangat
penting dalam evaluasi suatu proyek maka para ahli ekonomi menggunakan tingkat
diskonto sosial (social discount rate) yang mereka perkirakan dengan
mempertimbangkan risiko pajak dan tingkat inflasi. Suatu contoh perhitungan tingkat
diskonto sosial, misalnya dalam suatu proyek yang mempunyai derajat risiko yang
kecil sekali sedangkan tingkt diskonto pada pinjaman pemerintah (yang tidak
memperhitungkan risiko) sebesar 10 persen serta pajak perusahaan sebesar 50 persen.
Dalam hal ini biaya oportunitas dari uang yang dipinjamkan sebesar 5 persen karena
sektor swasta yang melakukan suatu investasi dan menghendaki tingkat hasil bersih
sebesar 5 persen harus memperoleh manfaat paling sedikit sebesar 10 persen, sebab
dari manfaat sebesar 10 persen tersebut sebagian, yaitu sebesar 50 persen harus
dibayar kepada pemerintah sebagai pajak.

Arrow berpendapat bahwa karena pemerintha melaksanakan berbagai proyek,


maka secara keseluruhan proyek-proyek pemerintah tidak mempunyai risiko. Ini
disebabkan karena kegagalan dalam proyek yang satu akan diimbangi oleh
keberhasilan dalam proyek yang lain, sehingga Arrow berpendapat bahwa faktor
risiko yang harus dimasukkan dalam perhitungan tingkat diskonto pada evaluasi
proyek-proyek sektor swasta tidak perlu diperhitungkan dalam proyek-proyek
pemerintah. Walaupun demikian, perhitungan tingkat diskonto dengan
mempertimbangkan faktor risiko pada setiap proyek merupakan cara yang paling baik
walaupun sangat sulit dilakukan. Cara lain yang banyak dilakukan adalah dengan
menggunakan tingkat diskonto dengan memasukkan perbedaan rata-rata risiko antara
proyek pemerintah dan proyek swasta, misalnya dengan menambahkan perbedaan
dari rata-rata risiko pada tingkat diskonto yang dipakai.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam suatu evaluasi proyek adalah tingkat inflasi.
Faktor ini merupaka faktor yang penting untuk diperhitungkan terutama pada
perekonomian yang selalu mengalami inflasi. Tingkat diskonto yang diumumkan atau
yang dikenakan pada badan-badan perbankan adalah tingkat diskonto nominal. Suatu
analisis manfaat dan biaya dilakukan dengan menggunakan tingkat harga konstan
sehingga tingkat diskonto yang digunakan haruslah tingkat diskonto nyata (real discount
rate), yaitu tingkat diskonto nominal dikurangi tingkat inflasi. Suatu contoh perhitungan
besarnya tingkat diskonto sosial ditunjukkan dalam tabel 5.5.1
Tabel 5.5.1.
Penghitungan Tingkat Diskonto Sosial

6.7 persen
Tingkat Diskonto Umum Risiko
Pajak penghasilan +2.0 persen
+ 4.3 persen
13.0 persen
Tabungan (tambahan karena adanya
- 1.5
proyek) Tingkat Inflasi
Tingkat Diskonto Sosial - 3.5
8.0 persen

Sumber: Mangkoesoebroto (1998)

Dari tabel 5.5.1. kita lihat bahwa dengan menambahkan faktor-faktor risiko
dan pajak penghasilan serta memprhitungkan besarnya tabungan dan tingkat inflasi
kita dapat menghitung besarnya tingkat diskonto sosial (social discount rate) yang
harus digunakan dalam evaluasi proyek-proyek pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Mangkoesoebroto. Guritno. 1995. “Ekonomi Publik Edisi 3”. BPFE. Yogyakarta


Amiruddin Indris. 2016. Ekonomi Publik. Yogyakarta : CV. Budi Utama

Anda mungkin juga menyukai