Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya penugasan kami yang berjudul “Konsep Analisis Manfaat dan Biaya” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi penugasan dari Bapak Dr. I Gede Wardana, S.E., M.Si pada Mata
Kuliah Ekonomi Publik Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Konsep Analisis Manfaat dan Biaya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dosen
pada mata kuliah Ekonomi Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Konsep Analisis Manfaat dan Biaya
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikannya tepat waktu.
Kami menyadari makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah kami.
Penulis
Pendahuluan
Apabila mempunyai uang sebesar Rpn yang kita bungakan terus menerus
dengan tingkat bunga sebesar 10 persen setahun, maka hasil setiap tahun adalah
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan anggapan bunga yang diterima
pada suatu saat dipinjamkan kembali (sistem bunga berbunga).
Tabel 1. Hasil Bunga Berbunga Uang Sebesar RpU,-
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa uang sebesar RpU,- pada tahun ke n akan
bernilai sebesar U (1+0,1)n. Dengan analisis seripa maka kita tahu apabila kita
mempunyai uang sebesar Rp5 juta kita bungakan terus menerus selama 30 tahun,
pada akhir tahun ke-30 akan bernilai 5 (1,10)30 atau sebesar Rp87 juta.
Rumus umum penghitungan nilai akan datang (future value):
Pn = Po (1 + i)n
di mana:
Pn = nilai uang di masa datang
I = tingkat bunga
n = tahun
Karena sifat manusia yang myopic tersebut maka uang yang akan kita
terima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila jumlah
uang tersebut kita terima saat ini. Berapa nilai sekarang dapat dihitung dengan
menggunakan konsep present value (nilai uang sekarang).
Apabila kita menerima uang sebesar RpU,- yang diterima pada n tahun
yang akan datang, maka penghitungan nilainya sekarang (Po) dari uang tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Po = U / (1 + i)n
di mana:
Sebagai contoh, apabila kita akan menerima uang sebesar Rp5 juta pada
lima tahun yang akan datang, maka nilai uang tersebut sekarang adalah tidaklah
sebesar Rp5 juta, akan tetapi sebesar Rp5 / (1+0,10)5 atau hanya sebsar Rp3,10juta.
Dari analisis di atas dapat kita ketahui bahwa dalam melaksanakan evaluasi
atas suatu proyek, terutama pada jenis proyek yang mempunyai umur ekonomis
yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat
yang berbeda-beda, maka dalam mengevaluasinya kita harus mempertimbangkan
faktor-faktor di atas, yaitu kita menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu
proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan kita hitung nilainya sekarang.
2. Metode Analisis Manfaat dan Biaya
Ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek, yaitu
nilai bersih sekarang (NPB = Net Present Benefit), IRR = Internal Rate of Return),
dan perbandingan manfaat biaya (BCR = Benefit-Cost Ratio).
2.1. Metode NPB (Net Present Benefit atau Nilai Bersih Sekarang)
Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek
dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan
didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya
adalah :
Dimana :
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahun ke n
i = tingkat bunga
M = manfaat
B = biaya
NPB = 371.117.041,7
Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai NPB untuk investasi Proyek
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah
sebesar Rp. 371.117.041,7, ini berarti bahwa nilai NPV proyek tersebut > 0, sehingga
proyek tersebut dapat diterima.
Metode IRR merupakan metode dengan cara menghitung tingkat diskonto (y) yang
menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan
adalah:
R Mt-Bt
=0 i=0(1+IRR)t
Proyek yang mempunyai nilai IRR yang tinggi yang mendapat prioritas.
Walaupun demikian pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya
dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of return)
harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek akan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat
diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external rate of return, merupakan
biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian
investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek yang mempunyai IRR > i dan
tidak melaksanakan investasi pada proyek yang harga IRR < i.
Ada beberapa kelemahan dari metode IRR, yaitu :
- Metode IRR dapat menyebabkan pemilihan proyek yang keliru karena metode ini
tidak memperhatikan skala investasi. Pemilihan proyek berdasarkan metode ini akan
memberikan hasil yang keliru apabila skala atau besarnya proyek yang dibandingkan
berbeda. Dalam hal ini metode NPB akan memberikan evaluasi yang konsisten
walaupun skala proyek yang dibandingkan berbeda.
- Metode IRR mungkin akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk
proyek yang mempunyai waktu lebih dari 2 tahun maka harga IRR dapat mempunyai
2 nilai atau lebih yang dapat membingungkan (de Neufville, 1990). Pemilihan nilai
IRR akan mempunyai implikasi yang berbeda dan tidak ada suatu kriteria pun yang
secara teoritis dapat menunjukkan pilihan IRR yang akan dipakai.
Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan membandingkan
nilai sekarang seluruh proyek diperoleh dari proyek tersebut dengan nilai sekarang
seluruh biaya proyek tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
T Mt
t
t=0 (1+i)
BCR=
T Bt
t=0 (1+i)t
Berdasarkan metode ini, suatu proyek akan dilaksanakan apabila BCR > 1.
Metode BCR akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPB, apabila
BCR > 1 berarti pula NPB > 0. Metode BCR mempunyai kelemahan dalam hal
membandingkan dua buah proyek karena tidak ada pedoman yang jelas mengenai hal
yang masuk sebagai perhitungan biaya atau manfaat. Manfaat selalu dapat dianggap
sebagai biaya yang negatif dan sebaliknya. Oleh karena itu BCR dapat selalu dibuat
lebih tinggi dengan memasukkan biaya sebagai manfaat negatif. Oleh karena itu BCR
dapat dimanipulasi oleh orang yang mengevaluasi agar nilai BCR lebih tinggi dari
yang sebenarnya (Mangkoesoebroto, 1998).
3. Langkah-langkah dalam Evaluasi Suatu Proyek
3.1. Identifikasi Manfaat dan Biaya Proyek
Hal petama yang dilakukan untuk melaksanakan evaluasi proyek adalah menentukan
semua manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari proyek tersebut. Manfaat dari suatu
proyek dapat dibedakan antara manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat
langsung adalah manfaat yang ditimbulkan karena meningkatnya atau produktivitas
dengan adanya proyek tersebut. Manfaat langsung tersebut, misalnya pembangunan
dam untuk mengairi sawah, manfaatnya ketika terjadi kenaikan hasil sawah diakibatkan
kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambahnya pengairan sawah dari air
yang dihasilkan oleh dam. Dalam menentukan manfaat akan timbul pula masalah
apabila suatu proyek memberikan manfaat kepada dua jenis proyek yang lain. Sebagai
contoh, misalnya pembangunan sebuah jalan yang di bangun guna akses proyek
pembangunan dam dan proyek tenaga listrik sehingga perhitungan manfaat dan jalan
tersebut harus dibagi dua kepada kedua proyek antara dam dan pembangkit tenaga
listrik. Manfaat tidak langsung ialah manfaat yang secara tidak langsung disebabkan
karena adanya proyek akan dibangun. Dalam kasus pembangunan dam diatas, manfaat
tidak langsung adalah kenaikan produktivitas tanah namun tempatnya diluar area
pengairan dari dam tersebut. Manfat tidak langsung ini dapat menjadi luas sekali
tergantung analisis yang dilakukan akibat dari proyek tersebut. Jadi selain produktivitas
tanah selain di luar pengairan, adanya dam dapat pula memberikan manfaat lain.
Sebagai contoh, misalnya tempat rekreasi, pusat tenaga lisktrik untuk perhitungan, dan
sebagainya. Semua manfaat tidak langsung tersebut dapat dimasukan ke dalam
perhitungan manfaat dan proyek yang akan di bangun pemerintah nantinya. Suatu hal
yang perlu dicatat, dalam menentukan manfaat suatu proyek, hanya kenaikan sosial atau
kesejahteraan yang diperhitungkan, sedangkan kenaikan nilai dari suatu kekayaan
karena adanya proyek tidak diperhitungkan selain itu kita juga harus menghitung biaya
alternatif, yaitu berupa biaya langsung yang berhubungan dengan proyek maupun biaya
tidak langsung yang harus masuk dalam perhitungan biaya. Misalnya pada proyek
pembangunan dam, yaitu ketika terjadi kenaikan harga tanah disekitar dam tersebut
yang
tidak dimasukkan dalam manfaat proyek tersebut. Hal ini disebabkan karena
perhitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah menyebabkan
perhitungan ganda dari adanya proyek tersebut. Seperti halnya dalam perhitungan
manfaat, perhitungan biaya dari suatu proyek harus dilakukan dengan memperhitungkan
biaya alternatif dari penggunaan sumber ekonomi yang selain merupakan biaya
langsung, yaitu biaya yang langsung berhubungan dengan proyek tersebut dan juga
biaya tidak langsung yang juga harus dimasukan dalam perhitungan biaya. Dalam
membuat evaluasi proyek, kita harus memasukkan produktivitas tanah dari daerah lain
akibat pembangunan proyek dam sebagai biaya proyek yang harus dibangun
pemerintah. Perhitungan biaya tak langsung dapat menjadi besar atau kecil tergantung
seberapa jauh biaya tak langsuung tersebut akan dimasukkan dalam perhitungan biaya
tak langsung tersebut. Selain itu masalah dalam pembangunan ialah fasilitas yang telah
ada yang digunakan dalam pembangunan proyek misal truk-truk untuk membangun
proyek apakah merusak jalan raya maka hal tersebut dimasukkan dalam biaya.
3.2. Mengitung Manfaat dan Biaya dalam Rupiah
Dalam hal ini yang dilakukan adalah menghitung nilai dari manfaat proyek
tersebut secara tidak langsung. Misalnya pemerintah membangun Puskesmas untuk tiap
kecamatan atau pendidikan gratis pada sekolah-sekolah. Cara yang tepat untuk
menghitungnya ialah melihat dampak tidak langsung dari terlaksananya proyek tersebut.
Dengan adanya Puskesmas masyarakat sakit bisa sehat kembali dan dapat bekerja untuk
memperoleh penghasilan serta pendidikan yang diperoleh dapat diterapkan kembali apa
yang telah diperoleh pada masyarakat. Perhitungan manfaat dan biaya dari
pembangunan biaya dari pemerintah tidak semuanya dapat dihitung dengan hasil yang
akurat walaupun perhitungan dalam proses pembangunan proyek tersebut
menggunankan analisis kuantitatif, proyek-proyek pemerintah telah dievalusi oleh para
ekonom menggunakan metode perhitungan kuantitatif. Namun ketika diterapkan,
pemerintahan banyak mengalami perubahan dikarenakan masyarakat bersifat
fleksibelitas. Misalnya dalam pembangunan dam air yang akan menimbulkan pro dan
kontra terhadap pembangunan proyek dam air sehingga dibutuhkan biaya lebih. Proses
yang pembangunan yang fleksibel pada masyarakat membuat pemerintah kesulitan dan
ketika pembangunan telah selesai proyek tersebut juga akan menimbulkan dampak yang
tak langsung yang tidak diperhitungkan. Jika berdampak positif maka pemerintah
berhasil tetpi jika tidak sesuai dengan perencanaan, pemerintah harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk menanggulangi efek negatif yang ditimbulkan.
Dapat disimpulkan penghitungan analisis biaya dan manfaat dengan metode
kuantitatif kurang mampu menghitung berapa nominal rupiah yang diperlukan untuk
suatu proyek tersebut dikarenakan pemerintah menghadapi masalah yang fleksibel
ketika di lapangan, dimulai dari perencanan, tahap pembangunan, hingga dampak yang
ditimbulkan akibat proyek tersebut tidak dapat di analisis secara pasti karena terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat.
3.3. Perbedaan Analisis Manfaat dan Biaya dengan Biaya Proyek Pemerintahan
Pada analisis manfaaat dan biaya proyek pada swasta manfaat umum
yang diukurdengan cara mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan
perkiraan harga barang. Biaya yang diperhitungkan adalah semua biaya yang
langsung digunakan dalam proyektersebut berdasarkan harga pembelianya.
Ketika tidak terdapat persaingan sempurna yangdilakukan ialah menyesuaikan
harga sumber ekonomi dengan menggunakan harga bayangan (Shadow Prices). Jadi
dalam menghitung biaya dan manfaat kita hanya menghitung manfaat dan biaya
yangmencerminkan nilai oportunis dari proyek tersebut. Faktor penyebabnya tidak
terdapat hargasebagaimana yang terdapat pada persaingan sempurna dan hal
tersebut disebabkan olehadanya pajak, pengangguran, dan adanya surplus
konsumen. Berikut dijelaskan penyebab berubahnya harga: Keadaan Monopoli,
misalnya suatu proyek menggunakan semen. Berapakah nilai semen yang
harus dihitung dalam melaksanakan evaluasi suatu proyek? Pada pasar persaingan
sempurna, nilai semen yang digunakan dalam suatu proyek besarnya sama dengan
biaya marginal (P = MC). Harga semen menunjukkan nilai unit terakhir dari semen
yang digunakan, sedangkan biayamarginal menunjukkan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha semen untuk membayar sumber-sumber ekonomi yang
diperlukan untuk menghasilkan unit terakhir semen tersebut.
Apabila suatu proyek pemerintah menggunakan faktor-faktor produksi yang
dibeli pada pasarpersaingan tidak sempurna, maka harga-harga faktor tersebut
menjadi lebih tinggi dari biayamarginalnya. Apakah harga input yang dihitung
dalam evaluasi suatu proyek pemerintah adalah harga monopoli atau pasar
persaingan tidak sempurna lainnya, ataukah biaya produksimarginal. Harga monopoli
mencerminkan nilai barang/input bagi konsumen sedangakn biaya produksi marginal
menunjukkan tambahan biaya karena tambahan output. Harga mana yang digunakan
dalam evaluasi proyek pemerintah tergantung dari dampak penggunaan
inputdalam proyek tersebut. Apabila dengan digunakannya suatu barang sebagai input
dalam suatuproyek pemerintah menyebabkan produksi barang tersebut bertambah
sebanyak input yang digunakan dalam proyek pemerintah maka biaya
opoprtunitas masyarakat adalah nilai dari tambahan input yang digunakan untuk
menghasilkan tambahan barang tersebut, yaitu biayaproduksi marginal. Sebaliknya
apabila jumlah barang di pasar tidak bertambah maka nilaiinput pada proyek
pemerintah adalah harga pasar karena penggunaan input tersebut dalam proyek
pemerintah bersaing dengan konsumen lainnya yang menilai barang tersebut
menurutharga pasar. Apabila dampak penggunaan input di pasar untuk proyek
pemerintah merupakankombinasi kedua dampak diatas maka penentuan harga input
untuk tujuan evaluasi proyekadalah dengan menggunakan bobot (weight) antara
harga pasar dan biaya produksi marginal.
4. Keuntungan dan Kelemahan Analisis Manfaat dan Biaya
Keuntungan Kelemahan
Penggunaan sumber-sumber Kurang fleksibel ketika
ekonomi lebih efisien diterapkan di masyarakat
Penggunaan dana proyek dapat Dampak tidak langsung tidak
diawasi oleh pemerintah dapat dianalisis secara tepat
Masih banyak faktor yang
mempengaruhi dan dapat menimbulkan
bertambahnya biaya
Apabila suatu barang dikenakan pajak maka harga yang dibayar oleh pembeli
lebih tinggi daripada harga yang diterima produsen/penjual, karena sebagian harga
dibayarkan kepada pemerintah. Apabila proyek pemerintah yang dievaluasi membeli
suatu barang yang dikenakan pajak penjualan, maka untuk tujuan evaluasi proyek
harga manakah yang harus dimasukkan sebagai harga input? Kasusnya adalah sama
seperti pada kasus monopoli yaitu kalau jumlah produksi meningkat/bertambah maka
yang dipakai adalah harga yang diterima produsen/penjual sedangkan kalau jumlah
barang atau input diperkirakan tidak akan bertambah maka harga pasarlah yang
dipakai.
5.3 Pengangguran
(b) Apabila tenaga penganggur yang dipakai dalam suatu proyek mungkin
sebenarnya tidak menganggur secara tidak dikehendaki (involuntary unemployed)
selama pembangunan proyek yang bersangkutan maka yang dipakai dalam evaluasi
proyek adalah upah bayangan. Prakiraan mengenai prospek kesempatan kerja
merupakan suatu masalah yang sangat sulit; dan mengenai perhitungan biaya tenaga
kerja ini tidak ada suatu konsensus mengenai cara menghitung biaya sosial tenaga
kerja (opportunity wage). Untuk praktisnya, dalam banyak evalauasi proyek
perhitungan biaya tenaga kerja dengan cara menggunakan harga yang berlaku atau
harga yang sebenarnya.
Skala proyek-proyek pemerintah ada yang besar dan ada juga yang kecil. Pada
proyek-proyek yang skalanya kecil pembangunannya tidak akan mempengaruhi harga
barang atau output yang dihasilkan proyek tersebut, sedangkan pada proyek-proyek
yang skalanya besar, tambahan output atau barang akan menurunkan harga barang
tersebut di pasar dan ini menimbulkan masalah dalam perhitungan manfaat suatu
proyek pemerintah. Misalnya suatu dam besar yang dibangun pemerintah akan dapat
mengairi area yang sangat luas sehingga menyebabkan produksi pangan naik dalam
jumlah yang sangat besar. Kenaikan penawaran pangan dalam jumlah yang sangat
besar tersebut akan menyebabkan harga pangan turun. Dalam menghitung manfaat
dam tersebut, bagaimanakah kita menilai tambahan hasil produksi karena adanya dam
tersebut? Keadaan ini dapat dijelaskan dengan Diagram 5.4
Harga
E
B
H0 CDSp
G
ASP1
H1
Dp
O P2 P0 P1 Padi
Masalah lainnya yang juga penting adalah penentuan tingkat bunga. Dri
analisis disatas kita ketahui bahwa penentuan tingkat bunga merupakan suatu hal
yang sangat penting karena dilaksanakannya suatu proyek sangat tergantung dari
tingkat bunga mana yang kita pilih. Dalam kenyataannya, di masyarakat terdapat
berbagai tingkat bunga, misalnya tingkat bunga tabanas, tingkat bunga deposito (yang
juga bermacam-macam tingkatnya tergantung jenis dan jangka waktunya), tingkat
bunga pinjaman bank, dan tingkat bunga tidak resmi yang besarnya berbeda-beda.
Jadi, tingkat bunga manakah yang sebaiknya dipilih dalam melakukan suatu evaluasi
proyek?.
Penentuan tingkat diskonto atau tingkat bunga merupakan hal yang sangat
penting oleh karena hasil suatu proyek dapat berbeda-beda tergantung dari tingkat
bunga yang dipilih. Misalnya pemerintah harus memilih salah satu dari 2 proyek,
yaitu proyek I yang memberi hasil bersih sebesar Rp90 juta yang diterima seketika,
atau proyek II yang memberi hasil bersih sebesar Rp 100 juta dua tahun setelah
proyek tersebut selesai. Tabel 5.5 memberikan NBS untuk kedua proyek tersebut.
Tabel 5.5.
Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai bersih sekarang (NBS) dari proyek I
sebesar 90 pada tingkat bunga manapun yang dipilih oleh karena hasil dari proyek
tersebut, diterima seketika. Sebaliknya nilai bersih sekarang dari proyek II berbeda-
beda tergantung dari tingkat bunga yang dipilih. Apabila tingkat bunga yang dipilih
adalah nol dan 5 persen, maka pemerintah akan memilih proyek II karena proyek
tersebut memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar daripada proyek I.
Sebaliknya apabila tingkat bunga yang dipilih adalah 10 persen maka proyek I yang
akan dipilih karena memberikan nilai bersih sekarang yang lebih besar daripada
proyek II. Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat bunga yang
dipilih dalam melakukan evaluasi proyek, akan semakin rendah nilai bersih sekarang
dari suatu proyek yang menghasilkan jumlah tertentu pada suatu waktu yang akan
datang. Ini berarti dari segi efisiensi akan semakin sedikit proyekyang dilaksanakan
oleh karena proyek- proyek yang memberikan nilai bersih sekarang yang positif
dengan semakin tingginya tingkat bunga akan memberikan nilai bersih yang negatif.
Jadi tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kebutuhan akan pengeluaran
pemerintah untuk melaksanakan program- programnya.
Pada sektor swasta tingkat diskonto yang dipakai pada umumnya sama
dengan tingkat bunga yang berlaku karena tingkat bunga mencerminkan oportunitas
penggunaan dana. Akan tetapi tingkat bunga yang berlaku untuk setiap proyek
seharusnya juga berbeda-beda karena perbedaan risiko pemberi pinjaman. Apabila
pemberi dana merasa ragu-ragu akan pengembalian uang yang digunakan, maka ia
akan meminta bunga yang tinggi agar ia dapat memperoleh kembali uang yang
dipinjamkan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi tinggi rendahnya bunga
disebabkan karena perbedaan risiko yang diperkirakan oleh pemberi pinjaman.
Tingkat diskonto yang dipakai dalam evaluasi proyek-proyek pemerintah. Seharusnya
mencerminkan hasil yang didapat (rate of return) apabila dana untuk program
pemerintah tersebut dipakai oleh sektor swasta, sehingga tingkat diskonto yang
dipakai seharusnya mencerminkan biaya oportunitas proyek pemerintah. Secara
teoretis, pemindahan sumber-sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor
pemerintah hanya bisa dilakukan apabila sumber-sumber ekonomi tersebut dapat
memberi hasil yang lebih tinggi apabila dana tersebut digunakan oleh pemerintah
daripada digunakan oleh swasta. Hal ini akan menjamin penggunaan sumber-sumber
ekonomi secara efisien. Selain itu, tingkat diskonto dalam evaluasi proyek harus
mencerminkan kesediaan masyarakat untuk menangguhkan konsumsi sekarang
dengan menabung untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi di kemudian hari.
Apabila pemerintah memerlukan dana yang diambil dari tabungan masyarakat maka
tingkat bunga pada tabungan masyarakat harus sama dengan tingkat diskonto untuk
tujuan evaluasi proyek-proyek pemerintah. Karena sulitnya menentukan tingkat
diskonto yang tepat sedangkan penentuan tingkat diskonto adalah hal yang sangat
penting dalam evaluasi suatu proyek maka para ahli ekonomi menggunakan tingkat
diskonto sosial (social discount rate) yang mereka perkirakan dengan
mempertimbangkan risiko pajak dan tingkat inflasi. Suatu contoh perhitungan tingkat
diskonto sosial, misalnya dalam suatu proyek yang mempunyai derajat risiko yang
kecil sekali sedangkan tingkt diskonto pada pinjaman pemerintah (yang tidak
memperhitungkan risiko) sebesar 10 persen serta pajak perusahaan sebesar 50 persen.
Dalam hal ini biaya oportunitas dari uang yang dipinjamkan sebesar 5 persen karena
sektor swasta yang melakukan suatu investasi dan menghendaki tingkat hasil bersih
sebesar 5 persen harus memperoleh manfaat paling sedikit sebesar 10 persen, sebab
dari manfaat sebesar 10 persen tersebut sebagian, yaitu sebesar 50 persen harus
dibayar kepada pemerintah sebagai pajak.
6.7 persen
Tingkat Diskonto Umum Risiko
Pajak penghasilan +2.0 persen
+ 4.3 persen
13.0 persen
Tabungan (tambahan karena adanya
- 1.5
proyek) Tingkat Inflasi
Tingkat Diskonto Sosial - 3.5
8.0 persen
Dari tabel 5.5.1. kita lihat bahwa dengan menambahkan faktor-faktor risiko
dan pajak penghasilan serta memprhitungkan besarnya tabungan dan tingkat inflasi
kita dapat menghitung besarnya tingkat diskonto sosial (social discount rate) yang
harus digunakan dalam evaluasi proyek-proyek pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA